laporan psikiatri
DESCRIPTION
laporan kasus psikiatri skizoTRANSCRIPT
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
LAPORAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Alamat : Medan, Sumatera Utara
Suku Bangsa : Medan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : TKW
Pendidikan akhir : SD
Status pernikahan : tidak diketahui
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015
Tanggal pemeriksaan : 4 – 8 Maret 2015
No. Rekam Medis : 753537
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data pasien diperoleh dari:
- Autoanamnesis
Dilakukan sebanyak 3 kali:
Senin, 6 Maret 2015 pk 07.00 WIB
Selasa, 7 Maret 2015 pk 14.30 WIB
Rabu, 8 Maret 2015 pk 15.00 WIB
- Data sekunder
Rekam medis RS BhayangkaraTk.1 Raden Said Sukanto
a. Keluhan Utama
Pasien datang dibawa oleh BNP2TKI ke RS POLRI karena
keadaan pasien yang gelisah. (tidak diketahui berapa lama sebelum
masuk rumah sakit).
b. Keluhan Tambahan
Tidak ada.
1
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
c. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun datang ke RS
POLRI dibawa oleh BNP2TKI pada tanggal 2 Maret 2015 karena
keadaan pasien yang gelisah. Berdasarkan informasi yang didapat,
pasien bekerja sebagai TKW di Malaysia selama kurang lebih 3 bulan.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan secara autoanamnesis,
pasien datang ke RS POLRI dibawa oleh sesosok makhluk “siluman”
yang bernama Atuk. Pasien tidak mengetahui alasan kenapa pasien
dibawa ke tempat ini, tetapi pasien merasa bahwa dirinya ada di tempat
ini untuk disiksa. Pasien mengeluhkan bahwa hidupnya sangat
menderita karena disiksa oleh Atuk, siluman ular, untuk tidak boleh
makan dan mandi karena hal tersebut akan membunuh pasien.
Pasien sering mendengar bisikan yang mengatakan “kamu
harus mati”, dimana pasien menceritakan bahwa bisikan itu berasal
dari Atuk. Selain itu, pasien juga melihat ular di sekelilingnya dan
seluruh dokter muda beserta pasien di tempat tersebut merupakan
siluman ular. Pasien mengatakan bahwa bisikan – bisikan yang
didengarnya ini sudah dirasakan sekitar 2 bulan. Selama 2 bulan
terakhir, pasien menceritakan bahwa awalnya ia disiksa Atuk dengan
diberikan makanan basi, ikan busuk, dan makanan berisi cacing agar
pasien tersiksa dan mati.
Pasien menceritakan bahwa ia pernah tinggal di Malaysia
selama kurang lebih 6 bulan. Pasien mengatakan bahwa di Malaysia ia
tidak bekerja melainkan hanya menumpang tinggal saja. Pasien juga
menceritakan bahwa ia tinggal di Kampung Bukit. Orang – orang di
sekitar pasien mengatakan kepada pasien bahwa pasien tinggal di
Kampung Bukit bersama dengan keluarganya, tetapi pasien
menyangkal hal tersebut dan mengatakan bahwa ia tidak memiliki
keluarga. Pasien juga mengatakan bahwa ia merupakan anak ke 7 dari
2
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
9 bersaudara, namun pada akhirnya pasien menyangkal hal tersebut
karena sebenarnya ia tidak memiliki saudara kakak atau adik.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki suami, namun
pada tahun 2009, ia pernah menikah “gantung” sebanyak 5 kali. Akan
tetapi, pasien mengatakan bahwa pernikahannya itu tidak sah karena ia
menikah dengan siluman ular yang menipunya dan pergi
meninggalkannya.
Selama di bangsal Dahlia, pasien sering gelisah, merasa
tersiksa dan menderita, mengangis dan marah saat menceritakan ia
menikah dengan siluman ular, jarang berinteraksi dengan pasien lain.
