laporan praktikum ilmu material i

Upload: intan-vallentien

Post on 14-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan praktikum IMKG

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

    Topik : Setting ExpansionGipsum Tipe III Berdasarkan W : P Ratio

    Kelompok : A3a

    Tgl.Praktikum : 17 Maret 2014

    Pembimbing : Dr. Elly Munadziroh, drg., Msi.

    Penyusun :

    1. Pramadita Suryaningastuti 0213111330212. Achmad Gigih Andy Putra 0213111330223. Wiwin Saputri 0213111330234. Intan Vallentien D.H 0213111330245. Anisa Nindya Wirastuti 021311133025

    DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    2014

    REVISI

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    2/19

    1. TUJUAN1.1.Mampu melakukan manipulasi gipsum tipe III serta dapat mengukur dan

    mengamati perubahansetting expansiondengan tepat.

    1.2.Mampu mengukur dan mengamati perubahansetting expansiondengan

    variasi perubahan rasio w : p.

    2. CARA KERJA2.1.Bahan :

    a. Gipsum tipe III (w : p= 28 ml : 100 gr)

    b. Air PAM

    c. Vaselin

    2.2. Alat :

    a. Mangkuk karet

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    3/19

    b. Spatula

    c. Gelas ukur

    d. Stopwatch

    e. Timbangan analitik

    f. Vibrator

    g. Ekstensometer

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    4/19

    2.3. Cara Kerja

    2.3.1. Persiapan Alat

    a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum disiapkanterlebih dahulu.

    b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin secaramerata.

    c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indikator dipasangpada posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan angka nol.

    2.3.2 .Pencampur Gipsum

    a. Ambil air sebanyak 14 ml diukur dengan gelas ukur. Bubuk gipsum tipeIII ditimbang sebanyak 50 gram diukur menggunakan timbangan analitik

    (dilakukan pada waktu praktikum).

    b. Air yang telah diukur dituang ke mangkuk karet dan diletakkan diatasvibrator.

    c. Nyalakan vibrator pada kecepatan paling rendah (I) dan masukkan bubukgipsum tipe III secara perlahan ke mangkuk karet, mangkuk karet

    digerakkan memutar saat memasukkan bubuk gipsum. Biarkan

    mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.

    d. Aduk campuran gipsum dan air menggunakan spatula dengan gerakanmemutar selama 1 menit / 120 putaran sambil memutar mangkuk karet

    perlahan.

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    5/19

    2.3.3. Mengukur Setting Expansion

    a. Pastikan jarum penunjuk mikrometer dial indikator ekstensometermenunjukkan angka nol.

    b. Masukkan adonan gipsum ke cetakan ekstensometer tanpa merubah posisicetakan pada jarum dial indikator, kemudian ratakan menggunakan

    spatula. Pastikan ujung cetakan menyentuh ujung dial indikator

    c. Perubahan panjang cetakan gipsum pada alat ekstensometer diukur setiap5 menit, amati dan catat ekspansi yang terjadi pada penunjuk mikrometer

    dial indikator selama 50 menit.

    3. HASIL PRAKTIKUM3.1.Proses Manipulasi

    A. Pemilihan BahanPemilihan produk gipsum harus didasarkan pada hasil akhir yang diinginkan.

    Dental Stone (Gipsum tipe III) sebaiknya digunakan untuk membuat model

    kerja yang membutuhkan kekuatan dan akurasi yang baik.

    B. Perbandingan Rasio W : PPenambahan rasio W : Pdiatas rekomendasi pabrik akan menyebabkan hasil

    cetakan yang lemah dan model yang kurang akurat. Peningkatan volume air

    akan memperpanjang setting time, pengurangan volume air akan membuat

    adonan sulit dimanipulasi karenaflowadonan yang rendah.

    C. MixingAir yang telah diukur dengan gelas ukur dituang ke mangkuk plastik dan

    bubuk gipsum dengan cepat dituang ke air secara kontinyu. Memasukkan

    bubuk dengan cepat ke air akan membasahi partikel dan gumpalan dapatdihindari.

