laporan praktikum ima jadi
DESCRIPTION
prakTRANSCRIPT
Laporan Praktikum I
PEMERIKSAAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG
I. Landasan Teori
Karakteristik Elektrokardiogram Normal
Elektrokardiogram normal terdiri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan
sebuah gelombang T. Kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah yakni
gelombang Q,R, dan S.
Gelombang P disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium
berdepolarisasi sebelum kontraksi atrium dimulai. Kompleks QRS disebabkan oleh potensial
listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sebelum
gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel. Oleh karena itu, baik gelombang P
maupun komponen-komponen kompleks QRS disebut sebagai gelombang depolarisasi.
Gelombang T disebabkan potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel pulih dari
keadaan depolarisasi. Di dalam otot ventrikel proses ini normalnya terjadi 0,25 sampai 0,35
detik sesudah depolarisasi dan gelombang T dikenal sebagai gelombang repolarisasi.
Gelombang Depolarisasi dan Gelombang Repolarisasi
Proses depolarasasi sebagai muatan postif di sisi dalam dan muatan negatif di sisi luar
berjalan dari kiri ke kanan. Separuh bagian pertama dari serabut sudah terdepolarisasi,
sementara sepenuhnya masih dalam keadaan polarisasi. Oleh karena itu, elektroda kiri berada
pada daerah kenegatifan dan elektroda kanan berada pada daerah kepositifan, keadaan ini
akan membuat rekaman pada alat pengukur menjadi positif.
Proses depolarisasi telah menyebar keseluruh serabut otot, dan rekaman disebelah kanan
sudah kembali ke garis dasar nol karena kedua elektroda memiliki kenegatifan yang sama.
Gelombang yang telah mengakhiri penjalarannya disebut gelombang depolarisasi.
Proses repolarisasi pada separuh bagian yang terjadi di dalam serabut otot yang sama,
dengan kepositifan kembali keluar ke sisi serabut. Elektroda kiri berada pada kepositifan dan
elektroda kanan berada pada kenegatifan. Serabut otot telah seluruhnya mengalami
repolarisasi, dan kedua elektroda sekarang berada dalam kepositifan, sehingga tidak ada
perbedaan potensial listrik yang dapat rekam. Gelombang negatif yang telah mengakhiri
penjalaran disebut gelombang repolarisasi.
Voltase Normal dalam Elektrokardiogram
Normal bergantung pada pemasangan elektroda pada permukaan tubuh dan jarak elektroda ke
jantung. Bila salah atu elektroda dipasang tepat diatas ventrikel dan elektroda yang kedua
1
ditempatkan dibagian tubuh lain yang jauh dari jantung, voltase kompleks QRS mungkin
sebesar 3 sampai 4 milivolt. Voltase masih kecil bila dibandingkan dengan potensial aksi
monofasik sebesar 110 milivolt yang direkam secara langsung pada membran otot jantung.
Bila elektromagnetik direkam dengan memasang elektroda pada kedua lengan atau pada satu
lengan atau satu tungkai, voltase kompleks QRS biasanya, yaitu 1 – 4 milivolt, mulai dari
puncak gelombang R sampai dengan dasar gelombang S. Besar nya voltase gelombang P
antara 0,1 dan 0,3 milivolt dan voltase gelombang T antara 0,2 dan 0,3 milivolt.
Interval P – Q atau Interval P – R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan Permulaan kompleks QRS adalah interval
waktu antara permulaan eksistensi listrik atrium dan permulaan eksistensi ventrikel.P-Q
normal adalah kira-kira 0,16 detik.
Interval Q - T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q (atau gelombang R jika
gelombang Q tidak ada) sampai akhir gelombang T. Disebut interval Q-T biasaya kira-
kira 0,35 detik.
Sandapan EKG
Terdapat 2 jenis sandapan (lead) yaitu Unipolar dan Bipolar.
Rekaman rutin standar terdapat 12 lead.
1. Bipolar standars lead ada 3 buah (I,II,III)
2. Unipolar limb lead ada 3 buah (aVR,aVL,aVF)
3. Unipolar chest lead ada 6 buah (V1,V2,V3,V4,V5,V6)
Pacemaker dan Hantaran Jantung
Siklus depolarisasi dimulai dengan timbulnya impuls di simpul Sino-Atrial Nodul (SA Node)
yang terdapat pada atrium kanan dekat muara vena cava superior kemudian menyebar ke
serat otot atrium melalui Internodal pathaways. Impuls yang timbul pada SA Node dan
menyebar ke otot atrium mengakibatkan kontraksi pada otot atrium (depolarisasi atrium).
Keadaan ini menimbulkan gambaran gelombang P pada rekaman kertas EKG.
Selanjutnya impuls tersebut diteruskan ke simpul Atrio-Ventrikular Nodul (AV Node). Pada
AV Node ini, impuls mengalami perlambatan beberapa saat untuk kemudian diperkuat lagi
dan hantaran dengan cepat ke Berkas His dilanjutkan ke Right Bundle Branch (RBB) dan
2
Left Bundle Branch (LBB), lalu disebarkan ke otot ventrikel melalui serabut purkinje. Impuls
dari AV Node ini akan mengakibatkan kontraksi otot ventrikel (depolarisasi ventrikel).
Keadaan ini akan menimbulkan gambaran kompleks QRS pada rekaman kertas EKG.
Setelah itu, otot ventrikel akan mengalami relaksasi atau repolarisasi (massa otot ventrikel
kembali ke keadaan kelistrikkan yang tidak aktif). Keadaan tersebut menimbulkan gambaran
gelombang T pada rekaman kertas EKG.
Oleh karena SA Node berfungsi sebagai pemicu timbulnya impuls, maka SA Node disebut
sebagai pacemaker utama. SA Node mampu membangkitkan impuls sekitar 70-80 beat per
menit (bpm). Apabila SA Node tidak mampu berfungsi dengan baik, maka fungsinya akan
diambil oleh pacemaker cadangan/potensial. Pacemaker cadangan tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Atrial = 75 bpm
2. AV Node = 60 bpm
3. Berkas His = 50 bpm
4. Serabut purkinje dan otot ventrikel = 30-40 bpm
Keterangan:
1. Depolarisasi kedua atrium akan menimbulkan gelombang P.
2. Depolarisasi ventrikel menimbulkan kompleks QRS.
3. Repolarisasi ventrikel menimbulkan gelombang T.
4. Tata nama kompleks QRS adalah sebagai berikut.
a. Defleksi pertama ke bawah disebut gelombang Q.
b. Defleksi ke atas (didahului maupun tidak didahului gelombang Q) disebut
gelombang R.
c. Defleksi di bawah garis dasar sesudah gelombang R(didahului maupun tidak
didahului gelombang Q) disebut gelombang S.
Hal-hal yang perlu diidentifikasi pada EKG adalah sebagai berikut.
1. Irama : reguler atau ireguler, sinus, atau, distrima.
2. Frekuensi denyut jantung.
3. Axis/sumbu.
4. Gelombang P.
5. Kompleks QRS.3
6. Gelombang T.
7. Gelombang U.
8. Interval P-R.
9. Interval Q-R-S.
10. Interval Q-T.
11. Keadaan lain jika didapatkan abnormal.
Irama
Irama jantung normal adalah irama yang ditentukan oleh SA Node dan dikenal
dengan Irama Sinus atau regular sinus rhythm dengan ciri-ciri pola EKG seperti
berikut ini.
1. Frekuensi denyut jantung 60-100 bpm.
2. Teratur/regular.
3. Gelombang P negatif di lead a VR dan Positif di lead II.
4. Tiap Gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS dan gelombang T.
5. PR interval antara 0,12-0,20 detik.
Heart Rate (HR)
Ada beberapa cara menghitung denyut jantung pada strip EKG, yaitu sebagai berikut.
1. Ambil EKG strip dalam 6 detik kemudian hitung jumlah gelombang R yang
ada kemudian kalikan 10 atau ambil strip EKG dalam 10 detik kemudian
hitung jumlah gelombang R yang ada dan kalikan 6.
2. Ambil EKG strip, 1500 dibagi jumlah KK antara puncak gelombang R ke
puncak gelombang R berikutnya dalam satu lead.
3. Bila interval R-R (jarak gelombang R dalam satu lead) berjarak :
1KS = HR 300 bpm
2KS = HR 150 bpm
3KS = HR 100 bpm
Bila denyut jantung :
>100 bpm = (sinus) Takikardia
< 60 bpm = (sinus) Bradikardi
140-250 bpm = Takkardia abnormal
250-350 m = Flutter
4
>350 bpm = Fibrilasi
Gelombang P
1. Lebar : <0,10 detik atau < 2,25 mm.
2. Tinggi / amplitudo :<2,5 mV atau < 2,5 mm.
3. Positif di lead : I, II, aVF, V2-V6.
4. Negatif di lead aVR.
5. Positif, negatif, bifasik di lead : III, aVL, V1.
Kompleks QRS
1. Interval Q-R-S (lamanya aktif depolarisasi ventrikel yaitu jarak antara permulaan
gelombang Q sampai akhir gelombang S).
2. Normal : 0,06 – 0,12 detik.
3. Bila > 0,12 detik menunjukkan Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia.
Gelombang Q
1. Lebar : <0,03 detik.
2. Tinggi / amplitudo : < ¼ tinggi R.
3. Kecil di lead : I, II, aVF, V4-V6.
4. Normal bila hanya terdapat pada lead III, aVL.
5. Di lead aVR tidak diinpertasikan (normal).
Gelombang R
1. R lebih tinggi di lead I, V4-V6.
2. Di lead V1 gelombang R kecil (r) dan bertambah tinggih di V2-V6.
Gelombang S
1. Lebih besar pada V1-V3 dan kecil di V4-V6.
2. Di lead I dan II lebih kecil dari gelombang R.
3. Pada axis horizontalgelombang S lebih besar di lead III, aVF.
4. Pada axis vertikal gelombang S lebih besar di lead aVL.
Gelombang T
1. Tinggi / amplitudo : minimum 1mm.
a. < 10 mm (0,1 mV) di lead prekordial (V1-V6).
b. < 5mm (0,05 mV) di lead ekstremitas / limb lead (I,II, aVR, aVL, aVF).
