laporan refleksi kasus komuda blok 18.doc

5
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA Nama dan No Mahasiswa : Ewo jatmiko 20100310006 Tempat Komuda : RSUD Panembahan Senopati Bantul 1. Pengalaman Seorang pasien wanita 33 tahun G2P1A0 datang ke UGD dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu, kenceng-kenceng semakin sering dengan frekuensi 5 menit 1 kali, pada anamnesis ditemukan usia kehamilan saat ini 38 minggu 5 hari HPMT = 30 - 8 - 2012 dan HPL = 06 - 06 - 2013 riwayat KB (+), riwayat alergi (-), riwayat jantung (-), asma (-), hipertensi (-), DM (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tinggi Badan (TB) = 151 cm, Berat Badan (BB) = 66 kg, Tekanan Darah (TD) = 180/110 mmHg, respirasi 20 kali permenit, nadi 84 kali permenit, suhu 36,4 ˚C, lendir darah (-), rembes-rembes (-). Petugas medis melakukan cek pembukaan tiap jam, melakukan pengawasan terhadap keadaan umum dan vital sign, perhitungan DJJ dan HIS, petugas medis mendiagnosis sekundigravida hamil aterm belum dalam persalinan, dan suspek Gestasional Hipertension (GH) serta memberikan terapi MgSo4 4gram, dan Nifedipin 3x10 mg. 2. Masalah yang dikaji Mengapa hanya suspek Gestasional Hipertension (GH)? Mengapa petugas medis memberikan Nifedipine?Kenapa pasien

Upload: ewo-jatmiko

Post on 18-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA

Nama dan No Mahasiswa : Ewo jatmiko 20100310006

Tempat Komuda : RSUD Panembahan Senopati

Bantul 1. Pengalaman

Seorang pasien wanita 33 tahun G2P1A0 datang ke UGD dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu, kenceng-kenceng semakin sering dengan frekuensi 5 menit 1 kali, pada anamnesis ditemukan usia kehamilan saat ini 38 minggu 5 hari HPMT = 30 - 8 - 2012 dan HPL = 06 - 06 - 2013 riwayat KB (+), riwayat alergi (-), riwayat jantung (-), asma (-), hipertensi (-), DM (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tinggi Badan (TB) = 151 cm, Berat Badan (BB) = 66 kg, Tekanan Darah (TD) = 180/110 mmHg, respirasi 20 kali permenit, nadi 84 kali permenit, suhu 36,4 C, lendir darah (-), rembes-rembes (-). Petugas medis melakukan cek pembukaan tiap jam, melakukan pengawasan terhadap keadaan umum dan vital sign, perhitungan DJJ dan HIS, petugas medis mendiagnosis sekundigravida hamil aterm belum dalam persalinan, dan suspek Gestasional Hipertension (GH) serta memberikan terapi MgSo4 4gram, dan Nifedipin 3x10 mg.2. Masalah yang dikaji

Mengapa hanya suspek Gestasional Hipertension (GH)?Mengapa petugas medis memberikan Nifedipine?Kenapa pasien tidak kejang tapi diberikan MgSo4? Mengapa pada anamnesis ditanyakan riwayat hipertensi?3. Analisa kritis

Diagnosis Gestasional Hipertension (GH) ditegakkan pada perempuan yang memiliki Tekanan Darah (TD) 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan , tetapi tidak mengalami proteinuria, proteinuria merupakan penanda objektif yang menunjukkan terjadinya kebocoran endotel yang luas dan merupakan suatu ciri khas sindrom preeklamsia. Pada Gestasional Hipertension (GH) Tekanan Darah (TD) kembali normal sebelum 12 minggu pascapartum, dan diagnosis akhir hanya dapat dibuat dan ditegakkan pascapartum, itulah sebabnya petugas medis hanya mendiagnosis pasien ini suspek Gestasional Hipertension (GH). Pasien ini tekanan darahnya 180/110 mmHg dan itu masuk dalam kategori hipertensi berat dan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan serebrovaskuler, ensefalopati hipertensif, dan dapat memicu kejang eklamtik pada perempuan dengan preeklamsia. Menurut National High Blood Pressure Education Program Working Group (2000) secara khusus merekomendasikan bahwa tata laksana hipertensi berat mencakup penurunan kadar tekanan darah sistolik hingga 160 mmHg. Nifedipine merupakan obat hipertensi berat dengan cara kerja menyekat kanal kalsium, obat ini sangat populer karena efektivitasnya dalam mengendalikan hipertensi berat dalam kehamilan oleh sebab inilah mengapa petugas medis memberikan obat nifedipine.MgSo4 atau magnesium sulfat yang diberikan parenteral merupakan obat anti konvulsan yang efektif dan tidak menimbulkan penekanan pada sistem saraf pusat pada ibu maupun janin. Obat ini biasanya diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau secara intramuskular melalui injeksi berkala. Pada tekanan darah yang tinggi itu akan sangat membahayakan jiwa ibu dan janin dan keadaan ini jangan diabaikan, walaupun belum ada proteinuria tapi jika tekanan darah tinggi maka akan sangat berbahaya, menurut Chesley (1985) sebanyak 10% kejang eklamsia terjadi sebelum ditemukannya proteinuria dan untuk mencegah kejang yang terjadi maka petugas medis memberikan MgSo4 kepada pasien.Pada saat anamnesis ditanyakan riwayat hipertensi oleh petugas medis untuk memastikan apakah pasien ini apakah suspek Gestasional Hipertension (GH) atau Hipertension Kronis (HK). Gestational Hipertension (GH) jika tekanan darah sistolik 140 atau tekanan darah diastolik 90 mmHg dan ditemukan pertama kali sewaktu hamil, tidak ada proteinuria, dan tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu pascapartum. Hipertension Kronis (HK) jika tekanan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu dan bisa juga hipertensi pertama kali didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pascapartum.

4. Dokumentasi

Pemeriksaan fisik Keadaan umum : compos mentis.

Palpasi

Janin tunggal, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, DJJ (+), HIS (+).

Pemeriksaan dalam

V/U licin, mukosa dinding vagina licin, portio lunak,tebal, pembukaan 1 cm, STLD (-), air ketuban (-).

Pada tanggal 30 mei 2013 jam 09.40 lahir spontan pervaginam, bayi berjenis kelamin wanita. Air ketuban J, anus (+), mekonium (+). APGAR score menit ke-1 adalah 7, menit ke-5 adalah 9. BB bayi 2900 gram, Panjang Badan (PB) 47 cm, Lingkar Kepala (LK) 33 cm, Lingkar Dada (LD) 31 cm. Tekanan Darah (TD) ibu pascapartum 140/90 mmHg.5. Refrensi

aru w.sudoyo, b. s. (2010). buku ajar ilmu penyakit dalam. jakarta pusat: internapublishing.

f.ganong, w. (2003). fisiologi kedokteran. jakarta: EGC.

valerie c.scanlon, t. s. (2007). buku ajar anatomi dan fisiologi. jakarta pusat: penerbit buku kedokteran EGC.Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., & Spong, C. Y. (2013). Williams Obstetrics. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dosen Pembimbing Refleksi Kasus dr. Varindira Vesti