laporan pusat kajian akuntabilitas keuangan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN
PUSAT KAJIAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
DALAM RANGKA PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
KE PEMERINTAH DAERAH KOTA SEMARANG
DAN DISKUSI TERBATAS DI UNIVERSITAS DIPONEGORO, JAWA TENGAH
8 – 10 FEBRUARI 2017
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Badan Keahlian DPR berdasarkan amanat UU MD3 No 42 Tahun 2014 dan Perpres No. 27
Tahun 2015 mempunyai tugas mendukung (supporting system) kelancaran pelaksanaan
wewenang dan tugas DPR di bidang legislasi, anggaran, dan pengawasan. Khususnya Pusat
Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN), bertugas memberikan dukungan kepada
Badan Keahlian DPR dalam melaksanakan fungsinya yaitu memberikan kajian atau analisis
kepada Alat Kelengkapan Dewan (AKD) terhadap hasil pemeriksaan BPK. Oleh karena itu,
hasil analisis dan kajian yang dilakukan oleh PKAKN selayaknya mendapatkan masukan dan
diuji secara akademis untuk menghasilkan rumusan yang komprehensif dan objektif.
Pada saat ini kajian yang kami lakukan adalah terkait dengan hasil pemeriksaan BPK
Semester I Tahun 2016 terhadap Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun
Anggaran 2015, dengan rumusan berupa kutipan dan telaahan. Selain itu tahun ini PKAKN
berencana untuk melakukan kajian yang berkaitan dengan tema ”Menuju Profesionalitas
dan Akuntabilitas Penganggaran Pemilu di Indonesia” dan kajian yang berkaitan dengan
tema ”Peningkatan Investasi yang Didukung Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
yang Sehat”.
B. TUJUAN
Berdasarkan uraian diatas, maka pengumpulan data dan informasi oleh Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara bertujuan untuk mendapatkan masukan berupa data dan
informasi melalui teknik observasi dan wawancara berstruktur yang dapat menguatkan
kualitas analisis dan kajian sebagai produk PKAKN.
2
C. TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Kota Semarang, Jawa Timur, dengan objek kunjungan ke
Sekretariat DPRD Kota Semarang, Sekretariat Daerah Kota Semarang, dan Universitas
Diponegoro. Pemilihan daerah tersebut berdasarkan pada keberhasilan pemerintah daerah
dalam melaksanakan dan mewujudkan good governance dan good government (PBB, 2016).
Pertemuan dan diskusi dilakukan dengan Sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah, Badan
Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT), Inspektorat, dan Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) Kota Semarang, serta Akademisi Universitas Diponegoro.
II. PETA PERMASALAHAN
A. DISKUSI TERBATAS DENGAN AKADEMISI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Diskusi yang dilakukan dengan pihak UNIVERSITAS DIPONEGORO terkait masukan dan
uji publik secara akademis terhadap produk yang dihasilkan oleh Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara (PKAKN) Badan Keahlian DPR RI. Hasil kajian yang dimaksud dapat
dipetakan sebagai berikut :
Kategori Aspek/Tema Sasaran
1. Kutipan dan Telaahan
terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK RI
Format dan substansi
Mengetahui bagaimana
pandangan, saran dan
pendapat akademisi terkait
format dan substansi
kutipan dan telaahan.
2. Kajian lain - lain “Kebocoran Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)”
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan kebocoran
anggaran dan penyebab
serta implikasinya terhadap
pengelolaan dan
pertanggungjawaban
keuangan negara
B. PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
Data dan informasi yang ingin diperoleh adalah berkaitan dengan mekanisme pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan daerah Kota Semarang, khususnya terkait dengan data
dan informasi yang akan dijadikan dasar untuk mencari hubungan positif antara kualitas
opini BPK yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan LKPD Kota Semarang dengan
3
perkembangan nilai investasi daerah baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, serta
terkait dengan mekanisme pengelolaan dana hibah KPUD Kota Semarang. Selain itu,
berkaitan juga dengan mekanisme dan tata cara penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK kepada DPRD dan pembahasan tindak lanjut temuan BPK. Hasil kajian yang
dimaksud dapat dipetakan sebagai berikut :
Kategori Aspek/Tema Sasaran
Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK Kota Semarang
Mekanisme dan Tata Cara
Penyerahan dan Pembahasan
Tindak Lanjut LHP BPK
Mengetahui mekanisme dan
tata cara penyerahan dan
pembahasan tindak lanjut
LHP BPK
Kajian tematik atas Hasil
Pemeriksaan BPK terkait
“Menuju Profesionalitas dan
Akuntabilitas Penganggaran
Pemilu di Indonesia”
Mengumpulkan data dan
informasi atas pengelolaan
dan pertanggungjawaban
keuangan daerah serta
mekanisme pengelolaan
dana hibah KPUD Kota
Semarang.
