laporan praktikum vi ekologi hewan
DESCRIPTION
KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN HEWAN SERASAHTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM VIEKOLOGI HEWAN
(AKKC 262)“KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN HEWAN
SERASAH”Dosen Pengasuh :
Drs. H. Hardiansyah, M.SiDrs. Dharmono, M.Si
Asisten :
Mahrudin, S.PdM. Hermansyah, S. Pd
Tuti Maulida, S.Pd
Oleh Kelompok I :
Ayu Rizki Annisa (A1C208012)Husnul Khatimah (A1C208019)Rina Rahpiana (A1C208064)Yenni Widia Wati (A1C208011)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARMASIN
2011
PRAKTIKUM VII
Topik : Keanekaragaman dan Kemelimpahan hewan seasah
Tujuan : Untuk menaksir dan menghitung keanekaragaman dan
kemelimpahan hewan-hewan serasah
Hari / Tanggal : / 8 Maret – 13 maret 2011
Tempat : Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten
Kotabaru
I. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Kuadran pencuplikan
Plastik gula
Mistar ukur
Soil tester
Hygrometer
Termometer
Tali rapia
Kertas label
Meteran
Bahan : 1. Semua hewan serasah yang tertangkap
II. CARA KERJA
1. Menentukan lokasi pencuplikan, yakni membagi dalam 3 titik sampel.
2. Menentukan kuadran pencuplikan secara acak dengan 2x pencuplikan secara acak
dengan 2 x pencuplikan setiap titik sampel.
3. Mengambil hewan yang ditentukan dan menghitung jumlahnya
4. Menentukan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban baik tanah
maupun udara.
5. Menentukan tebal serasah dengan mistar ukur
6. Menentukan warna tanah dan jenis pohon disekitar tumpukan serasah
7. Menghitung K, KR, F, FR, H’ dan NP setiap species yang telah diidentifikasi
8. Menghitung keanekaragaman dan kemelimpahannya.
Kerapatan = Jumlah individu suatu species Jebakan
Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu species x 100 % Total kerapatan seluruh species
Frekuensi = Jumlah plot yang ditempati suatu species Total seluruh plot
Frekuensi Relatif (FR) = Jumlah frekuensi suatu speciesx 100 %
Total frekuensi seluruh species
Nilai Penting (NP) = KR + FR
H = - Pi log Pi
Pi = n/N
n = Jumlah individu suatu spesies
N = Jumlah seluruh idividu
II. TEORI DASAR
Menurut Kendeigh (1980) terdapat saling keterkaitan fungsional antara
komunitas dan habitat yang banyak dan majemuk yang menyusun ekosistem.
Yang paling penting diantaranya adalah pembentukan tanah, pendauran hara dan
arus energi. Tumbuhan dan hewan penting peranannya di dalam pembentukan
tanah, baik pengaruhnya terhadap tanah, maupun bantuannya dalam produksi
humus.
Pembentukan serasah lebih rendah di daerah arlktik dibandingkan di daerah
tropika. Di daerah tropika yang panas jumlah humusnya yang terkumpul di dasar
hutan adalah rendah sebab laju dekomposisi yang tinggi, oleh sebab air
permukaan dan oleh pelindian (Soetjipta, 1993).
Seekor hewan memakan dan melaksanakan metabolisme makanan dari
tumbuhan. Banyak makanan dari tumbuhan itu dikembalikan ke tanah, sebagai
ekstrakta hewan yang masih hidup, sebagian lainnya lagi sebagai tubuh hewan
yang telah mati, sebagian lagi berwujud gas.
Dalam praktikum kali ini akan diamati seberapa besar keanekaragaman dan
kemelimpahan hewan-hewan serasah mengingat fungsi dari hewan tersebut
terhadap pembentukan tanah.
