laporan pratikum metabolisme glukosa, · pdf filelaporan pratikum metabolisme glukosa, ......
TRANSCRIPT
LAPORAN PRATIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, dan TRIGLISERIDA
(TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
Nama Praktikan : Sri Wulandari
Yunita Wannur Azah
Tanggal : 10 maret 2015
Tujuan Pratikum :
1. Mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar
alatnya, kuvet, standar, blanko, serta Hukum Beer-Lambert dll)
2. Latihan pembuatan dan penggunaan larutan stok
3. Mengumpulkan dat dasr glucosa, trigleserida, dan urea darah
4. Latihan pembuatan dan interprestasi grafik
Alat dan bahan :
Tourniquet Swab alcohol Jarum
EDTA Pipet mohr Pipet otomatik100-1000µll
Alat sentrifuse klinik Glukosa Kit pemeriksaan urea
Alat spektofotometer Urea Kit pemeriksaan glukosa
Tabung reaksi dan rak Pipet tetes Kit pemeriksaan trigleserida
Kuvet plastic
Pendahuluan :
Spektrofotometri merupkan salah satu dari eberapa teknik yng sering dipakai secara rutin di
laboratorium biokimia. Pada dasarnya, dengan teknik spektrofotomrtri kita dapat mengukur
jumlah cahaya yang melewati sampel larutan. Jumlah cahaya yang diserab oleh larutan sampel
berkaitan dengn konsentrasi unsur tertentu didalam larutan smpel tersebut. Teknik ini dapat
digunakan untuk memonitor perubahan warna (yaitu perubahan pada jumlah cahaya yang
diserab) yang kualitatif dan mengukur konsentrasi bahan secara kuantitatif. Ingatlah
spektrofotometri
A = Ԑdc
Dimana c = konsentrasi larutan itu (satuan adalah M)
Ԑ = koefisien absorbs molar
d = jarak dilalui cahay (cm)
A = serapan
Protap pemeriksaan glukosa, protein dan urea menggunakan spektrofotomeri :
GLUKOSA PROTEIN UREA
volume reagensia kit 1000µl reagensia
glukosa
1000µl reagensia 1000µl reagensia A,
inkubasi pertama
1000µl reagensia B
volume sampel atau
standard 10µl 10µl 10µl
konsentrasi standard 100mg/dl 200mg/dl 40mg/dl
periode dan
temperatur inkubasi 10 min @ 37 C 10 min @ 37 C
5 min @ 25 C
** 2X**
periksa pada λ = 500nm 530nm 600nm
Prosedur kerja :
A. Pembuatan larutan stok Urea
Larutan stok urea : Siapkan 10 mL larutan urea pada kadar 1,0 g/L ( atau 100 mg/dL )
Jadi jumlah bubuk urea yang dibutuhkan = 10 x 1/1000 = 0.01 gram urea yang
dibutuhkan
Pengenceran untuk kurva kalibrasi ( standard curve ) dari larutan tersebut :
1. Siapkan 20 mg/dl standar urea dilarutkn hingga 10 ml dengan H2O
V2 = ( V1 x C1 ) / C2 = ( 20 x 10 ) / 100 = 2 ml
Jadi, diperlukan 2 ml larutan stok urea + 8 ml aquades
2. Siapkan 30 mg/dl standar urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = ( V1 x C1 ) / C2 = (30 x 10 ) / 100 = 3 ml
Jadi, diperlukan 3 ml lautan stok urea + 7 ml aquades
3. Siapkan 40 mg/dl standar urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = ( V1 x C1 ) / C2 = (40 x 10 ) / 100 = 4 ml
Jadi, diperlukan 4 ml larutan stok urea + 6 ml aquades
4. Siapkan 50 mg/dl standar urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = ( V1 x C1 ) / C2 = ( 50 x 10 ) / 100 = 5 ml
Jadi, diperlukan 5 ml larutan stok urea + 5 ml aquades
5. Siapkan 60 mg/dl standar urea dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = ( V1 x C1 ) / C2 = ( 60 x 10 ) / 100 = 6 ml
Jadi, diperlukan 6 ml larutan stok urea + 4 ml aquades
Gambar 1. Larutan stok urea
Persiapan panjang gelombang max :
Urea :
Untuk melakukan pemeriksaan absorbansi urea menggunakan spektrofotometri
harus dibuat terlebih dahulu larutan blanko dan larutan standar urea berdasarkan
petunjuk pada kit urea.