    D. I ni tial Setting TimeWorking TimeSetelah dicampur selama 1 menit, waktu kerja dimulai. Adonan setengah cair

    dimasukkan ke cetakan dengan bantuan vibrator mekanik. Saat kekentalan

    adonan meningkat, flow akan menurun dan produk kehilangan permukaan

    glossy-nya. Tahap ini gipsum mencapai initial set. Saat inilah gipsum tidak

    memiliki kekuatan tekan ukur dan tidak boleh dikeluarkan dari cetakan.

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    6/19

    E.Final Setting TimeWaktu akhir tercapai bila material dapat dipegang dengan aman tetapi

    memiliki kekerasan minimal dan resistan terhadap abrasi. Pada tahap ini,

    reaksi kimia telah berakhir dan model sudah dingin ketika dipegang (reaksi

    eksotermiknya berakhir). (Eakle & Bird, 2011 : 205-206).

    3.2.Hasil Pengamatan

    Pada praktikum kali ini, kami menggunakan Gipsum Tipe III. Bahan ini

    biasa digunakan untuk pengecoran dalam membentuk gigitiruan penuh yang

    cocok dengan jaringan lunak. Gipsum tipe ini lebih disukai untuk pembuatan

    model yang digunakan pada konstruksi protesa, karena gypsum tersebut

    memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih mudah

    dikeluarkan setelah proses selesai. (Annusavice, 2013, 170-171).

    Pengukuran Setting Expansion pada saat praktikum diamati setiap 5 menit

    selama 50 menit. Ada 3 sampel yang akan diamati ekspansinya. Sampel pertama

    yaitu sampel yang berat gipsum tipe III-nya dikurangi sebesar 5 gram dari yang

    dianjurkan dan volume air tetap. Sampel kedua yaitu sampel yang berat gipsum tipe

    III-nya ditambah sebesar 5 gram dari yang dianjurkan dan volume air tetap. Dan

    sampel yang ketiga yaitu sesuai yang dianjurkan.

    Percobaan I : Berat gypsum tipe III 45 Gram dengan Ekstensometer 1

    5 menit ke Setting Expansion (mm)

    1 0.001

    2 0.01

    3 0.015

    4 0.04

    5 0.08

    6 0.11

    7 0.135

    8 0.15

    9 0.16

    10 0.17

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    7/19

    Percobaan II : Berat Gipsum tipe III 45 gram dengan ekstensometer 2

    5 menit ke Setting Expansion (mm)

    1 0

    2 0

    3 0

    4 0.0075

    5 0.03

    6 0.07

    7 0.095

    8 0.12

    9 0.135

    10 0.145

    Percobaan III : Berat gypsum tipe III 50 gram

    5 menit ke Setting Expansion (mm)

    1 0

    2 0.01

    3 0.02

    4 0.05

    5 0.07

    6 0.085

    7 0.1

    8 0.115

    9 0.125

    10 0.135

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    8/19

    Percobaan IV : Berat gypsum tipe III 55 gram dengan ekstensometer 1

    5 menit ke Setting Expansion (mm)

    1 0

    2 0.03

    3 0.06

    4 0.1

    5 0.13

    6 0.15

    7 0.165

    8 0.17

    9 0.18

    10 0.185

    Percobaan V : Berat Gipsum tipe IV dengan ekstensometer 2

    5 menit ke Setting Expansion (mm)

    1 0.001

    2 0.0225

    3 0.05

    4 0.08

    5 0.11

    6 0.125

    7 0.14

    8 0.155

    9 0.17

    10 0.185

    Sesuai dengan pentunjuk praktikum. Praktikum dilakukan dengan rasio yang

    berbeda yaitu dengan W:P rasio 14:45 , 14:50, dan 14:55. Berdasarkan hasil

    praktikum diatas. W:P rasio 14:45 setting expansion-nya adalah 0.17 dan

    0.145. pada W:P rasio 14:50 setting expansion-nya adalah 0.135. sedangkan

    W:P rasio 14:45 setting expansion-nya adalah 0.185. Maka hasil Setting

    Expansion tertinggi adalah dengan W:P rasio 14:55 . sedangkan terendah

    adalah W:P 14:45 .

