laporan praktikum tsrth kota bandung
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
MK TANAMAN DAN SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU (ARL 530)
ANALISIS SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU
DI DAERAH BANDUNG RAYA
Oleh:
Hanni Adriani A451120021
Nuraini A451120091
Listya Aderina A451114021
Siti Novianti Lufilah A44090029
Sry Wahyuni A44090059
PROGRAM PASCASARJANA ARSITEKTUR LANSKAP
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau
2.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau
2.3 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
2.4 Elemen Ruang Terbuka Hijau
2.5 Ancaman dan Perencanaan Ruang Terbuka Hijau
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Metodologi
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH BANDUNG RAYA
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Fungsi dan Sistem RTH
5.2 Struktur RTH Bandung Raya
5.3 Kesesuaian Tanaman Untuk RTH Bandung Raya
5.4 Hubungan RTH, Kebijakan, Ekonomi, Hukum, Sosial Masyarakat
Bandung Raya
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Persebaran Titik-titik Struktur RTHGambar 5.2 Dago Golf CourseGambar 5.3 Kawasan Lembang, BandungGambar 5.4 Persawahan Cimahi UtaraGambar 5.5Persawahan Sekitar Tol PadaleunyiGambar 5.6 Bandara Husein SastranegaraGambar 5.7 Taman Pemakaman Pandu (cina)Gambar 5.8 Taman Pemakaman Pandu (Kristen)Gambar 5.9 Welcome Area Taman PemakamanGambar 5.10 Persawahan Kebon JatiGambar 5.11 Stadiun SiliwangiGambar 5.12 Kawasan Jalan Sumatera, BandungGambar 5.13Taman Lalu LintaGambar 5.14 Gedung Walikota BandungGambar 5.15 Kawasan Stasiun Kereta ApiGambar 5.16 Taman Ade Irma Suryani NasutionGambar 5.17 Kawasan Jalan Kebon Jukut Gambar 5.18 Jalan Soekarno Hatta-BandungGambar 5.19 Jalan Soekarno Hatta-BandungGambar 5.20 Komplek Pindad PerseroGambar 5.21 Kawasan Cisaranteun KidulGambar 5.22 Jalan Siliwang, DagoGambar 5.23 Kawasan Persawahan PerseroanGambar 5.24 Jembatan Opat (Maleer Utara)Gambar 5.25 Institut Teknologi BandungGambar 5.26 Kebun Binatang BandungGambar 5.27 Taman Makam Pahlawan CikutraGambar 5.28 Kawasan Tol PurbaleunyiGambar 5.29 Taman TegalegaGambar 5.30 Kawasan Permukiman CihampelasGambar 5.31 Kaki Gunung Tangkuban Perahu
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor dan bahan
bakar minyak
Tabel 5.2 Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya
Tabel 5.3 Rekomendasi luas kebutuhan RTH pada tahun 2011, 2015, dan 2020
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau memiliki manfaat yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ekologis, sosial, ekonomi,
arsitektural dan nilai estetika yang dimiliki oleh ruang terbuka hijau dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dalam kehidupan perkotaan. Ruang terbuka di
suatu daerah juga dapat menjadi suatu identitas kota jika dikelola dan
dikembangkan dengan baik. Ruang terbuka hijau memiliki manfaat baik secara
langsung dan dapat dihitung (tangible) maupun tidak langsung dan tidak dapat
dihitung (intangible). Manfaat yang didapat dari RTH dapat dihitung antara lain
dalam pemanfaatan lahan untuk memproduksi bahan-bahan bernilai ekonomis
(kayu, daun, bunga) dan manfaat dalam menciptakan kenyamanan fisik
lingkungan sekitar (sejuk, segar, sumber oksigen), sedangkan manfaat yang
didapat dari RTH secara tidak langsung adalah sebagai perlindungan atau
konservasi air, habitat satwa dan keanekaragaman hayati. Kelestarian RTH suatu
wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang
sesuai dengan arah rencana jangka panjang dan rancangan ruang terbuka hijau
yang ideal untuk mengoptimalkan fungsinya.
Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara
proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-
fungsi lingkungan. Permasalahan saat ini yang kerap terjadi di suatu wilayah
perkotaan adalah semakin berkurangnya luasan RTH kota, sehingga tidak
memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas yang mencukupi. Seiring
perkembangan kebutuhan manusia, banyak sekali kekhawatiran yang muncul
terutama dalam lingkungan hidup sehari-hari. Ancaman lingkungan mulai terlihat
gejalanya seperti semakin tidak tersedianya RTH yang memadai, RTH yang tidak
fungsional, fragmentasi lahan, alih guna dan fungsi lahan yang banyak terjadi. Hal
ini dapat menyebabkan penurunan kenyamanan kota, penurunan kapasitas dan
daya dukung wilayah, penurunan nilai estetika alami kota, bahkan dapat
menyebabkan menurunnya kesehatan psikis masyarakat setempat.
Lemahnya lembaga pengelola ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
bisa dikarenakan aturan hukum dan perundangan RTH yang kurang tegas dan
iv
kurang mengikat, belum jelasnya bentuk kelembagaan maupun tata kerja
pengelolaan RTH yang jelas. Stake holders yang diharapkan mampu mengontrol
kelestarian RTH masih cenderung lemah baik dari persepsi masyarakat sampai
dengan rasa kepemilikan oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. Ancaman
keterbatasan lahan kota guna pemanfaatan ruang terbuka hijau harus mulai
dianalisis secara aktual, fungsional dan kontekstual untuk dapat mengoptimalkan
lahan terbuka yang ada sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau
kota.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah untuk:
1. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap
pola penyebaran RTH (distribusi) pada daerah Bandung Raya
2. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap
struktur RTH daerah Bandung Raya
3. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi terhadap
kesesuaian tanaman untuk RTH daerah Bandung Raya
4. Memahami, mengidentifikasi dan menganalisis serta rekomendasi hubungan
antara RTH, kebijakan, ekonomi, hokum, social masyarakat pada daerah
Bandung Raya
v
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun
waktu tidak tertentu. Ruang terbuka bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka
hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004).
Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open
spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH
dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan
wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
Di dalam Pasal 1 Butir 31 UUPR, ruang terbuka hijau adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Sedangkan dalam Pasal 1 Butir 2 Permendagri RTHKP, ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah
bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
2.2 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau
Bentuk ruang terbuka hijau dapat diklasifikasikan menjadi (Dep.
Pekerjaan Umum, 2008) yaitu:
1. Berdasarkan bobot kealamiannya yang terdiri atas bentuk RTH alami (habitat
liar atau alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami atau RTH binaan
(pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman)
2. Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya yang terdiri atas bentuk RTH
kawasan (areal) dan bentuk RTH jalur (koridor)
3. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya yang terdiri atas
RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan
permukiman, RTH kawasan pertanian dan RTH kawasan-kawasan khusus,
seperti pemakaman, olah raga, alamiah
vi
Berdasarkan fungsi utama RTH dapat dibagi menjadi (Irwan, 2007) :
1. Pertanian perkotaan, berfungsi untuk mendapatkan hasilnya untuk konsumsi
yang disebut dengan hasil pertanian kota seperti hasil hortikultura
2. Taman kota, mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial
3. Hutan kota, mempunyai fungsi utama untuk peningkatan kualitas lingkungan
Berdasarkan Undang-Undang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan pada
Pasal 6 jenis RTHKP meliputi :
1. Taman kota;
2. Taman wisata alam;
3. Taman rekreasi;
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman;
5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
6. Taman hutan raya;
7. Hutan kota;
8. Hutan lindung;
9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;
10. Cagar alam;
11. Kebun raya;
12. kebun binatang;
13. Pemakaman umum;
14. Lapangan olah raga;
15. Lapangan upacara;
16. Parkir terbuka;
17. Lahan pertanian perkotaan;
18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi RTH publik, yaitu RTH
yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah
vii
dan RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik
pribadi (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
2.3 Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih
dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.
2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat.
Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka
hijau tahun 1989 yaitu :
1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat
melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif
seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.
2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata
pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian
pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.
3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang
memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur
perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai
koridor kota.
4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu
objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat
membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi,
jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah
penyangga.
5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan
pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau
preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan
longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
viii
6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota
di masa mendatang.
2.4 Elemen Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau
vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan
rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota,
kawasan industri, sempadan badan-badan air, dan lain lain) akan memiliki
permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana
dan rancangan RTH yang berbeda. Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan
kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria (a) arsitektural dan (b)
hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan
pertimbangan dalam memilih jenis-jenis yang akan ditanam. Persyaratan umum
tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan (Dep. Pekerjaan Umum, 2008):
1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota;
2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan
air yang tercemar);
3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme);
4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang;
5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural;
6. dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota;
7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh
masyarakat;
8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/local;
9. keanekaragaman hayati.
Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki
keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam
wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut,
yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman
hayati wilayahnya dan juga nasional.
2.5 Ancaman dan Perencanaan Ruang Terbuka Hijau
ix
Kota mempunyai luas yang tertentu, terbatas, namun interaksi di dalamnya
akan selalu berkonsekuensi pada peningkatan kebutuhan terutama kebutuhan
spasial. Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat
akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk
kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi
alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan
berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan
keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak
ekonomis.
Dalam mencegah ancaman lanskap perkotaan yang dapat terjadi, maka
dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu
wilayah perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu (Dep.
Pekerjaan Umum, 2008) :
1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan terkait
(1) Kapasitas atau daya dukung alami wilayah; (2) Kebutuhan per kapita
(kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pelayanan lainnya); (3) Arah dan tujuan
pembangunan kota.
2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.
3. Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan
distribusi).
4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.
x
III.METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di kampus IPB Darmaga Bogor dengan menganalisis
persebaran RTH daerah Bandung Raya melalui data literatur. Praktikum
dilaksanakan dari 6 Desember 2012 – 4 Januari 2013.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bahan pustaka
(buku, jurnal, skripsi, tesis) dan Software (google map, arcview, microsoft word)
sedangkan bahan yang digunakan adalah data literatur, data hasil analisis
persebaran RTH daerah Bandung Raya.
3.3 Metodologi
Praktikum ini dibatasi sampai pada penentuan luas kebutuhan RTH
berdasarkan kebutuhan oksigen dan ketersediaan air. Tahapan penelitian terdiri
dari beberapa kegiatan yaitu :
1. Inventarisasi
Tahap inventarisasi berupa pengumpulan data yang diperlukan untuk
kebutuhan luas RTH di Kabupaten Gunung Kidul. Data yang dikumpulkan
hanya dari data sekunder, yaitu data pendukung yang diperlukan untuk
praktikum yang didapatkan dari studi literatur (studi pustaka) ataupun
instansi terkait. Studi literatur berupa pengambilan informasi yang
diperlukan mengenai keadaan umum lokasi praktikum, keberadaan RTH
dan rencana pengembangan areal.
2. Tinjauan Tapak
Kegiatan survei ke lokasi praktikum di Kabupaten Gunung Kidul dengan
tujuan melihat secara langsung kondisi ruang terbuka hiijau saat ini
(existing condition).
3. Analisis
xi
Analisis data merupakan proses pemanfaatan potensi sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia sebagai upaya penyelesaian permasalahan yang
terjadi di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis yang dilakukan adalah
menentukan luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen, ketersediaan air
dan serapann karbon. Analisis data tersebut diuraikan dengan beberapa
endekatan rumus dan metode sebagai berikut:
xii
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH BANDUNG RAYA
A. Kependudukan Kota Bandung
Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan
bulan Maret 2004 berjumlah : 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 Ha.
(167,67 Km 2 ), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa.
Komposisi penduduk warga negara asing yang berdomisili di Kota Bandung
adalah sebesar 4.301 jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor
Imigrasi Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata
sebesar 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam
sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa.