“Peningkatan Investasi yang
Didukung Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah yang Sehat”
III. NARASUMBER
Akademisi Universitas Diponegoro.
Sekretaris DPRD Kota Semarang
Sekretaris Daerah Kota Semarang;
Inspektorat Kota Semarang;
Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang;
Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT)
IV. PROFIL
A. Kota Semarang
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sekaligus kota metropolitan terbesar
kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota
paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir
mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Kota Semarang dipimpin oleh
wali kota Hendrar Prihadi, S.E, M.M dan wakil wali kota Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti
Rahayu.
4
Kecamatan
Kecamatan di Semarang, adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Banyumanik 9. Kecamatan Pedurungan
2. Kecamatan Candisari 10. Kecamatan Semarang Barat
3. Kecamatan Gajahmungkur 11. Kecamatan Semarang Selatan
4. Kecamatan Gayamsari 12. Kecamatan Semarang Tengah
5. Kecamatan Genuk 13. Kecamatan Semarang Timur
6. Kecamatan Gunungpati 14. Kecamatan Semarang Utara
7. Kecamatan Mijen 15. Kecamatan Tembalang
8. Kecamatan Ngaliyan 16. Kecamatan Tugu
Opini BPK atas Kota Semarang 2011 - 2015
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2011-2015), Pemda Kota Semarang dapat dikatakan
memiliki opini atas Laporan Keuangan yang cukup baik, yaitu :
No. Tahun Anggaran Opini BPK
1 2015 WDP
2 2014 WDP
3 2013 WTP-DPP
4 2012 WTP
5 2011 WDP
Keterangan
WTP : Wajar Tanpa Pengecualian
WTP –DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas
WDP : Wajar Dengan Pengecualian
Tren Investasi Kota Semarang
2013 2014 2015 2016
Proyek
Investasi
(US$
Ribu)
Proyek
Investasi
(US$
Ribu)
Proyek
Investasi
(US$
Ribu)
Proyek
Investasi
(US$
Ribu)
PMA Jawa
Tengah
Kota
Semarang
44 34.819 62 71.984 159 313.571 200 84.546
PMDN 35 977.498 13 422.955 56 211.129 49 112.218
5
B. KOMISI PEMILIHAN UMUM KPU SEMARANG
Sejarah KPU
Satu tahun setelah penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) tahun 1999, pemerintah
bersama DPR mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 3 Tahun
1999 tentang Pemilu. Pokok isi dari UU No. 4/2000 adalah adanya perubahan penting, yaitu
bahwa penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2004 dilaksanakan oleh sebuah Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang independen dan nonpartisan. Independen dan nonpartisan
inilah label baru yang disandang oleh KPU saat ini. KPU baru ini terdiri atas para anggota
yang dipilih dari orang-orang yang independen dan nonpartisan.
Pembentukan KPU yang demikian tidak bisa dilepaskan dengan aktivitas KPU masa lalu,
yaitu pada pemilu 1999. Pada saat itu KPU beranggotakan para fungsionaris partai peserta
Pemilu. Dalam perjalanan KPU saat itu, publik melihat secara jelas bagaimana sangat kuatnya
unsur kepentingan (interest) mewarnai setiap kegiatan KPU, sehingga sangat sering dalam
pembahasan keputusan-keputusan KPU harus menghadapi situasi deadlock. Kenyataan ini
tentu tidaklah menggembirakan, khususnya dilihat dari sudut pengembangan citra dan
perkembangan KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu. Atas dasar pemikiran bahwa
KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu seharusnya bebas dari tekanan kepentingan-
kepentingan, serta kuatnya tuntutan dari banyak pihak bahwa lembaga penyelenggara Pemilu
harus bersih dari intervensi partai politik dan pemerintah, maka DPR bersama pemerintah
mengeluarkan UU No.4 tahun 2000 yang secara tegas menyatakan bahwa anggota KPU terdiri
dari orang-orang independen dan non partisan.