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    9/19

    4. PEMBAHASAN4.1.Gipsum dalam Kedokteran Gigi

    Dalam Kamus Kedokteran Gigi pengertian gipsum adalah kalsium

    sulfat yang terdapat di alam yang dipanaskan dan dikeluarkan airnya dan

    dipakai sebagai bahan gips putih kalsium hemihidrat (Harty and

    Ogston,2007).

    Gipsum adalah salah satu bahan material yang sering digunakan

    dalam dunia kedokteran gigi. Gipsum ini dihasilkan oleh alam berupa batu

    putih yang terbentuk karena pengendpan air laut. Gipsum yang memiliki

    rumus kimia CaSO4.2H2O ini merupakan mineral murni yang paling

    umum digunakan dalam aplikasi kedokteran gigi. (Annusavice,2013 : 256)

    Dalam aplikasi utamanya, produk gypsum ini dalam kedokteran

    gigi digunakan untuk pembuatan model mulut dan juga struktur rahang,

    serta bahan penting dalam laboratorium yang terlibat dalam produksi

    prostesa. (Annusavice, 2013 : 183)

    Bahan dari dihidrat kalsium sulfat (CaSO4 2H2O) yang biasanya

    digunakan untuk dental operations membuat mold untuk konstruksi

    protesa dan restorasi. Gipsum banyak digunakan sebagai model atau die.

    Model merupakan replika atau salinan geligi dan atau asosiasi jaringan

    penyangga sekitarnya yang berupa pengisian dari hasil suatu pencetakan

    atau dapat dikatakan merupakan bentuk positif bila yang dicetak lebih dari

    satu gigi. Sedangkan die merupakan replikasi dari suatu gigi yang telah di

    preparasi berupa pengisian dari hasil suatu pencetakan atau dapat

    dikatakan merupakan bentuk positif apabila yang dicetak hanya satu gigi.

    Pembuatan produk gypsum yang digunakan dalam kedokteran gigi

    merupakan hasil calcinations kalsium sulfat dihidrat atau gypsum

    sehingga terbentuk Kalsium Sulfat Hemidrat. Model ini secara luas

    digunakan untuk model, casts, and dies. (McCabe and Walls, 2008 : 32).

    Berdasarkan standart ISO, dental gypsum dapat diklasifikasikan

    menjadi lima tipe, yaitu sebagai berikut (McCabe and Walls, 2008 : 32):

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    10/19

    Tipe Nama

    I Dental Plaster, impression

    II Dental Plaster, model

    III Dental Stone, die, model

    IV Dental stone, die, high strength, low expansion

    V Dental stone, die, high strength, high expansion

    4.2.Proses Reaksi Kimia GypsumTipe III

    Bahan gipsum banyak digunakan dalam kedokteran gigi, diperoleh

    dari endapan alami gipsum, CaSO4.2H2O, yang bila dipanaskan akan

    kehilangan 1,5 gram mol air dan membentuk hemihidrat CaSO4.

    H2O. Pada

    pencampurannya dengan air, hemihidrat secara eksotermis berubah kembali

    dalam bentuk dihidrat seperti yang ditunjukkan dalam reaksi berikut: (Von

    Fraunhofer, 2010: 9)

    CaSO4.

    H2O + 1

    H2OCaSO4.2H2O + 3900cal/g mol (panas)

    Hemihidrat

    Dihidrat (gipsum)

    Reaksi diatas disebut sebagai reaksi kalkinasi. (Gladwin & Bagby,

    2013: 129). Produk dari reaksi tersebut adalah gipsum, dan panas

    berkembang dalam reaksi eksotermis setara dengan panas yang digunakan

    awalnya dalam kalsinasi. Material sempurna tidak pernah mencapai konversi

    100% menjadi bentuk dihidrat kecuali terkena kelembaban tinggi untuk

    jangka waktu yang panjang. Produk terbentuk selama kalsinasi, semua

    bereaksi dengan air untuk membentuk gipsum, tetapi pada tingkat yang

    berbeda. Misalnya, anhidrat heksagonal bereaksi sangat cepat, sedangkan

    reaksi mungkin memerlukan waktu berjam-jam ketika anhidrat ortorombik

    dicampur dengan air, karena anhidrat ortorombik memiliki kisi kristal yang

    lebih stabil dan tertutup rapat. (Anusavice, 2009: 259)

