laporan praktikum ilmu ukur tanah vii

10
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL VII PEMATOKAN (STAKE OUT) KELOMPOK 1C Ayik Abdillah 1306367851 Urip Riyadi 1306367896 Nadya Saffira 1306367826 Ayu Ashari Hutagalung 1306413340 Arsa Kartika Putri 1306367800 Tanggal Praktikum : 19 April 2015 Asisten Praktikum : Novita Indraswari Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

Upload: muhammad-ayik-abdillah

Post on 19-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

universitas indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL VII

PEMATOKAN (STAKE OUT)

KELOMPOK 1C

Ayik Abdillah 1306367851

Urip Riyadi 1306367896

Nadya Saffira 1306367826

Ayu Ashari Hutagalung 1306413340

Arsa Kartika Putri 1306367800

Tanggal Praktikum : 19 April 2015

Asisten Praktikum : Novita Indraswari

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2011

Page 2: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

A. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan letak suatu titik dalam peta atau gambar diterapkan di

lapangan, dimana koordinat titik bantu diketahui di lapangan.

B. PERALATAN PERCOBAAN

1. Theodolit 1 buah

2. Statif 1 buah

3. Rambu 1 buah

4. Meteran 1 buah

5. Patok 3 buah

6. Payung 1 buah

C. TEORI

Pematokan (staking out) merupakan kegiatan menetapkan posisi

relatif suatu titik baik koordinat maupun ketinggian di lapangan

berdasarkan suatu gambar rancangan kerja. Kegiatan ini boleh dikatakan

berkebalikan dengan kegiatan pengukuran (surveying) dimana titik-titik di

lapangan diukur untuk dapat digambarkan pada suatu peta atau gambar

terencana.

Prosedur-prosedur yang dilakukan harus dapat meyakinkan

bahwa bentuk-bentuk suatu rancangan seperti bangunan, jalan, dan pipa

dapat ditempatkan di lapangan secara tepat. Untuk itu, dibutuhkan titik-

titik kontrol yang telah dibuat di lapangan pada saat survey pengukuran

dilakukan (lihat praktikum penentuan poligon/transverse). Apabila titik-

titik tersebut telah hilang di lapangan, maka harus dilakukan penetapan

ulang titik kontrol.

Titik-titik kontrol ini sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang

tidak terganggu pada saat pembangunan dilakukan dan sedekat mungkin

pada lokasi konstruksi yang bersangkutan.

Page 3: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

Titik-titik Kontrol:

Apabila terdapat dua titik A dan B yang diketahui, maka titik

ketiga dapat ditempatkan di lapangan dengan berbagai cara sebagai

berikut:

Ukur sudut ø dan jarak AC

Ukur jarak AP pada garis AB, buat sudut tegak lurus dan jarak PC

Ukur sudut θ1 dan θ2

Ukur jarak AC dan BC

Gambar 1. Penentuan Titik-Titik Kontrol

Persilangan (Intersection):

Dari gambar di atas memperlihatkan metode persilangan dua garis

sehingga titik potong C dapat dicari dengan cara mengukur ø1 dan ø2 atau

langsung ditempatkan apabila koordinat diketahui.

Reseksi (Resection):

Dengan metode ini, titik-titik dapat ditetapkan setelah setidak-

tidaknya tiga titik utama telah diketahui dan ditempatkan di lapangan. Cara

ini sangat berguna di dalam pematokan karena memungkinkan alat ukur

ditempatkan berdekatan dengan lokasi kerja. Koordinat-koordinat dapat

dicari dari dua sudut pengukuran. Alternatif lain dapat dilaku-kan dengan

cara trialterasi dimana jarak diukur terhadap titik-titik kontrol seperti pada

gambar di bawah ini dimana titik P dapat dicari dengan mengikat ke titik-

titik A, B, dan C.

Page 4: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

Gambar 2. Reseksi

Pemindahan Titik ke Alinyemen di Bawah Tanah (Tunelling):

Secara umum, penggunaan unting-unting atau plumb wires

dipakai untuk memindahkan arah ke bawah. Prinsipnya alat ini akan

menghasilkan bidang referensi vertikal dan bidang ini dapat diletakkan

secara tepat pada garis bidang yang diinginkan dengan menggunakan

theodolite. Di bawah tanah, garis bidang tersebut dapat digunakan untuk

mengarahkan titik-titik lainnya.