IV. HASIL PENGAMATAN
KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN HEWAN SERASAH
A. Tabel Hasil PngamatanNo Nama Spesies ∑ind perplot ∑ind ∑Cup
1 2 3 41 Componatus vagus 1 1 0 1 3 32 Componatus sp 0 0 0 2 2 13 Monumorium sp 0 1 1 0 2 24 Balps mucronata 1 1 2 0 4 35 Mollusca 0 0 1 1 2 26 Solenopsis geminate 4 0 1 0 5 27 Cormosidae 0 1 0 8 9 28 Gryllus pensylvsnicus 1 1 0 0 2 29 Discrenia Carolina 0 0 1 0 1 1
B. Tabel PerhitunganNo Nama Spesies ∑ind
perplot∑ind
∑Cup
K KR(%)
F FR(%)
NP
--Pi log pi
1 2 3 41 Componatus vagus 1 1 0 1 3 3 0,7 10 0,7 16, 26, 0,1
5 5 66 662 Componatus sp 0 0 0 2 2 1 0,5 6,66 0,2
55,56
12,22
0,078
3 Monumorium sp 0 1 1 0 2 2 0,5 6,66 0,5 11,11
17,77
0,078
4 Balps mucronata 1 1 2 0 4 3 1 13,34
0,75
16,66
30 0,116
5 Mollusca 0 0 1 1 2 2 0,5 6,66 0,5 11,11
17,77
0,078
6 Solenopsis geminate
4 0 1 0 5 2 1,25
16,66
0,5 11,11
27,77
0,129
7 Cormosidae 0 1 0 8 9 2 2,25
30 0,5 11,11
41,11
0,3
8 Gryllus pensylvsnicus
1 1 0 0 2 2 0,5 6,66 0,5 11,11
17,77
0,156
9 Discrenia Carolina
0 0 1 0 1 1 0,25
3,34 0,25
5,56
8,9 0,045
30 18 7,5 100 4,5 100 200
1,08
H1 = 1,08
1 < H1 < 3 = Keanekaragaman Sedang
Contoh Perhitungan Componatus vagus:
K (kerapatan) =
jumlahindividusuatuspeciesperplot =
34 = 0,75
KR (Kerapatan relatif) =
ker apa tan suatuspeciesjumlah ker apa tan seluruhspecies x 100%
=
0 ,757,5 x 100% = 10%
F (frekuensi) =
34 = 0,75
FR (frekuensi relatif) =
Frekuensisuatuspeciesfrekuensiseluruhspecies x 100%
=
0 ,754,5 x 100% = 16,66%
Nilai Penting (NP) = KR + FR
= 10 + 16,666
= 26,66
Pi =
nN =
330 = 0,1
H’ = -Pi log Pi
= - 0,1. log 0,1
= 0,1
C. Tabel Ketebalan Serasah
Jenis Pohon Hasil Pengukuran Ketebalan Serasah
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4
Kedondong 2cm 3cm 1cm 3cm
D. Tabel Parameter Lingkungan
NO Parameter Lingkungan Hasil Pengamatan
1
2
3
4
5
6
Intensitas Cahaya (lux)
Kelembapan Udara (%)
Suhu Udara (0C)
Kelembapan Tanah (%)
pH
Kecepatan angin (m/s)
110
80
30
100
6
0,77
V. ANALISIS DATA
Serasah adalah suatu proses pengguguran bagian-bagian yang sudah tua
berupa daun, ranting, cabang, dan pohonnya sendiri yang tumbang (Halidah, 1993)
dalam Dharmono (2000). Dilanjutkan oleh Sallata dan Halidah (1990) dalam
Dharmono (2000) menyatakan bahwa serasah adalah bahan yang terletak di
permukaan tanah terutama disusun oleh bagian yang sudah mati, bahan-bahan
yang mati dan masih berdiri seperti pohon atau cabang yang masih belum patah.
Tumbuhan tersebut setiap harinya akan menggugurkan daunnya, cabang atau
ranting, bunga dan buahnya yang akan menumpuk di permukaan tanah berupa
serasah. Penumpukan daun tersebut akan menjadikan tanah kaya akan zat organik
yang berguna bagi sumber makanan hewan terutama hewan serasah. Pada lapisan
serasah ini banyak sekali hidup hewan tanah, dan hewan tanah itu disebut hewan
serasah.
Berdasarkan hasil pengamtan yang kami peroleh maka terdapat 9 jenis hewan
serasah yang ditemukan di dalam tumpukan serasah di bawah pohon Kedondong ,
yaitu : Componatus vagus, Componatus sp, Monumorium sp, Balps mucronata,
Mollusca, Solenopsis geminate, Cormosidae, Gryllus pensylvsnicus dan Discrenia
Carolina. Spesies-spesies tersebut di peroleh pada serasah dengan ketebalan pada
plot 1 sebesar 2 cm, plot 2 dan 4 sebesar 3cm, dan plot 3 sebesar 1 cm. Komposisi
dan jenis serasah daun itu menentukan jenis hewan yang dapat hidup disana, dan
banyaknya serasah itu menentukan kepadatan hewan serasah. Di lapisan serasah
inilah mulai terjadinya proses humifikasi (pembentukan humus akibat proses
dekomposisi) dan mineralisasi (pecahnya material organik menjadi mineral, gas
dan air). Keanekaragaman pada serasah yang terdapat di bawah pohon tersebut
menunjukkan indeks deversitas sebesar 1,08 jadi keanekaragaman hewan serasah
tersebut memiliki keanekaragaman sedang. Menurut Manurung (1995)
keanekaragaman meliputi kekayaan species, yakni jumlah species yang ada di
suatu komunitas dan heterogenitas, yakni penggabungan dari konsep kekayaan
species dengan konsep kelimpahan.