    Dengan demikian, model plaster, dental stone, dan high-strength stone

    kembali ke bentuk dihidrat (gypsum) ketika bereaksi dengan air. Ini adalah

    setting reaksi yang terjadi ketika bahan model menjadi massa keras. Reaksi

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    11/19

    ini melepaskan panas atau yang sering disebut dengan reaksi eksotermis.

    Secara teori, jika 100 gram hemihidrat dicampur dengan 19 ml air, semua

    hemihidrat akan menjadi dihidrat, karena cukup air akan tetap ada untuk

    semua hemihidrat bereaksi. Namun, dalam prakteknya, jumlah air ini tidak

    menghasilkan massa yang dapat dimanipulasi dan dituangkan ke dalam

    cetakan. Jika dicampur, massa ini akan menjadi kering dan rapuh. Oleh

    karena itu, dalam prakteknya, kelebihan air harus ditambahkan saat

    pencampuran untuk menghasilkan massa yang bisa diaplikasikan dan dapat

    dituangkan ke dalam cetakan. (Powers & Wataha, 2008 : 206)

    Secara umum, lebih besar dan lebih padat ukuran kristal hemihidrat,

    semakin sedikit kelebihan air yang diperlukan untuk mendapatkan suatu

    massa yang bisa diterapkan. Kelebihan air tidak bereaksi, tetapi hanya

    terjebak dalam massa ketikasetting. Adanya kelebihan air ini mempengaruhi

    sifat fisik gypsum nantinya. Setelah gipsum padat sempurna, kelebihan air

    akan menguap dan meninggalkan rongga-rongga dalam massa tersebut.

    Rongga-rongga inilah yang mengurangi kepadatan keseluruhan materi.

    (Powers & Wataha, 2008 : 206).

    SETTING REACTION

    Setting reaction gipsum terjadi oleh karena pelarutan kalsium

    hemihidrat, pembentukan larutan jenuh kalsium sulfat, agregasi berikutnya

    kalsium sulfat dihidrat yang kurang larut, dan pengendapan kristal dihidrat.

    Kristalisasi kalsium sulfat dihidrat terjadi saat sebagian besar partikel sisa

    hemihidrat larut. Beberapa data difraksi x-ray menunjukkan bahwa partikel

    hemihidrat masih ada dalam set product. Setting reaction dari kalsium sulfat

    hemihidrat menjadi gipsum terjadi ketika bereaksi dengan air. Hemihidrat

    empat kali lebih larut dalam air dibandingkan dengan dihidrat pada suhu

    kamar. (Anusavice, 2009:259)

    Menurut Van Noort (2008:212), proses setting produk gipsum terjadi

    dalam urutan sebagai berikut:

    1. Beberapa kalsium sulfat hemihidrat larut dalam air

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    12/19

    2. Kalsium sulfat hemihidrat terlarut bereaksi dengan air dan membentukkalsium sulfat dihidrat

    3. Kelarutan kalsium sulfat dihidrat sangat rendah dan terbentuk larutanjenuh.

    4. Larutan ini jenuh pada ketidakstabilan dan kalsium sulfat dihidratmengendapkan kristal stabil.

    5. Sebagai kristal kalsium sulfat dihidrat yang stabil mengendap dari larutan,lebih banyak kalsium sulfat hemihidrat dilarutkan dan proses ini terus

    berlanjut sampai semua hemihidrat larut.

    4.3.FaktorFaktor yang Mempengaruhi Setting Time

    A. ACCELERATOR AND RETARDERLaju reaksi gipsum atausetting timedapat diubah dan dikontrol dengan

    menggunakan bahan kimia yang ditambahkan pabrik pada bubuk hemihidrat.

