laporan praktikum labling analisis sampah
DESCRIPTION
universitas indonesiaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN
MODUL I
PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN
DAN KOMPOSISI SAMPAH
Disusun oleh :
Ayik Abdillah 1306367851
Masayu
Nadya Saffira
Regia Purnama
Alfandi Kurniandul
Defiana Darmastuti
Asisten Praktikum : Tuti FerinaTanggal Praktikum : 5 November 2014Tanggal Disetujui :Nilai :Paraf Asisten :
LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
1
PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN
DAN KOMPOSISI SAMPAH
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi
penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan pengukuran
contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatubangunan. Tujuan dari
metode ini adalah untuk mendapatkan besaran timbulan sampah yang
digunakan dalam perencanaan pengelolaan sampah..
II. Dasar Teori
II.1 Definisi
.
II.2 Sifat dan Karakteristik
.
II.3.1 Gravimetric
.
II.3.2 Turidimetric
.
II.3.3 Automated Methylthymol Blue
.
II.4 Penyebab Sulfat Di Air
.
II.5 Alasan Sulfat Menjadi Parameter Air Bersih
2
.
II.6 Dampak Keberadaaan Sufat di dalam Air
reaksi
II.6.1 Dampak Terhadap Manusia
.
II.6.2 Dampak Terhadap Hewan
.
3
II.6.3 Dampak Terhadap Air Itu Sendiri
.
II.8 Standard Baku Mutu di Indonesia
.
II.9 Aplikasi Data Sulfat dalam Teknik Lingkungan
.
II.10 Cara Menghilangkan Sulfat Dari Air
4
III. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
2. Labu ukur 50 mL dan 100 mL.
3. Pipet ukur 10 mL.
4. Beaker glass.
5. Botol semprot.
6. Buret 50 mL.
7. Spatula.
8. Bulb.
9. Labu Erlenmeyer.
b) Bahan
1. Air suling bebas sulfat.
2. Barium klorida, BaCl2.2H2O
3. Larutan standar induk 100 ppm.
4. Larutan kondisi.
5
IV. Cara Kerja
6
Sampel , serta larutan induk 100 ppm
dimasukan ke dalam gelas beaker
Pipet sampel 10 mL dan 25 mL, serta larutan induk 100 ppm 25 mL masing-masing dimasukan ke dalam labu
erlenmeyer
Tambahkan masing-masing 0.5 gram
BaCl2 ke dalam labu Erlenmeyer.
Pipet larutan kondisi masing-masing 2 mL ke dalam labu erlenmeyer
Masing-masing larutan kemudian diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer selama 1 menit dengan
kecepatan 150 rpm
Alat spektofotometri dikalibrasi menggunakan
blanko.
Larutan yang sebelumnya dimasukan ked alma kuvet
kemudian dimasukan ke dalam spektofotometer.
Setelah mendapatkan konsetrasi sampel dan larutan kondisi. Maka deret
standard dapat dicari. Dan V1 dapat dihitung menggunakan rumus V1N1 =
V2N2. Masing-masing larutan standar
7
Masing-masing larutan standar sebesar 10.6 ml, 12.1 ml, 15.1 ml, 18.1 ml, dan 19.6 ml dipipet ke dalam labu ukur dan
diencerkan sampai batas terra.
Pipet masing- masing 25 mL larutan standar
ke dalam labu Erlenmeyer.
Tambahkan masing-masing 0.5 gram BaCl2
ke dalam labu Erlenmeyer.
Pipet larutan kondisi masing-masing 2 mL
ke dalam larutan standar
Masing-masing larutan kemudian diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer selama 1 menit dengan
kecepatan 150 rpm
Larutan kemudian dimasukan ke dalam kuvet sampai batas terra.
Sebelumnya kuvet harus dijenuhkan terlebih dahulu. Alat spektofotometri
dikalibrasi menggunakan blanko.