Komisioner KPU Semarang adalah:
Susunan Komisioner KPU Semarang adalah sebagai berikut:
1. Henry Wahyono, S.Pd
2. Dra. Sri Prihatiningtyas, M.PD
3. Drs. Abdoe Khaliq
4. Kharis Hidayat, S.Ag
5. Agus Suprihanto, SH., M.Si
6
Susunan Sekretariat KPU Kota Semarang adalah sebagai berikut:
1. Moh. Imron, SH, MH – Sekretaris KPU
2. Tobirin, SPd – Ka.Sub.Bag.Umum
3. Heru Supriyanto, SH. – Ka.Sub.Bag.Hukum
4. Triyono, SH. – Ka.Sub.Bag.Teknis Pemilu dan Hupmas
5. Drs. Sugiarto – Ka.Sub.Bag Program dan Data
Pemilihan Walikota (Pilwakot) Langsung Kota Semarang pertama kali dilaksanakan pada
tahun 2005 dan Walikota terpilih saat itu adalah Sukawi Sutarip.
Pilwakot terakhir diadakan pada tahun 2015 dan memenangkan Hendrar Prihadi, S.E, M.M
dan wakil wali kota Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu. Selanjutnya Pilwakot Semarang
akan dilaksanakan pada tahun 2020.
Pemerintah Kota Semarang, menyiapkan anggaran untuk pemilihan Walikota yang digelar
tahun 2015 sebesar Rp41.000.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp23.859.499.449,- (Sesuai
IHPS Pemkot. Semarang Tahun Anggaran 2015). Anggaran diserahkan ke KPU sebagai dana
hibah untuk membiayai semua keperluan hajatan pemilihan pemimpin di daerah itu.
V. HASIL DISKUSI PENGUMPULAN DATA
A. AKADEMISI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Diskusi terbatas terkait uji publik terhadap produk Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara (PKAKN) BKD RI dilaksanakan pada hari Jumat pukul 14.00 Wib di ruang rapat
Fakultas Fisip Universitas Diponegoro. Diskusi berlangsung interaktif dan komunikatif
dengan beberapa catatan masukan yang disampaikan oleh 3 (tiga) narasumber antara lain :
Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin (Dosen dan Ketua Program S2 MIP FISIP UNDIP)
Dr. Darsono, MBA, CA, CPA, Akt (Dosen Akuntansi Universitas Diponegoro);
Shiddiq Nur Rahardjo, SE, Msi, CA, Ak (Dosen Akuntansi Universitas Diponegoro).
Adapun masukan dan saran yang diberikan oleh para narasumber sebagai berikut :
Dr. Darsono, MBA, CA, CPA, Akt
Untuk opini selain disclaimer, bahasa BPK adalah “...BPK telah melakukan pemeriksaan...”
Namun, untuk opini discalimer bahasa BPK adalah “...BPK telah melakukan tugas/perikatan.
Opini harus dilihat dari manajemen lettermya.
7
Secara umum, apa yang disajikan oleh BPK sudah menggambarkan kondisi dan jenis laporan
karena yang disajikan adalah kutipan dari laporan yang dilakukan oleh BPK atas kementerian,
namun kesan yang timbul dari “Kutipan dan Kajian” adalah mencuplik yang tidak
memberikan nuansa keseluruhan. Sedangkan DPR seharusnya mendapatkan semua jenis
laporan hasil pemeriksaan (bukan hanya ringkasan/kutipan dan kajian) agar dapat melakukan
pemantauan dan langkah-langkah pengawasan.
Usulan bapak Darsono terkait produk yang dihasilkan oleh Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara, antara lain :
1. Menghubungkan management letter/ LHP BPK dengan opini. Sebaiknya memberikan
perhatian yang lebih terhadap opini yang terbawah, misalnya kementerian/lembaga yang
mendapatkan opini terendah/disclaimer diletakkan di bagian paling depan supaya lebih
eye cathcing.
2. Yang perlu dicermati adalah kalau-kalau ada fraud di dalam kutipan, terutama yang
kaitannya dengan yang mendapatkan opini WDP. Jika terdapat ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, maka dimungkinkan terjadi fraud. Pengecualiannya harus
dikejar karena itu bisa menjadi bahan kalau memang itu sebagai perbaikan, maka dapat
dijadikan bahan perbaikan, atau dapat dijadikan juga sebagai bahan pengawasan. Kalimat
yang menarik adalah “sistem pengendalian internalnya kurang baik”, karena tujuan
pengendalian internal itu antara lain : (1) mengamankan aset; (2) validitas laporan; (3)
untuk efisiensi dan efektivitas; dan (4) untuk ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Jika sistem pengendalian internalnya kurang baik, artinya ada yang dilanggar
dari keempat tersebut di atas.