5
2. Positif di lead II, Iii, aVF, V2-V6.
3. Negatif di lead aVL.
4. Positif, negatif, bifasik di lead III, aVL, dan V1.
Gelombang U
1. Jelas terlihat di lead V1-V4.
2. Bila lebih tinggi dari T, maka pertanda hipokalemia.
3. Negatif bila terdapat iskemia dan hipertrofi.
Interval P-R
1. Jumlah waktu depolarisasi atrium ditambah waktu perlambatan AV Node.
2. Normal : 0,12-0,20 detik.
3. Bila < 0,12 detik : pada keadaan hantaran dipercepat.
4. Bila > 0,20 detik : pada AV Block.
5. Berubah-ubah pada wadering pace-maker.
Interval Q-T
1. Lamanya aktifitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yaitu jarak antara awal
gelombang Q sampai akhir gelombang T.
2. Interval QT dipengaruhi oleh frekuensi jantung. Interval QT-c (corrected QT interval)
adalah nilai interval QT yang telah dikoreksi dengan interval QT pada frekuensi
denyut jantung 60 bpm dan nilainya ditentukan dalam Nomogram.
3. Nilai normal interval QT-c adalah 0,42 detik pada laki-laki dan 0,43 detik pada
wanita.
a. Interval QT-c mamanjang pada efek Qunidin dan hipokalsemia.
b. Interval QT-c memendek pada efek Digitalis dan hiperkalsemia.
II. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat : menjelaskan pengaruh
aktivitas terhadap denyut jantung dan tekanan darah
III. Alat yang digunakan :
1. Tempat tidur
2. Mesin & dan Kertas EKG
IV. Tata Kerja Praktikum
6
Pemeriksaan EKG
1. Persiapan Alat-alat
a. Mesin EKG yang sudah disiapkan dengan 3 kabel, yaitu :
1. Satu kabel untuk listrik (power)
2. Satu kabel untuk bumi (ground)
3. Satu kabel untuk pasien (patient cable)
b. Plat elektroda, yaitu :
1. Elektroda ekstremitas dikaitkan dengan ban pengikat
2. Elektroda dada dengan ban pengisap
c. Jeli elektroda
d. Kertas EKG
e. Kertas tissue
f. Kapas alkohol/ alkohol 70%
g. Pisau cukur (bila perlu)
2. Cara Menempatkan Elektroda
a. Elektroda extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri.
b. Elektroda extremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri bagian
dalam.
c. Posisi pada pergelangan tidak mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai ke
bahu kiri/kanan, pangkal paha kiri/kanan. Kemudian kabel dihubungkan :
1. Merah (RA) : lengan kanan
2. Kuning (LA) : lengan kiri
3. Hijau (LL) : tungkai kiri
4. Hitam (RL) : tungkai kanan (sebagai ground)
d. Elektroda harus selalu terpasang pada :
1. V1 : Ruang sela iga IV disebalah pinggir kanan sternum
2. V2 : ruang sela iga IV disebelah pinggir kiri strenum
3. V3 : ditengah antara V2 dan V4
4. V4 : ruang sela iga ke V pada garis miklavikula kiri
5. V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V5
6. V6 : garis midaksilaris kiri setinggi V5
e. Hidupkan mesin EKG (power on), biarkan sebentar untuk pemanasan7
f. Periksa kembali standarisasi dari EKG, yaitu :
1. Kalibrasi 1 mV
2. Kecepatan 25 mm/detik
3. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol RUN/ START, dan
setelah kertas bergerak tombol kalibrasi ditekan 3 kali berturut-turut, dan
periksa apakah tinggi hasil kaliberasi 10 mm (1 mV)
g. Dengan memindahkan LEAD Selector, buat pencatatan EKG secara berturut-turut
: LEAD I, II, III, 2VR, 2VL, 2VF, V1-V6
h. Selesai pencatatan pindahkan lagi ke LEAD Selector Kalibrasi dan lakukan
kalibrasi sebanyak 3 kali
i. Matikan mesin EKG
j. Rapikan pasien dan alat-alat
k. Catat hasilnya di pinggir kiri atas kertas EKG :
1. Nama pasien
2. Umur
3. Tanggal dan jam perekaman
4. Yang membuat perekaman pada kiri bawah
Di bawah tiap LEAD, diberi tanda LEAD berapa
V. Hasil Praktikum
EKG
1. HR :
a. Lead I : 84 x/m
b.Lead II : 82 x/m
c. Lead III : 84 x/m
d.Lead aVR : 80 x/m
e. Lead aVL : 82 x/m
f. Lead aVF : 81 x/m
g.Lead V1 : 78 x/m
h.Lead V2 : 81 x/m
i. Lead V3 : 76 x/m
j. Lead V4 : 70 x/m
k.Lead V5 : 75 x/m
l. Lead V6 : 73 x/m
8
2. gel P : Posisi : Tegak ke atas pada semua sadapan, kecuali pada sadapan
aVR.
Waktu : 0,16 detik
Amplitudo : 2 mm
3. P-R interval : 0,16 detik
4. QRS complex : dominan ke atas pada lead I,II,III. Tertinggi pada lead II (normal).
Lebar QRS complex sekitar 2mm.
5. ST segment : isoelektrik (berada pada tinggi yang sama pada kertas sebagai garis
dasar rekaman diantara ujung gelombang T dan gelombang P
berikutnya), mengalami inversi pada lead III, aVR, V1.
Gel.T : Posisi : mengalami inversi pada aVR, tetapi gelombang T mengarah
ke atas pada semua lead yang lain.
Amplitudo : 2mm
9
Hasil Rekaman EKG
Nama : Triaji Tgl 14 Desember 2011 TD .............................
I
HR = 84
II
HR = 82
III
HR = 84
AVR
HR = 80
AVL
HR = 82
AVF
HR = 81
V1
HR = 78
V2
HR = 81
V3 V4
10
HR= 76 HR= 70
V5
HR = 75
V6
HR = 73
Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa hasil EKG dari Tri aji normal karena potensial aksi manofasik
yang terdapat pada otot ventrikel dalam keadaan normal berlangsung antara 0,25 sampai 0,35
detik. Yang dimaksud potensial aksi manofasik itu puncak gelombang P yang berasal dari
sebuah mikroelektroda yang disisipkan dibagian dalam serabut otot ventrikel. Puncak
gelombang tersebut disebabkan karena adanya depolarisasi, sedangkan gelombang yang
kembali ke dasar disebabkan karena adanya repolarisasi. Gelombang QRS muncul pada awal
potensial manofasik dan gelombang T dibagian akhir. Sewaktu otot ventrikel dalam keadaaan
polarisasi lengkap atau depolarisasi lengkap ternyata tidak ada sama sekali potensial yang
terekam pada elektrokardiogram. Potensial tersebut akan terekam apabila sebagian otot
berada dalam keadaan polarisasi dan sebagian lagi terdepolarisasi.sehingga aliran listris
tersebut mengalir dari satu bagian ventrikel menuju kebagian ventrikel yang lain.sehingga
arus listrik akan mengalir ke permukaan tubuh untuk menimbulkan gambar
elektrokardiogram.
11
Laporan Praktikum II
DENYUT JANTUNG (ICTUS CORDIS), BUNYI JANTUNG, &
PENGARUH PERUBAHAN POSISI DAN AKTIVITAS TERHADAP
TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG
I. Landasan Teori
Siklus Jantung
Siklus jantung mempunyai dua fase yaitu fase diastolik dan fase sistolik. Selama fase
diastolik, ventrikel kanan terisi darah dari atrium kanan, sedangkan ventrikel kiri terisi darah
dari vena pulmonalis. Pada fase sistolik, darah di ventrikel kanan dipompakan ke dalam arteri
pulmonalis menuju kapiler paru untuk proses oksigenasi. Sementara itu, darah dari ventrikel
kiri dipompakan dan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk membantu metabolisme jaringan.
Fase Diastolik
1. Fase relaksasi isometrik.
Awal fase diastolik, katup atriventrikular (AV; yaitu katup mitral dan trikuspidal) dan
semilunar (katup aorta dan pulmonal)menutup, serta atrium kanan mulai terisi darah
dari kedua vena cava (sauperior dan inferior). Sedangkan, atrium kiri terisi darah dari
sistem vena pulmonal.
2. Fase pengisian ventrikel cepat.
Saat atrium terisi darah, maka tekanan di ventrikel akan menurun sampai saat tekanan
di ventrikel lebih rendah dari tekanan atrium sehingga katup AV (katup mitral dan
trikuspidal) akan membuka sehingga darah dari atrium dengan cepat mengisi
ventrikel.
3. Fase pengisian ventrikel lambat (diastasis).
Pengisian darah yang lambat dari atrium ke ventrikel, terutama darah yang kembali
dari perifer dan paru-paru.
4. Fase kontraksi atrial.
Saat ventrikel terisi darah, maka tekanan ventrikel meninggi dan tekanan atrium
menurun. Hal ini akan memperlambat aliran darah dari atrium ke ventrikel sehingga
atrium berkontraksi guna memompakan darah yang tersisa di atrium agar masuk ke
ventrikel. Pada fase ini ventrikel kiri penuh dan volume darah di akhir fase diastolik
disebut Left Ventricular End Diasytolic Volume (LVEVD atau preload) kemudian
12
menghasilkan tekanan pada dinding ventrikel yang disebut Left Ventricular End
Diastolic Pressure (LVEDP).
Fase Sistolik
1) Fase kotraksi isometrik.
Setelah ventrikel penuh, sementara waktu katup AV (katup mitral dan trikuspidal) dan
katup seminular (katup aorta dan pulmonal) masih menutup. Ventrikel mulai
kontraksi dan tekanan intraventrikel meningkat.