    Accelerator adalah bahan kimia yang meningkatkan laju setting, sedangkan

    retardermemiliki efek sebaliknya. Beberapa acceleratordan retarderbekerja

    dengan mengubah kelarutan hemihidrat dan dihidrat bentuk kalsium sulfat.

    Accelerator menyebabkan dihidrat kurang larut dibandingkan hemihidrat,

    sehingga reaksi bergerak menuju dihidrat karena dihidrat mengasumsikan

    bentuk padat dengan cepat. Kalium sulfat adalah accelerator yang efektif

    bertindak dalam mekanisme ini.Retardermembuat hemihidrat hanya sedikit

    kurang larut dari dihidrat tersebut. Oleh karena itu, reaksi berlangsung lebih

    lambat ke arah dihidrat tersebut. Boraks, zat kimia dengan rumus kimia

    Na2B4O7.10H2O adalah bahan kimia yang akan memperpanjang waktusetting

    beberapa produk gipsum untuk beberapa jam jika ditambahkan ke bubuk pada

    konsentrasi 2%. Ketika acceleratorditambahkan dalam gipsum, pabrik dapatmemotong set awal dan akhir sebesar 50%, bahan-bahan ini diberi label set

    cepat (fast set). Jika tidak ada akselerator ditambahkan dalam produk atau

    retarder ditambahkan, produk tersebut diberi label set biasa (regular set).

    (Hatrick et al, 2011: 206)

    Bahan kimia lainnya bertindak sebagai accelerator atau retarder

    dengan mekanisme yang berbeda. Partikel gipsum yang sudah setting

    (dihidrat) mempercepat reaksi dengan bertindak sebagai nucleation sitespada

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    13/19

    partikel dihidrat baru yang dapat terbentuk. Partikel ini juga disebut terra

    alba, dan efektif ditambahkan ke dalam air dengan konsentrasi 0,5% sampai

    1,0%. Cara praktis menggunakan terra albaadalah dengan menggunakan air

    yang mengandung partikel dihidrat dari trimmer model untuk mencampur

    gypsum. Namun, pengguna harus ingat bahwa setting time menggunakan

    metode ini sangat singkat. Partikel koloid, seperti darah, air liur, agar, dan

    alginat yang belumsetting, menghambatsetting reaksi gipsum. Koloid adalah

    partikel halus dari protein atau kimia lainnya yang tersuspensi dalam

    cairan. Hasil akhirnya akan menyebabkan gipsum cor lunak dan

    permukaannya mudah terkelupas. Untuk menghindari masalah ini, cetakan

    harus dibilas secara menyeluruh dengan air dingin untuk menghilangkan

    bekas darah dan saliva yang tertinggal sebelum cetakan diisi. (Powers &

    Wataha, 2008 : 208)

    B. RASIO WATER-POWDERRasio water-powder untuk bahan didefinisikan sebagai jumlah air

    dalam mililiter yang ditambahkan ke dalam 100 gram bubuk gipsum. Secara

    konvensional, rasio water-powderumumnya dinyatakan sebagai suatu fraksi,

    seperti (45/100) atau 0,45. Fraksi atau perbandingan ini berarti bahwa 45 ml

    air ditambahkan ke 100 gr bubuk gipsum. Sifat fisik bahan gipsum

    dipengaruhi oleh rasio water-powder. Oleh karena itu, mengikuti

    rekomendasi dari pabrik adalah penting dalam mengambil keputusan

    mengenai rasio water-powder. Biasanya, pabrik menawarkan produk yang

    berbeda dengansetting timeyang berbeda pula yang telah disesuaikan dengan

    menggunakan acceleratoratau retarder. (Powers & Wataha, 2008 : 209).

    Dalam penggunaan di kedokteran gigi, jumlah kelebihan air yang

    diukur di atas jumlah secara teoritis memang diperlukan untuk hidrasi.