Pasien tidak makan dan mandi karena ia merasa akan dibunuh oleh
Atuk jika makan dan mandi.
d. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat penyakit medis umum
- kelainan bawaan : tidak didapatkan data
- Infeksi : tidak didapatkan data
- Trauma : tidak ada
- Lainnya : tidak didapatkan data
2. Riwayat Psikiatri
Tidak didapatkan data
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien menyangkal pernah mengonsumsi obat – obatan
narkotika, merokok, ataupun konsumsi alkohol.
e. Riwayat Kehiduan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Tidak didapatkan data
2. Riwayat Masa kanak – kanak dan remaja
3
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Pasien menceritakan sekolah hanya sampai kelas 3 SD dan
mengatakan bahwa seluruh teman sewaktu SD adalah siluman
ular. Pasien mengatakan bahwa ia tidak melanjutkan sekolah
karena Atuk mengatakan bahwa ia akan dia akan diajari Atuk.
3. Riwayat masa dewasa
- Riwayat pekerjaan:
Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah bekerja sama
sekali, sekalipun mengerjakan pekerjaan rumah sebagai ibu
rumah tangga.
- Riwayat perkawinan:
Pasien mengatakan pernah kawin “gantung” sebanyak 5
kali namun ditinggal pergi karena suaminya adalah siluman
ular.
- Riwayat Agama:
Pasien mengatakan bahwa ia beragama Islam dan Kristen
campur – campur, namun tidak pernah beribadah
- Riwayat hukum:
Pasien mengatakan bahwa ia pernah dipenjara sebanyak 3
kali karena dibawa oleh Atuk. Pasien menyangkal pernah
berbuat kesalahan atau melanggar aturan.
4. Riwayat Keluarga (Genogram)
Pasien mngatakan bahwa ia merupakan anak ke 7 dari 9
bersaudara. Pasien menceritakan bahwa seluruh anggota
keluarganya sudah meninggal.
X X
X X X XX
4
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
5. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengatakan bahwa ia berasal dari Medan dan tidak
memiliki keluarga. Pasien bercerita bahwa orang – orang di
sekitarnya pernah mengatakan bahwa ia memiliki keluarga,
tetapi pasien menyangkalnya dan mengatakan bahwa seluruh
keluarganya sudah meninggal. Pasien mengeluhkan hidupnya
sangat menderita karena disiksa makan dan mandi.
6. Impian, Fantasi, dan Cita – cita Pasien
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki cita – cita karena
ia hanya berasal dari kampung
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berusia 50 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, tampak sakit ringan, berpenampilan kurang rapi, terlihat
kurus. Pasien terlihat tidak pernah merawat diri, seperti mandi dan
menganakan pakaian yang sama selama berhari – hari.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pada saat wawancara pasien terlihat gelisah, kurang kooperatif,
terkadang pandangan mudah teralihkan ke pasien lain.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Selama wawancara, pasien kurang kooperatif dalam menjawab
pertanyaan dan hanya mengatakan hal yang sama berulang – ulang,
yaitu tentang siluman ular.
B. Mood dan Afek
1. Mood : Kosong (emosi pasien dangkal dan tidak tampak
adanya keterlibatan emosi dengan lingkunga sekitar, dimana pasien
tampak diam jika tidak diajak berbicara dan pandangan kosong.)
2. Afek : Terbatas, serasi (pasien tidak mampu
mengekspresikan emosi secara luas, namun mata pasien masih berkaca
5
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
– kaca saat menceritakan hidupnya begitu menderita dan tersiksa
karena siluman ular)
3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa
C. Pembicaraan
Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan. Pasien berbicara spontan,
lancer, artikulasi kurang jelas, intonasi baik, volum cukup.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusianasi : halusinasi auditorik dan visual (pasien
mendengar bisikan Atuk dan melihat ular di lantai)
2. Ilusi : pasien melihat orang di sekitarnya sebagai ular
3. Depersonalisasi : pasien mengatakan bahwa yang selama ini
berbicara bukanlah dirinya, melainkan Atuk.
4. Derealisasi : tidak terganggu
E. Proses Berpikir
1. Bentuk Pikir
Non-realistik
2. Arus Pikir
- Produktivitas : Terganggu
- Kontinuitas : Terganggu, asosiasi longgar
- Hendaya Bahasa : Terganggu
3. Isi Pikir
- Preokupasi : pasien mengatakan ia terus disiksa
- Waham : Waham bizarre, waham kejaran
- Obsesi : tidak ada
- Kompulsi : tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Ide Bunuh diri : tidak ada
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf Kesadaran
6
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Compos Mentis
2. Orientasi
- Waktu : Terganggu (pasien tidak tahu hari, tanggal,
bulan, dan tahun saat ini)
- Tempat : Terganggu (pasien mengatakan sekarang
berada di penjara, namun kemarin pasien mengatakan bahwa ia
tidak tahu berada dimana saat ini)
- Orang : Terganggu (pasien hanya melihat seluruh orang
di sekitarnya adalah siluman)
3. Daya Ingat
- Jangka Panjang : Terganggu (pasien tidak ingat anggota
keluarganya, pasien tidak ingat teman – teman masa kecilnya)
- Jangka sedang : Terganggu (pasien tidak ingat pernah
bekerja sebagai TKW di Malaysia sekitar 6 bulan yang lalu)
- Jangka pendek : Tidak terganggu (pasien ingat mandi
terakhir kemarin pagi)
- Segera : Tidak terganggu (pasien ingat pagi hari
makan agar – agar)
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien tampak dapat berkonsentrasi dan fokus yang cukup
terhadap pemeriksa
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dan menulis
6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda di
sekelilingnya
7. Pikiran Abstrak
Pasien tidak dapat menceritakan lingkungan rumahnya di
Kampung Bukit atau di Medan
8. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Pasien tampak tidak bisa menolong diri sendiri dalam hal
rutinitas sehari – hari
G. Pengendalian Impuls
7
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Cukup (pasien tidak menunjukkan agresivitas fisik selama
wawancara)
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial : tidak terganggu
2. Uji Daya Nilai : tidak terganggu
3. Penilaian Realita : terganggu
4. Tilikan : derajat 1 (pasien mengatakan dirinya sehat)
I. Taraf dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan jawaban
pasien tidak dapat dipercaya karena jawabannya yang diberikan
oleh pasien berbeda – beda setiap harinya.
IV. PMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit
Suhu : 36,5 derajat Celcius
Frekuensi Nafas : 20 kali per menit
Bentuk Badan : kurus
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung SI/SII, normal, gallop(-),
murmur (-)
Sistem Gastrointestinal : datar, supel, bising usus (+)
Sistem Muskuloskeletal : Tidak diperiksa
Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
Sistem Dermatologi : Ruam (-)
B. Status Neurologis
Tanda Ransang Meningitis : Tidak ditemukan
Gejala peningkatan TIK : Tidak ditemukan
Pemeriksaan Mata : Pupil bulat, isokor
Motorik
- Tonus : normotonus
- Koordinasi : dalam batas normal
8
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
- Refleks fisiologis : Normorefleks
- Refleks patologis : -/-
Kekuatan otot : 5555/5555
Sensibilitas : Baik
Fungsi luhur : normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun datang ke RS
POLRI dibawa oleh BNP2TKI karena keadaan pasien yang
gelisah pada tanggal 2 Maret 2015.
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan pasien tampak
kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan.
Pasien mengeluhkan mendengar bisikan, melihat ular di lantai,
dan merasa bahwa semua orang di ruangan tersebut adalah
siluman ular yang ingin agar pasien hidup tersiksa dan mati.
Berdasarkan BNP2TKI, pasien pernah disiksa sewaktu berkeja
sebagai TKW di Malaysia.
Pasien mengalami gangguan orientasi tempat, waktu, dan
orang; dimana dari anamnesis dikatakan bahwa pasien tidak
tahu sekarang berada dimana, tanggal berapa, dan semua orang
di sekitarnya dianggap siluman ular.
Selama di bangsal Dahlia, pasien tampak gelisah, menyendiri,
jarang berinteraksi dengan pasien lain, pasien tampak agresif
namun tidak menunjukkan adanya masalah dalam mengontrol
impuls.. hal ini diketahui dimana pasien selalu mengatakan hal
buruk pada siluman ular dan ingin mereka mati, namun tidak
ada perbuatan yang nyata untuk menyakiti orang lain.
Pasien tidak mandi dan makan karena bisikan siluman ular
yang mengatakan bahwa jika pasien mandi dan makan akan
disiksa dan dibunuh.
Tilikan pasien derajat 1.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
9
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau pola
perilaku dan psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan
penderitaan (distress) dan ketidakmampuan/hendaya
(disability/impairment) dalam fungsi serta akticitasnya sehari – hari. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa
yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi auditorik dan visual
yang digambarkan pasien sebagai suara “siluman” yang terus
membisikkan agar hidup pasien menderita lalu mati. Halusinasi visual
yang digambarkan pasien adalah bahwa pasien melihat ada banyak ular di
lantai kamarnya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan
terakhir.
Pada pasien ini juga terdapat waham bizarre, yang digambarkan
pasien bahwa seluruh orang di sekitarnya adalah siluman ular. Selain itu,
pasien juga mengatakan bahwa yang berbicara setiap hari bukanlah diri
pasien melainkan siluman ular yang sudah masuk ke dalam dirinya.
Gejala pada pasien dalam kasus ini sesuai dengan kriteria gangguan
skizofrenia tipe paranoid. Hal ini sesuai pada DSM IV – TR dimana
kriteria A pada skizofrenia mencakup lebih dari 2 dari gejala delusi,
halusinasi, gangguan berbicara, disorganisasi pada perilaku, dan gejala
negatif yang berlangsung lebih dari 1 bulan. Pada pasien ini terdapat gejala
halusinasi dan delusi. Gejala paranoid pasien tampak pada waham
kejaran dan adanya halusinasi auditorik yang membisikkan untuk
membunuh pasien. Akan tetapi, melihat keseluruhan durasi gejala yang
dirasakan pasien, diagnosis yang lebih tepat untuk digunakan adalah
skizofreniform karena gejala pasien belum mencapai 6 bulan melainkan
baru 2 bulan.
Pada pemeriksaan pasien ini, tidak didapatkan kelainan bermakna pada
gangguan kepribadian, gangguan mental, atau gangguan medis umum.
10
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Diagnosis Aksis I
Skizofreniform
Diagnosis banding: Skizofrenia tipe paranoid
Pada pasien ini, diagnosis skizofreniform ditegakkan karena terdapat
gejala halusinasi auditorik dan visual, waham bizarre dalam onset waktu
lebih dari 1 bulan. Durasi keseluruhan pada pasien ini belum mencapai 6
bulan sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan seluruhnya.
Diagnosis Aksis II
Tidak ada diagnosis aksis II, karena tidak ditemukannya adanya gangguan
kepribadian atau mental.
Diagnosis Aksis III
Tidak ada diagnosis
Diagnosis Aksis IV
Pada informasi yang didapat sewaktu pasien dibawa oleh BNP2TKI ke RS
POLRI, tertulis bahwa pasien pernah disiksa oleh majikannya sewaktu
bekerja sebagai TKW di Malaysia.
Diagnosis Aksis V
Global Assessment of Functioning (GAF) 30 – 21 yaitu perilaku pasien
dipengaruhi seluruhnya oleh waham dan halusinasi auditorik yang
mengakibatkan pasien tidak dapat beraktivitas layaknya orang normal.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
o Aksis I : Skizofreniform
o Aksis II : Tidak ada diagnosis
o Aksis III : Tidak ada diagnosis
o Aksis IV : Masalah lingkungan pekerjaan
o Aksis V : GAF scale 30 – 21
VIII. TATALAKSANA
11
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
o Non – Medikamentosa
- Psikoterapi
o Medikamentosa
- Aripiprazole PO 1x10mg
- Aripiprazole IM 10mg jika pasien gelisah
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
12
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang melibatkan adanya psikosis
berulang ataupun kronis. Skizofrenia biasanya berkaitan dengan gangguan pada
kehidupan social dan pekerjaan. Berdasarkan World Health Organization, gangguan
ini berada dalam peringkat pertama dari 10 penyakit yang secara global yang
menjadikan pasien tak mampu untuk menjalankan rutinitas sehari – hari .