3. Mungkin perlu dicarikan istilah lain yang lebih memudahkan dan menggambarkan kondisi
yang ada, misalnya:
a. Daftar temuan fakta (fact finding) dan rekomendasi perbaikan, atau
b. Hasil kajian atas pengelolaan dan pertanggungjawaban pada lembaga/kementerian,
karena yang dibidik sebenarnya adalah bukan laporannya melainkan pengelolaan dan
pertanggungjawabannya. Dipisahkan antara hal-hal yang terkait pengelolaan dengan
yang terkait pertanggungjawaban. Pengelolaan adalah proses, tetapi kalau
pertanggungjawaban adalah laporan/opini.
8
Selain itu Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DPR RI perlu melakukan break down
berupa langkah-langkah dari laporan-laporan BPK sehingga mudah dipahami oleh Anggota
Dewan dalam menjalankan tugas pengawasan.
Mengenai materialitas. Patokan materialitas berdasarkan bahasa audit adalah ada atau tidak
ada orang berbeda posisi (kualitatif). Sedangkan kuantitatifnya adalah kalau itu ada dan belum
terserap, secara pertanggungjawaban dan keuangan negara tidak masalah karena belum
dipakai, tetapi dari sisi kinerja bermasalah karena itu menjadi tidak digunakan, padahal
mungkin itu diperlukan atau waktu merencanakan tidak baik. Material itu adalah kalau dilihat
dari keseluruhan mata anggaran, auditor paling berani melanggar materialitas itu sebesar 3%.
Shiddiq Nur Rahardjo, SE, Msi, CA, Ak
Beberapa masukan yang disampaikan oleh bapak Shiddiq terkait dengan produk Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara, antara lain :
1. Konten pada gambaran umum cenderungmenggambarkan informasi mengenai ringkasan
laporan keuangan
2. Penyajian kutipan temuan BPK dan rekomendasi BPK suah cukup memenuhi kaidah
penulisan.
3. Hasil telaahan secara umum sudah dinyatakan secara cukup
4. Format penyajian LHP atas Laporan Keuangan sebaiknya diseragamkan dan dibakukan;
tidak sebatas pada opini, ringkasan LRA, neraca dan LO; dan sebaiknya dilakukan analisis
atas LHP seperti analisis selisih, proporsi, rasio, dan analisis pertumbuhan. Analisis
proposi ini bertujuan untuk melihat seberapa besar proporsi Laporan Keuangan terhadap
komponen-komponen yang ada di dalamnya. Selain itu, perlu juga ditambahkan analisis
statistik agar memudahkan penyampaian informasi.
Sedangkan terkait dengan pandangan atas kebocoran anggaran, beliau menjelaskan bahwa
penyebab kebocoran anggaran meliputi :
Transparansi dan akuntabilitas lemah
Kelemahan dalam perencanaan
Hilangnya potensi penerimaan negara
Tumpang tindih anggaran
9
Kurangnya pengawasan
Penggunaan sistem elektronik yang belum optimal
SPI dan pemetaan risiko yang belum optimal
Faktor perilaku individu, kultur, dan penegakan hukum
Adapun alternatif solusi yang ditawarkan bapak Shiddiq antara lain :
Komitmen transparansi dan akuntabilitas
Memperbaiki kualitas perencanaan
Menekan potensi kehilangan penerimaan negara
Menghindari tumpang tindih anggaran
Optimalisasi pengawasan internal auditor
Optimalisasi penggunaan sistem elektronik (e-budgeting, e-procurement, e-catalog, e-
government, transaksi non tunai, dan e-audit)
Perbaikan SPI dan memetakan risiko
Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin
Menurut bapak Teguh Yuwono ada dua cara atau strategi pokok dalam mencegah kebocoran
anggaran, yaitu :
1. Pendekatan penguatan software (bangunlah jiwanya), seperti : pengutan karakter,
motivasi, kredibilitas, dan niat baik.
2. Pendekatan penguatan hardware (bangunlah badannya), yaitu dengan menutup atau
memperkecil kesempatan abuse, seperti modernisasi penganggaran dan pelaksanaannya,
dan teknologi dalam penganggaran dan pelaksanaannya misalnya melalui e-budgeting, e-
money, dan sejenisnya.
Selanjutnya, beliau menegaskan bahwa dibalik semua kemajuan, modernisasi dan teknologi
yang terpenting adalah manusia, tetap yang terpenting adalah jiwa atau karakternya (man
behind the gun).