    Jumlah berlebih ini diperlukan untuk membuat adonan yang bisa diterapkan

    atau yang dapat dituangkan dan dibentuk. Kelebihan air diedarkan sebagai air

    bebas pada set mass tanpa mengambil bagian dalam reaksi kimia, dan

    memberikan kontribusi untuk porositas berikutnya atau rongga mikroskopis

    dalamset product. (Gladwin & Bagby, 2013:131)

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    14/19

    Penggunaan air yang berlebihan dapat memperpanjang setting time dan

    mengurangi kekuatan hingga 50%. Berkurangnya kekuatan ini merupakan

    hasil dari kelebihan air yang digunakan dalam campuran sehingga

    meninggalkan rongga-rongga pada saat penguapan. Peningkatan air juga

    mengurangi setting expansion material gipsum, hal ini tidak dianjurkan

    karena kekuatan material akan berkurang dan pemuaian bahan tersebut tidak

    akan sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan pengurangan jumlah air yang

    digunakan akan mempercepatsetting time namun dapat menyebabkan adonan

    susah dimanipulasi. Mengurangi jumlah air dalam w/p ratio dianjurkan hanya

    bila adonan tidak digunakan sebagai dasar untuk model pada artikulator.

    (Hatrick et al, 2011: 206)

    C. SUHU DAN KELEMBABANSetting reaction bahan gipsum dipengaruhi oleh suhu air yang

    digunakan untuk pencampuran dan suhu lingkungan sekitarnya. Jika suhu

    kamar (20osampai 25oC) dinaikkan sampai suhu tubuh (37,5oC),setting time

    akan menurun. Jika suhu air pencampuran dinaikkan, juga akan memiliki efek

    yang sama, dengan kata lain peningkatan suhu air pencampuran akan

    mempercepatsetting time. Namun, jika air yang ditingkatkan suhunya di atas

    37,5oC, setting time akan meningkat, karena dihidrat menjadi lebih larut

    dalam air. Gipsum idealnya dicampur dengan air suhu kamar. Peningkatan

    suhu air dianjurkan agar tidak melebihi 100oF, karena akan mempercepat

    setting. Pada kenyataannya, hemihidrat tidak akan terjadi reaksi dan gipsum

    tidak akan setting sama sekali jika air pencampuran mencapai 100oC atau

    212oF. (Hatrick et al, 2011: 206)

    Bahan gipsum bersifat higroskopis (menyerap air dari udara) sampai

    batas tertentu. Bila dental plaster, dental stone, atau die stone dibiarkan

    dalam wadah terbuka selama beberapa hari, akan menyerap air dari udara,

    dan permukaan akan kembali menjadi partikel dihidrat. Untuk menghindari

    perubahan dalam laju setting reaksi, bahan gipsum harus disimpan dalam

    wadah tertutup untuk melindungi dari kelembaban. (Powers & Wataha, 2008

    : 209)

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    15/19

    4.4.Proses Ekspansi Gipsum Tipe III

    Semua produk gipsum mengalami perluasan keluar saat setting.

    Secara teori kontraksi ketika setting dapat dihitung, penambahan kristal

    gipsum menyebabkan dorongan keluar antar kristal (Gladwin, Marcia,

    Michael Bagby. 2013. 132) . Ini menyebabkan penambahan volume kristal

    keluar tapi volume didalam menyusut (Anusavice. 2009. 266). Setting

    ekspansi yang kecil menyebabkan keakuratan dimensi untuk cast dan dies

    seperti yang diinginkan (Gladwin, Marcia, Michael Bagby. 2013. 132).

    Jika antara hemidrat dan air direaksikan dengan perbandingan yang

    sesuai, maka ketika terbentuk produk (dihidrat), volume produk yang

    dihasilkan akan kurang ekuivalen dari volume air dan hemidrat. Hal ini

    menunjukan garis perubahan gipsum sekitar 2,4%. Kontraksi volume terjadi

    ketikasettingreaksi. (Anusavice. 2009. 266).

    Jika gipsum mengalami kontak dengan air ketika reaksi setting,

    maka setting ekspansi meningkat. (Gladwin, Marcia, Michael Bagby. 2013.

