laporan praktikum tentang respirasi jangkrik
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memampukan kami dalam menyelsaikan tugas laporan praktikum biologi ini yang berjudul
Laporan Praktikum Tentang Respirasi pada Jangkrik.
Laporan ini kami susun dengan tujuan untuk membahas hasil uji praktikum kami dengan
menambahkan sumber materi yang kami ambil, baik dari buku maupun internet.
Dengan menyadari ketidaksempurnaan laporan ini, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran dari anda terhadap kekurangan atau kelemahan laporan ini, guna memotivasi kami
untuk membuat laporan yang lebih baik lagi kedepannya.
Untuk kata terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung kami dalam penyelesaian laporan praktikum ini. Dan kepada Ibu Rani selaku guru
Biologi yang membantu menjelaskan bagaimana membuat laporan yang baik dan benar. Dan
kepada Bapak Bagus yang membimbing kami ketika praktikum berlangsung.
Tangerang Selatan, 11 Februari 2013
Penulis
1 | P a g e
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................. 2
Bab I Pendahuluan.............................................................. 3
1.1 Latar Belakang............................................. 3
1.2 Identifikasi Masalah...................................... 3
1.3 Rumusan Masalah........................................ 3
1.4 Hipotesis....................................................... 4
1.5 Tujuan........................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan.................................. 4
1.7 Waktu dan Tempat....................................... 5
Bab II Kajian Teori/Dasar Teori............................................ 6
Bab III Alat, Bahan, dan Metode.......................................... 15
Bab IV Hasil dan Pembahasan............................................ 18
Bab V Penutup..................................................................... 21
Bab VI Lampiran................................................................... 22
BAB I
2 | P a g e
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas, manusia hewan maupun tumbuhan.
karena bernapas merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Bernapas adalah proses
memasukkan serta mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang
dimasukkan mengandung oksigen (O2), sedangkan udara yang dikeluarkan
mengandung karbondioksida(CO2) serta uap air (H2O). Oksigen yang masuk digunakan
tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan
untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk hidup untuk melakukan
seluruh aktivitas kehidupannya.
Pengertian respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis
makhluk hidup untuk memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan
melalui pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Dari itu, kami membuat laporan untuk menginformasikan bagaimana jangkrik
bernafas dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju kecepatan respirasi pada
jangkrik.
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk mengetahui kecepatan respirasi seekor jangkrik, kita perlu melakukan praktikum
yang akan menjelaskan bagaimana dan berapa kecepatan respirasi seekor jangkrik.
1.3 Rumusan Masalah
Dari penjelasan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah yang muncul adalah
sebagai berikut:
a) Berapa kecepatan laju respirasi pada jangkrik dengan menggunakan
respirometer?
b) Apa saja yang mempengaruhi kecepatan laju respirasi?
1.4 Hipotesis
3 | P a g e
Kecepatan laju respirasi pada makhluk hidup salah satunya dipengaruhi oleh berat
badan. Jika berat badan jankgrik besar, makan kecepatan laju respirasinya juga banyak.
Begitu pun sebaliknya.
1.5 Tujuan
Laporan ini dibuat untuk mengetahui laju kecepatan respirasi pada jangkrik.
1.6 Sistematika Penulisan
I. Cover
II. Kata Pengantar
III. Daftar Isi
IV. Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Hipotesis
1.5 Tujuan
1.6 Sistematika Penulisan
1.7 Waktu dan Tempat
V. Bab II Kajian Teori/Dasar Teori
VI. Bab III Alat, bahan, dan metode
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Metode
VII. Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
VIII. Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
IX. Daftar Pustaka
X. Lampiran
4 | P a g e
1.7 Waktu dan Tempat
Waktu : 19 Februari 2013
Tempat : 8.30- 10.00 WIB
BAB II
5 | P a g e
KAJIAN TEORI/ DASAR TEORI
Pengertian Sistem Pernapasan
mengambil dan mengeluarkan udara pernapasan melalui paru-paru
(pengambilan Oksigen, pengeluaran CO2) (inspirasi-ekspirasi).
pertukaran gas di dalam sel dengan udara luar
reaksi enzim sitokrom untuk menggunakan oksigen, menghasilkan energi di dalam sel
pada organel mitokondria
Inspirasi dan Ekspirasi berlangsung 15-18 X / menit
(sumber: http://boymaniammbs.blogspot.com/2011/12/materi-sistem-pernapasan-sma-
kelas-xi.html)
Alat Pernafasan
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan(orofarings) pada
bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknyapita suara
(pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena
saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan
6 | P a g e
mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
c. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di
rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
d. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya
tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
e. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan
rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam(pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Untuk tumbuhan, misalnya pada tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen
dari lingkungan, tidak semua tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tumbuhan
tak berklorofil benapas tanpa memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk
memperoleh energi.