Skizofrenia ditandai dengan adanya gejala positif, sepert halusinias, delusi,
gangguan berbicara, gejala negatif yang ditandai adanya kurangnya berbicara dan
penurunan pada fungsi kognitif. Diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila terdapat
gejala seperti yang disebutkan di atas, disertai dengan adanya gangguan dan masalah
pada lingkungan pekerjaan atau keluarga yang menjadi stressor dalam durasi minimal
6 bulan. Jika gejala yang tampak memenuhi krieria, namun durasi belum mencapai 6
bulan, diagnosis yang digunakan adalah skizofreniform.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan kriteria DSM IV – TR, terdapat beberapa area gangguan
psikopatologi pada pasien dengan skizofrenia, hal tersebut antara lain:
Gejala positif
Gejala negatif
Gangguan kognitif
Gangguan mood
Kecemasan
1. Gejala Positif
Gejala positif pada skizofrenia mencakup adanya halusinasi, delusi, dan
disorganisasi. Halusinasi pada pasien dengan skizofrenia dapat berupa halusinasi
auditorik, visual, somatik, olfaktori. Halusinasi auditorik merupakan halusinasi
13
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
tersering pada skizofrenia dengan prevalensi 40 – 80%. Walaupun halusinasi auditori
biasanya berupa suara seseorang, halusinasi yang dapat muncul adalah bunyi music,
bunyi mesin, dan bunyi instrument lainnya.
Delusi merupakan kepercayaan yang salah, menetap, dan tidak dapat
dipatahkan. Gejala ini tampak 89% pada pasien dengan skizofrenia. Delusi pada
skizofrenia dapat berupa delusi bizarre ataupun non – bizarre. Pasien dengan
skizofrenia biasanya dapat menjelaskan waham yang ada pada dirinya akibat
pengaruh dari halusinasi.
Pasien dengan skizofrenia dapat memiliki gejala disorganisasi pada perilaku
dan bahasa. Gangguan ini dipengaruhi oleh suatu proses pemikiran seseorang. Bentuk
gangguan bicara yang biasa tampak pada pasien dengan skizofrenia adalah proses
bicara tangensial, sirkumstansial, neologisme, word salad.
2. Gejala Negatif
Kebalikan dengan gejala positif yang merupakan suatau gejala yang muncul
akibat dari proses normal yang berlebihan, gejala negatif merupakan gejala yang tidak
muncul dari suatu proses normal. Gejala negatif dapat berupa primer atau sekunder.
Gejala negatif primer merupakan gejala utama pada pasien dengan skizofrenia yang
muncul akibat dari skizofrenia itu sendiri. Kelainan yang dapat tampak adalah
berkurang ekspresi, apatis, afek datar, anenergi. Gejala negatif biasa resisten terhadap
pengobatan dan sangat berkaitan dengan hasil akhir dari pengobatan. Gejala negatif
ini dapat muncul bersamaan dengan atau tanpa gejala positif. Gejala negatif sekunder
pada pasien skizofrenia dapat berasal dari gangguan lain, seperti paradoid dan depresi.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan DSM IV – TR
A. Gejala karakteristik (fase aktif): lebih dari 2 dengan setiap gejala memiliki
onset lebih dari 1 bulan (atau kurang dari 1 bulan jika berhasil diobati)
Delusi
Halusinasi
Gangguan bicara
Gangguan perilaku
14
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Gejala negative
(catatan: hanya diperlukan 1 gejala “A” jika delusi bizarre atau
halusinasi berisi suara yang terus memberikan bisikan yang
mempengaruhi pikiran dan perilaku.
B. Gangguan pada kehidupan social atau pekerjaan: lebih dari 1 area (pekerjaan,
hubungan interpersonal, perawatan pribadi)
C. Gejala yang terjadi secara berkelanjutan lebih dari 6 bulan, termasuk lebih dari
1 bulan dari gejala saat fase aktif atau prodromal atau residu.
D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif.
E. Jika terdapat riwayat gangguan perkembangan pervasive, diagnosis tambahan
skizofrenia ditulis apabla terdapat delusi dan halusinasi yang sangat menonjol
dengan onset lebih dari 1 bulan.
Subtipe
Skizofrenia dapat dibagi menjadi beberapa subtipe. Pembagian ini dilakukan
berdasarkan adanya gejala khas yang sesuai dengan gangguan tertentu.
1. Paranoid
Adanya preokupasi dengan delusi, dimana delusi tersebut bersifat delusi
kejaran atau kebesaran, serta adanya halusinasi auditorik
2. Katatonik
Adanya minimal 2 gejala: imobilitas (katapleksi atau stupor), aktivitas motorik
yang berlebihan, negetivisme, ekolalia atau ekopraksia.
3. Disorganisasi
Adanya gangguan perilaku dan berbicara
4. Residual
Pasien sudah tidak memiliki gejala pada kriteria “A” yang menonjol, namun
masih memiliki gejala sisa dari gejala – gejala sebelumnya.
