laporan praktikum revisi
DESCRIPTION
FKGTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
UNIT COST TUMPATAN KOMPOSIT
oleh:
KELOMPOK 9
Pembimbing:
Drg. Kiswaluyo, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
DAFTAR NAMA KELOMPOK 9
1. Inneke Andriani Sutanto (111610101089)
2. Muhammad Nizar Dwi Putranto (111610101090)
3. Deasy Kusuma Ardiani (111610101091)
4. Ita Kurniawati (111610101092)
5. Erfin Ramadana Pratama (111610101093)
6. Dwi Sri Lestari (111610101094)
7. Cindy Uswatun Khasanah (111610101095)
8. I Putu Erlangga (111610101096)
9. Meila Isna A. (111610101097)
10. Ariska Cyntia (111610101098)
11. Firda Nindita Sari (111610101099)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum ini, tentang ”Penghitungan Unit Cost perawatan
tumpatan komposit”. laporan ini disusun untuk memenuhi laporan praktikum.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
kami ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Kiswaluyo, M.kes selaku pembimbing praktikum yang telah membimbing jalannya
praktikum.
2. Teman-teman Kelompok Praktikum IX yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan
praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa
mendatang demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, Januari 2014
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Restorasi
Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada
gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi. Restorasi dapat dibagi atas dua
bagian yaitu plastis dan rigid. Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi dan
pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan, tidak memerlukan fasilitas
laboratorium dan murah. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup
banyak untuk mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan. Restorasi rigid merupakan
restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang
dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan
berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
Berdasarkan kepustakaan Inggris, restorasi rigid terdiri diri inlay, onlay/overlay, dan
crown. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditempatkan di kavitas diantara tonjol gigi, sedangkan
onlay/overlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol gigi.
Crown adalah penggantian sebagian atau seluruh mahkota klinis yang disemenkan. Dalam
tulisan ini restorasi rigid yang dibahas hanya inlay dan onlay/overlay. Pilihan bahan restorasi
rigid antara lain logam tuang, porselen, resin komposit dan kombinasi keduanya. Logam
merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang membutuhkan
preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi tetapi memiliki masalah estetik.Sedangkan
porselen merupakan bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif
yang tinggi. Porselen membutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari
restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di laboratorium. Walaupun
inlay/onlay keramik memiliki tingkat resistensi pemakaian yang tinggi, bahan ini lebih sering
fraktur dari komposit.
Peningkatan kesadaran terhadap estetik, bahkan pada gigi posterior meningkat sehingga
kedokteran gigi mengembangkan penggunaan bahan estetik non-metal sewarna gigi karena
pasien menolak restorasi amalgam dan inlay emas walaupun sifat-sifat fisis bahan tersebut sangat
baik. Praktisi berusaha mengembangkan material dan teknik yang akan memenuhi standar
kekuatan, biokompabilitas dalam mempertahankan kesehatan gigi dan resistensi pemakaian. Hal
ini sejalan dengan peningkatan permintaan pasien akan penampilan, ketahanan jangka panjang
dan pembiayaan.
Sejak resin komposit pertama kali diperkenalkan tahun 1964, material dan teknologi
adhesif menjadi bahan penelitian dan pengembangan intensif. Diluar perkembangan signifikan
dalam komposisi dan penampilan resin komposit, bahan ini masih menunjukkan derajat
penyusutan polimerisasi yang nyata, yang menyebabkan celah mikro, ikatan dentin adhesif yang
tidak adekuat, sensitivitas pasca operatif dan kesulitan menghasilkan anatomi proksimal dan
oklusal yang membatasi penggunaannya dalam restorasi plastis. Perkembangan dalam teknologi
adhesif dan resin komposit menunjukkan perkembangan yang menjanjikan dalam daya tahan dan
penampilan.
1.2 Restorasi Resin Komposit
Bahan restorasi resin komposit merupakan bahan tumpatan yang paling digemari oleh pasien dan
dokter gigi saat ini. Hal ini dikarenakan nilai estetik yang dihasilkan bahan restorasi ini sangat
memuaskan. Selain itu, restorasi resin komposit menghasilkan ikatan yang baik terhadap
permukaan enamel atau dentin. Bahan restorasi resin komposit pertama kali ditemukan pada
tahun 1951 oleh Knock dan Glenn. Sejak saat itu, bahan restorasi resin komposit terus
berkembang hingga sekarang. Dan pada tahun 1962, Bowen mengembangkannya dengan
menambahkan bahan bisphenol glycidyl dimethacrylate (bis-GMA) yang berperan dalam
menguatkan ikatan kimia antara partikel pengisi resin komposit. Sampai saat ini, semua jenis
resin komposit telah mengandung bis-GMA.