    132). Settingekspansi dapat diamati pada fenomena mekanisme kristalisasi,

    atas dasar keterlibatan kristal dihidrat, berkembang dari inti dan menahan

    kristal lain yang berdekatan. Jika proses ini terjadi pada ribuan kristal saat

    berkembang, tekanan keluar atau daya dorong mengembang sehingga

    menghasilkan ekspansi pada massa keseluruhan. Bagi dokter gigi atau

    tekniker, hanya setting ekspansi awal yang diperhatikan, ekspansi lain atau

    kontraksi yang terjadi sebelum waktu ini terjadi karena pergeseran permukaan

    mold dengan campuran fluid ketika dituangkan. Setting ekspansi dapat

    diamati dengan jelas ketika tepi kristal cukup rigid. Ketika bentuk kristalyang dihasilkan oleh tumbukan cukup untuk berjalan keluar, maka setting

    ekspansi terjadi. (Anusavice. 2009. 266-267).

    4.5.Cara Meminimalkan Ekspansi

    Adonan gipsum yang telah diaduk akan mengalami pengerasan sesaat

    setelah adonan bubuk bercampur dengan air. Seiring dengan pengerasan

    tersebut maka akan diiringi terjadinya ekspansi. Ekspansi massa dapat dilihat

    ketika terjadi perubahan dari hemihidrat menjadi dihidrat (Anusavice, 2009,

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    16/19

    hal 266). Ekspansi yang terlalu besar cenderung dihindari karena akan

    memberikan kerugian bagi pasien maupun dokter gigi yang melakukan

    perawatan. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi besar atau

    kecilnya ekspansi gipsum tipe III :

    1. Rasio W : PPerbandingan W : P ( water : powder ) didefinisikan sebagai

    jumlah air dalam satuan mlyang ditambahkan pada 100 gr bubuk. Untuk

    jenis gipsum tertentu, semakin tinggi rasio w : pmaka konsistensi adonan

    akan semakin pekat. Penggunaan air yang berlebihan akan

    memperpanjang setting time dan mengurangi kekuatan gipsum. Penurunan

    kekuatan adalah hasil dari kelebihan air dalam adonan yang meninggalkan

    lubang-lubang udara saat evaporasi. Selain itu, penambahan air juga akan

    mengurangi setting expansion gipsum (Powers & Wataha, 2008, hal 209)

    Berdasarkan teori, adonan dengan rasio w : p paling tinggi yakni

    14 : 45 akan memiliki setting expansion paling kecil. Sementara itu,

    adonan dengan w : ppaling rendah yakni 14 : 55 akan memiliki setting

    expansionpaling besar. Saat rasio w : p tinggi maka nukleus kristalisasi

    per unit volume dari gipsum akan semakin turun sehingga ruang antar

    nukleus lebih besar dari keadaan awal. Sehingga, untuk meminimalisasi

    ekspansi gipsum makan gunakan rasio yang tinggi pada w : p.

    Dental stone akan mengalami ekspansi sebesar 0.08% sampai

    0,10%. Partikel kristal gipsum akan saling bertumbukan dan mendorong

    kristal-kristal tersebut untuk keluar, hal ini menyebabkan ekspansi

    eksternal dengan porousitas pada hasil akhir gipsum. (Stewart & Bagby,

    2011, hal 132)Meminimalisasi setting ekspansi gipsum berguna untuk

    memperoleh keakuratan dimensi pada sebagian gips dan die. Pada

    umumnya, pabrik memodifikasi produk gipsum untuk memperoleh setting

    ekspansi minimal dengan menambahkan bahan kimia. Ada dua hal yang

    harus diperhatikan, yakni :

    1. Meningkatkan lama pengadukan dan membuat adonan yangkental akan meningkatkan setting ekspansi.

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    17/19

    2. Menurunkan lama pengadukan dan membuat adonan yang tipisakan menurunkan setting ekspansi.

    3. Jika bahan gypsum direndam atau bersentuhan dengan airselama proses setting maka akan meningkatkan setting

    ekspansi. Peristiwa ini disebut dengan ekspansi higroskopis

    (hygroscopic expansion)(Stewart & Bagby, 2011, hal 132)

    4.6. Analisis Teori dan Hasil Praktikum

    Pada praktikum ini kami melakukan percobaan dengan w :p ratio

    14 : 45 yang dilakukan 2 kali, 14 : 50 yang dilakukan 1 kali dan 14 : 55

    yang dilakukan 2 kali. Namun, pada praktikum ini terjadi kesalahan pada

    percobaan w : p ratio 14 : 45 di ekstensor nomor 2. Pada percobaan

    tersebut jarum dialindikator masih menunjukkan angka 0 sampai menit ke

    15.