2) Fase ejeksi cepat.
Saat tekanan intraventrikel terus meningkat sampai melebihi tekanan di aorta dan
arteri pulmonal, maka kedua katup semilunar terbuka dan darah dipompa dari kedua
ventrikel, masing-masing ke dalam aorta dan arteri pulmonal. Secara normal, 75%
volume darah ventrikel akan dipompa dalam fase ini.
3) Fase ejeksi lambat.
Dengan dipompanya darah ke dalam aorta dan arteri pulmonal, maka tekanan di aorta
dan arteri pulmonal meningkat sampai melibihi tekanan di ventrikel. Kemudian pada
saat inilah kedua katup semilunar akan tertutup.
Pengaturan sirkulasi perifer
Pengaturan secara intrinsik
Tahanan vaskular pada arteriol berperan penting dalam pengaturan aliran darah setempat
melalui mekanisme autoregulasi. Autoregulasi adalah suatu mekanisme di mana setiap
jaringan mengatur aliran darahnya sendiri sesuai dengan kebutuhan metabolisme setempat.
Pengaturan secara Ekstrinsik
Sistem saraf otonom terdiri atas dua sistem saraf yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
1. Stimulasi serabut sistem parasimpatis pada ganglion mengeluarkan asetilkolin dan disebut
sebagai serabut kolinergik.
2. Stimulasi serabut saraf sistem simpatis pada ganglion mengeluarkan nor-adrenalin dan
disebut sebagai serabut adrenergik.
Sistem reseptor adrenergik terdiri atas reseptor α-adrenargik dan β-adrenargik. Beberapa
reseptor adrenergik hanya memberi respon terhadap Dopamin dan disebut reseptor
dopaminergik.
a. Reseptor α-adrenergik mempunyai respons pada rangsang adrenalin. Lokasinya pada
arteriole dan venule. Stimulasi pada reseptor α-adregernik akan mengakibatkan
vasokonstriksi.
13
b. Reseptor β-adrenergik terdiri ats reseptor βcardial (β1) dan reseptor β perifer (β2).
Stimulasi reseptor β1 akan menyebabkan hal-hal berikut ini.
Peningkatan frekuensi denyut jantung (heart rate).
Peningkatan konduksi nodul AV.
Peningkatan kontraktilitas miokard.
Baroreseptor
Baroreseptor terletak di sinus karotis dan arkus ( arcus) aorta. Resptor ini mempunyai peran
sangat penting dalam pengaturan tekanan darah secara cepat. Jika tekanan darah naik secara
mendadak, maka akan memberikan rangsangan pada baroreseptor yang selanjutnya sinyal
tersebut dikirim ke medula olongata dan akan menghambat pusat vasokonstriksi, serta
merangsang pusat vagal sehingga terjadi vasodilatasi, kontraktilitas menurun, juga bradikardi.
Proses ini akan menghasilkan penurunan tekanan darah menjadi normal kembali. Demikian
juga sebaliknya, jika tekanan darah turun secara mendadak, maka akan menimbulkan
rangsang pada baroreseptor yang diteruskan ke medula oblongata dan akan menstimulasi
pusat vasokonstriksi serta menghambat pusat vagal sehingga terjadi vasokonstriksi,
kontraktilitas meningkat, dan takikardia. Selanjutnya, proses ini akan mengembalikan
tekanan darah menuju normal.
Kemoreseptor
Kemoresptor berada di sinus karotis dan arkus aorta. Stimulasi pada pusat kemoreseptor akan
menimbulkan rangsangan di pusat vasokontriksi sehingga terjadi kontriksi pembuluh darah
(vasokontriksi).
Fisiologi Bunyi Jantung
Saat kedua atrium berkontraksi, darah dipompakan ke dalam ruang ventrikel melalui katup
trikuspidalis pada jantung sisi kanan dan melalui katup mitral pada jantung sisi kiri.
Kemudian, kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan dan ventrikel kanan ke dalam
paru melalui katup pulmonalis, sedangkan dari ventrikel kiri darah dialirkan ke aorta melalui
katup aorta.
Awal kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi pada saat menutupnya katup mitral dan jatup
trikuspidalis, di mana kedua katup ini terbuka sela atrium berkontraksi (fase diastolik).
14
Penutupan katup mitral dan trikuspidalis menimbulkan bunyi Lub yang disebut Bunyi
jantung 1.
Awal relaksasi ventrikel (diastolik) terjadi waktu katup aorta dan katup pulmonal menutup, di
mana kedua katup ini terbuka saat ventrikel berkontraksi (fase sistolik). Penutupan katup
aorta dan pulmonal menimbulkan bunyi Dub yang disebut Bunyi jantung 2.
Bunyi Jantung
Bunyi jantung 1 dan Bunyi jantung 2.
1. BJ 1 terdengar lebih keras daripada BJ2; tetapi nada BJ1 lebih rendah, sedangkan BJ2
nadanya tinggi.
2. Di daerah apeks, BJ1 lebih keras dari BJ2.
3. Di daerah katup aorta dan pulmonal, BJ1 lebih keras dari BJ1.
Intensitas BJ1
1. Mengeras pada takikardia karena Mitral Stenosis (MS).
2. Melemah pada miokarditis, kardiomiopati, infark miokard, efusi perikard, mitral
insufisiensi (MI).
Intensitas BJ2
1. Mengeras pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal.
2. Melemah pada hipertensi dengan dinding vaskular yang lentur dan arus aliran darah
ke arteri pulmonalis tidak deras karena stenosis.
Cara membedakan BJ1 dan BJ2 adalah sebagai berikut.
1. Pembedaan intensitas sesuai dengan lokasi tersebut di atas.
2. Sinkronisasi dengan denyut arteri karotis. Arteri karotis berdenyut segera setelah
sistolik ventrikel.
Bunyi Jantung 3 dan Bunyi Jantung 4
Bunyi Jantung 3
1. Terdengar samar-samar pada fase awal diastolik (setelah BJ2).
2. Normal bila terdengar pada usi anak-anak, remaja, dan wanita hamil.
15
3. Terjadi akibat getaran pada muskulus papilaris dan korda tendinea katup mitral atau
trikuspidal, serta pada saatventrikel terisi darah dengan aliran yang deras.
Bunyi jantung 4
1. Normalnya tidak terdengar.
2. Terletak pada akhir fase diastolik atau pre-sistolik, yaitu sesaat sebelum BJ1 timbul,
pada gambaran EKG terletak di antara gelombang P dan kompleks QRS.,
3. Terjadi sebagai akibat kontraksi otot atrium yang mengalami hipertrofi.
Tekanan Darah
Tekanan darah dapat diperiksa dalam posisi yang berbeda dengan metode
sphygmomanomtri. Penting sekali mencatat posisi klien (duduk,berdiri, atau berbaring)
saat pengukuran tekanan darah. Dengan perubahan posisi (terlentang ke duduk), fluktuasi
normal tekanan darah dan denyut jantung meningkatkan ringan (sekitar 5mmHg untuk
tekanan sistolik dan diastolik; sedangkan denyut nadi meningkat 5-10 denyut per menit).
Setelah klien duduk dari posisi baring, berikan waktu 1-3 menit sebelum pengukuran
tekanan darah.
Terminologi hasil pemeriksaan tekanan darah yang umum digunakan dalam menilai
kondisi klien:
1. Postural hypotension adalah tekanan darah sistolikturun lebih dari 10-15 mmHg
dan tekanan darah diastolik turun lebih dari 10 mmHg serta diikuti peningkatan
denyut nadi 10-20% (Braundwald,1998)
2. Paradoxical blood pressure adalah penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mmHg
selama fase inspirasi (normalnya 3-10 mmHg). Kondisi klinis seperti tamponade
perikardial, perikarditis konstktiva, dan hipertensi vpulmonal kemungkinan besar
mengubah tekanan pengisian dalam ventrikel kanan dan kiri yang menimbulkan
tekanan darah paradoksikal. Tekanan ini dikaji dengan menginflasi manset (cuff)
kurang lebih 20 mmHg di atas tekanan sistolik kemudian dikempiskan perlahan
(1-2 mmHg per detik) sampai bunyi korotkoff I terdengar saat ekspirasi dan hilang
pada fase inspirasi. Terus dengarkan bunyi korotkoff sampai akhir pengukuran.
Jika bunyi selama inspirasi dan ekspirasi terpisah lebih dari 10mmHg, maka
pulsus paradox ada.
16
3. Tekanan nadi atau pulse pressure (PP) yaitu selisih tekanan sistolik dan tekanan
diastolik. Tekanan nadi normal normal 30-40 mmHg. Nilai ini dapat digunakan
sebagai pengukuran langsung terhadap curah jantung. Peningkatan tekanan nadi
terjadi pada bradikardi, regurtasi aorta, aterosklerosis, hipertensi, dan penuaan.
Penurunan tekanan nadi diakibatkan oleh resistensi vaskular perifer dan
penurunan volume sekuncup pada klien perdarahan atau hipovolemia, regurgitasi
mitral, mitral stenosi, gagal jantung, atau syok kardiogenik.
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jntung yang berkontraksi saat
memompa darah sehingga darah terus mengalir didalam pembuluh darah. Tekanan ini
diperlukan supaya darah tetap mengalir serta dapat melawan gravitasi dan hambatan dalam
dinding arteri. Tanpa tekanan darah yang terus menerus darah tak akan dapat mengalir ke
otak dan keseluruh jaringan tubuh.
Tekanan darah tergantung dari kemampuan jantung sebagai pompa dan hambatan dalam
pembuluh darah arteri. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 menit disebut curah
jantung (cardiac output). Cardiac output tergantung dari kecepatan jantung berdenyut (heart
rate) dan jumlah darah yang dipompakan dalam setiap denyutan atau pompaan yang disebut
isi sekuncup (stroke volume).Dalam keadaan normal isi sekuncup ini berjumlah sekitar 70 ml
dengan frekuensi denyut jantung 72 x/menit, sehingga curah jantung diperkirakan sekitar 5
liter. Jumlah ini tidak menetap tetapi dipengaruhi oleh aktivitas seseorang.