Dari Program Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk
yang tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi
ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi TU
sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86, sedangkan daerah
tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan Kalimantan tengah.
Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada pada Bursa Kesempatan
Kerja jumlah kesempatan yang paling tinggi adalah dari lulusan SMU.
Nampaknya dalam hal ini Pemerintah tetap harus bekerja keras dalam penyediaan
lapangan pekerjaan, selain lowongan yang ada terus diciptakan dan kualitas
sumber daya manusia juga harus ditingkatkan.
B. Iklim dan Wilayah
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107 0
Bujur Timur dan 6 0 55' Lintang Selatan. Lokasi Kotamadya Bandung cukup
strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan. Hal
tersebut disebabkan oleh:
a) Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya: Barat
Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara dan Utara
xiii
Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan
Pangalengan).
b) Letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik
akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru.
Secara topografis KotaBandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas
permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan
terrendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah
Kotamadya Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di
wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit sehingga merupakan panorama yang
indah.
Keadaan Geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya
terbentuk pada zaman Kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil
letusan gunung Takuban Perahu. Jenis material di bagian Utara umumnya
merupakan jenis andosol, dibagian Selatan serta Timur terdiri atas sebaran jenis
alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian Tengah dan Barat
tersebar jenis andosol. Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan
yang lembab dan sejuk. Pada tahun 1998 temperatur rata-rata 23,5 o C, curah
hujan rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21,3 hari perbulan.
xiv
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Fungsi dan Sistem RTH
Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH.
Sedangkan idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektar ini
adalah sekitar 6000 hektare. Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup 2007, ruang terbuka hijau di Kota Bandung kini tersisa 8,76 %. Padahal
idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 % dari total
luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Jika Kota Bandung tanpa RTH, sinar matahari yang menyinari itu 90%
akan menempel di aspal, genting rumah, dan bangunan lainnya yang ada.
sementara sisanya yang 10% akan kembali ke angkasa. Hal itu memicu udara
Kota Bandung menjadi panas. Namun, jika bandung memiliki RTH sesuai dengan
angka ideal, maka sinar matahari itu 80% diserap oleh pepohonan untuk
fotosintesis, 10% kembali ke angkasa, dan 10% nya lagi yang menempel di
bangunan, aspal dan lainnya.
Menurut data Badan PLH Bandung 2006, akibat berkurangnya persentase
ruang terbuka hijau di Bandung, setiap tahun permukaan tanah di Kota Kembang
ini menyusut sekitar 42 sentimeter. Di Babakan Siliwangi sendiri permukaan air
tanah berada pada kedudukan 14,35 meter dari sebelumnya 22,99 meter. Menurut
data yang dilansir Greenlife Society setidaknya 90 pusat perbelanjaan di Bandung
itu masih berhutang 85 ribu meter persegi ruang hijau.
Taman kota merupakan lahan yang diisi dengan berbagai tanaman yang
ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil
rekayasa manusia, untuk mendapat komposisi tertentu yang indah. Di Kota
Bandung, RTH yang tersedia di dalamnya mayoritas berbentuk taman kota. Salah
satu ketersediaan RTH di Kota Bansdung yaitu di wilayah Cibeunying dan
xv
sekitarnya, yang merupakan wilayah yang dirancang sebagai garden city.
Persebaran taman kota paling banyak terdapat di wilayah gedung sate dan
sekitarnya. Taman-taman tersebut sebagian besar merupakan inventaris dari
pemerintahan kolonial belanda seperti Taman Cilaki, Taman Cisangkuy, Taman
Cibeunying, Taman Maluku, dll. Untuk taman yang murni dibangun pada masa
pemerintahan RI adalah taman monumen perjuangan rakyat Jawa Barat.
5.2 Struktur RTH Bandung Raya
Kota Bandung memiliki sekitar 1700 hektare RTH atau 8,8%. Sedangkan
idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektar ini adalah sekitar
6000 hektar. Menurut salah satu konsultan lingkungan PT Monekatama Selaras
Consultant, kemungkinan RTH Kota Bandung hanya bisa bertambah menjadi
13,14 %. RTH Kota Bandung yang mencapai 13,14 % tersebut terdiri dari
kawasan lindung seluas 67,77 hektar, pertanian (1.782,58 ha), serta fasilitas
umum dan sosial (347,7 ha). Dalam perencanaan tata ruang kota harus dapat
mengantisipasi ledakan penduduk Kota Bandung yang pada 2030 diperkirakan
mencapai 4,1 juta jiwa. Saat ini penduduk Kota Bandung sebanyak 2,5 juta jiwa.
Berikut merupakan titik-titik sebaran struktur RTH yang terdapat di Kota
Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bandung Barat dan Kota Cimahi:
Gambar.1 Persebaran Titik-titik Struktur RTH
xvi
A. Persebaran 30 Titik Struktur RTH Bandung Raya
1. Dago Golf Course
Gambar 2. Dago Golf Course
Pada daerah Dago Golf Course terdapat struktur RTH berupa rumput,
semak dan pohon akan tetapi pada kawasan ini didominasi oleh rumput. Daerah
ini merupakan salah satu daerah RTH pada daerah Bandung Raya, keberadaan
Dago Golf Course terletak diantara daerah permukiman padat penduduk Kota
Bandung Raya.
2. Lembang
Gambar. 3 Kawasan Lembang, Bandung
xvii
Pada daerah lembang ini terdapat strata tanaman yang didominasi oleh
tanaman semak, akan tetapi tanaman pohon juga terdapat pada daerah ini. Daerah
yang di fungsikan sebagai kebun teh.
3. Persawahan Cimahi Utara
Gambar. 4 Persawahan Cimahi Utara
Daerah wilayah persawahan Cimahi Utara terdapat jenis tanaman perdu
dan tanaman groundcover, akan tetapi daerah ini didominasi oleh tanaman
grouncover dengan jenis tanaman Padi (Oriza Sativa).
