laporan praktikum kimia fisika ix.pdf

9
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX. PERSIAPAN KOLOID Di susun oleh kelompok 1: Rina Krisnawati : 2011340002 Shelly Agustin Fajri N : 2011340006 Mia Miranti : 2011340008 Syadri Amri : 2011340059 Wendi Ristanto : 2011340056 Diaz Reza : 2011340058 Tanggal Praktikum : 14 July 2012 Tanggal Penyerahan : 21 July 2012 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SAHID JAKARTA 2012

Upload: wiwih-hasim

Post on 26-Dec-2015

209 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

IX. PERSIAPAN KOLOID

Di susun oleh kelompok 1:

Rina Krisnawati : 2011340002

Shelly Agustin Fajri N : 2011340006

Mia Miranti : 2011340008

Syadri Amri : 2011340059

Wendi Ristanto : 2011340056

Diaz Reza : 2011340058

Tanggal Praktikum : 14 July 2012

Tanggal Penyerahan : 21 July 2012

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS SAHID

JAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

2 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

I. TEORI SINGKAT

Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu

mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan

bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat

atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.

Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam

medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium

pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya

adalah larutan dan suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,

sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi

merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium

pendispersinya . Sistem Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan

dan suspensi (campuran kasar). Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi secara mikroskopis

bersifat heterogen. Campuran koloid umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel

koloid terletak antara 1 nm-10 nm.

Koloid merupakan campuran 2 fase yang terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi.

Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan dan bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan

medium untuk mendispersikan disebut medium pendispersi dan berisfat kontinu.

Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa

pendispersi (medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa terdispersi

dan fasa pendispersinya.

Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat

(padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa

digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat).

Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi

padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi

biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama

aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis

buih, yaitu buih padat dan buih cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk

menyatakan buih cair.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

3 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

Tabel 1 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya

No Fase

Terdispersi

Medium

Pendispersi

Nama Koloid Contoh

1 Padat Cair Sol Sol emas, agar-agar, jelly,cat

tinta, air sungai

2 Padat Gas Aerosol PAdat Asap, debu padat

3 Padat Padat Sol Padat Paduan logam, kaca

berwarna

4 Cair Gas Aerosol Kabut awan

5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, es krim, krim,

lotion, mayonnaise

6 Cair Padat Emulsi Padat Keju, mentega, mutiara

7 Gas Cair Busa, busa Busa sabun

8 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

II. Alat dan bahan

ALAT BAHAN

Beaker glass

Corong

Kertas saring

Spatula

Heater

Pipet dropping

Pipet gondok

Erlenmeyer

Tabung reaksi

Segitiga/kasa

Gelas piala

Pembakar gas

Minyak tanah

Natrium thiosulfat

Besi (III) khlorida

Calcium asetat

Garam dapur

Asam khlorida pekat

Gelatin

Sabun/detergen

Natrium hidroxsida

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

4 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Persiapan Sol

Sol adalah disperse koloid zat padat dalam cair. Sedangkan koloid adalah ukuran

(diameter) dari partikel dalam larutan terletak diantara 1-100mμ

1. Sol Belerang

a) Siapkan larutan natrium thiosulfat 0,5 %, kemudian tambahkan 5 ml asam klorida pekat

dengan mengaduk.

2. Sol Besi Hidroksida

a) Siapkan larutan besi (III) klorida dengan cara melarutkan 2 gr besi klorida dalam 6ml air.

Panaskan sebagian kecil dari larutan itu dalam tabung reaksi sampai mendidih. Endapan

yang berwarna coklat terbentuk akibat terjadinya hidrolisa dari besi kholida

Reaksi :

Fe3+ (aq) + 3HCL-(aq ) + 3H2O (c) Fe(OH)3 + 3HCL (g)

b) Panaskan 500 ml air sampai hampir mendidih dan teteskan sisa larutan besi khlorida setetes

demi setetes ke dalam air panas sehingga terbentuk sol dari besi (III) hideoxida. Gunakan

senter untuk melihat efek tyndall. Bandingkanlah dengan larutan garam dapur (pakai

air suling untuk membuat kelarutan garam dapur)

c) Tambahkan larutan garam dapur yang pekat ke dalam 250 ml sol besi (III) hidroxida. Amati

apa yang terjadi? Mengapa?

