laporan praktikum ori

Upload: deboyoe

Post on 16-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

skrining hipokratik laporan farmakologi

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM I

    SKRINING HIPOKRATIK

    I. TUJUAN PERRCOBAAN1. Memahami dan trampil melakukan skrining farmakodinamik obat

    menggunakan taknik skrining hipokratik.

    2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skriningfarmakologi obat

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapisaktivitas suatu obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya, baik

    yang berasal dari alam ataupun senyawa sintetis/semisintetis. Cara ini

    didasarkan atas bahwa, obat bila berinteraksi dengan material biologis

    dalam tubuh akan mengahsilkan efek tertentu, tergantung pada dosis

    yang diberikan. Prinsip ini diambil dari cara dokter (Hyppocrates)

    mendiagnosa suatu penyakit melalui gejala-gejala yang

    ditunjukkanya. Skrining ini dapat membedakan suatu bahan/obat yang

    berguna dan tidak berguna dengan cepat dan biaya yang relative

    murah. Darinya akan dihasilkan profil falmakodinamik obat/bahan.

    Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui

    aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini

    dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah

    diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain

    yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik,

    parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik,

    vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi

    dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus)

    berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.

    Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari

    persen aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efekefek tersebut,

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    2/19

    kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling

    besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji

    semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.

    Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat

    yang belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut

    memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan

    hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi.

    Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang

    dipertajam dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas,

    uji aktivitas motorik, uji perpanjangan waktu tidur, uji anti konvulsi

    dan uji efek hipotensi.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    3/19

    Tabel daftar factor bobot untuk parameter-parameter yang di amati :

    No ParameterFaktor

    bobotKriteria aktivitas

    1 Kelopak mata turun 1 PEN.SSSP/SIMPL/REL.OT

    2 Bulu berdiri 0.5 SIMM/PARASIMM

    3 Ekor berdiri 0.5 ANALG

    4 Bola mata menonjol 1.5 SIMM

    5 Ekor/telinga memerah 1 FASODILATASI

    6 Ekor/telinga pucat 2 FASOKONSTRILSI

    7 Fasikulasi 1 STIM.SSP/PARASIMM

    8 Tremor 1 STIM.SSP

    9 Aktv. Motorik menurun 1 PEN.SSP/SILML, REL.OT

    10 Aktv. Motorik meningkat 1 STIM.SSP

    11 Respirasi meningkat 2 STIM SSP

    12 Respirasi menurun 2 PEN.SSP/REL.OT

    13 Gerak berputar 1 STIM.SP/ANALG

    14 Ekor bergelombang 1 STIM..SSP

    15 Agresif 1 STIM.SSP

    16 Rasa ingin tahu meningkat 1 STIM.SSP

    17 Rasa ingin tahu menurun 1 PEN.SSP/REL.OT

    18 Reflex kornea hilang 1 PEN.SSP

    19 Reflex telinga hilang 1 PEN..SSP/REL.OT

    20 Reflex balik hilang 1 PEN.SSP

    21 Salviasi 2 PARASIMM

    22 Lakrimasi meningkat 0.5 PARASIMM

    23 Lakrimasi menurun 0.5 SIMM

    24 Air mata berdarah 1.5 PARASIMM

    25 Paralisa kaki 1 PEN.SSP/REL.OT

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    4/19

    26 Tremor 1 STIM.SP

    27 Konvulsi 1 STIMM.SSP/SIMM/SIML/PARASIMM

    28 Urinasi 2 PARASIMM

    29 Diare 1 PARASIMM

    30Temperature rectum

    meningkat2 SRIM.SSP/SIMM

    31Temperature rectum

    menurun1 PEN.SSP/SIML/PARASIMM

    32 Jatuh dari rotaroad 1 PEN.SSP/REL.OT

    33 Katalepsi 1 PEN.SSP

    34 Tonus tubuh menurun 1.5 PEN.SSP/REL.OT

    35 Tonus tubuh meningkat 2 RTIM.SSP

    36 Reaksi plat panas menurun 1 PEN,SSP/REL.OT/ANALG

    37 Reaksi jepit ekor menurun 1 PEN.SSP/REL.OT/ANALG

    38 Menggeliat 0.5 REL..OT

    39 Pandangan tak lurus 2 PEN.SSP

    40 Pupil mengecil 1.5 PARASIMM/SIML/PEN.SSP

    41 Pupil melebar 0.5 SIML/PARASIML/ANALG

    42 Ekor naik 0.5

    43 Berat badan menurun 1.5

    44 Berat badan meningkat 2

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    5/19

    1. Parasimpatomimetik

    Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat

    yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan

    parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung

    neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:

    Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dansekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air

    mata, dll.

    Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatanjantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.

    Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,sedangkan sekresi dahak diperbesar.

    Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) danmenurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air

    mata.

    Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancarpengeluaran urin.

    Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

    Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

    2. Simpatomimetik

    Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat

    menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan

    sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-

    efek yang ditimbulkan adalah:

    Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar denganbertambahnya antar lain sekresi liur dan keringat.

    Menurunkan peristaltik usus. Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung. Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    6/19

    3. Simpatolitik

    Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan

    sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan

    efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.

    4. Analgetik

    Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang

    mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

    5. Vasodilator

    Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiatmelebarkan pembuluh darah secara langsung.

    6. Vasokonstriktor

    Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

    7. CNS Activation

    Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan

    adalah:

    Konvulsi. Meningkatkan laju pernapasan.

    Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

    Aktivitas motorik meningkat Temperatur rektum naik Rasa ingin tahu meningkat

    8. CNS Depressant

    Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan

    berlawanan dengan CNS activation. Misal pada tikus, efek yang

    ditimbulkan antara lain:

    Aktivitas motorik menurun

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    7/19

    Laju pernapasan menurun Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram

    9. Muscle Relaxant

    Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

    III. BAHAN DAN ALATa. Hewan yang digunakan

    Hewan : mencit putih sebanak 1 ekor dengan

    berat 30gr

    b. Bahan yang dipakaiBahan : obat / bahan obat yang di rahasiakan

    jenisnya dengan dosis atau

    konsentrasi berbeda beda

    c. Alat yang di pergunakanAlat : alat suntik, stopwach, hotplate,

    rotarting road, thermometer, platform,

    pinsetm kertas saring, alat gelantung,

    jaring kawat, dan alat-alat gelas

    lainnya

    IV. CARA KERJA1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan

    beri skor 1 atau 0 untuk respon kualitatif dan 1,2,3 untuk respon

    kuantitatif.

    3. Respon kuantitatif dapat dilihat pada tabel 3.4. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu,

    seperti :

    Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring ataubergelantungan pada alat gelantung.

    Laju pernapasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch. Reaksi jepit ekor menggunakan pinset.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    8/19

    Reaksi plat panas menggunakan hotplate. Temperature tubuh menggunakan thermometer. Chromodacriorea (air mata berdarah), salvitasi, lakrimasi

    menggunakan kertas saring.

    5. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan tak di beri obat= kontrol) injeksi masing-masing hewan pada dosis yang telah

    ditentukan.

    6. Amati lagi semua parameter diatas pada 5, 10, 15, 30, dan 60menit setelah penyuntikan obat.

    7. Evaluasi hasil saudara dengan cara sebagai berikut :a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing

    parameter sesuai dengan dosis.

    b. Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.

    c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor

    bobot untuk masing-masing parameter pada tiap-tiap dosis

    dan bandingkan dengan skor maksimum.

    d. Kumpulkan nilai parameter- parameter yang relevan untuk

    aktifitas tertentu, misalnya untuk aktivitas penekanan sistem

    saraf pusat (PSSP) seperti pada tabel 4 dan jumlahkan skor

    actual. Hitung juga skor maksimum actual.

    e. Ranking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan

    katagori aktivitas.

    f. Bahas hasil yang saudara peroleh dan buatlah beberapa

    kemungkinan kategori aktivitas senyawa yang anda uji sebagai

    kesimpulan.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    9/19

    V. HASIL DAN PEMBAHASANa. Hasil

    Perhi tungan dosis

    Tanggal : 4 april 2014

    Hewan : Mencit

    BB : 30 gr = 0,03 kg

    Dosis : 100 mg/kgbb

    VAO : 0,3 ml

    Konsentrasi obat : 0,30 mg/ml

    VAO = Berat (kg) x Dosis (mg/KgBB)

    Konsentrasi (mg/ml)

    = 0,03 kg x 100 mg/KgBB

    0,30 mg/ml

    = 0,3 ml

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    10/19

    Tabel Hasil Pengamatan

    Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada waktu

    k 5 10 15 30 60

    Kelopak mata turun 0 0 0 0 0 0

    Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0

    Ekor berdiri 0 1 1 1 1 1

    Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0

    Ekor memerah 0 0 0 0 0 0

    Telinga memerah 0 0 0 0 0 0

    Ekor pucat 0 0 0 0 0 0

    Fasikulasi 1 1 1 1 1 1

    Tremor 0 1 1 1 1 1

    Aktiv. Motorik meningkat 1 1 1 1 1 1

    Aktiv. Motorik menurun 0 0 0 0 0 0

    Respirasi meningkat 0 2 3 3 2 1

    Respirasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Gerak berputar 0 1 1 1 1 1

    Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

    Agresif 0 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu meningkat 1 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu menurun 0 0 0 0 0 0

    Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0

    Refleks telinga hilang 0 1 1 1 1 1

    Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0

    Salivasi 0 0 0 0 0 0

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    11/19

    Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0

    Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Air maata berdarah 0 0 0 0 0 0

    Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0

    Tremor 0 1 1 1 1 1

    Konvulasi 0 1 1 1 1 1

    Urinasi 0 0 0 0 0 0

    Diare 0 0 0 0 0 0

    Temperature rektum naik 0 0 0 0 1 1

    Temperature rektum turun 0 1 0 0 0 0

    Jauh dr rotaroad 3 3 3 3 3 3Katalepsi 0 1 1 1 1 1

    Tonus tubuh menurun 0 2 2 2 2 2

    Reaksi plat panas turun 0 1 1 1 1 1

    Reaksi jepit ekor turun 0 0 0 1 1 1

    Mengeliat 0 0 0 0 0 0

    Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0

    Pupil mengecil 0 0 0 0 0 0

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    12/19

    b. PembahasanPada dasarnya, percobaan skrinning hipokratik ini

    dilakukan untuk mengetahui atau menapis aktivitas suatu obat atau

    bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari

    bahan alami maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Hal itu

    disebut dengan skrining hipokratik. Obat yang diberikan belum

    diketahui aktifitas maupun golongan senyawa tersebut. Oleh karena

    itu, pada percobaan skrining hipokratik ini digunakan hewan uji

    yaitu berupa mencit. Mencit selanjutnya disuntikan obat dengan

    dosis 3 mg/kg BB dan konsentrasi obat sebesar 0,3 mg/ml. Mencit

    disuntikkan secara oral, kanulla dimasukkan ke dalam mulut

    mencit, kemudian perlahan-lahan obat disuntikkan melalui tepi

    langit-langit ke belakang sampai esophagus. Kemudian setelah itu

    mencit tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang

    terjadi pada menit ke-5, 10, 15, 30, dan 60.

    Respon kualitatif yang terjadi yaitu pada saat 5 menit

    pertama terlihat ekor mencit berdiri, aktivitas motorik meningkat,

    agresif, rasa ingin tahu meningkat, tremor, dan konvulsi.

    Selanjutnya pada menit ke 10 dan 15 efek obat lebih banyak

    terlihat. Efek yang teramati pada menit tersebut diantaranya

    ditandai dengan menggeliat dan laju respirasi yang semakin

    meningkat. Pada menit ke 30 rasa ingin tahu menurun, tremor,

    refleks balik hilang, masih menggeliat, temperature rectum

    meningkat dan jatuh dari rotaroad. Pada menit ke-60 efek tremormasih dapat terlihat dan efek lain yang terjadi yaitu reflex telinga

    hilang, konvulsi, temperature rectum meningkat dan katalepsi.

    Respon kuantitatif agak sulit diamati, karena salah satunya

    faktor yang mempengaruhi adalah alat yang terbatas. Respon yang

    dapat diamati diantaranya laju pernapasan mencit yang semakin

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    13/19

    bertambah, selain itu tonus tubuh mencit juga meningkat. Hal ini

    dapat dilihat ketika mencit diletakkan di atas kawat kemudian

    kawat tersebut diputar dimulai dari 450-1800mencit dapat bertahan

    selama beberapa menit. Pada data pengamatan berdasarkan

    persentase, efek yang paling besar adalah analgetik (100%). Efek-

    efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain

    penekan SSP (60%), relaksasi otot (74,40%), parasimpatomimetik

    (40%), simpatolitik (60%), simpatomimetik (20 %), vasokonstriksi

    (0%), vasodilatasi (0%), parasimpatolitik (-%) dan stimulansi SSP

    (76,77%).

    Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada

    percobaan, obat yang disuntikan merupakan golongan analgetik

    dan relaksasi otot (muscule relaxant). Hal ini dapat dilihat dari

    parameter yang paling besar bila dikalikan dengan faktor bobot

    yaitu menggeliat, ekor naik/berdiri, gerak berputar dan paralisa

    kaki. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat

    yang diberikan adalah golongan relaksan otot adalah rasa ingin

    tahu menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari rotaroad dan tonus

    tubuh menurun.

    Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang

    mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan

    kesadaran.Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling

    sering. Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi

    saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit

    tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan

    meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan

    mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetika dibagi menjadi

    dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika non

    narkotik . Meskipun sering berfungsi untuk mengingatkan,

    melindungi dan sering memudahkan untuk diagnosis, tetapi pasien

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    14/19

    merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan. Kebanyakan

    menyiksa dan karena itu berusaha untuk membebaskan rasa nyeri.

    Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga

    banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri.

    Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek

    menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya

    kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat analgesik bekerja

    dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi

    (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau

    sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi

    modalitas nyeri.

    Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning

    hipokratik ini tidak mengalami peningkatan urinasi, maupun diare

    yang mengakibatkan berat badannya menurun. Mencit tersebut juga

    tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat ini bukan

    golongan parasimpatomimetik.

    Ketidakakuratan hasil yang diperoleh mungkin saja terjadi

    dalam percobaan ini dikarenakan kesalahan-kesalahan yang terjadi,

    mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi mencit

    yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi

    perubahan signifikan pada mencit. Selain juga dikarenakan

    keterbatasan alat yang tersedia. Mencit tersebut juga mungkin saja

    kurang memberikan efek terapi yang seharusnya ada oleh karena

    sifat mencit yang agak resisten.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    15/19

    VI. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

    Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitassuatu obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang

    berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau

    semisintetis.

    Kriteria yang digunakan sebagai parameter untuk pengamatan iniialah aktivitas penekan sistem saraf pusat, simpatolitik, relaksasi

    otot, simpatomimetik, parasimpatomimetik, analgetik,

    vasodilatasi, vasokontriksi, stimulasi system saraf pusat, dan

    parasimpatolitik.

    Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan,obat yang disuntikan merupakan golongan Analgetik yang

    bekerja dengan cara merelaksasikan otot. Hal ini dapat dilihat dari

    parameter yang paling besar bila dikalikan dengan faktor bobot

    yaitu tonus tubuh meningkat dan respirasi meningkat. Efek lain

    yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang diberikan

    adalah golongan analgetik yaitu ekor naik/berdiri, gerak berputar

    dan paralisa kaki. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan

    bahwa obat yang diberikan adalah golongan relaksan otot adalah

    menggeliat, rasa ingin tahu menurun, reflex telinga hilang, jatuh

    dari rotaroad dan tonus tubuh menurun.

    Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning hipokratik initidak mengalami peningkatan urinasi, maupun diare yang

    mengakibatkan berat badannya menurun. Mencit tersebut juga tidak

    mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat ini bukan golongan

    parasimpatomimetik.

    Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini kondisi

    mencit yaitu keadaan kandang, suasana kandang baru yang asing,

    pengamatan hewan dalam kandang, dan keadaan ruangan tempat hidup

    hewan percobaan ( cuaca ) dan juga factor-faktor lainnya seperti

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    16/19

    kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan (human

    error).

    VII. JAWABAN PERTANYAAN1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?

    Jawab :

    Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak

    diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah

    program skrining yang dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan

    khasiatnya.

    2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skriningspesifik? Apa pula kelemahannya?

    Jawab :

    a. Kelebihano Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative murah.o Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.

    b. Kekurangano Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan

    membutuhkan waktu yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang

    diamati banyak.

    3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini?Jelaskan.

    Jawab :

    Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari

    berbagai kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang

    besar dapat memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan

    berefek toksik.

    4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agardapat digunakan secara klinis?

    Jawab :

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    17/19

    Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

    1. Uji PraklinikSerangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :

    a. Uji Farmakodinamikab. Uji Farmakokinetik

    Untuk mengetahui ADME Merancang dosis dan aturan pakai.

    c. Uji Toksikologi Mengetahui keamanannya

    d. Uji Farmasetika2. Uji Klinik

    Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :

    a. Uji Klinik Fase IFase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya

    pada manusia.

    b. Uji Klinik Fase IIPada fase ini dicobakan pada pasien sakit.

    c. Uji Klinik Fase III- Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding

    - Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman

    (misal : intra ras)

    - Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk dipasarkan

    d. Uji Klinik Fase IV

    - Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)

    - Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya

    5.

    Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-aktivitas yang ditentukan.

    Jawab :

    Piloerection atau bulu mencit berdiriu menunjukkan adanya kompensasitemperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.

    Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah darimerah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    18/19

    pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi karena

    pengaruh simpatomimetik.

    Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitasparasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan

    SSP, khususnya pada dosis tinggi.

    Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat.Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat para

    simpatolitik atau simpatomimetik.

  • 5/26/2018 Laporan Praktikum Ori

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi

    FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange

    Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of

    the text).

    Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex

    Media Komputindo Kelompok Gramedia

    Woodley, Michele. 1995.Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.

    Andrajati, Retno. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Depok:

    Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen

    Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

    Anonim. 1995.Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT

    Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia