laporan psikiatri

27
Laporan Kasus Psikiatrik Abraham Fatah - 07120100096 LAPORAN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. A Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 50 tahun Alamat : Medan, Sumatera Utara Suku Bangsa : Medan Warga Negara : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : TKW Pendidikan akhir : SD Status pernikahan : tidak diketahui Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015 Tanggal pemeriksaan : 4 – 8 Maret 2015 No. Rekam Medis : 753537 II. RIWAYAT PSIKIATRI Data pasien diperoleh dari: - Autoanamnesis Dilakukan sebanyak 3 kali: Senin, 6 Maret 2015 pk 07.00 WIB Selasa, 7 Maret 2015 pk 14.30 WIB Rabu, 8 Maret 2015 pk 15.00 WIB - Data sekunder Rekam medis RS BhayangkaraTk.1 Raden Said Sukanto 1

Upload: abraham-fatah

Post on 29-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus psikiatri skizo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 50 tahun

Alamat : Medan, Sumatera Utara

Suku Bangsa : Medan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : TKW

Pendidikan akhir : SD

Status pernikahan : tidak diketahui

Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015

Tanggal pemeriksaan : 4 – 8 Maret 2015

No. Rekam Medis : 753537

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data pasien diperoleh dari:

- Autoanamnesis

Dilakukan sebanyak 3 kali:

Senin, 6 Maret 2015 pk 07.00 WIB

Selasa, 7 Maret 2015 pk 14.30 WIB

Rabu, 8 Maret 2015 pk 15.00 WIB

- Data sekunder

Rekam medis RS BhayangkaraTk.1 Raden Said Sukanto

a. Keluhan Utama

Pasien datang dibawa oleh BNP2TKI ke RS POLRI karena

keadaan pasien yang gelisah. (tidak diketahui berapa lama sebelum

masuk rumah sakit).

b. Keluhan Tambahan

Tidak ada.

1

Page 2: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

c. Riwayat Gangguan Sekarang

Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun datang ke RS

POLRI dibawa oleh BNP2TKI pada tanggal 2 Maret 2015 karena

keadaan pasien yang gelisah. Berdasarkan informasi yang didapat,

pasien bekerja sebagai TKW di Malaysia selama kurang lebih 3 bulan.

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan secara autoanamnesis,

pasien datang ke RS POLRI dibawa oleh sesosok makhluk “siluman”

yang bernama Atuk. Pasien tidak mengetahui alasan kenapa pasien

dibawa ke tempat ini, tetapi pasien merasa bahwa dirinya ada di tempat

ini untuk disiksa. Pasien mengeluhkan bahwa hidupnya sangat

menderita karena disiksa oleh Atuk, siluman ular, untuk tidak boleh

makan dan mandi karena hal tersebut akan membunuh pasien.

Pasien sering mendengar bisikan yang mengatakan “kamu

harus mati”, dimana pasien menceritakan bahwa bisikan itu berasal

dari Atuk. Selain itu, pasien juga melihat ular di sekelilingnya dan

seluruh dokter muda beserta pasien di tempat tersebut merupakan

siluman ular. Pasien mengatakan bahwa bisikan – bisikan yang

didengarnya ini sudah dirasakan sekitar 2 bulan. Selama 2 bulan

terakhir, pasien menceritakan bahwa awalnya ia disiksa Atuk dengan

diberikan makanan basi, ikan busuk, dan makanan berisi cacing agar

pasien tersiksa dan mati.

Pasien menceritakan bahwa ia pernah tinggal di Malaysia

selama kurang lebih 6 bulan. Pasien mengatakan bahwa di Malaysia ia

tidak bekerja melainkan hanya menumpang tinggal saja. Pasien juga

menceritakan bahwa ia tinggal di Kampung Bukit. Orang – orang di

sekitar pasien mengatakan kepada pasien bahwa pasien tinggal di

Kampung Bukit bersama dengan keluarganya, tetapi pasien

menyangkal hal tersebut dan mengatakan bahwa ia tidak memiliki

keluarga. Pasien juga mengatakan bahwa ia merupakan anak ke 7 dari

2

Page 3: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

9 bersaudara, namun pada akhirnya pasien menyangkal hal tersebut

karena sebenarnya ia tidak memiliki saudara kakak atau adik.

Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki suami, namun

pada tahun 2009, ia pernah menikah “gantung” sebanyak 5 kali. Akan

tetapi, pasien mengatakan bahwa pernikahannya itu tidak sah karena ia

menikah dengan siluman ular yang menipunya dan pergi

meninggalkannya.

Selama di bangsal Dahlia, pasien sering gelisah, merasa

tersiksa dan menderita, mengangis dan marah saat menceritakan ia

menikah dengan siluman ular, jarang berinteraksi dengan pasien lain.

Pasien tidak makan dan mandi karena ia merasa akan dibunuh oleh

Atuk jika makan dan mandi.

d. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat penyakit medis umum

- kelainan bawaan : tidak didapatkan data

- Infeksi : tidak didapatkan data

- Trauma : tidak ada

- Lainnya : tidak didapatkan data

2. Riwayat Psikiatri

Tidak didapatkan data

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien menyangkal pernah mengonsumsi obat – obatan

narkotika, merokok, ataupun konsumsi alkohol.

e. Riwayat Kehiduan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Tidak didapatkan data

2. Riwayat Masa kanak – kanak dan remaja

3

Page 4: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Pasien menceritakan sekolah hanya sampai kelas 3 SD dan

mengatakan bahwa seluruh teman sewaktu SD adalah siluman

ular. Pasien mengatakan bahwa ia tidak melanjutkan sekolah

karena Atuk mengatakan bahwa ia akan dia akan diajari Atuk.

3. Riwayat masa dewasa

- Riwayat pekerjaan:

Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah bekerja sama

sekali, sekalipun mengerjakan pekerjaan rumah sebagai ibu

rumah tangga.

- Riwayat perkawinan:

Pasien mengatakan pernah kawin “gantung” sebanyak 5

kali namun ditinggal pergi karena suaminya adalah siluman

ular.

- Riwayat Agama:

Pasien mengatakan bahwa ia beragama Islam dan Kristen

campur – campur, namun tidak pernah beribadah

- Riwayat hukum:

Pasien mengatakan bahwa ia pernah dipenjara sebanyak 3

kali karena dibawa oleh Atuk. Pasien menyangkal pernah

berbuat kesalahan atau melanggar aturan.

4. Riwayat Keluarga (Genogram)

Pasien mngatakan bahwa ia merupakan anak ke 7 dari 9

bersaudara. Pasien menceritakan bahwa seluruh anggota

keluarganya sudah meninggal.

X X

X X X XX

4

Page 5: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

5. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien mengatakan bahwa ia berasal dari Medan dan tidak

memiliki keluarga. Pasien bercerita bahwa orang – orang di

sekitarnya pernah mengatakan bahwa ia memiliki keluarga,

tetapi pasien menyangkalnya dan mengatakan bahwa seluruh

keluarganya sudah meninggal. Pasien mengeluhkan hidupnya

sangat menderita karena disiksa makan dan mandi.

6. Impian, Fantasi, dan Cita – cita Pasien

Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki cita – cita karena

ia hanya berasal dari kampung

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang perempuan berusia 50 tahun, tampak sesuai dengan

usianya, tampak sakit ringan, berpenampilan kurang rapi, terlihat

kurus. Pasien terlihat tidak pernah merawat diri, seperti mandi dan

menganakan pakaian yang sama selama berhari – hari.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pada saat wawancara pasien terlihat gelisah, kurang kooperatif,

terkadang pandangan mudah teralihkan ke pasien lain.

3. Sikap terhadap Pemeriksa

Selama wawancara, pasien kurang kooperatif dalam menjawab

pertanyaan dan hanya mengatakan hal yang sama berulang – ulang,

yaitu tentang siluman ular.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Kosong (emosi pasien dangkal dan tidak tampak

adanya keterlibatan emosi dengan lingkunga sekitar, dimana pasien

tampak diam jika tidak diajak berbicara dan pandangan kosong.)

2. Afek : Terbatas, serasi (pasien tidak mampu

mengekspresikan emosi secara luas, namun mata pasien masih berkaca

5

Page 6: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

– kaca saat menceritakan hidupnya begitu menderita dan tersiksa

karena siluman ular)

3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa

C. Pembicaraan

Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan. Pasien berbicara spontan,

lancer, artikulasi kurang jelas, intonasi baik, volum cukup.

D. Gangguan Persepsi

1. Halusianasi : halusinasi auditorik dan visual (pasien

mendengar bisikan Atuk dan melihat ular di lantai)

2. Ilusi : pasien melihat orang di sekitarnya sebagai ular

3. Depersonalisasi : pasien mengatakan bahwa yang selama ini

berbicara bukanlah dirinya, melainkan Atuk.

4. Derealisasi : tidak terganggu

E. Proses Berpikir

1. Bentuk Pikir

Non-realistik

2. Arus Pikir

- Produktivitas : Terganggu

- Kontinuitas : Terganggu, asosiasi longgar

- Hendaya Bahasa : Terganggu

3. Isi Pikir

- Preokupasi : pasien mengatakan ia terus disiksa

- Waham : Waham bizarre, waham kejaran

- Obsesi : tidak ada

- Kompulsi : tidak ada

- Fobia : tidak ada

- Ide Bunuh diri : tidak ada

F. Kesadaran dan Kognisi

1. Taraf Kesadaran

6

Page 7: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Compos Mentis

2. Orientasi

- Waktu : Terganggu (pasien tidak tahu hari, tanggal,

bulan, dan tahun saat ini)

- Tempat : Terganggu (pasien mengatakan sekarang

berada di penjara, namun kemarin pasien mengatakan bahwa ia

tidak tahu berada dimana saat ini)

- Orang : Terganggu (pasien hanya melihat seluruh orang

di sekitarnya adalah siluman)

3. Daya Ingat

- Jangka Panjang : Terganggu (pasien tidak ingat anggota

keluarganya, pasien tidak ingat teman – teman masa kecilnya)

- Jangka sedang : Terganggu (pasien tidak ingat pernah

bekerja sebagai TKW di Malaysia sekitar 6 bulan yang lalu)

- Jangka pendek : Tidak terganggu (pasien ingat mandi

terakhir kemarin pagi)

- Segera : Tidak terganggu (pasien ingat pagi hari

makan agar – agar)

4. Konsentrasi dan Perhatian

Pasien tampak dapat berkonsentrasi dan fokus yang cukup

terhadap pemeriksa

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Pasien dapat membaca dan menulis

6. Kemampuan Visuospasial

Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda di

sekelilingnya

7. Pikiran Abstrak

Pasien tidak dapat menceritakan lingkungan rumahnya di

Kampung Bukit atau di Medan

8. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

Pasien tampak tidak bisa menolong diri sendiri dalam hal

rutinitas sehari – hari

G. Pengendalian Impuls

7

Page 8: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Cukup (pasien tidak menunjukkan agresivitas fisik selama

wawancara)

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya Nilai Sosial : tidak terganggu

2. Uji Daya Nilai : tidak terganggu

3. Penilaian Realita : terganggu

4. Tilikan : derajat 1 (pasien mengatakan dirinya sehat)

I. Taraf dapat Dipercaya

Pemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan jawaban

pasien tidak dapat dipercaya karena jawabannya yang diberikan

oleh pasien berbeda – beda setiap harinya.