10
B. PEMERINTAH KOTA SEMARANG
Kunjungan ke Pemerintah Kota Semarang adalah dalam rangka pengumpulan data dan
informasi melalui observasi dan wawancara terkait dengan kajian yang bertemakan ”Menuju
Profesionalitas dan Akuntabilitas Penganggaran Pemilu di Indonesia” dan kajian yang
berkaitan dengan tema ”Peningkatan Investasi yang Didukung Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah yang Sehat”. Adapun data dan informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
SEKRETARIS DPRD
Pertemuan dilakukan di Ruang Rapat Sekretariat DPRD Kota Semarang pada hari Kamis,
pukul 15.00 Wib. Sekretariat DPRD diwakili oleh Bapak Hernowo BL (Bagian Humas),
Bapak Iwan (Bagian Keuangan), dan Bapak Joko (Kabag. Persidangan).
Tujuan Pertemuan
Ingin mengetahui proses pemberian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan
Keuangan Pemerinah Daerah (LKPD) Kota Semarang kepada DPRD Kota Semarang. Apakah
LHP BPK atas LKPD Kota Semarang disampaikan kepada Badan Kelengkapan Dewan
dan/atau Komisi-komisi dan apakah temuan LHP BPK ditindaklanjuti oleh Anggota Dewan.
Hasil pertemuan ini akan dijadikan bahan analisis Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara dalam rangka memberikan masukan kepada Alat Kelengkapan DPR RI.
Hasil Diskusi
Pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Semarang
tahun sebelumnya dilakukan pada bulan Maret, setelah LKPD Kota Semarang diserahkan
kepada BPK. Namun biasanya sebelum melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan,
BPK melaksanakan pemeriksaan pendahuluan, dan meminta ijin kepada Pemda Kota
Semarang dengan mengundang juga Ketua DPRD.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK diserahkan kepada Kepala Daerah dan Ketua DPRD.
Untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh DPRD sebagai salah satu pelaksanaan peran DPRD di
bidang pengawasan. Penyerahan LHP BPK Kota Semarang dilakukan di Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, yang diwakili oleh Kepala Daerah dan Ketua DPRD Kota
Semarang.
11
Kota Semarang merupakan daerah yang pertama menerapkan akuntasi berbasis akrual dan
yang pertama mendapatkan opini WTP dengan basis akrual tersebut. Namun akibat adanya
kasus penggelapan dana sebesar 22,3 miliar, opini Kota Semarang turun menjadi WDP.
Namun secara keseluruhan, pengadministrasian keuangan Kota Semarang sudah baik.
Tindak lanjut yang dilakukan oleh DPRD Kota Semarang dijalankan dengan melakukan
pembahasan hasil pemeriksaan BPK oleh Badan Anggaran (Banggar). Banggar ini bisa
merekomendasikan untuk membentuk Panitia Kerja (Panja) untuk mendalami LHP BPK, yang
tentunya akan ada rekomendasi dari DPRD. Penyampaian rekomendasi DPRD ini dilakukan
melalui forum paripurna. Baik rekomendasi dari DPRD maupun dari BPK akan di cek untuk
mengetahui sudah sejauhmana perkembangan tindak lanjutnya.
Pada saat pembahasan tindak lanjut oleh Panja, SKPD-SKPD hadir untuk memaparkan
temuan dan tindak lanjutnya yang memiliki temuan. Hasil dari pembahasan tindak lanjut LHP
BPK antara Panja dan SKPD berupa rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah
Kota Semarang dhi. Walikota Semarang.
DPRD selalu mendorong Pemkot Semarang untuk segera menindaklanjuti hasil rekomendasi
oleh DPRD yang telah di bahas di dalam Panja. Seperti misalnya pada saat ini sudah dibentuk
Panja Aset yang bertugas membahas hasil rekomendasi BPK atas pengecualian dalam opini
yang diperoleh Kota Semarang.
Jika ada temuan atau rekomendasi BPK yang belum jelas, maka DPRD berkonsultasi dengan
BPK untuk meminta penjelasan BPK. Konsultasi ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya,
dengan sebelumnya DPRD menginventarisir poin-poin yang memerlukan penjelasan lebih
lanjut dari BPK.
Sudah ada MoU antara BPK dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. MoU tersebut
ditandatanganin seluruh pemerintah daerah yang ada di Jawa Tengan secara bersamaan di
kantor Gubernur. MoU ini berisi semua hal, seperti penyerahan LHP BPK, tindak lanjut
temuan BPK, konsultasi, dan lain sebagainya.