1. Sistem Organ Pernapasan Serangga (Insecta)
7 | P a g e
Serangga adalah kelompok Arthropoda yang paling banyak jenisnya. Meskipun serangga
memiliki sistem peredaran darah terbuka, namun sistem pernapasan serangga langsung
mencapai jaringannya lewat saluran yang disebut sistem trakea. Sistem pembuluh trakea
merupakan system pernapasan yang paling sederhana namun paling efisien. Sistem trakea
memiliki saluran-saluran tempat pertukaran udara yang bermuara di stigma atau spirakel, yaitu
berupa lubang kecil yang berada di kedua tepi setiap ruas tubuh serangga. Spirakel memiliki
bulu-bulu untuk menyaring kotoran. Spirakel juga memiliki katup. Dengan cara mengontraksikan
otot-otot yang berhubungan dengan katup-katup tersebut, serangga dapat mengatur membuka
dan menutupnya spirakel. Dalam tubuh serangga, terdapat trakea (anyaman tabung-tabung
yang berisi udara) yang memanjang di sepanjang tubuhnya. Trakea itu bercabang-cabang
menjadi saluran-saluran udara yang sangat kecil yang disebut trakeolus. Trakeolus
bersentuhan langsung dengan jaringan dalam tubuh serangga. Ujung trakeolus memiliki cairan.
Pada cairan inilah, oksigen dalam udara yang masuk ke dalam sistem trakea, berdifusi masuk
ke dalam sel-sel jaringannya. Sebaliknya, karbon dioksida juga keluar melalui trakeolus. Udara
masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke
kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena
adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
(Perhatikan Gambar 7.12).
Gambar 7.12 Sistem pernapasan serangga disebut sistem trakea.
8 | P a g e
Belalang bernapas dengan menggerakkan perutnya sehingga spirakelnya membuka dan
menutup. Empat pasang spirakel anterior akan terbuka dan spirakel posterior akan terbuka.
Kemudian, spirakel anterior menutup, spirakel posterior membuka, dan otot perut akan
berkontraksi. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam kantung udara dan sistem trakea.
(sumber: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/sistem-dan-organ-pernapasan-pada-
hewan/ )
2. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
yaitu :
Ketersediaan substrat.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi
dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak
maka laju respirasi akan meningkat.
Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh
tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10o C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
9 | P a g e
Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan
muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.Demikian pula
pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Kadar CO2 dalam udara.
Kurangnya O2 atau kelebihan CO2 tampak pada kegiatan respirasi biji-bijian, akar
maupun batang yang terpendam dalam tanah. Jika kadar CO2 naik sampai 10 % dan kadar
O2 turun sampai 0 % maka respirasi akan terhenti.
Persediaan air.
Jika kadar air sedikit maka respirasi kecil. Jika biji (direndam air) maka respirasi menjadi
lebih giat.Pada daun yang layu maka respirasi lebih giat ++ gula (timbunan tepung/KH).
Cahaya.
Cahaya fotosintesis + substrat repirasi.Cahaya menambah panas, panas menambah kegiatan
respirasi.
Luka
Jaringan yg luka/terbuka + respirasi aktivitas sel parenkim untuk menutup luka.
Pengaruh bahan kimia.
Zat penghambat respirasi diantaranya sianida, fluoride, Iodo asetat, CO diberikan pada
jaringan. Dalam Konsentrasi rendah (eter, kloroform, aseton, formaldehida) menambah
respirasi dalam waktu singkat.
( sumber : http://rheeaputri.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-biologi-respirasi.html)
10 | P a g e
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
- Respirometer
- Pipet kaca dan Pinset
- Stopwatch
- Kapas
- Neraca
- tissue
Bahan :
- Jangkrik
- Eosin
- Vaselin
- NaOH atau KOH Kristal
11 | P a g e
3.2Metode
1. Respirometer dibersihkan terlebih dahulu dengan hati-hati
2. NaOH atau KOH Kristal sebanyak 2 gram dibungkus dengan kapas seberat 0.5
gram
3. NaOH atau KOH Kristal yang telah dibungkus kapas dimasukkan kedalam
respirometer
4. Jangkrik dimasukkan kedalam respirometer
5. Tutup respirometer yang telas di oles dengan vaselin di tutup rapat hingga tidak
terdapat gelembung udara
6. Eosin diteteskan sedikit keujung pipa berskala pada respirometer dengan pipet
kaca
7. Mengamati dan mencatat perubahan pergerakan eosin yang terjadi.
12 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Jenis
serangga
Berat Waktu dalam menit Pergeseran eosin/10ml
O2/menit
Kecepatan
respirasi Ml
O2/gr/menit (d/b)
2 2 2 2 2
a b c D e
Jangkrik
1
0.7 gr 0.3 0.4
6
0.56 0.6 0.6 0.610
=0.060.060.7
=0.085
Jangkrik
2
0.5 gr 0.25 0.3
8
0.42 0.4
9
0.52 0.5210
=0.0520.050.5
=0.104
Jangkrik
3
1 gr 0.21 0.3
3
0.43 0.4
7
0.49 0.4910
=0.0490.049
1=0.049
Pembahasan:
Data jangkrik 1 diperoleh dari praktikum yang kami lakukan dan data jangkrik 2 kami dapatkan
dari kelompok lain yang juga melakukan praktikum.