IV. PMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalisata

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88 kali per menit

Suhu : 36,5 derajat Celcius

Frekuensi Nafas : 20 kali per menit

Bentuk Badan : kurus

Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung SI/SII, normal, gallop(-),

murmur (-)

Sistem Gastrointestinal : datar, supel, bising usus (+)

Sistem Muskuloskeletal : Tidak diperiksa

Sistem Urogenital : Tidak diperiksa

Sistem Dermatologi : Ruam (-)

B. Status Neurologis

Tanda Ransang Meningitis : Tidak ditemukan

Gejala peningkatan TIK : Tidak ditemukan

Pemeriksaan Mata : Pupil bulat, isokor

Motorik

- Tonus : normotonus

- Koordinasi : dalam batas normal

8

Page 9: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

- Refleks fisiologis : Normorefleks

- Refleks patologis : -/-

Kekuatan otot : 5555/5555

Sensibilitas : Baik

Fungsi luhur : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun datang ke RS

POLRI dibawa oleh BNP2TKI karena keadaan pasien yang

gelisah pada tanggal 2 Maret 2015.

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan pasien tampak

kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan.

Pasien mengeluhkan mendengar bisikan, melihat ular di lantai,

dan merasa bahwa semua orang di ruangan tersebut adalah

siluman ular yang ingin agar pasien hidup tersiksa dan mati.

Berdasarkan BNP2TKI, pasien pernah disiksa sewaktu berkeja

sebagai TKW di Malaysia.

Pasien mengalami gangguan orientasi tempat, waktu, dan

orang; dimana dari anamnesis dikatakan bahwa pasien tidak

tahu sekarang berada dimana, tanggal berapa, dan semua orang

di sekitarnya dianggap siluman ular.

Selama di bangsal Dahlia, pasien tampak gelisah, menyendiri,

jarang berinteraksi dengan pasien lain, pasien tampak agresif

namun tidak menunjukkan adanya masalah dalam mengontrol

impuls.. hal ini diketahui dimana pasien selalu mengatakan hal

buruk pada siluman ular dan ingin mereka mati, namun tidak

ada perbuatan yang nyata untuk menyakiti orang lain.

Pasien tidak mandi dan makan karena bisikan siluman ular

yang mengatakan bahwa jika pasien mandi dan makan akan

disiksa dan dibunuh.

Tilikan pasien derajat 1.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

9

Page 10: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau pola

perilaku dan psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan

penderitaan (distress) dan ketidakmampuan/hendaya

(disability/impairment) dalam fungsi serta akticitasnya sehari – hari. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa

yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi auditorik dan visual

yang digambarkan pasien sebagai suara “siluman” yang terus

membisikkan agar hidup pasien menderita lalu mati. Halusinasi visual

yang digambarkan pasien adalah bahwa pasien melihat ada banyak ular di

lantai kamarnya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan

terakhir.

Pada pasien ini juga terdapat waham bizarre, yang digambarkan

pasien bahwa seluruh orang di sekitarnya adalah siluman ular. Selain itu,

pasien juga mengatakan bahwa yang berbicara setiap hari bukanlah diri

pasien melainkan siluman ular yang sudah masuk ke dalam dirinya.

Gejala pada pasien dalam kasus ini sesuai dengan kriteria gangguan

skizofrenia tipe paranoid. Hal ini sesuai pada DSM IV – TR dimana

kriteria A pada skizofrenia mencakup lebih dari 2 dari gejala delusi,

halusinasi, gangguan berbicara, disorganisasi pada perilaku, dan gejala

negatif yang berlangsung lebih dari 1 bulan. Pada pasien ini terdapat gejala

halusinasi dan delusi. Gejala paranoid pasien tampak pada waham

kejaran dan adanya halusinasi auditorik yang membisikkan untuk

membunuh pasien. Akan tetapi, melihat keseluruhan durasi gejala yang

dirasakan pasien, diagnosis yang lebih tepat untuk digunakan adalah

skizofreniform karena gejala pasien belum mencapai 6 bulan melainkan

baru 2 bulan.

Pada pemeriksaan pasien ini, tidak didapatkan kelainan bermakna pada

gangguan kepribadian, gangguan mental, atau gangguan medis umum.

10

Page 11: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Diagnosis Aksis I

Skizofreniform

Diagnosis banding: Skizofrenia tipe paranoid

Pada pasien ini, diagnosis skizofreniform ditegakkan karena terdapat

gejala halusinasi auditorik dan visual, waham bizarre dalam onset waktu

lebih dari 1 bulan. Durasi keseluruhan pada pasien ini belum mencapai 6

bulan sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan seluruhnya.

Diagnosis Aksis II

Tidak ada diagnosis aksis II, karena tidak ditemukannya adanya gangguan

kepribadian atau mental.

Diagnosis Aksis III

Tidak ada diagnosis

Diagnosis Aksis IV

Pada informasi yang didapat sewaktu pasien dibawa oleh BNP2TKI ke RS

POLRI, tertulis bahwa pasien pernah disiksa oleh majikannya sewaktu

bekerja sebagai TKW di Malaysia.

Diagnosis Aksis V

Global Assessment of Functioning (GAF) 30 – 21 yaitu perilaku pasien

dipengaruhi seluruhnya oleh waham dan halusinasi auditorik yang

mengakibatkan pasien tidak dapat beraktivitas layaknya orang normal.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

o Aksis I : Skizofreniform

o Aksis II : Tidak ada diagnosis

o Aksis III : Tidak ada diagnosis

o Aksis IV : Masalah lingkungan pekerjaan

o Aksis V : GAF scale 30 – 21

VIII. TATALAKSANA

11

Page 12: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

o Non – Medikamentosa

- Psikoterapi

o Medikamentosa

- Aripiprazole PO 1x10mg

- Aripiprazole IM 10mg jika pasien gelisah

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

12

Page 13: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

TINJAUAN PUSTAKA

Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang melibatkan adanya psikosis

berulang ataupun kronis. Skizofrenia biasanya berkaitan dengan gangguan pada

kehidupan social dan pekerjaan. Berdasarkan World Health Organization, gangguan

ini berada dalam peringkat pertama dari 10 penyakit yang secara global yang

menjadikan pasien tak mampu untuk menjalankan rutinitas sehari – hari .

Skizofrenia ditandai dengan adanya gejala positif, sepert halusinias, delusi,

gangguan berbicara, gejala negatif yang ditandai adanya kurangnya berbicara dan

penurunan pada fungsi kognitif. Diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila terdapat

gejala seperti yang disebutkan di atas, disertai dengan adanya gangguan dan masalah

pada lingkungan pekerjaan atau keluarga yang menjadi stressor dalam durasi minimal

6 bulan. Jika gejala yang tampak memenuhi krieria, namun durasi belum mencapai 6

bulan, diagnosis yang digunakan adalah skizofreniform.

Manifestasi Klinis

Berdasarkan kriteria DSM IV – TR, terdapat beberapa area gangguan

psikopatologi pada pasien dengan skizofrenia, hal tersebut antara lain:

Gejala positif

Gejala negatif

Gangguan kognitif

Gangguan mood

Kecemasan

1. Gejala Positif

Gejala positif pada skizofrenia mencakup adanya halusinasi, delusi, dan

disorganisasi. Halusinasi pada pasien dengan skizofrenia dapat berupa halusinasi

auditorik, visual, somatik, olfaktori. Halusinasi auditorik merupakan halusinasi

13

Page 14: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

tersering pada skizofrenia dengan prevalensi 40 – 80%. Walaupun halusinasi auditori

biasanya berupa suara seseorang, halusinasi yang dapat muncul adalah bunyi music,

bunyi mesin, dan bunyi instrument lainnya.

Delusi merupakan kepercayaan yang salah, menetap, dan tidak dapat

dipatahkan. Gejala ini tampak 89% pada pasien dengan skizofrenia. Delusi pada

skizofrenia dapat berupa delusi bizarre ataupun non – bizarre. Pasien dengan

skizofrenia biasanya dapat menjelaskan waham yang ada pada dirinya akibat

pengaruh dari halusinasi.