IV. Data Pengamatan
1. Hari Pemilahan Sampah : Senin, 2 Maret 2014
2. Cuaca : Mendung dan keadaan setelah hujan.
3. Wakti sampah dihasilkan : Pukul 08.00 – 14.00
4. Lokasi : Kantin FISIP UI
5. Luas Bangunan :
6. Jumlah Konter (Warung) : 26
7. Berat sampah total : 92.5 kg
8. Volume kontainer total : 40 cm x 40 cm x 40 cm
9. Jumlah pembeli : 800 orang
Berikut adalah tabel data hasil pengukuran komposisi sampah.
Tabel IV.1. Perolehan hasil pengukuran komposisi sampah.
No Kategori
Berat (kg)
Berat Total
Berat Plastik
Berat sampling
1
Paper/card
- Duplex 2,75 0,05 2,70
- Tetra Pak 0,90 0,05 0,85
- Kardus 1,65 0,05 1,60
- Kertas Putih 0,85 0,05 0,80
- Majalah 0,05 N/U 0,05
- Tissue 1,50 0,05 1,45
- Kertas makanan 2,20 0,05 2,15
- Kartu nama N/A N/U N/A
- Koran 1,25 0,05 1,20
2
Plastic film
- Sachet makanan 0,80 0,05 0,75
- Bungkus makanan ringan / Snack 1,55 0,05 1,50
3
Dense plastic
- Air mineral kemasan 1,10 0,05 1,05
- Gelas plastic 1,10 0,05 1,05
- Emberan (botol shampoo) 1,25 0,05 1,20
- Bodong (Pouch, Tube) 1,15 0,05 1,10
- Botol kemasan berwarna N/A N/U N/A
- Kantong kresek berwarna 1,40 0,05 1,35
8
- Kantong kresek Bening 0,70 0,05 0,65
- Kantong kresek hitam 4,20 0,05 4,15
- Plastik bening2,30 0,05 2,25
1,90 0,05 1,85
- Mika 0,70 0,05 0,65
- Plastik lainnya ( sedotan dll) 0,80 0,05 0,75
4 Textile 0,10 N/U 0,10
5 Absorbent hygine products 0,10 N/U 0,10
6 Wood 0,80 0,05 0,75
7 Rubber N/A N/U N/A
8 Sterofoam 0,80 0,05 0,75
9 Glass 1,70 0,05 1,65
10
Organics
1 14,60 0,05 14,55
2 4,70 0,05 4,65
3 5,20 0,05 5,15
4 11,15 0,05 11,10
5 5,80 0,05 5,75
6 5,00 0,05 4,95
7 6,20 0,05 6,15
8 5,30 0,05 5,25
11 Metal 1,40 0,05 1,35
12 Waste electrical & electronic N/A N/U N/A
13 B3 0,14 N/U 0,14
14 Lainnya 0,10 N/U 0,10
Total 93,19 1,60 91,59N/U : Not in Use
N/A : Not Available
Tabel IV.2. Data Pengukuran Massa Sampah dan Volume Sampah
No.Massa
Sampah (kg)Massa
Kontainer (kg)Massa Sampah
Bersih (kg)Volume
Sampah (liter)1. 31,7 6 25,7 64,02. 21 6 21 22,43. 40,2 6 34,2 80,04. 9,8 6 3,8 22,45. 13,8 6 7,8 64,0
Total
122,5 30 92,5 252,8
9
IV. Pengolahan Data
a. Berat Jenis Sampah
Berat Jenis [ kg/dm3 ]=WV
= 92.5kg252,8 liter
=0,37 kg/ liter
Dengan W adalah massa sampel sampah dan V adalah volume dari sampel sampah.
b. Timbulan Sampah
Timbulan Sampah=Wn
=92,5800
=0,12 kg /orang/hari
c. Komposisi Sampah
Berikut adalah tabel mengenai komposisi sampah yang telah dilakukan pemilahan dan
penghitungan sebelumnya.