Sepanjang 24 jam tekanan darah selalu berubah-ubah berkisar antara 20 – 30 mmHg,
angka ini tergantung dari kegiatan dan tuntutan kebutuhan tubuh. Tekanan darah paling
rendah adalah apabila sedang istirahat atau pada saat tidur. Saat berdiri dan bergerak tubuh
akan mengadakan pengaturan sehingga tekanan darah menjadi stabil. Curah jantung
meningkat pada pada waktu melakukan kerja otot, stress, peningkatan suhu lingkungan,
kehamilan, setelah makan, dan aktivitas lainnya.
Didalam pembuluh darah, darah tidak mengalir secara kontinyu dan merata seperti air di
dalam pipa karet atau plastik, akan tetapi berupa semburan atau dorongan sesuai dengan
denyutan jantung sehingga pembuluh darah berdenyut. Tekanan pada pembuluh darah akibat
dorongan tersebut disebut tekanan sistolik, yaitu berupa tekanan maksimal yang menekan
pembuluh darah arteri. Selanjutnya tekanan pada pembuluh darah arteri akan menurun yaitu
17
selama jantung relaksasiatau diantara pompaan atau denyutan jantung, tekanan ini dinamakan
tekanan diastolic.
Pengukuran Tekanan Darah
a. Cara occilometrik
Prinsip pengukuran ini didasarkan pada pencatatan oscilasi yang tercatat pada tambur.
Tekanan sistolik dibaca saat mulai terjadinya oscilasi sedangkan tekanan diastolik
dibaca saat oscilasi maksimum. Pengukuran ini jarang dilakukan
b. Cara palpatorik
Alat yang digunakan sphygmomanometer. Pada saat tekanan / kompresi yang tinggi
pada n.brakhialis / radialis tidak dapat diraba, pada saat penekanan diturunkan nadi
dapat teraba dan ini disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastolik dengan cara
ini tak dapat diukur.
c. Cara auskultatorik ( Korotkoff)
Alat yang digunakan terdiri dari sphygmomanometer yang dilengkapi dengan manset,
manometer airraksa, pompa karet, katup pengatur dan stetoskop.Jika pompa karet
dipompa berkali-kali, rongga udara akan mrngembang, dan akan mendorong airraksa
sebagai penunjuk tekanan akan menunjukkan tekanan yang semakin meningkat. Jika
penutup katup pengatur dibuka, tekanan udara dalam rongga manset lengan akan
berkurang dan air raksa sebagai penunjuk tekanan juga akan menurun. Dengan
meletakkan stetoskop diatas arteri lengan (dibawah pemasangan manset).
Phase I : bunyi pembuluh darah yang menyerupai bunyi jantung pertama
Phase II : seperti bunyi phase I tetapi disertai oleh semacam bising
Phase III : bising hilang lagi, kembali seperti phase I
Phase IV : bunyi pembuluh sekonyong-konyong menjadi perlahan
Phase V : bunyi pembuluh hilang
Phase I = tekanan sistolik
Phase V = tekanan diastolik
Yang dianjurkan sebagai suasana baku pada pengukuran tekanan darah :
1. Suhu ruangan harus nyaman bagi penderita, tidak terlalu dingin atau panas, dan
dicatat
2. Lingkungan tidak gaduh (tenang)18
3. Penderita harus dalam keadaan istirahat, yang dimaksudkan ialah sebelum
pelaksanaan pengukuran tekanan darah penderita tidak boleh melakukan kegiatan
fisik, makan merokok atau kedinginan sekurang-kurangnya dalam waktu 30 menit
sebelum pelaksanaan (atau berbaring selama 10-15 menit).
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan
yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis
yang berada dilingkungan sel.
III. Tata Kerja Praktikum
IIA. Denyut Jantung Denyut Jantung (Ictus Cordis)
1. Mintalah orang percobaan melepas bajunya dan perhatikan apa yang tampak pada
ruang intercostal V sedikit medial dari garis medioclavicularis. Untuk lebih jelasnya
suruh orang percobaan sedikit membungkuk badannya.
2. Lihat dan raba dan hitung denyut jantungnya.
3. Catat apa yang akan terjadi bila orang percobaan melakukan ekspirasi atau inspirasi
yang dalam.
IIB. Bunyi Jantung
Dengarkan bunyi jantung pada tempat-tempat berikut ini :
1. Apex
2. Sela iga II sebelah kanan dari sternum
3. Sela iga II sebelah kiri dari sternum
4. Sela iga IV sebelah kanan sternum
5. Sela iga IV sebelah kiri sternum
IIC. Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut
Jantung
1. Mintalah orang percobaan untuk relax
2. Hitunglah denyut nadi orang percobaan
3. Pasang manset pada lengan atas
19
4. Pompa karet berkali-kali sampai airraksa pada manometer naik mencapai 20 – 40
mmHg diatas rata-rata tekanan darah normal sambil meletakkan stetoskop diatas arteri
dibawah pemasangan manset
5. Buka klep pengatur perlahan-lahan
6. Dengarkan dengan seksama suara yang terdengar melalui stetoskop
7. Tentukan sistolik dan diastolik
8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur, duduk, dan berdiri
9. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit
selama 3 menit tanpa istirahat.
10. Periksa kembali denyut nadi dan tekanan darah orang percobaan segera setelah 1’, 2’,
dan 3’ melakukan aktivitas.
III. Hasil Praktikum
Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung
Hasil auskultasi :
Bunyi jantung yang terdengar di stetoskop itu lub dup. Bunyi pertama lub
terdengar sangat keras, dihasilkan oleh katup atrioventrikular yang menutup.
Bunyi kedua dup terdengar lebih pelan karena katup aortik dan pulmunal yang
menutup.
Hasil pencatatan :
1. Waktu antara sistol ke diastol berikutnya : ………… detik
2. Waktu antara sistol ke sistol berikutnya : ………… detik
3. Waktu antara diastol ke diastol berikutnya : ………… detik
4. Waktu antara dua sistol : ………… detik
5. Waktu antara dua nadi arteri : ………… detik
6. Denyut jantung rata-rata berdasar hasil di atas : 80 /menit
Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut
Jantung
Denyut Nadi saat istirahat : 90/60 x/m
Tekanan darah pada posisi tiduran : 125 / 62/ 90
Tekanan darah pada posisi duduk : 135 / 68 / 92
Tekanan darah pada posisi berdiri : 118 / 92 / 93
20
Denyut nadi setelah aktivitas : 1’ 110 2’ 111 3’ 107
Tekanan darah setelah aktivitas : 1’147 / 73 2’135 / 65 3’132 / 73
Kesimpulan
Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung
Frekuensi denyut nadi menurun pada saat istirahat, dan meningkat pada saat tekanan
darah naik dan beraktivitas. Beraktivitas seperti latihan fisik akan memacu kerja jantung
semakin cepat sehingga denyut jantung pun meningkat karena pada saat beraktivitas kerja
otot jantung menjadi ekstra karena untuk memnuhi suplai darah ke jantung supaya tetap
stabil.
Bunyi jantung yang terdengar adalah lub dup. Bunyi lub terdengar ketika katup
atrioventrikular menutup dan terdengar sangat keras. Bunyi dup terdengar ketika katup aortik
dan pulmonal menutup dan bunyinya pelan.
Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut
Jantung
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan oleh darah di dalam pembuluh darah.
Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan resistensi terhadap aliran darah yang
diatur oleh pembuluh darah terutama oleh kaliber artriol.
Tekanan darah akan meningkat pada saat emosi dan latihan fisik dan menurun selama
tidur dan istirhat. Sehingga terdapat perbedaan tekanan darah terhadap pengaruh perubahan
posisi. Pada saat posisi tidur tekanan darah menurun itu disebabkan aliran darah ke setiap
pembluh itu mengalir lambat melalui kapiler-kapiler pembuluhnya. Sedangkan pada saat
duduk aktivitas kerja pembuluh darah untuk memompa jantung sedikit terangkat karena
posisi yang tidak sejajar dengan jantung. Apalagi pada saat berdiri kaplier darah bekerja
semakin semakin cepat sehingga tekanan darah yang dihasilkan harusnya meninhkat pula,
tapi pada praktikum kami terjadi kesalahan itu disebabkan faktor dari pemeriksaan yang
kurang tepat tidak sesuai prosedur yang harus dikerjakan.
21
Laporan Praktikum III
PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS
TERHADAP JARINGAN TUBUH
I. Landasan Teori
Asupan Cairan harian
Cairan ditambahkam kedalam tubuh dalam satu seumber utama, yaitu : pertama
beasal dari air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar
2100ml/hari dan kedua berasal dari sintesisi di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang
menambah sekitar 200 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat bervariasi pada masing-masing
orang bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda tergantung pada cuaca,
kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Pergerakan Cairan Tubuh
Cairan tubuh walaupun didistribusikan pada kompartemen tertentu, pada
kenyataannya tidaklah terikat pada satu kompartemen saja. Cairan akan bergerak dan terjadi
pertukaran antara cairan intrasel, cairan interstisial, dan cairan intravaskuler secara menetap.
Cairan intrasel dipisahkan oleh membran sel dari cairan interstisial, dan cairan
intravaskular dipisahkan oleh dinding kapler dari cairan interstitial. Perbedaan struktur
pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam cara perpindahan cairan diantara kompartemen
ini.
Terdapat 3 mekanisme perpindahan zat saat melintasi membran sel yaitu:
1) Difusi
Difusi adalah pergerakan cairan dari konsntrasi tinggi ke konsetrasi rendah. Difusi
terbagi dua, yaitu :
1. Difusi terfasilitasi seperti pada glukosa dan yang paling lazim asam amino.
2. Difusi melalui mebran pori – pori
Beberapa zat seperi air dabn berbagai ion yang terlarut di dalamnya pada kondisi
tertentu dapat langsung melwati paru-paru membran sekaligus . di pengaruhi oleh
permeabilitas dan muatan listrik dari zat-zat tersebut.