4. Persawahan Sekitar Tol Padaleunyi
Gambar. 5 Persawahan Sekitar Tol Padaleunyi
Kawasan persawahan yang terdapat di sekitar tol padaleunyi merupakan
kawasan yang di dominasi struktur RTH berupa groundcover, yang mana pada
xviii
dasranya kawasan ini juga terdapat tanaman semak dan tanaman pohon. Kawasan
ini juga terdapat struktur perkerasan berupa jalan rel kereta api.
5. Bandara Husein Sastranegara
Gambar. 6 Bandara Husein Sastranegara
Pada kawasan bandara Husein Sastranegara didominasi oleh struktur ruang
terbuka yang berbentuk perkerasan (landasan pesawat terbang), sementara itu
disekitar daerah landasannya di domninasi oleh vegetasi yaitu groundcover. Akan
tetapi secara umum pada kawasan ini juga terdapat tanaman pohon dan tanaman
perdu.
6. Taman Pemakaman Pandu (Cina)
Gambar. 7 Taman Pemakaman Pandu (cina)
xix
Kawasan ini di dominasi oleh struktur ruang terbuka jenis perkerasan yang
berbentuk jalan setapa dan bangunan pemakaman, akan tetapi pada kawasan ini
juga terdapat vegetasi groundcover dan pohon yang berfungsi sebagai pemanis
kawasan ini saja.
7. Taman Pemakaman Pandu (Kristen)
Gambar. 8 Taman Pemakaman Pandu (Kristen)
Daerah ini merupakan daerah yang di dominasi oleh tanaman rumput atau
groundcover di mana pada daerah ini juga terdapat tanaman pohon dan tanaman
perdu. Selain struktur ruang terbuka berbentuk vegetasi pada kawasan ini juga
terdapat struktur ruang terbuka berupa perkerasan yang berbentuk jalan.
8. Welcome Area Taman Pemakaman
Gambar. 9 Welcome Area Taman Pemakaman
Pada kawasan di dalam makan pada gambar 8 kawasan pemakaman di
dominasi oleh tanaman rumput atau groundcover, akan tetapi pada kawasan
xx
welcome areaI disini di dominasi oleh tanaman pohon. Pada kawasan welcome
area pemakaman juga terdapat struktur RTH berupa groundcover dan perkerasan
berupa jalan.
9. Persawahan Kebon Jati
Gambar. 10 Persawahan Kebon Jati
Pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman berupa groundcover, dan
terdapat jug ataman pohon dan tanaman semak.
10. Stadiun Siliwangi
xxi
Gambar. 11 Stadion Siliwangi
Karena pada kawasan ini merupakan daerah stadium dapat dilihat bahwa
struktur pembentuk RTH merupakan tanaman groundcover. Akan tetapi secara
keseluruhan kawasan pembentuk ruang terbuka merupakan perkerasan. Di
kawasan ini juga terdapat tanaman pohon yang terdapat di luar gelanggang stadiun
utama.
11. Kawasan Jalan Sumatra
Gambar. 12 Kawasan Jalan Sumatera, Bandung
Kawasan ini merupakan kawasan yang di dominasi oleh struktur berupa
perkerasan yang berupa jalan aspal, untuk strata ruang terbuka hijaunya di
dominasi oleh tanaman pohon yang mana pada daerah ini juga terdapat tanaman
semak dan groundcover.
12. Taman Lalu Lintas
Gambar. 13 Taman Lalu Lintas
xxii
Taman lalu lintas merupakan taman yang aktif, banyak pengguna taman
yang bermain di taman ini sehingga struktur pembentuk ruang terbuka juga dapat
di sesuaikan dengan penggunaan taman ini. Taman yang berada di sekitar jalan
raya ini di dominasi oleh struktur pembentuk ruang berupa perkerasan yang
berbentuk jalan dan mainan anak-anak. Sementara itu untuk struktur RTH
kawasan ini di dominasi oleh tanaman poho yang di fungsikan untuk tanaman
peneduh, disamping itu juga terdapat tanaman perdu dan tanaman rumput sebagai
groundcovernya.
13. Gedung Walikota Bandung
Gambar. 14 Gedung Walikota Bandung
Kawasan gedung walikota bandung ini di dominasi oleh tanaman pohon
dan tanaman groundcover sebagai pemanis ruang. Pada kawasan ini juga terdapat
struktur pembentuk berupa perkerasan yaitu jalan dan elemen pembentuk taman
lainnya berupa lampu, pintu gerbang dan lainnya.
14. Kawasan Stasiun Kereta Api
xxiii
Gambar. 15 Kawasan Stasiun Kereta Api
Struktur pembentuk ruang pada kawasan stasiun kereta api, bandung di
dominasi oleh perkerasan yang berbentuk rel kereta api, akan tetapi pada kawasan
ini juga terdapat tanaman yang di dominasi oleh tanaman groundcover serta
tanaman pohon dan tanaman semak.
15. Taman Ade Irma Suryani Nasution
Gambar. 16 Taman Ade Irma Suryani Nasution
Kawasan taman ade Irma nasution di dominasi oleh struktur pembentuk
ruang berupa perkerasan yaitu jalan setapak, selain itu elemen taman berupa air
mancur juga terdapat pada kawasan ini, sementara itu untuk jenis vegetasi
pembentuk RTHnya di dominasi oleh tanaman berupa tanaman pohon dengan
semak dan groundcover di bawahnya.
16. Kawasan Jalan Kebon Jukut
xxiv
Gambar. 17 Kawasan Jalan Kebon Jukut
Struktur pembentuk ruang pada kawasan jalan kebon jukut adalah struktur
ruang berupa perkerasan yaitu jalan dan bangunan. Sementara vegetasi yang ada
pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman pohon serta tanaman groundcover
dan tanaman semak.
17. Bukit Dago
Gambar. 18 Kawasan Bukit Dago
Pada kawasan bukit dago di dominasi oleh tanaman pohon yang mana
tanaman semak dan taman groundcover juga banyak terdapat pada kawasan ini.
Kawasan bukit dago merupakan kawasan yang terletak di wilayah pergunungan di
Bandung.