Menurut Sekretariat DPRD ada perubahan paragdima mengenai aset. Pemerintah pusat
memandang aset harus diamankan, namun pemerintah daerah mempunyai keinginan aset itu
dioptimalkan, karena persoalan kerja sama dan pengelolaan aset itu sangat rigid.
12
Terkait dengan investasi, menurut Sekretariat DPRD tidak ada kaitan antara opini BPK atas
LKPD Kota Semarang dengan investasi yang ada di Kota Semarang. Investor lebih melihat
investasi Kota Semarang dari sisi upah buruh, perijinan, infrastruktur yang memadai, dan lain-
lain.
SEKRETARIAT DAERAH
Pertemuan dengan Sekretariat Daerah dan jajarannya dilakukan di kantor Sekretariat Daerah
Kota Semarang pada hari Jumat, pukul 10.00 Wib. Sekretariat Daerah diwakili oleh Bapak
Sapto Adi S. (Mewakili Sekretaris Daerah), Bapak Hendri dan Bapak Moh. Imron (KPU), M.
Zaenudin (Inspektorat Kota Semarang), dan Ibu Erina (BPPT).
SEKRETARIS DAERAH
Secara opini, memang Kota Semarang memperoleh opini WDP. Meski demikian, Kota
Semarang merupakan salah satu penyelenggara pemerintah kota terbaik. Jadi penilaian opini
tidak sejalan dengan penilaian yang lain.
Pemerintah Kota Semarang belum menemukan hubungan positif antara kualitas opini BPK
dengan peningkatan nilai investasi di Kota Semarang. Hal ini dikarenakan jika dilihat dari
opini WDP oleh diperoleh oleh Pemkot Semarang selama 2 (dua) tahun berturut-turut, nilai
investasi yang masuk ke Kota Semarang meningkat, terutama dari PMA. Selain itu,
Pemerintah Kota Semarang meyakini bahwa opini BPK tidak selalu merupakan representasi
kinerja dan tata kelola sebuah pemerintahan.
INSPEKTORAT
Terkait dengan opini atas LKPD Kota Semarang yang WDP, terjadi di luar kemampuan
pemda Kota Semarang. Pada tahun 2013, Pemkot Semarang ditipu oleh pihak luar akibat kerja
sama yang dilakukan antar Pemkot Semarang dengan Bank BTN. Dalam perjanjian tersebut
Pemkot Semarang akan menampung anggarannya pada Bank BTN. Namun, dalam
perjalanannya dana Pemkot tidak masuk ke Bank BTN, sementara dalam laporan keuangan
Pemkot Semarang dana tercatat. Dana Pemkot Semarang yang digelapkan sebesar 22,3 miliar.
Untuk kasus ini sudah dipidanakan. Kemudian tahun 2015, WDP terjadi juga diluar dugaan
pemda Kota Semarang. Hal ini disebabkan akibat penyertaan modal tanah seluas 53 hektar
pada bidang golf. Pada pembukuan pemda dimasukan sebagai penyertaan modal, sementara
13
pihak penyelenggara pembangunan lapangan golf tidak memasukan sebagai penyertaan
modal.
Untuk penanganan tindak lanjut, saat ini inspektorat fokus pada penanganan terhadap
penyebab opini WDP. Inspektorat fokus pada perubahan pencatatan akuntansi bagaimana nilai
sebesar 22,3 miliar menjadi hanya 500 juta sesuai yang terdapat pada rekening di Bank BTN,
serta fokus juga pada kasus penyertaan modal, karena setelah ditelusuri tanah yang dijadikan
penyertaan modal hanya seluas 47 hektar, sisanya 6 hektar sudah dibayarkan oleh pihak
penyelenggara pembangunan lapangan golf.
Selanjutnya terkait dengan e-budgeting, Kota Semarang sudah mengaplikasikan e-budgeting.
Mulai dari perencanaan, Pemda Kota Semarang sudah memiliki aplikasi Simperda, kemudian
ada Simkuda setelah proses pembahasan Dewan, dan juga di perencanaan. Penggunaan e-
budgeting sangat bermanfaat dalam efektivitas dan efisiensi penganggaran.
BADAN PELAYANAN DAN PERIZINAN TERPADU (BPPT)
Pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah berpengaruh terhadap perkembangan iklim
investasi di Kota Semarang. Investasi Kota Semarang mencapai 3,4 triiun. Selain itu juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi di tahun 2016, yaitu sebesar 10%, serta pada
penyerapan tenaga kerja dan penanaman modal yang mengalami peningkatan.