Walaupun bahan tumpatan resin komposit menghasilkan estetik yang baik, bentuk dan
permukaan restorasi resin komposit dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Hal ini akan
mempengaruhi sifat mekanis resin komposit tersebut. Proses perubahan tersebut dikenal dengan
istilah degradasi resin komposit. Degradasi resin komposit adalah hilang atau lepasnya struktur
kimia resin komposit seperti Bis-GMA yang disebabkan oleh beberapa proses. Sifat mekanis
resin komposit tidak hanya dipengaruhi oleh struktur kimia yang dikandungnya, tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mulut seperti perubahan pH dan kelembaban rongga mulut.
Menurut Ferracane (2006) dan Goperfich (1996), mekanisme degradasi resin komposit
berhubungan dengan dua proses yakni proses mekanis dan kimiawi.
1.3 Unit Cost
Pengertian secara Umum unit cost adalah biaya per unit produk atau biaya per pelayanan.
Menurut Hansen & Mowen (2005) Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total
cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan (barang dan Jasa).
Manfaat Unit Cost :
Membantu manajemen dalam menilai kesehatan keuangan rumah sakit melalui tinjauan
positioning biaya terhadap tarif rumah sakit saat ini, sehingga dapat menjadi dasar
perencanaan pendanaan RS di masa depan.
Memberi masukan/acuan dalam mengusulkan tarif baru berdasar perhitungan biaya per
unit (unit cost)
Out put dari analisis unit cost ini dapat juga dijadikan dasar negosiasi mengenai subsidi
atas pelayanan rumah sakit kepada pasien tidak mampu/Gakin (Jamkesmas, PT Askes
dll),
Membantu proses penyusunan pola tarif baru berdasarkan perhitungan biaya per unit
(unit cost).
Membantu dalam proses inventarisasi aset dan dalam menyusun strategi keuangan ke
depan,
Laporan unit cost yang ada dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja dan dasar dalam
penyusunan anggaran rumah sakit maupun subsidi pemerintah ke rumah sakit
Unit cost akan menjadi dasar bargaining power/alat advocacy dalam negosiasi dengan
stakeholder terkait (pengajuan usulan pembiayaan maupun pengajuan subsidi anggaran).
Beberapa Metode Unit Cost yang dikenal adalah :
1. Simple distribution Merupakan cara langsung membagi habis biaya diunit-unit pusat
biaya ke pusat pendapatan berdasarkan bobot tertentu.
2. Step down method Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan
melalui beberapa tahap, yaitu pertama alokasi antara pusat biaya (disusun dengan unit
mulai dengan biaya tertinggi sebagai unit yang memberi biaya kepusat biaya lain).
Kemudian biaya yang diterima pusat biaya dibawahnya digabung dengan biaya asli
pusat.Biaya tersebut dialokasikan ke pusat pendapatan dengan dasar pembobotan.
3. Double distrtibution Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat
pendapatan, melalui duatahap, yaitu mula-mula dilakukan alokasi antara pusat biaya ke
pusat biaya lain danke pusat pendapatan, selanjutnya dilakukan alokasi dari pusat biaya
ke pusat pendapatan
4. Activity-based costing Merupakan cara analisis biaya berdasarkan aktivitas.
Proses dalam pembuatan produk tentunya membutuhkan beberapa biaya (cost) yang
wajib dikeluarkan sebuah perusahaan. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa biaya-biaya
produksi tersebut.
A. First or Investment Cost
Biaya awal (first cost) adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal sebelum
kegiatan produksi diselenggarakan. Biaya ini biasanya akan dipergunakan untuk pembelian
mesin (fasilitas produksi), instalasi, gedung dan sebagainya. Biaya awal ini cenderung besar dan
memiliki nilai strategis yang mencakup dimensi waktu jangka panjang (long term). Untuk
memperoleh kembali modal yang ditanamkan (investasi), maka hal tersebut bisa dilakukan lewat
biaya penyusutan (depreciation cost) yang besarnya akan tergantung pada metode perhitungan
depresiasi yang diterapkan. Biaya asal dikeluarkan hanya sekali saja untuk setiap asset yang
ditanamkan. Selanjutnya biaya-biaya yang hahrus dikeluarkan secara rutin/ periodik akan
diklasifikasikan dalam bentuk biaya operasional dan perawatan (operating and maintenance
costs).