Siapkan kuvet yang berisi blanko terdiri dari 1000µl reagen urea sesuai kit
Siapkan kuvet yang berisi standar terdiri dari 1000 µl reagen urea + 10µl larutan
standar urea sesuai kit
Siapkan 40 ml/dl larutan standar urea dan tentukan panjang gelombang
maksimum menggunakan spektrofotometri UV/Vis dengan λ : 500 – 700 nm.
Gunakan panjang gelombang maksimum ini untuk penentuan absorbansi kurva
standard dan sampel.
Gambar 2. Larutan urea Blanko, Standar
Gambar 3. Larutan stok urea pada kuvet
Hasil praktikum :
Digunakannya larutan standar urea 40 ml, larutan stok urea ini yang digunakan
untuk mencari gelombang maksimal pada spektrofotometri. Pada alat
spektrofotometri didapatkan panjang gelombang yaitu λ = 689,5 nm. Dengan
didapatkannya panjang gelombang tersebut maka digunakan untuk pemeriksaan
absorbansi pada setiap larutan standar urea yang telah dibuat, sehingga dari tiap-
tiap tabung didapatkan hasil berupa :
Tabel 1a. Urea – Data kalibrasi larutan standar urea pada tabung
Konsentrasi yang
diinginkan (mg/dl)
Absorbansi Konsentrasi yang
didapat (mg/dl)
20 0.139 38.611
30 0,260 72,22
40 0,144 40
50 0,215 59,72
60 0,190 52,77
Blanko 0 0
Tabel 1b. Data kalibrasi larutan sampel urea
Jenis sampel urea Absorbansi Konsentrasi yang
didapat (mg/dl)
Serum plasma 0,311 86,39
Kurva 1. kalibrasi larutan standar urea
Pembahasan :
1. Dari grafik diatas didapatkan persamaan regresi yaitu Y = 0,0057x + 0,1725 dengan nilai
R2 = 0,0317, maka dari hasil ini dapat disimulkan bahwa kurva kalibrasi ini menunjukkan
hasil yang kurang baik, hal ini bisa diakibatkan teknik pengenceran yang kurang tepat
atau adaya kesalahan saat meletakkan sampel pada alat spektrofotometri seperti kuvet
yang kurang bersih, panjang gelombang yang salah, dan kesalahan – kesalahan lainnya
yang mungkin terjadi.
2. Rumus yang digunakan untuk mencari konsentrasi larutan standar yaitu :
C larutan = (A larutan / A standar ) x C standar
Dimana : C = konsentrasi larutan
A = Absorbansi
Dari rumus diatas didapat konsentrasi larutan standar yaitu 40mg/dl dan absorbansi standar
yang digunakan adalah absorbansi larutan 40ml yaitu 0,144. Larutan 40ml dijadikan acuan
karena memiliki panjang gelombang maksimal.
Hukum Beer dapat dipenuhi dengan cara menentukan grafik kalibrasi berbanding
konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika dalam range (cakupan) konsentrasi
0.139
0.26
0.144
0.215
0.19
y = 0.0057x + 0.1725 R² = 0.0317
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
1 2 3 4 5
Series1
Linear (Series1)
hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita hanya bekerja pada linear range. Seringkali
sampel yang dianalisa memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar.
Jika kita berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hukum
Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengan konsentrasi dan
ketebalan bahan/medium. Semakin pekat konsentasi suatu senyawa maka semakin banyak
cahaya yang akan diserap.
A = ε c l
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Larutan standar urea dia yang dibuat tidak memenuhi hukum lambert beer karena
hasil kalibrasi tidak berupa garis lurus.
b. Ketidak sesuaian larutan standar dengaan hukum lambret-beer dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya kesalahan saat membuat larutan, larutan yang dibuat
tidak tercampur dengan baik sehingga hasilnya tidak homogen.
c. Dalam pembuatan suatu larutan, harus dilakukan secara teliti dan berhati-hati agar
hasil konsentrasi yang diinginkan bisa sesuai dengan konsentrasi yang didapat.
Kesesuaian konsentrasi ini dapat dibuktikan dengan sprektofotometri.
d. Pada larutan standar urea diatas terjadi ketidaksesuaian antara larutan yang didapat
dengan larutan yang diprediksi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab seperti
kesalahan dalam menghitung pencairan, kesalahan dalam mencampurkan larutan
standar dengan reagen dari kit, tidak meratanya pengadukan larutan sehingga belum
homogen.