Pasien dengan skizofrenia dapat memiliki gejala disorganisasi pada perilaku

dan bahasa. Gangguan ini dipengaruhi oleh suatu proses pemikiran seseorang. Bentuk

gangguan bicara yang biasa tampak pada pasien dengan skizofrenia adalah proses

bicara tangensial, sirkumstansial, neologisme, word salad.

2. Gejala Negatif

Kebalikan dengan gejala positif yang merupakan suatau gejala yang muncul

akibat dari proses normal yang berlebihan, gejala negatif merupakan gejala yang tidak

muncul dari suatu proses normal. Gejala negatif dapat berupa primer atau sekunder.

Gejala negatif primer merupakan gejala utama pada pasien dengan skizofrenia yang

muncul akibat dari skizofrenia itu sendiri. Kelainan yang dapat tampak adalah

berkurang ekspresi, apatis, afek datar, anenergi. Gejala negatif biasa resisten terhadap

pengobatan dan sangat berkaitan dengan hasil akhir dari pengobatan. Gejala negatif

ini dapat muncul bersamaan dengan atau tanpa gejala positif. Gejala negatif sekunder

pada pasien skizofrenia dapat berasal dari gangguan lain, seperti paradoid dan depresi.

Diagnosis

Diagnosis berdasarkan DSM IV – TR

A. Gejala karakteristik (fase aktif): lebih dari 2 dengan setiap gejala memiliki

onset lebih dari 1 bulan (atau kurang dari 1 bulan jika berhasil diobati)

Delusi

Halusinasi

Gangguan bicara

Gangguan perilaku

14

Page 15: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Gejala negative

(catatan: hanya diperlukan 1 gejala “A” jika delusi bizarre atau

halusinasi berisi suara yang terus memberikan bisikan yang

mempengaruhi pikiran dan perilaku.

B. Gangguan pada kehidupan social atau pekerjaan: lebih dari 1 area (pekerjaan,

hubungan interpersonal, perawatan pribadi)

C. Gejala yang terjadi secara berkelanjutan lebih dari 6 bulan, termasuk lebih dari

1 bulan dari gejala saat fase aktif atau prodromal atau residu.

D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif.

E. Jika terdapat riwayat gangguan perkembangan pervasive, diagnosis tambahan

skizofrenia ditulis apabla terdapat delusi dan halusinasi yang sangat menonjol

dengan onset lebih dari 1 bulan.

Subtipe

Skizofrenia dapat dibagi menjadi beberapa subtipe. Pembagian ini dilakukan

berdasarkan adanya gejala khas yang sesuai dengan gangguan tertentu.

1. Paranoid

Adanya preokupasi dengan delusi, dimana delusi tersebut bersifat delusi

kejaran atau kebesaran, serta adanya halusinasi auditorik

2. Katatonik

Adanya minimal 2 gejala: imobilitas (katapleksi atau stupor), aktivitas motorik

yang berlebihan, negetivisme, ekolalia atau ekopraksia.

3. Disorganisasi

Adanya gangguan perilaku dan berbicara

4. Residual

Pasien sudah tidak memiliki gejala pada kriteria “A” yang menonjol, namun

masih memiliki gejala sisa dari gejala – gejala sebelumnya.

Etologi

Meskipun belum pasti bagaimana seseorang dapat mengalami gangguan

skizofrenia, ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya skizofrenia.

1. Genetik

15

Page 16: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Berkaitan dengan kembar monozigot, riwayat orang tua yang memiliki

skizofrenia, saudara.

2. Neurokimia

Teori hipotesis dopamine yang menjelaskan adanya aktivitas berlebihan dari

dopamine pada area mesolimbic yang mengakibatkan munculnya gejala

positif. Penurunan aktivitas dopamine pada korteks prefrontalis menjelaskan

adanya gejala negative dan gangguan kognitif.