Tabel IV.3. Komposisi Sampah
No. KategoriBerat Kategori Sampling [kg]
Persentase [%]
1 Paper/Card 10,80 11,792 Plastic film 2,25 2,463 Dense plastic 16,05 17,524 Textile 0,10 0,115 Absorbent hygine products 0,10 0,116 Wood 0,75 0,827 Rubber N/A N/A8 Sterofoam 0,75 0,829 Glass 1,65 1,8010 Organics 57,55 62,8411 Metal 1,35 1,47
12Waste electrical & electronic
N/A N/A
13 B3 0,14 0,1514 lainnya 0,10 0,11
Total 91,59 100,00N/A : Not Available
10
d. Diagram Komposisi Sampah
e. Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif = selisih massa sampelmassa sampel sebelumdipilah
×100 %
Kesalahan Relatif =¿91,59−92,5∨ ¿92,5
× 100 %=0.9 89 %¿
11
11.77%
2.45%
17.70%
0.11%
0.11%
0.82%
0.82%1.80%
62.70%
1.47%0.15%0.11%
Komposisi Sampah
Paper/Card
Plastic film
Dense plastic
Textile
Absorbent
Wood
Sterofoam
Glass
Organics
Metal
B3
lainnya
V. Analisis
V.1. Analisis Percobaan
Pada praktikum kali ini praktikan berkesempatan untuk melakukan
praktikum mengenai Sulfat secara Spektrofotometri. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk menentukan sulfat SO42- dalam air dan air limbah secara
turbidimetri pada kisaran 1 mg/L sampai dengan 40 mg/L pada panjang
gelombang 420 nm. Alat spektofotometri digunakan untuk mendapatkan
ppm standa dan absorbansi dari sampel.
Setelah itu praktikan melakukan percobaan dengan mengecek kembali
alat dan bahan yang diperlukan. Percobaan ini dibagi menjadi 3 yaitu
dengan menggunakan sampel air danau agathis, sampel larutan standard
induk 100 ppm, dan deret standard.
Setalah semua telah siap, percobaan pertama yaitu untuk sampel dari
danau agathis. Sampel dituangkan ke dalam gelas beaker lalu pipet masing-
masing 25 mL dan 10 mL larutan sampel ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL. Setelah itu, pipet masing-masing 2 mL larutan kondisi ke dalam labu
Erlenmeyer. Larutan kondisi ini ditambahkan untuk membantu
menstabilkan kekeruhan. Kemudian tambahkan masing-masing 0.5 gram
BaCl2.ke dalam erlenmeyer Barium klorida in digunakan sebagai indicator
keberadaan sulfat dalam larutan. Barium klorida akan bereaksi dengan sulfat
yang menyebabkan air menjadi keruh karena akan terbentuk suspensi
barium sulfat dan kristal barium sulfat sehingga sulfat dapat diukur dengan
alat spektrofotometer. Setelah penambahan larutan kondisi dan BaCl2 itu
kedua larutan diaduk menggunakan magnetic strirrer dengan kecepatan 150
rpm selama 1 menit. Sebelum larutan dimasukan ke dalam kuvet, kuvet
dijenuhkan terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada kandungan dari
larutan lainnya. Kemudian kedua larutan dimasukan ke dalam kuvet sampai
batas terra untuk diukur dengan alat spektofotometer. Sebelumnya alat
spektofotometer dikalibrasi terlebih dahulu menggunakanan blanko. Lalu
12
larutan sample yang ada didalam kuvet dimasukan ke dalam alat
spektofotometer dan akan didapatkan hasil ppm dan besarnya
absorbansinya. Setelah mendapatkan ppm dari masing-masing sample maka
deret standard dapat ditentukan. deret standard yang ditentukan yaitu
7,8,10,12, dan 13.
Percobaannya kedua dilakukan dengan larutan standard 100 ppm
sebagai pengganti dari sampel. Pipet 25 mL larutan standard 100 ppm dan
prosedur yang sama dilakukan sehingga akan didapatkan ppm dan besar
absorbandinya.
Besarnya ppm yang dipatkan dari larutaan standar digunakan untuk
menentukan V1 dengan menggunakan perhitungan rumus V1.N1=V2.N2.
Dimana N1 adalah ppm yang didapatkan dari larutan standard sulfat 100
ppm, V2 sebanyak 50 mL dan N2 adalah deret standard dari sampel.