B. Pembuatan larutan stok Glukosa
Larutan stok glukosa : Siapkan 50 ml larutn glukosa 1,5 g/L (150 mg/dl)
Jumlah bubuk glukosa yang dibutuhkan = 50 x 1,5/1000 = 0,075 gram glukosa
Pengenceran untuk kurva kalibrasi (standar curve) dari larutan stok glukosa
1. Siapkan 80 mg/dl standar glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = V1 x C1 / C2 = ( 80 x 10 ) / 150 = 5,33 ml
Jadi, diperlukan 5,33 ml larutn stok glukosa + 4,67 ml aquades
2. Siapkan 90 mg/dl standar glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = V1 x C1 / C2 = ( 90 x 10 ) / 150 = 6 ml
Jadi, diperlukan 6 ml larutan stok glukosa + 4 ml aquades
3. Siapkan 100 mg/dl larutan stok glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = V1 x C1 / C2 = ( 100 x 10 ) / 150 = 6,67 ml aquades
Jadi, diperlukan 6,67 ml larutan stok glukosa + 3,33 ml aquades
4. Siapkan 110 mg/dl larutan stok glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = V1 x C1 / C2 = ( 110 x 10 ) / 150 = 7,33 ml aquades
Jadi, diperlukan 7,33 ml larutan stok glukosa + 2,67 ml aquades
5. Siapkan 120 mg/dl larutan stok glukosa dilarutkan hingga 10 ml dengan H2O
V2 = V1 x C1 / C2 = ( 120 x 10 ) / 150 = 8 ml aquades
Jadi, diperlukan 8 ml larutan stok glukosa + 2 ml aquades
Persiapan panjang gelombang max glukosa :
Siapkan 100 mg/dl larutan standar glukosa dan tentukan panjang gelombang
maksimum menggunakan spektrofotometer UV/Vis dengan λ = 400-600 nm
Siapkan kuvet blanko yang berisi 1000 µl reagen glukosa
Siapka kuvet standar yang berisi 1000µl reagen glukosa + 10µl larutan standar
glukosa dengan konsentrasi 100 mg/dl
Gunakan panjang gelombang maksimum ini untuk penentuan absorbansi kurva
standard dan sampel.
Hasil praktikum :
Dengan menggunakan larutan 100 mg/dl larutan standar glukosa didapatkan penjang
gelombang dari spektrofotometri yaitu λ = 479,0 nm, dengan menggunakan panjang
gelobang tersebut dilakukn pemeriksaan absorbansi pada setiap larutan standar glukosa,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2a. Data hasil kalibrasi larutan standar glukosa
Konsentrasi yang
diinginkan (mg/dl)
Absorbansi Konsentrasi yang didapatkan
(mg/dl)
80 0,191 35,70
90 0,211 39,44
100 0,535 100
110 0,315 58,88
120 0,226 42,24
Blanko 0 0
Kurva 2. Data hasil kalibrasi larutan standar glukosa
0.191 0.211
0.535
0.315
0.226
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
35.7 39.44 100 58.88 42.24
Ab
sorb
ansi
konsentrasi (mg/dl)
Pembahasan :
1. Dari grafik diatas didapatkan persamaan regresi yaitu Y = 0,0174x + 0,2434 dengan nilai
R2 = 0,0375, hal ini menunjukkna bahwa grafik kalibrasi diatas juga tidak linier dan
haasilnya kurang baik,
2. Pada grafik pemeriksaan Absorbansi konsentrasi glukosa menunjukkan hasil yang tidak
sesuai dengan hukum Beer-Lambert A = εdc. Nilai absorbansi yang didapatkan tidak
berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa yang diperiksa, terlihat pada beberapa titik
konsentrasi tidak berbanding lurus dengan A. Nilai absorbansi yang tidak linear ini dapat
disebabkan karena kurang homogennya larutan pada kuvet yang mempengaruhi
konsentrasi larutan. Volume larutan glukosa yang dibutuhkan sangat sedikit yaiut 10 µl
sehingga kemungkinan pada saat memasukkan ke dalam tabung reaksi larutan tidak
seluruhnya bercampur dengan reagen, selain itu waktu persiapan sampel di cuvet dengan
pengukuran absorbansi di spektrofotometer juga lama yang mengakibatkan larutan
kurang homogen. Kesalahan juga dapat terjadi pada saat pengkalibrasian
spektrofotometer yang digunakan.
Tabel 3.Data hasil pengukuran kalibrasi pengukuran larutan sampel pengenceran
glukosa double dilution (konsentrasi stok glukosa 150 mg/dl)
Faktor Konsentrasi yang
diprediksi (mg/dl)
Absorbansi Konsentrasi yang
didapat (mg/dl)
2 75 0.316 25,42
4 37,5 0,088 16,45
8 18,75 0,285 53,27
16 9,375 0.258 48,22
32 4,687 0,188 35,14
64 2,343 0,196 36,64
128 1,17 0.099 18,50
Kurva 3. Hasil pengukuran larutan sampel pengenceran glukosa double dilution
Pembahasan :
Dari grafik diatas didapatkan persamaan regresi yaitu Y = 0,0003x + 0,1774 dengan nilai
R2 = 7E-05, hal ini menunjukkan bahwa kurva kalibrasi tidak linier dan kurang baik atau
tidak akurat.