3. Persiapan Gel Gelatin

Gelatin (2g) digerus sampai halus dan direndam dengan 2 gr air panas. Biarkan selama

seperempat jam, lalu cuci dengan sedikit air panas sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml.

Biarkan sampai dingin. Panaskan sekali lagi dan biarkan sampai dingin. Berikan komentarnya

dan saran untuk struktur model gel gelatin.

4. Persiapan emulsi

a. Kocok 5 ml minyak tanah dengan 50 ml air. Biarkan emulsi itu. Amati yang erjadi.

b. Ulangi percobaan tersebut tiga kali dengan penambahan masing-masing komponen ketiga di

bawah ini:

1. Larutan Sabun (2,5 ml)]

2. 1% b/v larutan gelatin (2,5 ml)

3. 1% b/v larutan natrium hidroxida (2,5 ml)

c. Amati stabilitas masing – masing emulsi dilihat dari pemisahan fase terdispersi dan medium

pendispersi.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

5 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

IV. PEMBAHASAN DAN JAWABAN PERTANYAAN

1. Sol Belerang

a. Merupakan koloid dengan metode kondensasi dengan reaksi oksidasi .Patikel kolid dapat dibuat

dari larutan melalui reaksi redoks, seperti yang terlihat pada reaksi yang terjadi pada pembuatan

sol belerang dengan mereaksikan larutan Na2S2O4 dengan larutan HCL, persamaan reaksinya

(merupakan reakasi radoks).

Sebelum dilakukan penyaringan

Proses penyaringan berlangsung

Na2S2O3(aq) + HCL (aq) NaCl (aq) + H2SO3 (aq) + S(s) Koloid

Apakah yang terjadi ? Campuran dari larutan tersebut membentuk sol belerang, dimana fase

terdispersinya berupa padatan, dengan fase zat pendispersinya berupa cairan, dengan itu maka

termasuk ke dalam jenis koloid berupa sol.

2. Sol Besi Hidroksida.

b. Merupakan koloid dengan metode kondensasi dengan reaksi hidrolisis.

Hasil dari pengamatan bahwa larutan tersebut membentuk sol besi hidroksida, terdapat endapan

berwarna coklat, dan terdapat efek tyndall pada saat disenter.

Fe3+ (aq) + 3HCL-(aq ) + 3H2O (c) Fe(OH)3 (koloid)+ 3HCL (g)

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

6 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

Gb Sol Besi Hidroksida ( terbentuk effek tyndall)

Pembuatan koloid ini menggunakan sistem kondensasi cara kimia yaitu hidrolisis yaitu cara

pembuatan koloid dengan mengubah partikel molekuler (larutan) menjadi partikel berukuran

koloid yang dapat terlihat pada reaksi diatas. Dan tujuan dari pada kondensasi adalah

menggumpalkan partikel-partikel larutan. Pada saat pembuatan sol ini terdapat endapan berwarna

coklat dan tidak tersaring oleh kertas saring biasa, hanya bisa tersaring dengan saringan permeabel,

koloid ini jika diamati dengan menggunakan senter maka akan teramati adanya efek tyndall yaitu

terjadi penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid karena ukuran partikel lebih besar dari

panjang gelombang, dan sifat lainnya yaitu sifat listrik koloid mengalami elektroforesis yaitu

peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan

bentuan arus listrik akan mengalir ke masing-masing elektroda yang bermuatannya berlawanan.

Partikel yang bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda positif. Dan koloid ini bermuatan

positif karena pada saat kedua elektroda positif dan negatif dicelupkan kedalam maka gelembung

lebih banyak berada pada elektroda positif, maka dari pada itu sol ini dikatakan bermuatan positif.

Effek tyndall pada sol besi hidrokarbon

c. Larutan garam pekat sebagai ditambahkan ke dalam sol besi (III) hidroksida, yang terjadi adalah

campuran larutan tersebut tidak menghasilkan efek tyndall, Karena sinar dari lampu senter

tersebut diteruskan oleh campuran Nacl dan Fe(OH)3. Jadi kesimpulannya bahwa campuran

tersebut tidak membentuk sol Besi Hidrokarbon.