18. Jalan Soekarno Hatta-Bandung
xxv
Gambar. 19 Jalan Soekarno Hatta-Bandung
Jalan Soekarno Hatta-Bandung merupakan kawasan lalu lintas aktif.
Untuk struktur pembentuk ruang terbuka pada kawasan ini adalah pengerasan
berupa jalan raya. Pada kawasan ini juga di bentuk oleh elemen taman berupa
lampu taman dan lain-lain. Sementara itu untuk struktur RTH yang ada dikawasan
ini di dominasi oleh tanaman groundcover yang berada di median jalan.
Sementara tanaman pohon di sini di fungsikan sebagai tanaman untuk menyerap
polutan.
19. Komplek Pindad Persero
Gambar. 20 Komplek Pindad PerseroPada kawasan komplek pindad persero ini di dominasi oleh tanaman
pohon yang difungsikan sebagai tanaman peneduh. Sementara itu tanaman semak
dan tanaman groundcover juga terdapat pada area ini. Selain struktur pembentuk
RTH, pengerasan yang berbentuk jalan juga membentuk struktur ruang terbuka
yang mendominasi kawasan ini.
20. Persawahan Cisaranteun Kidul
xxvi
Gambar. 21 Kawasan Cisaranteun Kidul
Pada kawasan cisanranteun merupakan kawasan yang memiliki struktur
pembentuk RTH yang di dominasi oleh tanaman groundcover, kawasan ini
merupakan area persawahan jadi dominasi jenis tanamannya adalah padi (Oriza
Sativa). Pada area ini juga terdapat tanaman pohon dan perdu Akan tetapi pada
kawasan ini terdapat struktur pembentuk ruang terbuka yaitu rel kereta api.
21. Jalan Siliwangi, Dago
Gambar. 22 Jalan Siliwang, Dago
Kawasan ini merupakan kawasan jalan lalu lintas dengan jalur kendaraan
yang aktif. Pada kawasan ini terdapat jenis vegetasi berupa tanaman pohon,
tanaman semak dan tanaman groundcover. Tanaman yang mendominasi pada
kawasan ini adalah tanaman pohon dengan jenis pohon yang beragam. Di sekitar
kawasan ini juga terdapat struktur pembentuk lainnya seperti dinding yang berupa
bangunan dan alas yang berupa jalan aspal.
22. Kawasan Persawahan Persero
xxvii
Gambar. 23 Kawasan Persawahan Perseroan
Pada kawasan ini terdapat tanaman jenis pohon, semak, dan groundcover.
Karena kawasan ini merupakan kawasan persawahan jadi tanaman yang
mendominasi kawasan ini adalah tanaman groundcover.
23. Jembatan Opat (Maleer Utara)
Gambar. 24 Jembatan Opat (Maleer Utara)
Kawasan jembatan opat ini merupakan kawsan permukiman penduduk, di
mana struktur pembentuk ruang terbukanya terdiri atas perkerasan yang berupa
dinding pembatas sungai. Pada kawasan ini juga terdapat tanaman yang di
dominasi oleh tanaman pohon.
24. Institut Teknologi Bandung
xxviii
Gambar. 25 Institut Teknologi Bandung
Kawasan ITB merupakan kawasan pendidikan yang sangat
memperhitungkan keberadaan RTH di dalamnya. Dapat dilihat bahwa pada
kawasan ini terdapat tanaman-tanaman pembentuk struktur RTH dengan jenis
tanaman pohon dan tanaman semak. Tanaman yang mendominasi kawasan ini
merupakan tanaman pohon dengan fungsi sebagai peneduh dan naungan.
25. Kebun Binatang Bandung
Gambar. 26 Kebun Binatang Bandung
Kawasan ini merupakan kawasan wisata kebun binatang yang mana
kawasan digunakan secara aktif oleh penggunya. Penggunaan struktur pembentuk
ruang pada kawasan ini di dominasi oleh tanaman pohon sebagai peneduh dan
tanaman semak serta tanaman groundcover.
26. Taman Makam Pahlawan Cikutra
xxix
Gambar. 27 Taman Makam Pahlawan Cikutra
Pada kawasan taman makam pahlawan cikutra di dominasi oleh tanaman
groundcover, tapi pada kawasan ini juga terdapat tanaman pohon dan semak juga
akan tetapi tidak dominan. Pada dasarnya kawasan ini juga terdapat struktur
pembentuk ruang terbuka yang berbentuk perkerasan berupa jalan setapak.
27. Tol Purbaleunyi
Gambar. 28 Kawasan Tol Purbaleunyi
Kawasan tol purbaleunyi merupakan kawasan yang mempunyai struktur
RTH berupa tanaman yang dominan tanaman pohon, tetapi tanaman semak dan
tanaman groundcover juga terdapat pada kawasan ini. Keberadaan RTH terdapat
di sepanjang median jalan. Disisi lain, perkerasan juga menjadi struktur
pembentuk ruang terbuka pada kawasan ini.
28. Taman Tegalega
xxx
Gambar. 29 Taman Tegalega
Pada kawasan tegalega terdapat tanaman pohon yang mendominasi
kawasan ini, sementara tanaman semak ferfungsi sebagai pemanis kawasan.
Kawasan tegalega juga terdapat tanaman groundcover. Sedangkan struktur
pembentuk ruang terbuka berupa pengeras mendominasi kawasan ini seperti jalan
setapak yang berfungsi sebagai akses jalan pengarah untuk menuju taman utama.
29. Cihampelas
Gambar.30 Kawasan Permukiman Cihampelas
Kawasan Cihampelas merupakan kawasan padat permukiman, Keberadaan
RTH pada kawasan ini berupa taman-tamanrumah dan hutan kota. Pada umumnya
tanaman yang mendominasi pada kawasan permukiman merupakan tanaman
pohon dengan jenis tanaman yang beragam. Terdapat juga tanaman semak.
Sementara itu bangunan rumah penduduk mendominasi kawasan ini sebagai
struktur pembentuk ruang terbuka.