Tabel 4. Data hasil pengukuran kalibrasi larutan sampel pengenceran glukosa
decimal dilution (konsentrasi stok glukosa 150 mg/dl)
Pengenceran Faktor Konsentrasi
yang diprediksi
(mg/dl)
Absorbansi Konsentrasi
yang didapat
(mg/dl)
0,1X 10 15 0,259 48,41
0,01 X 100 1,5 0,221 41,30
0,001X 1000 0,15 0,023 4,29
0,3X 30 5 0,119 22,24
0,03X 300 0,5 0,272 50,84
0,003X 3000 0,05 0,189 35,32
0.136
0.088
0.285
0.258
0.188 0.196
0.099
y = 0.0003x + 0.1774 R² = 7E-05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
25.42 16.45 53.27 48.22 35.14 36.64 18.5
Series1
Linear (Series1)
Kurva 4. Hasil pengukuran larutan sampel pengenceran glukosa decimal dilution
Pembahasan :
Dari kurva kalibrasi diatas didapatkan persamaan regresi yaitu Y =0,0029x + 0.1906
dengan nilai R2 = 0,0033 hal ini menunjukkan bahwa kurv kalibrasi tidak linier dengan
hasilnya dan tidak akurat.
Grafik pemeriksaan Absorbansi konsentrasi glukosa menunjukkan hasil yang tidak sesuai
dengan hukum Beer-Lambert A = εdc. Nilai absorbansi yang didapatkan tidak berbanding
lurus dengan konsentrasi glukosa yang diperiksa, terlihat pada beberapa titik konsentrasi
tidak berbanding lurus dengan A
Dari tabel dan kedua grafik diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan
konsentrasi sampel yang didapat menggunakan grafik kalibrasi dan menggunakan rumus
pada reagensia test kit. Namun hasil yang diperoleh memiliki range yang kecil. Perbedaan
konnsentrasi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kesalahan pada
perhitungan pengenceran, kesalahan dalam melakukan pengenceran, kesalahan dalam
mencampurkan larutan dengan aquades, kesalahan dalam mencampurkan regensia pada
kit. Kesalahan-kesalahan ini menyebabkan konsentrasi yang diprediksi berbeda dengan
konsentrasi yang didapat, terjadi perbedaan antara konssentrasi berdasarkan kurva
0.259
0.221
0.023
0.119
0.272
0.189
y = -0.0029x + 0.1906 R² = 0.0033
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
48.41 41.3 4.29 22.24 50.84 35.32
Series1
Linear (Series1)
Linear (Series1)
kalibrasi dengan berdasarkan rumus pada reagensia test kit. Namun hasil yang paling
akurat didapatkan berdasarkan rumus menggunakan reagensia test kit.
Tabel 5. Perbandingan konsentrasi sampel Glukosa dan urea yang dihitung pada
grafil kalibraasi data yang dihitung dengan rumus pada regentia tes kit
Pemeriksaan
sampel
serum
plasma
Absorbansi
pada grafik
kalibrasi
Konsentrasi
pada grafik
kalibrasi
Absorbansi
pada rumus
regensia kit
Konsentrasi
pada regensia
kit
Glukosa
(Kirana)
0,197 36,82 mg/dl 0,225 90,36 mg/dl
Urea
(Yunita)
0,311 86,38 mg/dl 0,167 127,23 mg/dl
Pemeriksaan
sampel
pengenceran
glukosa
Absorbansi
pada grafik
kalibrasi
Konsentrasi
pada grafik
kalibrasi (mg/dl)
Absorbansi
pada rumus
regensia tes kit
Konsentrasi
pada regensia
tes kit (mg/dl)
0,1X 0,259 48,41 0,306 122,89
0,01X 0,221 41,30 0,246 98,79
0,001X 0,023 4,29 0,023 9,23
0,3X 0,119 22,24 0,208 83,53
0,03X 0,272 50,84 0,218 87,55
0,003X 0,189 35,32 0,234 93,98
Faktor 2 0,136 25,42 0,215 86,35
Faktor 4 0,088 16,45 0,203 81,53
Faktor 8 0,258 53,27 0,262 105,22
Faktor 16 0,258 48,22 0,317 127,31
Faktor 32 0,188 35,14 0,243 97,59
Faktor 64 0,196 36,64 0,242 97,19
Faktor 128 0,099 18,50 0,114 45,78
Kurva 5. Hasil pengukuran konsentrasi absorbansi larutan sampel glukosa
menggunakan panjang gelombang λ = 479 nm pada kalibrasi