    Berdasarkan analisis, penyebab tidak berjalannya jarum dial

    indikator ini diperkirakan karena ekspansi gipsum belum terdeteksi oleh

    ekstensor yang disebabkan karena penuangan adonan gipsum ke ekstensor

    kurang memenuhi ekstensor, diduga ada rongga udara didalamnya.

    Dengan adanya celah berupa rongga udara tersebut menyebabkan ekspansi

    gipsum yang terjadi tidak mendorong jarum ekstensometer melainkan

    mengisi rongga udara.

    Dengan menggunakan sampel dengan w : p ratio yang berbeda

    beda, didapatkan hasil bahwa w : p ratio yang dianjurkan oleh pabrik

    memiliki kemampuan untuk ekspansi yang paling kecil. Sedangkan

    dengan w : p ratio14 : 45 memiliki ekspansi yang lebih besar dari yang

    dianjurkan pabrik. Kemampuan ekspansi terbesar oleh sampel dengan w :p ratio 14 : 55. Kekuatan material akan berkurang dan pemuaian bahan

    tersebut tidak akan sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan

    penambambahan powderyang digunakan akan mempercepat setting time

    namun dapat menyebabkan adonan susah dimanipulasi.

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    18/19

    5. SIMPULANMakin banyak bubuk gypsum yang digunakan maka setting expansion

    akan berjalan lebih cepat. Jadi W:P ratio mempengaruhi setting expansion

    produk dental stoneyaitu semakin besar nilai w:p ratio maka semakin nilai

    setting expansion menjadi semakin kecil.Artinya, nilai w:p ratio dan setting

    expansionadalah berbanding terbalik.

  • 5/24/2018 Laporan Praktikum Ilmu Material I

    19/19

    6. DAFTAR PUSTAKAAnusavice, KJ 2009. Philips Science of Dental Materials, 11th ed.

    Missouri: Elsevier.

    Bhat, VS, Nandish, BT. 2011. Science of Dental Materials & Clinical

    Applications. New Delhi: CBS.

    Eakle, WS, Bird, WF. 2011.Dental Materials : Clinical Applications for

    Dental Hygienist. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier.

    Gladwin, Marcia & Bagby, Michael. 2013. Clinical Aspects of Dental

    Materials: Theory, Practice, and Cases. Fourth Edition.

    Philadelphia: Wolters-Kluwer.

    Hatrick, CD, Eakle, WS, Bird, WF. 2011. Dental Materials: Clinical

    Applications for Dental Assistants and Dental Hygienists. Second

    Edition. St. Louis: Saunders Elsevier.

    McCabe, JF and Walls. AWG 2008. Applied Dental Materials. 9th ed.

    Victoria : Blackwell,Inc.

    N.Alberto et al. 2011. Characterization of different water/powder ratios

    of dental gypsum using fiber Bragg grating sensors.Dental

    Materials Journal. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21946491

    Powers, JM & Wataha, JC. 2008. Dental Materials Properties and

    Manipulation. 9th ed. St. Louis: Mosby Elsevier.

    Stewart, MG, Bagby, M. 2011. Clinical Aspects of Dental Materials:

    Theory, practice and cases. 4th ed. Philadelphia: Lippincott

    William & Wilkins.

    Van Noort, Richard. 2008. Introduction to Dental Materials. Third

    Edition. China: Mosby Elsevier.

    Von Fraunhofer, JA. 2010. Dental Materials at a Glance. Singapore:

    Wiley-Blackwell.