Jangkrik 1: kecepatan respirasinya sebesar 0.085 gram/menit
Jangkrik 2: kecepatan respirasinya sebesar 0.104 gram/menit
Jangkrik 3: kecepatan respirasinya sebesar 0.049 gram/menit
13 | P a g e
jangkrik a jangkrik b jangkrik c0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Series 1Series 3
Dari data yang diambil melalui uji coba dengan respirometer sederhana. Mengukur kecepatan respirasi hewan dengan larutan berwarna . Data diambil dengan cara mengamati kedudukan larutan warna pada skala respirometer tiap menit. Hal ini dipastikan karena larutan warna yang bergerak tersebut disebabkan oleh aktivitas jangkrik dan KOH. Peran KOH adalah menyerap H2O hasil respirasi, karena KOH bersifat hidrofil (hydrofilic) maka H2O hasil dari respirasi akan diserap oleh KOH. Maka dari itu KOH dilapisi tissue agar sifat kaustik dari KOH tidak terlalu berefek pada makhluk hidup yang ada di dalam tabung ketika melakukan ekspirasi, CO2 dari sisa metabolisme kecambah atau belalang akan diikat oleh KOH menjadi K2CO3 dan H2O.
2KOH + CO2 K2CO3 + H2O Dimana CO2 memiliki volume terbesar karena merupakan gas.Sedangkan K2CO3 sendiri berbentuk padat. Akibatnya, volume CO2 dalam tabung kaca berisi jangkrik akan terus berkurang karena CO2 diikat menjadi K2CO3. Volume udara yang berkurang akan menyebabkan adanya tekanan negatif yang menyebabkan larutan larutan berwarna bergerak menuju tabung kaca yang berisi jangkrik. Sehingga semakin banyak udara yang dibutuhkan maka semakin cepat laju respirasinya, maka larutan berwarna juga akan lebih cepat bergerak ke arah tabung.
jangkrik 0.5 gram adalah berat jangkrik yang diujikan dalam praktikum kali ini . Dalam hasil praktikum tercatat jangkrik memiliki kecepatan respirasi paling lambat dibanding
14 | P a g e
dengan belalang uji yang lain . Hal ini disebabkan oleh aktivitas jangkrik besar yang lebih cenderung diam. Meskipun berat tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan yang kemudian juga mempercepat respirasi, itu tidak berlaku jika tubuh dalam keadaan diam laju metabolisme dan respirasi dapat terkontrol dengan teratur.
Jangkrik 0.7 gram adalah berat jangkrik yang diujikan dalam praktikum kali ini. Dalam hasil praktikum kali ini Jangkrik memiliki kecepatan respirasi paling cepat di banding dengan belalang yang lainnya. Hal ini disebabkan belalang berukuran besar dan lebih banyak melakukan aktivitas (bergerak) sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh yang juga akan membuat membutuhkan O2 yang lebih untuk pembentukan energi, aktivitas juga.
Jangkrik 1 gram adalah berat Jangkrik yang diujikan dalam praktikum kali ini. Dalam hasil praktikum kali ini Jangkrik berukuran lebih besar dari Jangkrik pada percobaan B, namun kecepatan respirasi Jangkrik C lebih kecil dari kecepatan respirasi belalang pada percobaan B. hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas (bergerak) sehingga suhu tubuh dari belalang C lebih kecil dari dari suhu tubuh Jangkrik B yang juga akan membutuhkan O2 yang lebih kecil dari belalang B.
15 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bahwa Lugol digunakan untuk menguji apakah suatu zat mengandung amilum atau
tidak.
2. Bahwa Biuret digunakan untuk menguji apakah suatu zat mengandung protein atau
tidak.
3. Bahwa Benedict digunakan untuk menguji apakah suatu zat mengandung glukosa atau
tidak.
4. Bahwa kertas coklat dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat mengandung
lemak atau tidak.
Dan dari hasil pengamatan kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Ekstrak nasi mengandung karbohidrat.
2. Larutan gula mengandung glukosa.
3. Ekstrak susu kedelai mengandung protein.
4. Air hasil cucian beras dan zat X mengandung karbohidrat, glukosa, dan protein.
5. Minyak mengandung lemak.
5.2 Saran
1. Patuhi peraturan yang sudah dijelaskan oleh guru senelumnya, seperti untuk tidak
menggunakan pipet pada dua cairan yang berbeda.
2. Lebih berhati –hati saat menyalakan spiritus.
3. Menggunakan jas lab, guna menghindari tumpahnya larutan ke seragam.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://lpbujimakanan.blogspot.com/2012/03/uji-makanan.html
http://brigittaamandasblog.blogspot.com/2012/09/contoh-laporan-ilmiah-makalah-biologi.html
http://woyojoz.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologi-uji-makanan_27.html
http://dianekawatiexact1.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-biologi-uji-bahan.html
Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf. 2010.Biology 2B. Esis.:Jakarta.
17 | P a g e