22
2) Transport Aktif
Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel
dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya pompa
untuk mengatur natrium dan kalium di interstisial dan di ekstrasel.
Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel, sedangkan
kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel & natrium
masuk ke intrasel pompa Na–K akan menariknya kembali ke kompartemen semula.
Mekanisme ini membantu distribusi komponen cairan dalam keadaan normal dan
membantu dalam mempertahankan homeostasis.
3) Osmosis :
Osmosis adalah pergerakan cairan melewati membran semipermiabel dari
konsentrasi yang rendah menuju konsentrasi tinggi.
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi
pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada
dilingkungan sel.
III. Alat yang digunakan :
1. Tabung reaksi 3 (tiga) buah
2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari :
Cairan hipotonis : Nacl 0.45%
Cairan isotonis : NaCl 0.9%
Caairan hipertonis NaCl 3%
3. Spuit disposible 5 ml
4. Kapas alcohol
5. Basin Kidney
IV.Tata Kerja Praktikum
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%,
NaCl 0.9% dan NaCl 3%
2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3
ml
3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi23
4. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan
5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut ?
6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut !
V.Hasil Praktikum
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan :
Darah nya lebih kehitaman, lebih kental dan menggumpal cepat
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan :
Darahnya lebih terang daripada darah yang dicampur dengan cairan NaCl 0.45 %,
menggumpalnya agak lama
Campuran darah dengan cairan NaCl 3% :
Darahnya lebih cerah, tidak ada endapan, lebih encer tidak menggumpal
Kesimpulan:
NaCl 0.45% bersifat hipotonis terhadap darah
Berarti darah dengan cairan NaCl 0,45 % memiliki konsentrasi solut, yaitu konsentrasi zat
terlarut lebih rendah konsntrasi zat tersebut dalam darah. Dengan demikian, konsentrasi
dalam larutan jauh lebih tinggi daripada di dalam darah sehingga air bergerak masuk ke
dalam darah melalui proses osmosis. Proses nya disebut hemolisis.
NaCl 0,9% bersifat isotonis terhadap darah
Berarti darah dengan cairan NaCl 0,9 % memiliki tonisitas yang sama, yaitu konsentrasi zat
terlarut dalam sel sebanding dengan konsentrasi zat tersebut dalam darah. Darah yang
ditempatkan dalam larutan isotonis konsentrasinya sebanding sehingga kondisi kesemibangan
dinamis tercapai karena laju pergerakan air yang masuk ke darah sebanding, berarti darah
tidak mengalami perubahan apapun.
NaCl 3% bersifat hipertonis terhadap darah
Berarti darah dengan cairan NaCl 3% memiliki konsentrasi solut yang lebih tinggi daripada
konsentrasi zat tersebut dalam darah. Dengan demikian, konsentrasi air dalam larutan lebih
rendah daripada yang ada di dalam darah sehingga air dalam darah bergerak ke luar menuju
larutan melalui proses osmosis. Proses tersebut disebut krenasi.
24
Laporan Praktikum IV
PENGARUH KELEBIHAN CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS
TERHADAP PEMBENTUKAN URINE
I. Landasan Teori
Asupan Cairan harian
Cairan ditambahkam kedalam tubuh dalam satu seumber utama, yaitu : pertama
beasal dari air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar
2100ml/hari dan kedua berasal dari sintesisi di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang
menambah sekitar 200 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat bervariasi pada masing-masing
orang bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda tergantung pada cuaca,
kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.
Kehilangan cairan Tubuh Harian
Kehilangan air yang tidak dirasakan (insensible water loss). Beberapa pengeluaran
cairan tidak dapat diatur secara cepat. Contohnya kehilangan air yang berlangsung terus
menerus melalui evaporasi dan traktus respiratorus dan difusi melalui kulit,pada keadaan
normal keduanya mengeluarkan air sebanhyak 700 ml/hari. Insensible water loss yang terjadi
melalui kulit tidak bergantung pada keringat karena orang yang terlahir tanpa kelenjar
keringat pun kehilangan air sebanyak 300 sampai 400 ml/hari. Insensible water loss melalui
traktus respiratorus rata-rata kehilangan air sebanyak 300 sampai 400 ml/ hari. Ini terjadi
karena proses respirasi saat mengeluarkan udara itu ada cairan juga yang ikut keluar dan
terbentuklan uap air dari hasil respirasi .
Kehilangan air melalui keringat. Jumlah air yang hilang melalui keringat sangat
bervariasi bergantung pada aktivitas fisik seseorang. Volume keringat normal kira-kira 100
ml/hari, tapi pada cuaca yang sangat panas atau selama aktifitas berat kehilanagn cairan
melalui keringat kadang-kdang meningkat sampai 1-2 liter / jam.
Kehilangan air melalui feses. Secara normal jumal air yang dikeluarkan melalui feses sedikit,
yaitu 100 ml/hari. Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehati pada pasien diare
berat. Oleh karena itu, diare dapat membahaykan jiwa jika tidak ditangani dalam bebrapa
hari.
25
Kehilangan air melalui ginjal. Air yang dihilang melalui ginjal dalam bentuk urin. Air
yang hilang pada sekali proses miksi atau kencing itu sebanyak 250 – 400 ml.
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan
jumlah urine dalam waktu tertentu sebagai dampak dari penambahan cairan hipotonis,
isotonis, dan hipertonis.
III. Alat-alat yang digunakan:
1. Gelas ukuran
2. Cairan untuk diminum :
Aqua 1 liter
NaCl 0. 9% 1 liter
Dextrose 10% 1 liter
3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat
IV. Tata Kerja Praktikum
1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi orang percobaan
2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan kandung
kemihnya
3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II minum
NaCl 0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%
4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali
kandung kemihnya
5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang percobaan
6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan
tersebut ? mengapa demikian, jelaskan mekanismenya !
V. Hasil Praktikum :
Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter menghasilkan :
1/2 jam kemudian : 100 ml dg BJ :1,08
1 jam kemudian : 200ml dg BJ :1,05
2 jam kemudian :430ml dg BJ :1,02
Orang Percobaan II minum Pocari Sweat 1 liter menghasilkan :
½ jam kemudian : 220ml dg BJ :1,01
1 jam kemudian : 310ml dg BJ :1,05
26
2 jam kemudian : 530ml dg BJ :1,03
Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :
½ jam kemudian : 50 ml dg BJ :1,08
1 jam kemudian : 240 ml dg BJ :1,05
2 jam kemudian : 410 ml dg BJ :1,02
Kesimpulan
Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter
Volume urin yang meminum air aqua lebih banyak dari volume urin yang meminum pocari
sweat. Berarti cairan tubuh dengan air aqua adalah hipotonis ,memiliki konsentrasi solut,
yaitu konsentrasi zat terlarut lebih rendah daripada konsntrasi zat yang ada dalam cairan
tubuh. Dengan demikian, konsentrasi dalam larutan jauh lebih tinggi daripada di dalam cairan
tubuh sehingga air bergerak masuk ke dalam cairan tubuh melalui proses osmosis. Cairan
hipotonis mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, yaitu kurang dari
282 mOsm/liter, sehingga air berdifusi ke dalam cairan tubuh. Sehingga volume urin yang
keluar akan sedikit karena larutan tersebut bergerak masuk kedalam cairan tubuh.
Orang Percobaan II minum Pocari Sweat 1 liter menghasilkan :
Volume urin yang meminum pocari sweat sesuai dengan kadar jumlah urin yang harus
dikeluarkan. Dapat disimpulkan bahwa pocari sweat bersifat isotonik yakni larutan dengan
zat terlarut impermeabel yang mempunyai osmolaritas 282 mOsm/liter, sel tidak akan
mengkerut atau membengkak karena konsentrasi cairan dalam intrasel dan ekstrasel adalah
sama dan zat terlarut tidak dapat keluar atau masuk sel.
Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :
Volume urin orang yang meninum dextrosa paling banyak diantra kedua cairan diatas. Dapat
disimpulkan bahwa cairan dextrosa hipertonis terhadap cairan tubuh. Cairan hipertonis yang
mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir keluar
dari sel ke dalam cairan ekstrasel. Dalam hal ini, sel akan mengkerut sampai kedua
konsentrasi sama. Maka , volume urin yang meminum dextrosa lebih banyak dari yang
lainnya. Karena dextrose itu mengandung glulkosa sehingga jika membandingkan seseorang
yang minum air tawar dengan air manis makan hasil volume urin yang lebih banyak adalah
orang yang memnimu air manis.
27
Laporan Praktikum V
PENGARUH BERBAGAI PENUTUP TERHADAP PENGUAPAN
I. Landasan Teori
Mekanisme Produksi Panas
Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktir-faktor yang
berperan penting dalam metabolisme tubuh. Diantaranya yaitu: (1) laju metabolisme basal
dari semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang disebabkan karena konstruksi otot
yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh
trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon pertimbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4)
metabolisme tambahan yang disebabkan efek epnefrin dan norepinefrin; (5) metabolisme
tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi dalam sel.
Mekanisme Kehilangan Panas
Sebagian besar produksi panas dalam tubuh dihasilkan pada organ dalam terutama hati,
otak, jantung, dan otot rangka terutama selama kerja. Kemudian panas ini dari jaringan dalam
tubuh ke kulit melalui sistem penghubung arteriovenosus (arteriovenous shunt). Penghubung
dapat terbuka untuk menghantarkan panas dari kulit ke lingkungan sekitarnya atau tertutup
untuk menhambat panas keluar dari tubuh. Membuka atau mentupnya arteriovenosus ini
diatur oleh sistem saraf simpatis yang berespon terhadap perubahan lingkungan. Berbagai
cara panas hilang dari kulit ke lingkungan yaitu:
(1) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu denga permukaan
yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier, 1991). Orang
yang telanjang pada suhu kamar normal kehilangan panas kira kira 60% dari kehilangan
panas total (sekitar 15%) melalui radiasi (Guyton, 1997). Kehilangan panas melalui
radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis
gelombang elektromagnetik.