Kurva 6. hasil pengukuran konsentrasi absorbansi larutan sampel glukosa
menggunakan panjang gelombang λ= 500 nm sesuai rumus pada reagensia test
0.259
0.221
0.023
0.119
0.272
0.189
0.136
0.088
0.285
0.258
0.188 0.196
0.099
y = -0.0005x + 0.1827 R² = 0.0005
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
48
.41
41
.3
4.2
9
22
.24
50
.84
35
.32
25
.42
16
.45
53
.27
48
.22
35
.14
36
.64
18
.5
Series1
Linear (Series1)
122.89
98.79
9.23
83.53 93.98
81.53
105.22
127.31
97.19
45.78
y = 0.2034x + 86.033 R² = 0.0007
0
20
40
60
80
100
120
140
0.3
06
0.2
46
0.0
23
0.2
08
0.2
18
0.2
34
0.2
15
0.2
03
0.2
62
0.3
17
0.2
43
0.2
42
0.1
14
Series1
Linear (Series1)
Pembahasan :
Menghitung konsentrasi sampel glukosa dengan grafik kalibrasi menggunakan panjang
gelombag maksimal larutan 100mg/dl yaitu λ = 479,0 nm sedangkan dengan rumus
reagensia pada test kit menggunakan panjang gelombang λ = 500 nm. Untuk Menghitung
konsentrasi sampel urea dengan grafik kalibrasi menggunakan panjang gelombag
maksimal larutan 40 mg/dl yaitu λ = 689,5 nm sedangkan dengan rumus reagensia pada
test kit menggunakan panjang gelombang λ = 600 nm. Rumus yang digunakan yaitu
C sampel = (A sampel / A standar ) x C standar
Dimana : C = konsentrasi larutan
A = Absorbansi
Grafik pemeriksaan Absorbansi konsentrasi glukosa menunjukkan hasil yang tidak sesuai
dengan hukum Beer-Lambert A = εdc. Nilai absorbansi yang didapatkan tidak berbanding
lurus dengan konsentrasi glukosa yang diperiksa, terlihat pada beberapa titik konsentrasi
tidak berbanding lurus dengan A
Dari tabel dan kedua grafik diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan
konsentrasi sampel yang didapat menggunakan grafik kalibrasi dan menggunakan rumus
pada reagensia test kit. Namun hasil yang diperoleh memiliki range yang kecil. Perbedaan
konnsentrasi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kesalahan pada
perhitungan pengenceran, kesalahan dalam melakukan pengenceran, kesalahan dalam
mencampurkan larutan dengan aquades, kesalahan dalam mencampurkan regensia pada
kit. Kesalahan-kesalahan ini menyebabkan konsentrasi yang diprediksi berbeda dengan
konsentrasi yang didapat, terjadi perbedaan antara konssentrasi berdasarkan kurva
kalibrasi dengan berdasarkan rumus pada reagensia test kit. Namun hasil yang paling
akurat didapatkan berdasarkan rumus menggunakan reagensia test kit.
Tabel 6. Hasil pemeriksaan glukosa, trigliserida dan urea plasma mahasiswa
detil2 mhs (berapa lama
sejak makan; rata-rata
apa yg dimakan; jenis
kelaminan; umur)
GLUKOSA TRIGLISERIDA UREA
A kadar A kadar A kadar
1. Yunita Wannur
azah
Jenis kelamin :
perempuan
Usia : 28 tahun
Makanan : makan
ifumie
Waktu : 1jam
sebelum
pemeriksaan
- - 0,241
63,42
mg/dl
0,167 127,23
mg/dl
2. Kirana patrolina
Jenis kelamin :
peremuan
Usia : 32 tahun
Makanan : makan
nasi putih dengan
ikan teri
sambal+susu anlene
Waktu : 3 jam
sebelum
pemeriksaan
0,225 90,36
mg/dl
0,313
82,37
mg/dl
- -
Absorbansi pada masing-masing mahasiswa berbeda, hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan jenis makanan yang dimakan, jarak waktu antara saat makan dengan saat
pengambilan sampel.
SARAN
Sebaiknya adanya penambahan alat agar semua praktikan dapat mengerjakan
pratikum dengan baik tidak saling berebutan alat.
Sebaiknya instruktur menjelaskan kembali bagaimana cara kerja pratikum.