B. Operation and Maintenance Cost
Operation and maintenance cost (operasi dan perawatan sistem) adalah biaya untuk
mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik dan juga merupakan biaya
untuk merawat sistem dalam masa pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya operasi dan
perawatan sistem adalah biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff
pengawas data), biaya overhead (telepon, listrik, asuransi, keamanan, supplies), biaya perawatan
hardware (reparasi, service), biaya perawatan software (modifikasi program, penambahan modul
program), biaya perawatan peralatan dan fasilitas, biaya manajerial dalam operasional sistem,
biaya kontrak untuk konsultan selama operasional sistem, biaya depresiasi. Biaya operasional
dan perawatan biasanya terjadi secara rutin selama usia operasional sistem.
C. Fixed and Variabel Cost
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap dalam proses
produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi
mengalami perubahan (naik atau turun). Keseluruhan biaya tetap disebut biaya total (total fixed
cost,TFC). Contoh dari biaya tetap yaitu membeli mesin produksi dan mendirikan bangunan
pabrik. Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (total variable cost, TVC) adalah
jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang akan
dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar
pula biaya variable yang akan dikeluarkan. Contoh dari biaya variabel yaitu penyediaan bahan
baku untuk produksi.
D. Incremental or Marginal Cost
Biaya marginal adalah perubahan biaya total akibat penambahan satu unit output (Q).
Biaya marginal timbul akibat pertambahan satu unit output sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Oleh karena tambahan produksi satu unit output tidak akan menambah atau mengurangi biaya
produksi tetap (TFC), maka tambahan biaya marginal ini akan menambah biaya variable total
(TVC).
E. Direct and Indirect Cost
Biaya Langsung (direct cost) merupakan biaya yang dapat dengan mudah dan
meyakinkan ditelusuri ke objek biaya tertentu. Konsep biaya langsung tidak hanya mencakup
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja saja. Jika sebuah perusahaan membebankan biaya ke
berbagai kantor di berbagai wilayah penjualan, maka gaji manajer di kantor penjualan pada suatu
wilayah merupakan biaya langsung bagi wilayah penjualan tersebut. Biaya tidak langsung
(indirect cost) merupakan biaya yang tidak dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke
objek biaya tertentu. Contoh: dikaitkan dengan produk, gaji manajer pabrik merupakan biaya tdk
langsung, karena biaya ini sama sekali tidak disebabkan oleh proses pembuatan produk.
F. Total and Unit Cost
Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada produksi jangka
pendek. Biaya total diperoleh dari :
Secara sederhana unit cost dapat diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan.
Sedangkan menurut Hansen&Mowen (2005) unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian
antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. Produk yang
dimaksud dapat berupa barang ataupun jasa.
G. Recurring and Nonrecurring Cost
Recurring cost (biaya berulang) adalah biaya-biaya operasi dan pemeliharaan yang terus
terjadi selama masa hidup system. Contoh dari recurring cost ialah pembelian suku cadang dari
mesin produksi. Sedangkan nonrecurring cost (biaya tidak berulang) merupakan kembalikannya,
ialah biaya-biaya operasional yang hanya terjadi sekali. Contoh dari nonrecurring cost ialah
biaya pembuatan pabrik.