(2) Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai
kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). Darah membawa atau
mengkondiksikan panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Normalnya, hanya sedikit
jumlah panas yang dilepaskan melalui proses konduksi ke permukaan kulit. Selimut
28
pendingin atau kasur pendingin dapat digunakan untuk menurunkan demam melalui
konduksi panas dari kulit ke kasur/selimut pendingin. Perpindahan panas juga dapat
terjadi melalui pemaparan dengan air. Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih
besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat
mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar dari pada udara. Juga konduktifitas
air terhadap panas berbeda dengan konduktifitas udara. Oleh karena itu, kecepatan
kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar dari pada
kecepatan kehilangan panas ke udara pada suhu yang sama.
(3) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara diantara dua area yang
berbeda kepadatannya (Taylor, 1997). Ada dua macam konveksi yaitu konveksi alamiah
dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu udara sekitar
lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi paksa terjadi dari
pendingin ruangan seperti AC dan kipas angin.
(4) Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus menerus dari traktus respiratorius,
mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). Evaporasi dapat terjadi melalui kulit dan
paru-paru (insensible waterloss). Evaporasi air yang tidak kelihatan ini tidak dapat
dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan dari
difusi molekul air terus menerus melalui kulit dan permukaan sistem pernafasan. Akan
tetapi kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat diatur dengan pengaturan
kecepatan berkeringat. Berkeringat terjadi melalui kelenjar keringat yang diatur oleh
sistim saraf simpatis
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak
terhadap kehilangan panas
III. Alat yang digunakan :
a. Thermometer air
b. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah
c. Minyak goreng 100 ml
29
b. Kain wool untuk penutup gelas
c. Kain tipis dari katun penutup gelas
d. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air
IV. Tata Kerja :
1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih
2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian
3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun
Gelas II ditutup dengan kain wool
Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml
4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.
V. Hasil Praktikum :
Gelas I menghasilkan :
¼ jam I : 45° V : 31°
¼ jam II : 38,5° VI : 30°
¼ jam III : 34° VII : 29°
¼ jam IV : 33° VIII : 29°
Gelas II menghasilkan :
¼ jam I : 44° V : 31°
¼ jam II : 39° VI : 29,5°
¼ jam III : 35° VII : 29°
¼ jam IV : 32,5° VIII : 28,5°
Gelas III menghasilkan :
¼ jam I : 46° V : 32°
¼ jam II : 40° VI : 31°
¼ jam III : 35° VII : 30°
¼ jam IV : 32,5° VIII :29,5°
Kesimpulan
Hasil yang disimpulkan diantara ketiga kain penutup tersebut yang paling rapat susunan
molekulnya yaitu penutup dengan minyak. Penguapan yang terjadi pada air panas yang
ditutup dengan minyak pun lama karena dipengaruhi susunan molekul minyak yang rapat.
Dibandingkan dengan penutup yang menggunakan kain katun dan wol. Tetapi antara kain
30
katun dan wol susunan molekul yang lebih rapat,yaitu kain katun karena dilihat dari hasil
diatas penguapan yang terjadi lebih cepat diair yang menggunakan penutup kain wol karena
susunam molekul dikain wol lebih regang dibandingkan dengan susunan molekul pada kain
katun.
Setelah dilakukan percobaan sampai dengan percobaan ke VIII penguapan yang lebih cepat
terjadi diair yang menggunakan penutup kain wol dan yang paling lama penguapan diair yang
menggunakan penutup minyak.
31
Laporan Praktikum VI
PERNAFASAN DAN SUHU TUBUH
I. Landasan Teori
Pernapasan
Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktivitas metaboliknya. Sebagian besar
energi ini didapat dari reaksi yang hanya dapat terjadi jika ada oksigen. Produk sisa reaksi ini
adalah karbondioksida. Sistem pernapasan memungkinkan oksigen yand ada di atmosfir
masuk ke dalam tubuh dan memungkinkan ekskresi karbondioksida dari tubuh. Pertukaran
gas antara darah dan paru disebut respirasi eksternal, sedangkan pertukaran gas antara darah
dan sel disebut respirasi internal.
Siklus Pernapasan
Rata-rata frekuensi napas normal adalah 12-15 napas per menit. Tiap pernapasan
terdiri atas fase inspirasi, ekspirasi, dan istirahat.
1. Inspirasi
Saat kapasitas torak meningkat oleh kontraksi simultan otot interkosta dan
diagfragma, pleura parietal bergerak bersama otot interkosta dan diagfragma. Hal ini
mengurangi tekanan di dalam rongga pleura sehingga tekanan tersebut lebih rendah daripada
tekanan atmosfir. Pleura visera mengikuti pleura parietal, menarik paru bersmanya. Hal ini
menyebankan paru mengembang dan tekanan di dalam alveoli dan di jalan napas menurun
sehingga udara ditarik masuk ke paru agar menyamakan tekanan udara atmosfir dan paru.
Proses ini berlangsung akit karena menggunakan energi untk kontraksi otot. Tekanan negatif
yang dihasilkan di rongga toraks membantu aliran balik vena ke jantung disebut sebagai
pompa respiratorik. Pada istirhat inspirasi berlangsung selama 2 detik.
2. Ekspirasi
Reaksi otot interkosta dan diagfragma menyebabkan gerakan sangkar iga ke bawah
dan ke dalam dan lentur paru. Saat ini, terjadi tekanan di dalam paru lebih daripada tekanan
atmosfir sehingga udara dikeluarkan dari saluran napas. Paru masih berisi sebagian udara dan
dicegah dari kondisi kolaps total oleh pleura yang utuh. Proses ini terjadi pasif sehingga tidak
memerlukan pengeluaran energi. Saat istirahat, ekspirasi berlangsung sekitar 3 detik. Setelah
ekspirsi terdapat keadaan istirahat sebelum siklus berikutnya dimulai.
32
Variabel Fisiologi yang Memengaruhi Pernapasan
Variabel ini adalah elastisitas, yaitu semakin rendah elastisitas jaringan ikat, ssemakin
besar ekspirasi paksa dan upaya inspirasi yang diperlukan, peregangan (compliance) paru
semakin rendah peregangan paru semakin besar upaya yang diperlukan paaru untuk
mengembang, dan resistensi jalan napas semakin besar resistensi jalan napas, misalnya
bronkokontriksi, semakin besar upaya pernapasan yang di perlukan untuk mengembangkan
paru.
Volume dan Kapasitas Paru
Paru dan saluran napas tidak pernah kosong. Saat terjadi pertukaran gas pada dinding
alveolus dan alveoli, kapasitas saluran udara yang tersisa di paru disebut ruang mati anatomis
sekitar 150 ml.
Volume tidal (TV) merupakan jumlah udara yang masuk dan keluar paru saat tiap
siklus pernapasan sekitar 500 ml dalam kondisi istirahat.
Volume cadangan insipirasi (inspiratory reserve volume , IRV) adalah volume udara
tambahan yang dapat dihirup ke paru saat inspirasi maksimal, yakni lebih dari TV normal.
Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC) adalah jumalh udara yang dapat
diisnpirasi dengan upaya maksimum. IC terdiri atas vollume tidal (500 ml) dan IRV.
Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity,FRC) adalah jumlah sisa
udara dalam saluran napas dan alveoli di akhir ekspirasi. FRC mencegah alveoli kolaps saat
ekspirasi biasa dan mencegah perubahan konsentrasi gas darah.
Volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, ERV) adalah volume udara
terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru saat ekspirasi maksimal. Volume residu (RV) tidak
dapat langsung diukur, tetapi volume ini merupakan volume udara sisa di paru setelah
ekspirasi paksa. Kapasitas vital (VC) adalah volume maksimum udara yang dapat masuk dan
keluar paru.
Pertukaran Gas
1. Difusi gas
Pertukaran gas terjadi saat terdapat perbedaan tekanan parsial pada membran
semipermeabel. Perpindahan gas secara difusi yaitu perpindahan gas dari konsentrasi
tinggi ke rendah hingga tercapainya keseimbangan.
33
2. Respirsi eksternal
Pertukaran gas melalui difusi antara alveoli dan darah di kapiler alveolus, disepanjang
membran respiratorik. Tiap dinding alveolus merupakan satu sel tebal dan dikelilingi
oleh jaringan kapiler kecil.
3. Respirasi internal
Pertukaran antara gas oleh difusi antara darah di dalam kapiler dan sel tubuh.
Pertukaran gas tidak terjadi pada dinding arteri yang membawa darah dari jantung ke
jaringan karena dindingnya terlalu tebal. Darah yang masuk ke jaringan telah bersih
dari karbondioksida dan oksigen pekat saat melalui paru sehingga tekanan oksigen di
paru lebih tinggi.
Kontrol Pernapasan
Kontrol pernapasan normalnya berlangsung secra involunter. Kontrol volunter
dilakukan saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan menyanyi.
Suhu Tubuh Normal
Tidak ada tingkat suhu yang dianggap normal, karena pengukuran pada banyak orang
normal suhu memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu mulai dari 36oC (97oF) samapai
lebih dari 37,5oC (99oF). Bila diukur per rektal nilainya kira-kira 0,6oC (1ºF) lebih tinggi dari
suhu oral (Guyton&Hall, 1997). Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa suhu tubuh
normal berkisar antara 36,5-37,5oC (Scheifele, 1989 yang dikutip oleh Iskandar, 2002).
Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada lingkungan yang ekstrim, karena
pada pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila bentuk panas yang berlebihan karena kerja fisik
yang berat maka suhu rektal akan meningkat sampai setinggi 34-40ºC. Sebaiknya ketika
tubuh terpapar dengan suhu yang dingin maka suhu rektal dapat turun dibawah 35,6ºC.
Pengaturan Suhu Tubuh
Konsep Set-Point Dalam pengaturan Suhu Tubuh
Pada tingkat yang hampir tepat 37,1oC terjadi perubahan drastis pada kecepatan
kehilangan panas dan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini, kecepatan
kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan panas sehingga suhu tubuh
turun dan mencapai kembali tingkat 37,1oC. Sebaliknya pada suhu dibawah tingkat ini, 34
kecepatan pembentukan panas lebih besar dari pada kecepatan kehilangan suhu panas
sehingga suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu 37,1oC. Tingkat temperatur kritis
ini disebut set-point dari mekanisme pengaturan suhu tubuh, yaitu semua mekanisme
pengaturan temperatur yang terus menerus berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh ke
tingkat set-point (Guyton&Hall, 1997)
Mekanisme pengaturan Suhu Tubuh
Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi suhu kulit dan
suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur produksi
panas dan kehilangan panas.
Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh di kulit dan
deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin dan panas.
Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat sepuluh kali
lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama
menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat (Guyton&Hall, 1997).
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point berada di atas
tingkat temperatur kritis), maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menurunkan set-
point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan meningkatkan pelepasan panas
tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun dan mencapai tingkat temperatur kritis
(Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari stimulus suhu panas adalah berupa
vasodilatasi pembuluh darah di seluruh tubuh, berkeringat, dan penghambatan termogenesis
kimia seperti hormon epinefrin dan tiroksin oleh sistim saraf pusat (Kozier, 1991).
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point berada di bawah
tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menaikkan
produksi panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke lingkungan.
Akibatnya suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur kritis
(Guyton&Hall, 1997).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
(1) Usia
Baik usia yang lebih muda maupun yang lebih tua, sangat sensitif terhadap perubahan
suhu lungkungan. Bayi dan anak-anak lebih cepat berespon terhadap perubahan suhu
35
udara baik panas maupun dingin. Menurut Donna (1993) menyatakan bahwa pengaturan
suhu tubuh pada usia toodler sudah mulai stabil dibandingkan dengan infant. Orang
berusia lanjut (diatas 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi dikarenakan faktor penuaan
sehingga kontrol pengaturan suhu tubuh kurang optimal (Taylor, 1997)
(2) Variasi diurnal
Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2oC
diantara pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi diantara
pukul 20.00 dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara pukul 04.00
dan 06.00 (Kozier, 1991).
(3) Exercise
Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40oC diukur secara
rektal (Kozier, 1991).
(4) Hormon
Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan laki-laki. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan hormonal pada waita terutama peningkatan progesteron
pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,5-1oC (Taylor,
1997).
(5) Stress
Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress
menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan
metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu tubuh
(Kozier, 1991).
(6) Suhu Lingkungan
Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh
seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa baju
pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat meningkatakan
hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka akan terjadi
hipertermi (Taylor, 1997).
36
(7) Cairan
Salah satu fungsi cairan dalam pengaturan sirkulasi darah adalah menghantarkan panas
yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Yang dimaksud cairan disini adalah darah.
Aliran darah ke kulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan dengan cara ini
mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus gastrointestinal,
kulit, atau ginjal yang berlangsung secara abnromal dan dehidrasi dapat menyebabkan
menurunnya volume cairan intravaskuler. Berkurangnya cairan intravaskuler akan
menyebabkan menurunnya volume darah. Penurunan volume darah akan menggangu
proses transportasi dari tubuh ke lingkungan. Akibatnya temperatur tubuh akan
meningkat (Guyton&Hall, 1997).
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat
1. Menjelaskan mekanisme pengaturan pernafasan.
2. Menjelaskan perubahan suhu tubuh sebagai dampak dari perbedaan cara pengukuran
III. Alat-alat yang digunakan:
1. Stopwatch
2. Kantong kertas
3. Thermometer oral
4. Thermometer aksila
5. Air es
IV. Tata Cara Praktikum
VIA. Pernafasan Pada Manusia
Pernafasan Kuat dan Apnoe
1. Catat pernafasan normal selama 5 detik. Sekarang catat pernafasan kuat, cepat,
dan dalam selama 2-3 menit. Kemudian bernafas biasa dan lupakan pernafasan tadi
(jangan mengatur pernafasan dengan sengaja). Catat masa pemulihan ini sebaik-baiknya.
Apa yang Saudara lihat? Adakah masa apnoe, hitung waktunya!
37
2. Ulangi percobaan di atas, tetapi gunakan kantong kertas untuk pernafasan kuat.
VIB. Titik Penghentian
1. Catat lama penghentian (berhentilah bernafas) setelah hal-hal berikut. Istirahat selama 5
menit setelah tiap mengerjakan ini.
a. Ekspirasi biasa.
b. Ekspirasi tunggal kuat.
c. Inspirasi tunggal kuat.
d. Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit.
e. Inspirasi tunggal kuat dari sebuah kantong oksigen.
f. Inspirasi tunggal kuat sesudah pernafasan selama 3 menit dengan 3 kali pernafasan
yang terakhir dari sebuah kantong oksigen.
g. Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit).
Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal
VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS
A. Suhu pada Ketiak
Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan
bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam
ketiak (ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan
bacalah hasilnya.
B. Suhu Mulut
Turunkan termometer, bersihkan termometer dengan air dan alkohol. Pasang termometer
di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan bacalah
hasilnya. Bandingkan dengan (A).
C. Pengaruh Penguapan
Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut
selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama
dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).
D. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut
Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu
mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer
tidak perlu diturunkan dahulu). 38
Lakukan percobaan A, B, C, dan D pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis
kelamin, umur, dan suhu ruangan.
V. Hasil Praktikum :
VIA. Pernafasan Pada Manusia
Pernafasan Kuat dan Apnoe
RR Normal :27 x/ menit Dengan Kantong Kertas : 25 x / menit
RR setelah nafas kuat cepat : 141x/m Dengan Kantong Kertas : 158x/m
Masa Pemulihan: 1menit 48 detik Dengan Kantong Kertas : 1menit 36 detik
Masa Apnoe : 5 detik Dengan Kantong Kertas : 7 detik
Penjelasan: pusing Dengan Kantong Kertas : tidak terasa pusing,pengap
VIB. Titik Penghentian
Lama henti antara :
h. Ekspirasi biasa : 1 detik
i. Ekspirasi tunggal kuat : 1,28 detik
j. Inspirasi tunggal kuat : 1,48 detik
k. Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit : 2 detik
l. Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit) : 2,68
detik
Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal
40 detik 1 : 2,37 detik 40 detik 2 : 3,02 detik
VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS
Suhu pada Ketiak : 35,5° C
Suhu Mulut : 36,8° C
Suhu Mulut (nafas melalui mulut) 5’ pertama: 36,1° C 5’ kedua : 36,6° C
Suhu Mulut (kumur dg es) 5’ pertama : 35,5° C 5’ kedua : 36,8° C
39
Kesimpulan :
Pernafasan Pada Manusia
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pernapasan orang percobaan tersebut bisa
dikatakan normal karena saat pernapasan normal dan tenang, semua kontraksi otot
pernapasan terjadi selama insprirasi, sedangkan pada saat ekspirasi adalah proses yang
hampir seluruhnya pasif akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka dada. Jadi, dalam
keadaan istirahat otot-otot pernapasan bekerja untuk menimbulkan inspirasi tapi tidak untuk
menimbulkan ekspirasi.
Selama pernapasan normal dan tenang hanya 3 sampai 5 persen dari energi total yang
dikeluarkan oleh tubuh yang diperlukan untuk ventilasi paru. Tapi selama kerja yang berat
seperti percobaan diatas saat pernapasan memakai kantong plastik dan pernapasan kuat,cepat,
dan dalam membutuhkan energi yang lebih banyak bahkan sampai 50 kali lipat terutama jika
orang tersebut mengalami peningkatan resistensi jalan napas atau penurunan komplians paru.
Nilai komplians paru pada orang dewasa normal rata-rata 200 mililiter.
Setelah melakukan pernafasan cepat, kuat dan dalam terjadi pusing karena dengan aktivitas
tersebut menekan fungsi aliran sirkulasi darah ke otak dan fungsi jantung memompa darah
dengan abnormal sehingga responnya akan terasa pusing. Karena pada saat melakukan
pernapasan cepat, kuat , dan dalam sediaan oksigen yang dihirup tidak sebanding dengan
jumlah karbondioksida didalam paru karena belum terjadi pertukaran gas yang sempurna.
Apalagi pada saat pernapasan menggunkan kantong plastik udara yang dihirup kembali
adalah karbondioksida.
SUHU TUBUH DAN TATA PANAS
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh berasal dari bagian perifer tubuh
terutama dari kulit dan jaringan tubuh bagian dalam. Seperti percobaan diatas perbedaan suhu
antara kulit dan mulut sedikit jauh. Tapi diperoleh hasil yang normal karena suhu orang
dewasa normal antara 36 o C sampai dengan 37 o C . Namun ketika orang percobaan berkumur
dengan air es maka suhu mulut lebih rendah dari pada suhu mulut sebelum berkumur dengan
air es. Karena pada saat kulit atau jaringan dalam terangsang oleh hal dingin maka akan
mendorong hipotalamus langsung memberi sensasi dingin sehingga suhu tubuh tersebut
menjadi turun.
40
Laporan Praktikum VII
TES TOLERANSI GLUKOSA
I. Landasan Teori
Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk aktivitas sel.
Karbohidrat dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti, nasi,
kentang dan lain-lain. Karbohidrat terdiri dari:
1. Karbohidrat sederhana yang terdiri dari 6 karbon monosakarida, dan yang termasuk ke
dalam monosakarida adalah glukosa, galaktosa dan fruktos8.