30. Kaki Gunung Tangkuban Perahu
xxxi
Gambar. 31 Kaki Gunung Tangkuban Perahu
Kawasan kaki gunung tangkuban perahu merupakan kawasan ruang
terbuka hijau dengan didominasi oleh tanaman groundcover, sedangkan tanaman
pohon dan tanaman semak juga terdapat pada kawasan ini.
B. Pemanfaatan RTH Kawasan Bandung Raya
Pemanfatan ruang terbuka hijau Kawasan Bandung Raya terdiri atas
penyebaran keberadaan ruang terbuka hijau kota (RTHK), spot-spot taman kota,
pemakaman serta pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah
ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya. Dalam konteks pembangunan wilayah Kota Bandung, pengembangan
infrastruktur juga harus mengedepankan aspek kelestarian lingkungan dan secara
bersamaan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang ada. Sehingga
pembangunan infrastruktur yang ada tidak memberikan dampak negatif kepada
lingkungan maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.
5.3 Kesesuaian Tanaman Untuk RTH Bandung Raya
Kota Bandung pada zaman dulu didominasi oleh pepohonan dan bunga-
bunga. Ki Merak/Patrakomala (Caesalpinia Pulcherrima) merupakan bunga khas
Kota bandung. Hal ini ditetapkan melalui SK Walikota Bandung Nomor: 522.57 /
SK.070 –HUK / 1994 Tentang Penetapan Flora dan Fauna khas kota Bandung.
Perdu tegak dengan tinggi 2-4 meter ini banyak tumbuh di Kota Bandung sebagai
tanaman pinggir jalan dan tanaman hias. Bunga Ki Merak atau Patrakomala
(Caesalpinia pulcherrima) ini merupakan tanaman hias yang berasal dari Amerika
xxxii
Selatan. Tanaman yang disebut peacock flower ini diperkirakan masuk ke Kota
bandung bersamaan dengan pembangunan kota itu pada awal abad ke-20. Namun,
belum ada upaya pendataan pohon Patrakomala tersebut. Hal ini perlu dilakukan
untuk meyelamatkan pohon khas Bandung ini dari kelangkaan.
Selain itu, tanaman yang menjadi khas Bandung adalah Pohon Bandong
(Garcinia sp.). Salah satu pendapat mengatakan bahwa kata Bandung berasal dari
nama pohon yang banyak tumbuh di Bandung, yaitu Pohon Bandong. Pohon ini
memiliki ketinggian maksimal mencapai 15 meter, besar batang dengan diameter
20 cm. Pohon ini tidak memiliki cabang dan bisa berumur sampai 30 tahun.
Salah satu contoh ruang terbuka hijau di Bandung adalah Taman Hutan
Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda yang terletak di sebelah utara Kota Bandung
berjarak 7 km dari pusat kota. Tanaman pokok yang ada di Taman Hutan Raya ini
merupakan hasil reboisasi yang telah berumur 17-40 tahun. Taman Hutan Raya ini
merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman, didominasi oleh jenis Pinus
(Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra callothyrsusmeissn), Mahoni (Switenia
sp.) dan Bambu (Bambussa sp.). Sedangkan tumbuhan bawahnya didominasi oleh
jenis Kirinyuh (Euphatorium sp.). Pada tahun 1963 dimasukkan berbagai jenis
tanaman kayu asing yang berasal dari luar negeri. Pada areal 30 ha di Taman
Hutan Raya ini ditanami dengan pohon-pohon yang berasal dari luar negeri
seperti Sosis (Kegelia aethiopica) yang berasal dari Afrika, Jakaranda (Jacaranda
filicifolia) yang berasal dari Amerika Selatan, Mahoni Uganda (Khaya
anthotheca) berasal dari Afrika, Pinus Meksiko (Pinus montecumae), Cengal
Pasir (Hopea odorata) dari Burma, Cedar Honduras (Cedrela mexicum) dari
Amerika Tengah. Koleksi flora yang berasal dari dalam negeri seperti Cemara
Sumatra (Cassuarina sumatrana), Bayur Sulawesi (Pterospermum celebicum),
Ampupu atau kayu Putih (Eucalyptus alba), Mangga (Mangifera indica) dari
Jawa, Ki Bima (Podocarpus blumei) dan sebagainya.
Saat ini, sebagian ruang terbuka hijau di Bandung kurang memiliki ciri
khas tanaman aslinya. Perlu adanya penggunaan tanaman khas Bandung seperti
Pohon Patrakomala atau penggunaan Pohon Bandong yang saat ini kurang dikenal
sebagai tanaman endemik Bandung. Selain itu, diperlukan juga pendataan
terhadap jenis dan jumlah tanaman yang ada, baik tanaman endemik maupun
xxxiii
introduksi. Hal ini bermanfaat untuk melindungi tanaman yang ada di ruang
terbuka hijau di wilayah Bandung.
Gambar 2. Salah Satu Jalur Hijau di jalan kota Bandung
5.4 Hubungan RTH, Kebijakan, Ekonomi, Hukum, Sosial Masyarakat Bandung Raya
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman
dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis,
sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi
(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang
terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa
permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai
area genangan (retensi/ retention basin).
C. RTH dan Hubungannya dengan Kebijakan dan Hukum
Hubungan RTH terkait dengan kebijakan dan hukum di Indonesia telah
diatur oleh UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang Secara dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan sebesar 30%.
secara tegas menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30 % dari luas
xxxiv
wilayah. Sebelum undang-undang tersebut diberlakukan, sebenarnya sudah cukup
banyak peraturan perundangan yang terkait dengan pengaturan RTH, di antaranya
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1998 tentang Penatan Ruang Terbuka
Hijau di Wilayah Perkotaan. Namun di dalamnya belum tercantum secara eksplisit
mengenai aturan standar minimal bentuk dan ukuran RTH yang wajib disediakan
oleh suatu kota (Prihandono 2009).