3. Neuroanatomi

Penurunan fungsi lobus frontalis, fungsi lobus temporalis yang asimetris,

penurunan fungsi ganglia basalis, perbuahan abnormal pada thalamus, korteks,

korpus kalosum, dan ventrikel.

4. Neuroendokrin

Abnormalitas pada hormone pertumbuhanm prolactin, kortisol, dan ACTH.

5. Lingkungan

Penggunaan ganja, perbedaan daerah geografis, riwayat kelahiran di musim

dingin, komplikasi obstetric, infeksi virus saat prenatal.

Terapi Medikamentosa

Obat yang digunakan untuk psikosis memiliki banyak sebutan yaitu anti

psikotik, neuroleptik dan mayor transquilizer. Anti psikotik digunakan untuk

mengatasi gejala akibat gangguan mental yang berat seperti skizofrenia, gangguan

delusional, gangguan afektif berat, dan gangguan psikosis organik. Neuroleptika

konvensional umumnya dapat mengurangi gejala positif, seperti : halusinasi, waham,

tidak kooperatif, dan gangguan alam berpikir seperti loncat pikir/ flight of ideas

maupun inkoherensi. Gejala positif skizofrenia tersebut bereaksi secara lebih

responsif terhadap obat anti psikotik, sedang gejala negatifnya, seperti : pendataran

afek, apatis, anhedonia dan blokade diri ternyata lebih sulit diatasi. Namun sekarang

sudah ditemukan derivat baru untuk mengatasi gejala negatif tersebut. Obat-obatan

jenis ini dikelompokkan dalam “Neuroleptika-aspesifik”.

Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Ciri

terpenting obat neuroleptik ialah :

Berefek anti psikosis, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas, hiper

aktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.

Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.

16

Page 17: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversible atau

ireversibel.

Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikis

atau fisik.

Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau

obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi

juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan maniak atau delirium. Obat-obat anti

psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :

I. Obat Anti Psikotik Tipikal

a. Phenothiazine

- Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)

- Rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)

Trifluoperazine (Stelazine)

Fluphenazine (Anatensol)

- Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)

b. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenance)

c. Diphenyl-butyl-piperidin : Pimozide (Orap)

II. Obat Anti Psikotik Atipikal Phenothiazine

a. Benzamide : Sulpiride (Dogmatil)

b. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)

Olanzapine (Zyprexa)

Quetiapine (Seroquel)

Zotepine (Ludopin)

c. Benzisoxazole : Risperidon (Risperdal)

Aripiprazole (Abilify)

Dosis Anjuran

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu

- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam

- Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian obat 1-2 x perhari)

- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek

samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu

mengganggu kualitas hidup pasien.

17

Page 18: Laporan Psikiatri

Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096

Lama Pemberian

Pemberian obat antipsikosis berlangsung cukup lama. Meskipun konsumsi

obat hanya sekitar 1 – 2 kali per hari, penggunaan obat antipsikosis untuk rumatan

dapat berlangsung sampai 5 tahun. Durasi yang lama ini dapat menurunkan tingkat

kekambuhan setalah penggunaan obat dihentikan. Selain itu, penggunaan obat

biasanya tetap dilanjutkan 3 bulan sampai 1 tahun setelah bebas gejala.

Penghentian penggunaan obat tidak langsung akan mengakibatkan

kekambuhan langsung terjadi. Kekambuhan dapat terjadi sekitar 1 bulan setelah

berhenti menggunakan obat. Hal ini dikarenakan proses metabolisme dan eksresi obat

yang berlangsung cukup lambat yang mengakibatkan adanya zat aktif yang tersisa

dalam tubuh. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa penghentian obat antipsikosis

secara mendadak dapat menimbulkan fenomena ”cholinergic rebound”. Fenomena ini

dapat diatasi dengan pemberian obat golongan anti-kolinergik, seperti triheksifenidil

dan sulfas atropin.

18