Alternatif lainnya dengan membuat bidang-bidang segitiga

dengan sudut yang kecil. Bidang segitiga vertikal ini diukur dengan

pembacaan sudut kecil dari theodolite. Cara ini disebut dengan metode

pembuatan segitiga Weisbach.

Prinsip dari segitiga Weisbach dapat dilihat disini. Pada Gambar

terdapat dua titik kontrol P dan Q dimana bidang XY akan dicari

berdasarkan informasi dari kedua titik kontrol tersebut. Titik A merupakan

titik untuk mengikat kedua bidang segitiga APQ dan AXY. Sudut bidang

dibuat sekecil mungkin tidak melebihi beberapa menit.

Walaupun jarak XA, YA dan XY harus diukur, tetapi sering

sekali dibuat asumsi XY+XA=YA, Hal ini disebabkan sudut XAY sangat

kecil sehingga hanya XY dan XA yang diukur. Demikian pula bidang

segitiga APQ dimana titik A terletak di dekat garis PQ.

Page 5: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

Gambar 3. Prinsip Segitiga Weisbach

D. PROSEDUR PERCOBAAN

Sketsa :

1. Memasang theodolit di titik A.

2. Mengatur theodolit hingga sesuai, mengatur nivo di tengah dan

mengatur sudut vertikal 90000’00”.

3. Mengatur sudut horizontal 0000’00”.

4. Membuat titik A sebagai titik awal, lalu menjadikan titik A sebagai

sudut horizontal 0000’00” dan melakukan pembacaan benang atas,

benang tengah, benang bawah pada rambu.

Page 6: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

5. Membidik titik B dan melakukan pembacaan benang atas, batas

tengah, batas bawah pada rambu sesuai dengan jarak yang diinginkan

pada sketsa, serta sudut horizontal.

6. Melakukan hal yang sama seperti poin nomor 5 dan nomor 6 untuk

titik C, D, E, dan F.

7. Mengukur dlapangan dari theodolit ke masing-masing titik A, B, C, D, E,

dan F.

E. DATA PENGAMATAN

Tabel E.1. Tabel Data Pengamatan

No. Titik

Bidik

Bacaan Benang (cm) Tinggi

Alat V H

BA BT BB

1 A 12.55 11.95 11.55

12.35

90° 0000’00”

2 B 11.80 11.00 10.25 90° 70000’00”

3 C 12.50 11.88 11.17 90° 125000’00”

4 D 14.41 13.00 13.50 90° 170000’00”

5 E 14.80 14.17 13.58 90° 245000’00”

6 F 13.85 13.00 12.15 90° 300000’00”

F. PENGOLAHAN DATA

1. Menentukan Jarak Suatu Titik ke Titik Lain

Untuk menentukan jarak suatu titik ke titik lain dapat digunakan

rumus:

d = 100 (BA – BB)

d = jarak teoritis (cm)

BA = pembacaan benang atas (cm)

BB = pembacaan benang bawah (cm)

Page 7: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

1. Titik A

Doptis = 100 (122.5 – 115.5) = 1000 cm = 10 m

2. Titik B

Doptis = 100 (118.0 – 102.5) = 1550 cm = 15.50 m

3. Titik C

Doptis = 100 (125.0 – 118.8) = 1330 cm = 13.30 m

4. Titik D

Doptis = 100 (144.1 – 135.0) = 910 cm = 9.10 m

5. Titik E

Doptis = 100 (148.0 – 135.8) = 1220 cm = 12.20 m

6. Titik F

Doptis = 100 (138.5 – 121.5) = 1700 cm = 17.00 m

No. Titik

Bidik

Bacaan Benang (cm) Tinggi

Alat V H

Doptis

(m)