Faktor-faktor yang menarik investor baik investor dalam negeri maupun investor luar negeri
untuk berinvestasi di Kota Semarang antara lain :
o Kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif;
o Infrastruktur yang memadai;
o Kemudahan dan kejelasan Perizinan;
o Tingkat upah minimum regional yang rendah
Jumlah PMA di Kota Semarang lebih banyak dikarenakan investor asing lebih mematuhi
aturan perundang-undangan yang ada di Kota Semarang, yang membuat lebih disukai
daripada investor dalam negerinya sendiri. Investordalam negeri cenderung tidak mengikuti
Perda yang berlaku sehingga Pemda tidak mengeluarkan ijin.
14
Jumlah investasi dalam negeri di sektor primer masih didominasi sektor tanaman pangan dan
perkebunan, sektor sekunder yaitu industri makanan, dan di sektor tersier yaitu sektor
konstruksi. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk masih didominasi sektor
perdagangan besar dan industri kayu.
BPPT berpendapat bahwa tidak ada pengaruh antara investasi dengan opini atas LKPD Kota
Semarang.
KPUD KOTA SEMARANG
Sesuai dengan UU No. 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU
No. 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi menjadi UU
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 8 tahun 2016 KPUD Kota Semarang dan
Pemerintah Kota Semarang saling mendukung dan bekerjasama dalam mempersiapkan sebaik
mungkin setiap tahapan Pilkada Serentak di Indonesia.
Mekanisme pendanaan Pilkada serentak dilakukan dengan pengajuan proposal Rencana
Anggaran Biaya (RAB) pembiyaan penyelenggaraan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Semarang tahun 2015 oleh KPU Kota Semarang ke Pemerintah Kota Semarang dengan
berpedoman pada Permendagri No. 44 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Dana Kegiatan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil
Walikota, sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 51 Tahun 2015.
Pemerintah Kota Semarang dalam mempersiapkan pendanaan Pilkada sudah menggarkan
melalui dana cadangan pada APBD beberapa tahun sebelum pelaksanaan Pilkada. KPUD
Kota Semarang melaksanakan Pengelolaan Dana Hibah Pilkada berkoordinasi dengan
Pemerintah Kota dan berpedoman pada Juknis dari KPU RI. Pendanaan Pilkada Serentak
tahun 2015 (Pemilihan Walikota Semarang 2015-2020) dengan mekanisme belanja Dana
Hibah Pemerintah Kota Semarang dengan rincian sebagai berikut:
o Pemkot Semarang telah menganggarkan belanja Dana Hibah Pilkada melalui NPHD
Nomor: 978/154/2015 ditahun 2015 sebesar Rp 33.182.684.650,-
o Realisasi anggaran pada APBD tahun 2015 belanja Dana Hibah menjadi Rp
24.245.105.051,-
15
o Kemudian dari realisasi Anggaran belanja Dana Hibah tersebut di serahkan ke KPU
melalui perjanjian Nota Perjanjian Dana Hibah (NPHD) Nomor: 978/3/2015 setelah
diregister dimasukkan ke dalam APBN melalui revisi dan pengesahan DIPA KPU Kota
Semarang melalui Kementerian Keuangan Dirjen Perbendaharaan Keuangan Negara.
o Berdasarkan NPHD yang telah disepakan menjadi dasar Anggran Pilkada Kota Semarang
terdapat sisa anggaran yang sudah disetor kembali ke Kas Daerah.
Kendala yang dihadapi antara lain timbulnya ketidaksepahaman dalam penandatanganan
NPHD oleh Ketua KPU Kota bukan sebagai Pengguna Anggaran serta permintaan laporan
pertanggungjawaban oleh Pemerintah Kota kepada KPU Kabupaten/Kota.
KPUD mengusulkan agar dana Hibah penyelenggaraan pemilu dianggarkan dalam APBN saja
karena penatausahaannya memang dilakukan oleh KPU Pusat, tetapi dengan
mempertimbangkan index satuan belanja di masing-masing daerah di Indonesia. Selain itu
KPU Kota Semarang juga mengusulkan agar keanggotaan KPU bersifat Nasional, Tetap,
Mandiri di semua tingkatan; dan APK (alat peraga kampanye) sebaiknya dikembalikan ke
Partai Politik dan Pasangan Calon saja, mengingat peran Parpol sebagai followership
organization.