H. Sunk or Past Cost
Sunk cost ialah Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum terjadinya suatu
keputusan. Contoh dari sunk cost ialah biaya yang dikeluarkan rapat dan penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fixed Cost
Target pasien 1 tahun = 500 pasien
Jenis Harga Harga per tahun Unit Cost
Gedung praktek 100.000.000 100.000.000 : 35
= 2.857.000
2.857.000 : 500
= 5.700
Dental Unit 50.000.000 50.000.000 : 15
= 3.300.000
3.300.000 : 500
= 6.700
Light cured 900.000 900.000 : 5
= 180.000
180.000 : 500
= 360
AC 3.000.000 3.000.000 : 5
=600.000
600.000 : 500
=1.200
Sterilisator 2.000.000 2.000.000 : 10
=200.000
200.000 : 500
= 400
Kompresor 300.000 300.000 : 10
= 30.000
30.000 : 500
= 60
Wastafel 500.000 500.000 : 15
=33.300
33.300 : 500
= 70
TV 1.500.000 1.500.000 : 5
= 300.000
300.000 : 500
= 600
Furniture 10.000.000 10.000.000 : 20
= 500.000
500.000 : 500
= 1.000
ATK + Kertas rekam
medic
1.000.000 1.000.000 1.000.000 : 500
= 2.000
PDAM 50.000 50.000 X 12
= 600.000
600.000 : 500
=1.200
PLN 200.000 200.000 X 12
= 2.400.000
2.400.000 : 500
= 4.800
Lampu 40.000 40.000 x 2 80.000 : 500
= 80.000 = 160
Majalah 10.000 10 x 12
= 120.000
120.000 : 500
= 240
Alat Kebersihan 50.000 50.000 x 2
= 100.000
100.000 : 500
= 2.000
2 set Alat Dasar 200.000 200.000 : 5
= 40.000
40.000 : 500
= 80
Lap dada + Lap meja 10.000 10.000 10.000 : 500
= 20
Tempat tampon 35.000 35.000 : 5
= 7000
7.000 : 500
=14
Tempat alkohol 8.000 8.000 : 5
= 4.000
4.000 : 500
= 3
Botol irigasi + syringe 20.000 20.000 20.000 : 500
=40
2 Petridish 250.000 250.000 : 5
= 50.000
50.000 : 500
= 100
Bunsen 15.000 15.000 : 5
= 3.000
3.000 : 500
= 6
2 glass plate 10.000 10.000 : 5
= 2.000
2.000 : 500
= 4
Spatula Logam 8.000 8.000 : 5
= 1.600
1.600 : 500
= 3
PFI logam 12.000 12.000 : 5
= 2.400
2.400 : 500
= 6
Stopper semen 28.000 28.000 : 5
= 5.600
5.600 : 500
= 11
Alat preparasi 40.000 40.000 x 50
= 2.000.000
2.000.000 : 500
= 4.000
Hand piece 1.200.000 1.200.000 : 5
= 24.000
24.000 : 500
= 48
Jasa 20.000 20.000 x 500
=10.000.000
10.000.000 : 500
= 20.000
TOTAL = 50.700
2.2 Variable Cost
Jenis Harga Unit Cost
Bahan tumpatan
(etsa, bonding, resin
komposit)
600.000 600.000 : 6
= 100.000
Cotton roll 5.000 : 50
= 100
100 x 5
= 500
Aquades 10.000 10.000 : 100
= 100
Alcohol 30.000 30.000 : 100
= 300
Tissue 6.000 6.000 : 25
= 240
Handscoon 1.000 1.000
Masker 1.000 1.000
Cotton pellet 5.000 5.000 : 50
= 100
Sabun cair 7.000 7.000 : 50
= 140
Kapas 7.000 7.000 : 250
= 28
TOTAL = 103.408
TOTAL UNIT COST TUMPATAN KOMPOSIT = Rp 154.108,00 ~ Rp. 155.000,00
BAB III
KESIMPULAN
Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dibagi
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan (barang dan Jasa). Biaya tetap adalah biaya yang
timbul akibat penggunaan sumber daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap
adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau
turun). Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (total variable cost, TVC) adalah
jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang akan
dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan kelompok kami, dengan menjumlahkan biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variable didapatkan hasil unit cost yang harus dibayarkan pasien apabila akan
melakukan perawatan tumpatan komposit seharga Rp 155.000,00 .
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://shop.cobradental.co.id
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17005/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28623/4/Chapter%20I.pdf
http://wahabxxxxx.files.wordpress.com/2011/10/biaya.pdf
LAMPIRAN
GAMBAR BAHAN dan ALAT TUMPATAN KOMPOSIT
NAMA GAMBAR NAMA GAMBAR
Gedung praktek Bunsen
Alcohol 70% Dental unit
Ekskavator Handpiece
Cotton roll Kaca mulut
Glass plate Kapas
Dental light curing
unit
Komposit
Bur untuk finishing
tumpatan
Masker
Hand scoon Mata bur
Nirbeken Sonde bengkok
Petridish Sonde lurus
Pinset KG Tempat sampah
Saliva ejector Tissue
Plastis filling
instrumen
Dappen glass