Dlapangan

(m) BA BT BB

1 A 125.5 119.5 115.5

12.35

90° 0000’00” 10.00 10.00

2 B 118.0 110.0 102.5 90° 70000’00” 15.00 15.70

3 C 125.0 118.8 111.7 90° 125000’00” 13.30 13.92

4 D 144.1 130.0 135.0 90° 170000’00” 9.10 9.22

5 E 148.0 141.7 135.8 90° 245000’00” 12.20 12.20

6 F 138.5 130.0 121.5 90° 300000’00” 17.00 17.20

Page 8: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

Krelatif =

Titik A

Krelatif = |

| x 100% = 0%

Titik B

Krelatif = |

| x 100% = 1.3%

Titik C

Krelatif = |

| x 100% = 4.7%

Titik D

Krelatif = |

| x 100% = 1.3%

Titik E

Krelatif = |

| x 100% = 0%

Titik F

Krelatif = |

| x 100% = 1.2%

G. ANALISIS

1. Analisis Percobaan

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum tentang

pematokan. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak suatu titik dalam

peta atau gambar diterapkan di lapangan, dimana koordinat titik bantu

diketahui di lapangan. Pertama-tama praktikan membuat sketsa

gambar terlebih dahulu. Pada pembuatan sketsa gambar, praktikan

harus menentukan titik acuan yang akan digunakan untuk membidik

titik-titik lain. Jumlah titik yang akan dibidik berjumlah 6 buah yang

mengitari titik acuan.

Setelah dibuat sketsa gambar, praktikan kemudian memasang

theodolit dan mengatur sudut vertikal 90000’00”. Setelah itu, praktikan

membiditik titik A, kemudian membaca benang atas dan benang

bawah terlebih dahulu. Pembacaan benang atas dan benang bawah

tersebut membantu praktikan untuk mencocokan bahwa rambu atau

titik A sesuai dengan sketsa yang telah digambar. Setelah mendapat

Page 9: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

titik A, kemdian reset theodolit agar sudut horizontal menjadi

0000’00”. Setelah itu, lakukan hal yang sama pada titik B, C, D, E, dan

F.

Setelah melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, dan

benang bawah, praktikan mengukur jarak lapangan. Jarak lapangan

adalah jarak dari theodolit ke titik A, B, C, D, E, dan F kemudian

mencatatnya.

2. Analisis Hasil

Setelah dilakukan pengolahan data pada data pengamatan

didapatkanlah hasil yang berupa perbandingan jarak lapangan dengan

jarak optis, yaitu sebagai berikut.

Tabel G.1. Hasil Pengolahan

No. Doptis

(m)

Dlapangan

(m) Kesalahan

1 10.00 10.00 0%

2 15.00 15.70 1.3%

3 13.30 13.92 4.7%

4 9.10 9.22 1.3%

5 12.20 12.20 0%

6 17.00 17.20 1.2%

Jarak lapangan yang didapat dari hasil praktikum ada yang sama

dengan sketsa dan ada yang tidak. Dlapangan adalah jarak yang diukur

dari theodolit ke titik A, B, C, D, E, atau F secara langsung dengan

menggunakan meteran. Perbedaan jarak tersebut dapat diakibatkan

oleh beberapa hal seperti cara pengukuran yang salah dan lain hal

sebagainya yang akan dibahas di analisis kesalahan.

Dari hasil jarak lapangan tersebut juga dibuat sketsa hasil

lapangan yaitu sebagai berikut.

Page 10: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Vii

3. Analisis Kesalahan

Dari pengolahan data yang telah dilakukan terdapat beberapa

data yang memiliki kesalahan relatif. Kesalahan relatif tersebut

dapat muncul akibat praktikan yang tidak teliti dalam membaca

benang atas, benang tengah, ataupun benang bawah sehingga

menghasilkan sedikit data yang berbeda.

Kesalahan membaca benang atas, benang tengah, dan benang

bawah juga dapat diakibatkan oleh kesalahan praktikan dalam

memegang rambu sehingga pembacaan yang dilakukan kurang

tepat.

Selain itu, juga dapat diakibatkan karena kesalahan praktikan

dalam cara mengukur jarak lapangan dengan menggunakan

meteran, baik dalam hal ketinggian atau posisi dari titik awal ke

titik yang diukur.

H. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil praktikum sketsa gambar yang direncanakan tidak

berbeda jauh dengan sketsa gambar hasil praktikum.

I. REFERENSI

Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Laboratorium Survey dan

Pemetaan. Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Indonesia.