Bila dikaitkan dengan konsep kemelimpahan maka species dari hewan serasah
yang jumlahnya terbanyak adalah Cormosidae .Dimana species ini mempunyai
kerapatan, frekuensi dan nilai penting yang lebih tinggi dibandingkan species
lainnya. Di samping itu faktor lainnya yang juga berperan yaitu faktor lingkungan.
Mengenai faktor lingkungan bila dikaitkan dengan parameter lingkungan hal
ini sesuai dengan karakteristik species Cormosidae yang menyukai tempat yang
lembab dan cocok dengan kondisi di bawah serasah. Menurut Boror dan Jonson
(1992) semut-semut itu barangkali yang paling sukses dari semua kelompok
serangga, mereka praktis terdapat dimana-mana. Di habitat darat, jumlah individu
melebihi jumlah kebanyakan hewan darat lainnya. Selain itu, factor sumber daya
alam misalnya makanan yang lebih banyak dan sesuai mendukung terjadinya
tingkat produktivitas atau bereproduksi.
Sedangkan species dari hewan serasah yang terendah yaitu Discrenia
corolina. Hal ini bisa dilihat dari kerapatan, frekuensi, dan nilai penting yang
rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh wilayah yang kurang mendukung baginya
bila dilihat dari segi makanannya yang mungkin tidak cocok baginya sehingga
memungkinkan jumlahnya yang menyusut dan mungkin juga kebanyakan dari
hewan ini pindah tempat untuk mencari tempat dan makanan yang sesuai bagi
dirinya.
Meskipun ditemukan dalam jumlah sedikit, hewan serasah tersebut tentunya
mempunyai peran yaitu untuk membantu proses penguraian tumpukan serasah
dalam pembentukan tanah, baik pengaruhnya terhadap tanah maupun bantuan
dalam membantu menyuburkan.
Kemelimpahan dan keanekaragaman fauna pada atau dalam tanah dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan anatara lain: vegetasi tanah, suhu tanah, pH tanah,
kadar air, atmosfer tanah, dan profil tanah (Wallwork, 1970). Pengukuran
parameter lingkungan menunjukkan kelembaban udara berkisar antara 80 yang
berarti daerah ini cukup lembab. Suhu udara tercatat 30 0C yang menunjukan suhu
tersebut cukup tinggi karena daerah ini merupakan daerah perkebunan yang cukup
terbuka dan jenis tumbuhan yang ada juga tidak banyak. Pada pengukuran
intensitas cahaya diperoleh kisaran antara 110 lux. Dari pengukuran parameter
lingkungan juga diketahui bahwa tanah disekitar perkebunan tersebut bersifat
asam, hal ini diketahui dari pH tanah yang menunjukkan skala 6.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan
serta keberadaan suatu organisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Polunin (1990
: 384) dimana faktor-faktor ekologi atau lingkungan (fisika dan kimia) yang
mempengaruhi organisme itu banyak dan beragam sering kali bercampur secara
rumit dan saling bergantungan. Namun meskipun parameter lingkungan telah
sesuai, keanekaragaman tumbuhan sebagai bagian dari ekosistem juga sangat
mempengaruhi dimana daerah praktikum ini adalah daerah perkebunan yang
memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah secara tidak langsung juga
mempengaruhi keanekaragaman hewan yang ada disekitarnya.
V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis hewan yang ditemukan di bawah pohon
langsat yaitu Componatus vagus, Componatus sp, Monumorium sp, Balps
mucronata, Mollusca, Solenopsis geminate, Cormosidae, Gryllus
pensylvsnicus dan Discrenia Carolina.
2. Hewan yang memiliki nilai penting (NP) tertinggi adalah Cormosidae dengan
nilai 41,11. Hal ini berarti Cormosidae melimpah dan mendominasi daerah
tersebut.
3. Hewan yang memiliki NP terendah adalah Discrenia Carolina yaitu 11,932.
Hal ini mungkin disebabkan faktor lingkungan yang kurang mendukung.
4. Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh berjumlah 1,08. Hal ini berarti
pada daerah tersebut memiliki keanekaragaman spesies sedang.
5. Kemelimpahan dan keanekaragaman fauna pada atau dalam tanah di
pengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan anatara lain: vegetasi tanah, suhu
tanah, pH tanah, kadar air, atmosfer tanah, dan profil tanah.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Borror,Triplehorn dan Jhonson, 1992. Pengenalan pelajaran serangga, terjemahan oleh SoetiyonoPartosoedjono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Heddy,S.dkk. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafika Persada. Jakarta.
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology, With Spesial Reference to Animal and Man Promates Limited : New Delhi. India.
Michael,P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.UI Press. Jakarta.
Naparin, Akhmad & Dharmono. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM. Banjarmasin.
Polunin, N., 1990, Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya.
Soetjipto. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.
Van Hoeve, W. 1996. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna (terjemahan). PT.Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.