Etologi
Meskipun belum pasti bagaimana seseorang dapat mengalami gangguan
skizofrenia, ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya skizofrenia.
1. Genetik
15
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Berkaitan dengan kembar monozigot, riwayat orang tua yang memiliki
skizofrenia, saudara.
2. Neurokimia
Teori hipotesis dopamine yang menjelaskan adanya aktivitas berlebihan dari
dopamine pada area mesolimbic yang mengakibatkan munculnya gejala
positif. Penurunan aktivitas dopamine pada korteks prefrontalis menjelaskan
adanya gejala negative dan gangguan kognitif.
3. Neuroanatomi
Penurunan fungsi lobus frontalis, fungsi lobus temporalis yang asimetris,
penurunan fungsi ganglia basalis, perbuahan abnormal pada thalamus, korteks,
korpus kalosum, dan ventrikel.
4. Neuroendokrin
Abnormalitas pada hormone pertumbuhanm prolactin, kortisol, dan ACTH.
5. Lingkungan
Penggunaan ganja, perbedaan daerah geografis, riwayat kelahiran di musim
dingin, komplikasi obstetric, infeksi virus saat prenatal.
Terapi Medikamentosa
Obat yang digunakan untuk psikosis memiliki banyak sebutan yaitu anti
psikotik, neuroleptik dan mayor transquilizer. Anti psikotik digunakan untuk
mengatasi gejala akibat gangguan mental yang berat seperti skizofrenia, gangguan
delusional, gangguan afektif berat, dan gangguan psikosis organik. Neuroleptika
konvensional umumnya dapat mengurangi gejala positif, seperti : halusinasi, waham,
tidak kooperatif, dan gangguan alam berpikir seperti loncat pikir/ flight of ideas
maupun inkoherensi. Gejala positif skizofrenia tersebut bereaksi secara lebih
responsif terhadap obat anti psikotik, sedang gejala negatifnya, seperti : pendataran
afek, apatis, anhedonia dan blokade diri ternyata lebih sulit diatasi. Namun sekarang
sudah ditemukan derivat baru untuk mengatasi gejala negatif tersebut. Obat-obatan
jenis ini dikelompokkan dalam “Neuroleptika-aspesifik”.
Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Ciri
terpenting obat neuroleptik ialah :
Berefek anti psikosis, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas, hiper
aktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.
Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.
16
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversible atau
ireversibel.
Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikis
atau fisik.
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau
obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi
juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan maniak atau delirium. Obat-obat anti
psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :
I. Obat Anti Psikotik Tipikal
a. Phenothiazine
- Rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)
- Rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
- Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
b. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenance)
c. Diphenyl-butyl-piperidin : Pimozide (Orap)
II. Obat Anti Psikotik Atipikal Phenothiazine
a. Benzamide : Sulpiride (Dogmatil)
b. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapine (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopin)
c. Benzisoxazole : Risperidon (Risperdal)
Aripiprazole (Abilify)
Dosis Anjuran
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu
- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam
- Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian obat 1-2 x perhari)
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
17
Laporan Kasus PsikiatrikAbraham Fatah - 07120100096
Lama Pemberian
Pemberian obat antipsikosis berlangsung cukup lama. Meskipun konsumsi
obat hanya sekitar 1 – 2 kali per hari, penggunaan obat antipsikosis untuk rumatan
dapat berlangsung sampai 5 tahun. Durasi yang lama ini dapat menurunkan tingkat
kekambuhan setalah penggunaan obat dihentikan. Selain itu, penggunaan obat
biasanya tetap dilanjutkan 3 bulan sampai 1 tahun setelah bebas gejala.
Penghentian penggunaan obat tidak langsung akan mengakibatkan
kekambuhan langsung terjadi. Kekambuhan dapat terjadi sekitar 1 bulan setelah
berhenti menggunakan obat. Hal ini dikarenakan proses metabolisme dan eksresi obat
yang berlangsung cukup lambat yang mengakibatkan adanya zat aktif yang tersisa
dalam tubuh. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa penghentian obat antipsikosis
secara mendadak dapat menimbulkan fenomena ”cholinergic rebound”. Fenomena ini
dapat diatasi dengan pemberian obat golongan anti-kolinergik, seperti triheksifenidil
dan sulfas atropin.
18