Gb NaCl murni

Gb, Campuran NaCl + Fe(OH)3

3. Gel Gelatine

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

7 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

Pada percobaan gel gelatin dapat dilihat bahwa gel merupakan koloid yang setengah kaku, karena

pada saat gelatin ditambahkan dengan air panas 1:1 akan terbentuk gel, akan tetapi pada saat air

yang ditambahkan dalam jumlah banyak, maka gel tersebut akan terurai dan kemudian terlarut.

4. Persiapan Emulsi

a. Kocok 5 ml minyak tanah dengan 50 ml air. Biarkan emulsi itu. Amati yang terjadi.

Jawab:

Emulusi terjadi dikarenakan kedua larutan tidak saling melarutkan pada percobaan minyak tanah

yang dilarutkan oleh air tidak menyatu karena disebabkan oleh minyak tanah yang bersifat polar

tidak dapat terlarut dalam air yang besifat non-polar. Pada pecobaan pertama tidak terjadi emulusi

dikarenakan tidak ada emulgator yang memicu terjadinya emulsi.

Pengulangan percobaan tiga kali dengan penambahan masing-masing komponen ketiga di bawah

ini:

1. Larutan Sabun (2,5 ml)

Sedangkan pada percobaan yang disi dengan sabun akan terbentuk emulusi yang dipisahkan antara

air dan minyak tanah, hal ini karena sabun merupakan elmulgator yang dapat memicu terjadinya

emulusi. Emulgator bekerja jika larutan campuran antara minyak tanah dan air dikocok dan di

diamkan, namun jika sebelum dikocok ditambahkan sabun maka akan diperoleh campuran yang

stabil yang kita dapat sebut itu dengan emulsi. Air dan minyak tanah dapat bercampur membentuk

emulsi cair apabila suatu pengemulsi (emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut

2. 1% b/v larutan gelatin (2,5 ml)

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

8 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

Termasuk kedalam golongan emulsi oil in water, larutan gelatin tidak dapat menjadi emulgator

yang baik seperti halnya sabun, sehingga emulsi tidak dapat terbentuk dimana lapisan minyak

tanah terpisah dengan air (sedangkan gelatin sendiri larut dalam air). Pada pecobaan ini tidak

terjadi emulsi dikarenakan tidak ada emulgator yang memicu terjadinya emulsi

3. 1% b/v larutan natrium hidroxida (2,5 ml)

Amati stabilitas masing – masing emulsi dilihat dari pemisahan fase terdispersi dan medium

pendispersi.

Dalam hal ini minyak tanah dan air tidak tercampur, hal ini menandakan syarat terjadinya

emulsi bahwa kedua jenis zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi terbentuk karena pengaruh

pengemulsi ( emulgator ). Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu

campuran yang akan segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi jika sebelum dikocok

ditambahkan detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang disebut EMULSI. Air bersifat

polar tidak dapat bercampur minyak yang bersifat non polar, untuk dapat mengemulsikan air dan

minyak tanah, harus ada zat penghubung antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki

gugus polar (gugus yang dapat larut dalam air) juga harus memiliki gugus non polar (gugus yang

dapat larut dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan

dapat pula bercampur dengan minyak tanah Sistem kolid cair – cair disebut emulsi zat penghubung

yang menyebabkan pembentukan emulsi disebut emulgator (pembentuk emlsi).

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA IX.pdf

9 | P a g e

Ju

ly 1

8,

20

12

V. KESIMPULAN

Dari praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

yaitu berikut : Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem

koloid daapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi

3 macam, yaitu sol, emulsi, dan aerosol. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada

permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya

adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena

berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan

koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan

dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan

mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah. Koloid

dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian

didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, cara kondensasi: dengan cara ini,

partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk partikel koloid.

Pada percobaan pembentukan emulsi ini termasuk jenis koloid fase cair-cair (emulsi) karena terbentuk

dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya juga berupa cairan. Detergen yang

dicampurkan ke dalam minyak tanah dan air digunakan sebagai penghubung atau elmugator.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Rienika Cipta: Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung.

www. E-dukasi.net