Sehingga didapatkan V1 masing 10.6 mL, 12.1 mL, 15.1 mL, 18.1 mL, dan
19.6 mL untuk masing-masing deret standard 7, 8, 9, 10, 12, dan 13.
Setelah V1 didaptakan maka percobaan ketiga dilakukan. Lalu pipet
masing masing 10.6 mL, 12.1 mL, 15.1 mL, 18.1 mL, dan 19.6 mL labu
ukur untuk diencerkan dengan air suling sampai batas terra. Namun sebelum
larutan mencapai batas terra, hentikan penambahan air suling karena labu
ukur harus dibersihkan terlebih dahulu dengan kertass kasa agar tidak ada
yang menempel di dalamnya. Setelah itu, pipet 25 mL larutan dert yang
telah diencerkan ke dalam labu Erlenmeyer. Lalu pipet 2 mL larutan kondisi
dan tambahkan 0.5 gr BaCl2 dan kemudian diaduk menggunakan magnetic
strirrer. Larutan yang telah telah diaduk kemudian dimasukan ke dalam
kuvet dan dimasukan ke dalam alat spektofotometer. Namun, sebelumnya
alat spektofotometer dikalibrasi dengan kuvet yang berisi blanko. Sehingga
dari percobaan ini didapatkan pula ppm dan besar absorbansinya.
Setalah semua percobaan dilakukan dan didapatkan data. Maka
pengolahan data dapat dilakukan.
13
IV.2. Analisis Hasil
Setelah melakukan semua percobaan maka didapatkan data berupa
ppm dan absorbansi masing-masing larutan. Larutan deret yang telah
ditentukan mempunyai ppm masing-masing sebesar 7,8,10,12, dan 13.
Namun, saat dilakukan percobaan menggunakan larutan standard
didapatkan hasil yang berbeda yaitu masing-masing sebesar 14, 16, 19, 23,
dan 26. Perbedaan ini mencapai 2 kali lipat dari larutan deret.
Setelah itu, hasil yang diperoleh dari larutan deret standard dapat
dibuat grafik hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan yang
menghasilkan persamaan y = 39.76x + 0.344. Dimana y merupakan
konsentrassi sulfat dan x merupakan absorbansi rata-rata. Dari persamaan
ini dapat diperoleh y yang merupakan kosentrasi sulfat yaitu sebesar
10.16172. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata ppm sampel dari
percobaan, selisih perbedaan dari ppm teori dan percobaan yaitu sebesar
0.16172 dan menghasilkan kesalahan relatif sebesar 1,59%. Ini artinya
percobaan yang dilakukan menghasilkan ppm yang hampir sesuai dengan
ppm teori yang seharusnya didapat. Perbedaan ini dikarenakan adanya
kesalahan yang akan dijelaskan selanjutnya.
Konsentrasi sulfat yang didapatkan dari sampel sebesar 10 ppm itu
artinya sampel yang berasal dari sungai aghatis masih dalam batas wajar
atau masih memenuhi syarat kualitas air minum. Hal ini terjadi karena
sampel berasal dari danau agahtis yang dimana air danau banyak
mengandung sampah-sampah yang berasal dari Pasar Kemirimuka beji,
industri dan perumhan di sekitar danau Agahtis. Selain itu danau Aghatis
sebagai tempat singgah aliran sungai Ciliwung yang menyebabkan sampah-
sampah sungai itu tebawa masuk ke danau aghatis. Sampah-sampah berasal
dari bahan-bahan organic dan zat-zat kimia yang mungkin mengandung
sulfat sehingga saat sampah tersebut di buang ke sungai, air tercemar oleh
kandungan sulfat.
15
IV.3. Analisis Kesalahan
Di dalam setiap percobaan pasti akan menimbulkan kesalahan baik itu
kesalahan manusia atau pun alat. Dalam percobaan kali ini didapatan
kesalahan relatif yang disebabkan oleh ketidaktelitian dalam membaca skala
agar sejajar dengan mata pada saat membaca skala ukuran air saat mengukur
volume dengan menggunakan labu Erlenmeyer, pipet ukur dan pipet
volume.