2. Disakarida, seperti laktosa dan sukrose
3. Polisakarida atau karbohidrat kompleks seperti pati
Peran Utama Glukosa
Glukosa menjadi jalur umum akhir untuk transpor hampir semua karbohidrat ke sel
jaringan. 95 % seluruh monosakarida yang beredar dalam darah adalah glukosa.
Transpor Glukosa melalui Membran sel
Glukosa ditranspor melalui mebran sel masuk ke dalam sitoplasma sel. Akan tetapi glukosa
tidak bisa berdifusi melalui pori-pori sel mebran dengan mudah sebab molekul partikel nya
besar. Tetapi glukosa bisa masuk ke jaringan melalui gerbang nya yaitu glut, glut akan
terbuka jika ada reseptor yang merangsangnya yaitu insulin.
Kadar Glukosa dalam Jaringan
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat dari kadar
puasa sekita 80-100 mg/dL (-5mM) ke kadar sekitar 120-140 mg/dL ( 8mM) dalam periode
30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai menurun, kembali
ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan.
Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan penyerapan glukosa dari
makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dL
karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah, menyimpannya untuk digunakan
kemudian atau mengoksidasinya untuk menghasilkan energi. Setelah makanan dicerna dan
disera, kadar glukosa darah menurun karena sel terus memetabolisme glukosa.
Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa yang
tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jejaring akibat efek osmotik glukosa. Jaringan
akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu. Dehidrasi otak dapat menyebabkan
koma hiperosmolar.41
Di pihak lain, apabila kadar glukosa darah terus turun setelah makan, jaringan yang
bergantung pada glukosa akan kekurangan energi. Apabila kadar glukosa turun secara
mendadak, otak tidak akan mampu membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul
pusing dan kepala terasa ringan, diikuti oleh mengantuk, dan akhirnya koma. Sel darah merah
tidak akan mampu menghasilkan ATP dalam jumlah cukup untuk mempertahankan integritas
membrannya.
Konsekoensi kelebihan atau kekurangan glukosa yang berbahaya dalam keadaan
normal dihindari karena tubuh mampu mengatur kadar glukosa darahnya. Sewaktu
konsentrasi glukosa darah mendekati rentang puasa normal 80-100 mg/dL sekitar 2 jam
setelah makan, terjadi pengaktifan proses glikogenolisis di hati. Glikogen hati merupakan
sumber utama glukosa selama beberapa jam pertama puasa. Kemudian glukoneogenesis,
suatu proses yang terjadi di hati, berasal dari jaringan lain. Otot yang beraktivitas dan sel
darah merah menghasilkan laktat melalui penguraian protein; dan terjadi pembebasan gliserol
melalui mobilisasi simpanan triasilglserol di jaringan adiposa.
Bahkan pada puasa jangka panjang, kadar glukosa darah tidak turun secara dramatis.
Dalam keadaan kelaparan selama 5-6 minggu, kadar glukosa darah hanya menurun sampai
65mg/dL.
Selama puasa, sewaktu kadar glukosa darah menurun, kadar insulin menurun, dan
kadar glukagon meningkat. Perubahan hormon-hormon ini menyebabkan hati menguraikan
glikogen melalui proses glikogenesis dan membentuk glukosa melalui proses
glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan.
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa
darah sebagai dampak dari asupan karbohidrat sederhana.
III. Alat-alat yang digunakan:
1. Gelas ukuran
2. Cairan untuk diminum :
Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum
3. Alat pemeriksaan kadar gula darah
4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat
IV. Tata Kerja Praktikum:
1. Diet 3 hari cukup karbohidrat
42
2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya
3. Minum air gula (75 gram gula 9ilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit
Gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam)
V. Hasil Praktikum :
Pemeriksaan gula darah pada saat puasa
Awal nya 80 ml/dl
Pemeriksaan gula darah setelah minum air gula
Menit ke 30 : 153 ml/dl
Menit ke 60 : 112 ml/dl
Menit ke 120 : 92 ml/dl
Kesimpulan :
Kadar glukosa pada saat puasa sedikit di sebabkan karena ketika puasa kurang nya intake
makanan yang masuk sehingga untuk metabolisme tubuh menggunakan glukosa yang
tersimpan di hati dan otot.
Ketika orang percobaan meminum air gula maka kadar glukosanya meningkat itu disebabkan
karena sediaan glukosa di dalam darah kembali meningkat dan cadangan glukosa yang akan
di simpan di hati dan otot kembali terpenuhi setelah digunakan pada saat bepuasa.
Tetapi meskipun tubuh telah diberi intake makanan tetap saja glukosa menjadi peran utama
dalam metabolisme karbohidrat sehingga ketika di perika dengan selang waktu yang berbeda
kadar glukosa dalam darah akan turun kembali karena digunakan untuk aktivitas metabolisme
karbohidarat. Kalau pun intake makanan yang masuk ke dalam tubuh glukosa akan di
absorpsi ke hati dan otot dan dijadikan glikogen di hati dan otot sebagai cadangan dengan
bantuan glukosa 6 phospat.
43
Laporan Praktikum VIII
PENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH
I. Landasan Teori
Glukosa yang diserap dari pencernaan makanan diusus di bawa darah menuju ke
seluruh sel tubuh. Dalam sitoplasma glukosa akan mengalami glikolisis, yaitu peristiwa
pemecahan gula hingga menjadi energi (ATP). Ada dua jalur pembentukan ATP, yaitu untuk
aktivitas atau kegiatan hidup yang biasa dengan hasil ATP terbatas dan glikolisis dengan jalur
cepat ynag dikenal dengan jalur embden meyer-hoff untuk menyediakan ATP yang cepat
pada aktivitas atau kegiatan kerja keras, misalnya lari cepat. Jalur cepat ini memberi asam
laktat yang bila terus bertambah dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat.
Ketika melakukan olahraga berat, olahraga sedang sampai ringan dapat dipertahankan
untuk jangka waktu yang sangat lama. Individu yang terlatih, misalnya dapat berlari selama
berjam-jam. Otot-otot tungkai bawah yang digunakan memiliki banyak serat oksidatif kejang
yang lambat. Otot yang memiliki serat kejang yang lambat cenderung mengoksidasi bahan
bakar menjadi CO2 dan H2) karena otot tersebut memiliki lebih banyak mitokondria daripada
otot yang terutama terdiri dari serat glikolitik kejang yang cepat.
Pada awalnya, saat olahraga ringan sampai sedang di mulai, digunakan kreatin fosfat
dan glikogen untuk menghasilkan ATP. Namun, seiring dengan peningkatan aliran darah ke
otot yang bekerja, suatu proses yang memerlukan waktu sekitar 5-10 menit, bahan bakar
bergerak ke otot melalui darah. Otot melalui darah. Otot menyerap bahan bakar ini, yang
terutama terdiri dari glukosa dan asam lemak, dan mengoksidasinya untuk memperoleh ATP.
Pada saat seseorang berlari dengan kecepatan sedang selama beberapa menit. Pasokan
glukosa harus diisi lagi. Hati melakukan fungsi ini melalui proses yang serupa dengan proses
yang digunakan selama olahraga. Hati menghasilkan glukosa dengan menguraikan simpanan
glukonegenesis selama olahraga, tentu saja, adalah laktat, yang dihasilkan oleh otot selama
berkontraksi tetapi asam amino dan gliserol juga digunakan. Epinefrin yang dilepaskan
selama olahraga merangsang hati melakukan glikogenesis dan glukeogenesis melalui
peningkatan konsentrasi cAMP.
Jelas karena asam lemak dan sejumlah kecil badan keton terdapat di dalam darah, dan
otot mengoksidasi bahan bakar ini selain memanfaatkan glukosa. Asam lemak dan badan
keton dibentuk akibat lipolisis triasilgliserol jaringan adiposa. Selama beraktivitas, asam
lemak menjadi bahan bakar yang digunakan oleh otot yang berkontraksi.
Kita menyimpan glukosa sebagai glukogen yang bersama dengan glukoneogenesis,
44
menghasilkan glukosa apabila diperlukan untuk menghasilkan energi. Laktat, salah satu
sumber karbon bagi glukoneogenesis, sebenarnya dihasilkan dari glukosa oleh jaringan yang
memperoleh energi dengan mengoksidasi glukosa menjadi piruvat melalui glikilisis. Piruvat
kemudian direduksi menjadi laktat, di salurkan melalui aliran darah, dan diubah kembali
menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis di hati. Siklus ini dikenal sebagai siklus
cori.
II. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa
darah sebagai dampak dari aktivitas
fisik.
III. Alat yang diperlukan
1. stopwatch
2. Alat pemeriksaan kadar gula darah
Kertas dan ballpoint untuk mencatat
IV. Tata Kerja Praktikum:
1. Mintalah orang percobaan untuk relax, periksa glukosa darah sewaktu
2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit
selama 12 menit tanpa istirahat.
3. Periksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit
ke-120 setelah melakukan aktivitas.
V. Hasil Praktikum :
Sebelum beraktivitas : 106 mg/dl
Setelah aktivitas : 79 mg/dl
Menit ke 30 : 103 mg/dl
Menit ke 60 : 92 mg/dl
Menit ke 120 : 120 mg/dl
45
Kesimpulan
Kadar glukosa dalam darah ketika sebelum beraktivitas normal karena normalnya kadar
glukosa itu 63 – 144 mg/ dl. Jadi kadar glukosa yang di miliki orang percobaan ketika
sebelum dan sesudah beraktivitas normal. Namun ketika beraktivitas glukosa nya terpakai
oleh aktivitas. Karena pada saat beraktivitas metabolisme tubuh semakin cepat dan
pembentukan energi ketika beraktivitas pun dihasilkan dengan jalur cepat sehingga banyak
menggunakan glukosa untuk pembentukan energi tersebut. Dengan jalur cepat tersebut dapat
mengahasilkan asam laktat sebagai akibat dari percepatan pembentukan energi dalam tubuh
ketika beraktivitas keras seperti berlari.
46