VI. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja ini dibuat, dengan hasil bahwa kegiatan ini telah mencapai
tujuan dan sasaran untuk dapat meningkatkan kinerja Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara untuk menjadi pusat kajian yang profesional, independen dan akuntabel. Begitu juga
diharapkan hasil kajian dari PKAKN akan mengalami peningkatan kualitas di masa datang.
16
Lampiran
Daftar Pertanyaan
Pertanyaanuntuk KPU Daerah Kota Semarang
1. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dimulainya Pilkada Serentak di Indonesia,
bagaimana KPU Banyuwangi menyikapi dan mensukseskan pelaksanaanya?
2. Bagaimanakah mekanisme pendanaan dan pelaporan Pilkada Serentak pada beberapa waktu
yang lalu?
3. Kendala apa sajakah yang muncul dalam mekanisme pengelolaan pendanaan Pilkada
Serentak?
4. Bagaimana bentuk koordinasi antara KPU, dengan Pemerintah Daerah dan KPU Pusat
dalam mekanisme pengelolaan dan pelaporan pendanaan Pilkada Serentak?
5. Terkait dengan temuan BPK, kira-kira apa yang menjadi kesulitan dan perlu mendapatkan
perbaikan sistem dan mekanisme dalam akuntabilitas pendanaan?
Pertanyaan untuk Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerha Kota Semarang
1. Bagaimana mekanisme dan tahapan dalam pengalokasian anggaran khususnya dana bantuan
khusus untuk KPU?
2. Penggunaan dana hibah di Tahun Anggaran Berjalan dapat untuk membiayai tahapan
pemilukada awal tahun selanjutnya, bagaimana pencatatan akuntansinya?
3. Dalam sistem pendanaan pelaksanaan Pemilukada, pengalokasian dana tersebut dicatat
sebagai penerimaan belanja hibah atau hanya sebagai dan bantuan pelaksanaan pemilukada?
Mengingat masih adanya perbedaan pendapat mengenai penggunaan dana hibah antara
Kemenkeu dengan Kemendagri.
4. Media apa yang dapat diakses oleh calon investor untuk dapat melihat hasil pengelolaan
keuangan dan kinerja pemerintah?
17
Pertanyaan untuk Inspektorat Kota Semarang
1. Jika dilihat dalam kurun lima tahun (2011-2015), pemda kab. Banyuwangi dapat dikatakan
memiliki opini LK yang cukup baik (WDP WTPWTPWTP-DPPWTP). Langkah
apa saja yang dilakukan sehingga mencapai hasil tersebut?
2. Bagaimanakah PemKab Banyuwangi menyikapi temuan BPK yang jenisnya sama dan
berulang-ulang.
3. Adakah pendekatan lain dalam pelaksanaan good governence selain usaha pencapaian opini
BPK yang baik untuk mendapatkan kepercayaan publik?
4. Berkaitan dengan Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, apa saja kegiatan
yang dilakukan untuk melaksanakan program tersebut? Berapa lama sudah program tersebut
dilaksanakan? Bagaimana tingkat keberhasilannya terhadap taraf hidup masyarakat Kab.
Banyuwangi?
5. Hubungannya antara opini BPK dan perkembangan nilai investasi, adakah kualitas opini
menjadi faktor yang dipertimbangkan investor dalam menentukan keputusan investasinya?
Pertanyaan untuk BPPT Kota Semarang
1. Bagaimana perkembangan investasi yang masuk ke Kab. Banyuwangi selama lima tahun
terakhir (2012 sd 2106)?
2. Sektor apa yang terbesar dan berasal dari dalam atau luar negeri?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menarik dan menghambat calon investor ke Kab.
Banyuwangi?
4. Adakah pengaruh pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintahan dengan perkembangan
iklim investasi di Kab. Banyuwangi?
Pertanyaan untuk Akademisi Universitas Diponegoro
1. Berkaitan dengan tupoksi PKAKN, model informasi dan data apa yang sebaiknya diberikan
kepada Alat Kelengkapan DPR RI?
18
2. Bagaimana pandangan anda tentang tema kajian yang akan dilakukan PKAKN mengenai
“Mekanisme Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Hibah pada KPU/KPUD” dan
“Pengaruh Kualitas Opini BPK terhadap Perkembangan Nilai Investasi di Daerah”?
3. Isu-isu apa saja yang dapat dikaji lebih lanjut berkaitan dengan Akuntabilitas Keuangan
Negara?