Kesalahan saat menakar jumlah BaCl2 yang digunakan dalam
percobaan ataupun saat memasukan ke dalam labu Erlenmeyer karena
adanya angin ataupun kecerobahan praktikan sehingga tidak tepat
memasukan ke dalam labu erlenmeyer.
Kesalahan dalam membersihkan alat-alat yang digunakan dalam
percobaan. Tidak membersihkan dengan sempurna. Selain itu, dapat juga
disebabkan pada saat memasukan kuvet ke dalam spektofotometer, kuvet
tidak dibersihkan dengan sempurna. Kesalahan-kesalahan tersebut
menyebabkan percobaan pada larutan standar yang dihasilkan berbeda dari
larutan deret yang dihasilkan.
V. Kesimpulan
1. Sulfat berasal dari air yang mengalir melewati tanah dan bebatuan yang
mengandunng sulfat didalamnya maupun berasal dari limbah domestic
dan limbah industri.
2. Sulfat menimbulkan masalah kesehatan seperti diare dan dehidrasi pada
manusia maupun hewan
3. Sulfat menimbulkan masalah bau, crown corrosion, dan air menjadi pait.
4. Terdapat 5 metode pengkuran sulfat, diantaranya adalah gravimetric,
turbidimetric, dan automated methylthymol blue.
5. Kandungan sulfat di dalam air yang diperbolehkan yaitu sebesar 250
mg/L
16
6. Kandungan sulfat yang terdapat di dalam sampel yaitu 9 ppm untuk
sampel 10 mL dan 11 ppm untuk sampel 25 mL.
17
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Alden Sulfate Minerals http://geology.about.com/od/minerals/ig/minpicsulfates/ diunduh pada tanggal 6 November 2014 pukul 23.28:30.
CC-BY-SA Sulfate http://www.princeton.edu/~achaney/tmve/wiki100k/docs/Sulfate.html diunduh pada tanggal 6 November 2014 pukul 23.28:30.
Chad Jones Properties, Structure, and Uses of Sulfate Ions http://chem.answers.com/compounds/properties-structure-and-uses-of-sulfate-ions diunduh pada tanggal 6 November 2014 pukul 23.28:30.
Evi Juwita Sari Penentuan Kadar Sulfat Dalam Air Bersh Secara Spektofotometri di Perumahan PT Inalum Tanjung Gading 2008 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13950/1/09E00335.pdf diunduh pada tanggal 7 November 2014 pukul 01.28:30
Gunawan W. Enam Danau UI Kritis 2013 http://www.tempo.co/read/news/2013/12/16/214537675/Enam-Danau-UI-Kritis diunduh pada tanggal 9 November 2014 pukul 11.26:30.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/Sk/Vii/2002 Tanggal 29 Juli 2002 Tentang syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/DalamNegri/MENKES_907.pdf diunduh pada tanggal 9 November 2014 pukul 09.28:30
Minnesota Pollution Control Agency May 1999 Sulfate in Minnesota’s Ground
Water http://www.pca.state.mn.us/index.php/view-document.html?gid=6308 diunduh pada tanggal 8 November 2014 pukul 11:34:45
Minnesota Department of Health Well Management Sulfate In Well Water http://www.health.state.mn.us/divs/eh/wells/waterquality/sulfate.html diunduh pada tanggal 8 November 2014 pukul 13.24:35
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/55_permenkes%20416.pdf diunduh pada tanggal 9 November 2014 pukul 07.28:30
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/VI/2010 http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20492%20ttg%20Persyaratan%20Kualitas%20Air%20Minum.pdf diunduh pada tanggal 9 November 2014 pukul 09.45:20.
18
Sawyer, Clair N, dkk. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science. USA : McGrawHill
US EPA Sulfate in Drinking Water 2012 http://water.epa.gov/drink/contaminants/unregulated/sulfate.cfm diunduh pada tanggal 9 November 2014 pukul 03.34:20
19