D. RTH dan Hubungannya dengan Ekonomi
Selain manfaat ekologis yang dimilikinya, RTH turut memberikan manfaat
ekonomi, khususnya bagi masyarakat kota baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, manfaat RTH diperoleh dari penjualan atau
penggunaan hasil ruang terbuka hijau berupa kayu, buah, biji, atau bunga berperan
dalam meningkatkan nilai lahan karena suasana lingkungan yang tercipta akibat
keberadaannya, yaitu 1) meningkatkan harga lahan, 2) mengurangi biaya
penanganan bencana, 3) mampu menjadi ruang untuk mata pencaharian kota.
Manfaat ruang terbuka hijau dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi ruang
terbuka hijau diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil ruang terbuka hijau
berupa kayu bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman ruang
terbuka hijau yang bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi,
kesehatan, dan penghasilan masyarakat. Sedangkan secara tidak langsung,
manfaat ekonomi ruang terbuka hijau berupa perlindungan terhadap angin serta
fungsi ruang terbuka hijau sebagai perindang, menambah kenyamanan masyarakat
kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota (Fandeli, 2004).
Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat
dengan cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-
orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di
sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang berpohon akan
disewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan harga yang lebih
tinggi dan jangka waktu yang lama.
xxxv
E. RTH dan Hubungannya dengan Sosial Masyarakat
Dalam hal sosial dan masyarakat, RTH berfungsi sebagai sarana interaksi
sosial masyarakat dengan lingkungan sosial sekitarnya yang terdiri dari:
1. Fungsi edukatif, komponen ruang terbuka hijau dapat memberikan pendidikan
dan pengenalan terhadap makhluk hidup disekitarnya.
2. Fungsi interaksi masyarakat, komponen ruang terbuka hijau dapat menjadi
tempat berinteraksi antara masyarakat sehingga menambah jalinan sosial di
antara masyarakat.
3. Fungsi protektif, komponen ruang terbuka hijau dapat memberikan
perlindungan kepada manusia.
4. Fungsi spiritual, fungsi spiritual yang dimaksud lebih ditekankan kepada
fungsi suatu kawasan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk kegiatan-
kegiatan spiritual atau keagamaan atau dapat juga berupa tempat yang
dikeramatkan (Budiman, 2010).
F. Rekomendasi Kebutuhan RTH di Bandung Raya
Semua aktivitas kehidupan membutuhkan oksigen (O₂). dari semua jenis
konsumen oksigen yang sangat banyak mengkonsumsi O₂ adalah manusia,
kendaraan bermotor dan hewan ternak. Manusia mengkonsumsi O₂ untuk
pembakaran zat-zat makanan dalam tubuh, sedangkan kendaraan bermotor
memerlukan O₂ untuk pembakaran bahan bakarnya. Selain dari itu O₂ bagi hewan
ternak untuk metabolisme basal dalam tubuhnya.
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 jumlah
penduduk Bandung Raya (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota
Bandung, dan Kota Cimahi) adalah sebesar 7.622.905 jiwa dan pertumbuhan rata-
rata penduduk sebesar 1,94 %. Dengan menggunakan rumus bunga berganda,
dapat diprediksikan jumlah penduduk di Bandung Raya pada tahun 2011, 2015,
dan 2020. Kebutuhan untuk hewan ternak di Bandung Raya dalam perhitungan
berikut diabaikan. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk memprediksi jumlah
penduduk dengan menggunakan Rumus bunga berganda, yaitu:
xxxvi
Keterangan:
Pt+x : Jumlah penduduk pada tahun (t+x)
Pt : Jumlah penduduk pada tahun (t)
r : Rata-rata persentase pertambahan jumlah penduduk
x : Selisih tahun
1) Penduduk 2011 : P2010
= 7.622.905 (1+0,0194)1 = 7.770.790 Jiwa
2) Penduduk 2015 : P2010
= 7.622.905 (1+0,0194)5 = 8.391.579 Jiwa
3) Penduduk 2020 : P2010
= 7.622.905 (1+0,0194)¹ᴼ = 9.237.763 Jiwa
Kebutuhan O₂ (Pt)=Jumlah Penduduk (jiwa) x Oksigen dibutuhkan (kg/hari)
1) Pt 2011 = 7.770.790 x 0,864 = 6.713.963 x kg/hari
2) Pt 2015 = 8.391.579 x 0,864 = 7.250.325 x kg/hari
3) Pt 2020 = 9.237.763 x 0,864 = 7.981.428 x kg/hari
Selain makhluk hidup, kendaraan bermotor termasuk salah satu konsumen
oksigen terbesar, sehingga keberadaannya perlu diperhitungkan dalam penyediaan
RTH berdasarkan penyediaan oksigen untuk kota. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, jumlah kendaraan sepeda
motor, kendaraan penumpang, kendaraan beban, dan bus pada tahun 2010 adalah
masing-masing sebesar 2.074.996 unit, 108.179 unit, 64.964 unit, dan 186.136
unit. Persentase pertambahan kendaraan tiap tahun adalah 16 %. Dengan
menggunakan rumus yang sama (Rumus Bunga Berganda), maka didapatkan
prediksi jumlah kendaraan bermotor pada tahun (t) yaitu:
1) Jumlah Sepeda Motor pada:
a) tahun 2011 : KBsm2010
= 2.074.996 (1+0,16)1 = 2.406.996 unit
b) tahun 2015 : KBsm2010
= 2.074.996 (1+0,05)5 = 4.358.201 unit
xxxvii
Pt+x
c) tahun 2020 : KBsm2010
= 8.949.716 (1+0,05)¹ᴼ = 9.153.711 unit
2) Jumlah Kendaraan Penumpang pada
a) tahun 2011 : KBkp2010
= 108.179 (1+0,16)1 = 125.488 unit
b) tahun 2015 : KBkp2010
= 108.179 (1+0,05)5 = 227.213 unit
c) tahun 2020 : KBkp2010
= 108.179 (1+0,05)¹0 = 477.225 unit
3) Jumlah Kendaraan Beban pada
a) tahun 2011 : KBkb2010
= 64.964 (1+0,16)1 = 75.359 unit
b) tahun 2015 : KBkb2010
= 64.964 (1+0,05)5 = 136.447 unit
c) tahun 2020 : KBkb2010
= 64.964 (1+0,05)¹ᴼ = 286.585 unit
4) Jumlah Bus pada
a) tahun 2011 : KBkb2010
= 186.136 (1+0,16)1 = 215.918 unit
b) tahun 2015 : KBkb2010
= 186.136 (1+0,05)5 = 390.950 unit
c) tahun 2020 : KBkb2010
= 186.136 (1+0,05)¹ᴼ = 821.127 unit
Tabel Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor dan bahan bakar
minyak
Jenis Kendaraan
Kebutuhan BBM Kebutuhan O2 tiap 1kg BB
Kebutuhan O2/hari Liter/hari Kg/hari
Sepeda motor 1.5 1.10 2.77 3.03 Kendaraan penumpang
25 18.25 2.77 50.55
Kendaraan beban
40 29.20 2.88 84.10
Bus 50 36.50 2.88 105.12 (Sumber: Christina 2012 dan hasil perhitungan)
xxxviii
Maka, berdasarkan tabel di atas, jumlah kebutuhan O2 setiap jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya adalah sebagai berikut.
Tabel Kebutuhan oksigen berdasarkan jenis kendaraan bermotor di Bandung Raya
Jenis Kendaraan
Kebutuhan O2
(x103g/hari)
Jumlah Kendaraan (unit) Kebutuhan O2 (x103 g/hari)
2011 2015 2020 2011 2015 2020
Sepeda motor
3,03 2.406.996 4.358.201 9.153.711 7293197,88 13205349,03 27735744,33
Kendaraan penumpang
50,55 125.488 227.213 477.225 6343418,4 11485617,15 24123723,75
Kendaraan beban
84,1 75.359 136.447 286.585 6337691,9 11475192,7 24101798,5
Bus 105,12 215.918 390.950 821.127 22697300,16 41096664 86316870,24Jumlah 2823761 5112811 10738648 42671608,34 77262822,88 162278136,8
Luas kebutuhan RTH dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen dengan
metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh
Wijayanti (2003).
Lt Lt
Wisesa (1998) Wijayanti (2003)
Keterangan:
Lt : Luas RTH pada tahun t (m²)
Pt : Jumlah Kebutuhan oksigen kendaraan penduduk per hari pada tahun t
(g/hari)
Kt : Jumlah kebutuhan oksigen kendaraan bermotor perhari pada tahun t
(g/hari)
Tt : Jumlah kebutuhan oksigen hewan ternak per hari pada tahun t (g/hari)
54 : Konstanta, 1 m² luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman
perhari (g/hari/m²)
0,9375 : Konstanta, 1 gram berat kering tanaman setara dengan produksi oksigen
0,9375 gram (g/hari)
xxxix
Dengan demikian, luas kebutuhan RTH pada tahun 2011, 2015, dan 2020
yang direkomendasikan berdasarkan rumus di atas adalah sebesar:
2011 2015 2020
Pt (x103 g/hari) 6.713.963 7.250.325 7.981.428
Kt (x103 g/hari) 42671608,34 77262822,88 162278136,8
Tt 0 0 0
Pt + Kt + Tt 49.385.571 84.513.148 170.259.565
Lt (m2) 975.517.451,9 1.669.395.516 3.363.151.901
Lt (ha) 97.551,75 166.939,55 336.315,19
Dengan jumlah RTH Bandung Raya saat ini hanya seluas 1700 ha RTH
diperlukan penambahan luas RTH. Maka, pada tahun 2011, 2015, dan 2020
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor, untuk
memenuhi kebutuhan O2 di Bandung Raya adalah masing-masing sebesar
97.551,75 ha, 166.939,55 ha, dan 336.315,19 ha.
xl
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan
Jumlah penduduk tahun 2011, 2015, dan 2020 diproyeksikan sebesar
7.770.790 jiwa , 8.391.579 jiwa , dan 9.237.763 jiwa. Sementara jumlah
kendaraan bermotor tahun 2011, 2015, dan 2020 diproyeksikan sebesar 2.823.761
unit, 5.112.811 unit, dan 10.738.648 unit. Dengan luasan wilayah Bandung Raya
yaitu 430.310 ha, maka pada tahun 2011, 2015, dan 2020 dibutuhkan luasan RTH
sekitar 97.551,75 ha, 166.939,55 ha, dan 336.315,19 ha. Dengan perhitungan
secara eksponensial, kebutuhan luasan RTH ini akan semakin meningkat bahkan
melebihi luasan wilayah Bandung Raya sendiri. Hal ini disebabkan meningkatnya
jumlah penduduk dan kendaraan bermotor tetapi luasan wilayah Bandung Raya
tersebut selalu tetap.
6.2 Saran
xli
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Ruang Terbuka Hijau.
Budiman A. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau untuk Meningkatkan.
Kualitas Ekosistem Kota Bogor dengan Metode GIS. Skripsi. Departemen
Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.
Christina B. 2012. Kalimantan iri di Jawa jarang antre BBM subsidi. [internet].
Diakses pada 2012 Januari 22. Tersedia dalam
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/22/092405284/Kalimantan-Iri-di-
Jawa-Jarang-Antre-BBM-Subsidi.
Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Penerbit
Bumi Aksara. Jakarta
Anonim. 2011. Penataan ruang. [Internet]. Diakses pada 2012 Desember 16.
Tersedia dalam http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/051130-
rth.pdf.
Irwan Z. 2007. Hutan kota. [Internet]. Diakses pada tanggal 2012 Desember 16.
Tersedia dalam http://re-searchengines.com/0707zoeraini.html.
Menteri Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta.
xlii
Prihandono A. 2009. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menurut UU No.
26/2007 tentang Penataan Ruang dan Fenomena Kebijakan Penyediaan
RTH di Daerah. Jurnal Permukiman Volume 5 No. 1 April 2010.
xliii