laporan resmi ilmu lingkungan kebisingan
DESCRIPTION
Laporan Resmi Ilmu Lingkungan Kebisingan Program Studi konsentrasi Geofisika Universitas MulawarmanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.1
Kebisingan bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara
keras yang tidak menyenagkan atau tidak terduga. Kebisingan berasal dari
kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan aktifitas industri.
Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota – kota besar tetapi kota kecil
dan desa yang lokasinya di dekat tempat industri juga ikut terpengaruh. Masalah
ini semakin lama menjadi semakin besar akan tetapi masalah ini kurang mendapat
perhatian bahakan di negara maju sekalipun. Meskipun polusi bisa menjadi
pemtbunuh bagi manusia akan tetapi usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah ini sangatlah sedikit. Kebisingan bisa mempengaruhi kesehatan manusia
seperti menyebabkan hipertensi, menggagu tidur dan bisa menghambat
kemampuan kognitif pada anak – anak. Bahkan yang paling parah bisa
menyebabkan ganguan pada memori atau gangguan kejiwaaan. Masalah ini
suadah tersebar hampir di seluruh dunia salah satu contoh Indonesia. Di Indonesia
masalah ini sudah menyebar luas. Beberapa studi melaporkan tingkat kebisingan
di ibukota provinsi seperti Samarinda sudah melebihi batas standar yang
mengakibatkan para penduduk menjadi tuli dan dapat menyebabkan hipertensi.
Untuk itu pada percobaan ini dilakukan studi tentang kebisingan untuk
mengetahui tingkat kebisingan yang ada di ruang kota terutama lalulintas yang
merupakan tempat asal dari semua kebisingan karena semua suara kendaraan dan
alat-alat menjadi satu kesatuan. Dan jalur lalu lintas yang akan di teliti adalah
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran
2
simpang empat Jalan Ahmad Yani, Jalan Belibis, Jalan Gatot Subroto dan Jalan
Pembangunan dikarenakan merupakan salah satu jantung kota Samarinda.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara mengukur tingkat kebisingan suatu lokasi
2. Mengetahui tingkat kebisingan di suatu lokasi
3. Mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat kebisingan.
1.3. Manfaat Percobaan
1. Dapat mengetahui cara mengukur tingkat kebisingan suatu lokasi
2. Dapat mengetahui tingkat kebisingan di suatu lokasi
3. Dapat mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat
kebisingan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian Kebisingan
Kebisingan sering disebut sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan juga dapat
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, menggangu atau bunyi yang
menjengkelkan. Kebisingan dapat bersumber dari; bengkel, laboratorium,
kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, lalu lintas, tempat
umum, dan lain-lain. 2
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Bising yang kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan
tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
· Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas.
bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5
detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
· Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi
hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)
misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
2. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu
bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada
periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang,
kereta api
3. Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40
dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya
seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.
2 http://gudangjasa-tarmiis.blogspot.com/2011/05/pengertian-kebisingan.html
4
4. Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-
ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi
atas :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras,
misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara
tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang
Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi
pendengaran.
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik)
dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz.
Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas
20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang
frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya
frekuensi sekitar 1.000 Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan
melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.
3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber
suara pada arah tertentu.
5
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara
per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara
untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan
periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi
puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz – 250 Hz – 500
Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.
9. Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu
jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo
tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per
satuan waktu.
12. Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.3
3 http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/30/jenis-dan-penyebab-kebisingan/
6
1.2. Rumus Menentukan nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang
keseluruhan)
Untuk mengukur / menentukan nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang
keseluruhan) dengan menggunakan rumus :
LS=10 Log 13
[T1100.1xdB+ T2100.1xdB+ T2100.1xdB]
Keterangan :
T1 : Selang waktu pada L1(TAkhir-TAwal)
T2 : Selang waktu pada L2(TAkhir-TAwal)
T3 : Selang waktu pada L3(TAkhir-TAwal)
dB1: Nilai kebisingan pada selang waktu T1, demikian untuk dB2 dan
dB3.
1.3. Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,
pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah
tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
7
1.4. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh kebisingan lalu lintas terhadap manusia bisa mempengaruhi
kesehatan manusia seperti menyebabkan hipertensi, bisa menghambat
kemampuan kognitif pada anak – anak, mengurangi konsentrasi dan memicu
meningkatnya resiko terkena stroke.
1.5. Software Mengukur Kebisingan
Dalam mengukur kebisingan perlu software pendukung seperti Surfer 9.0
dan ArcGis 9.3. Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk
pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid.
Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi
lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis
vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan
sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan
horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan
nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses
pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari
proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd.4
GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG
(Sistem Informasi Geografis) merupakan komputer yang berbasis pada sistem
informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisis terhadap
permukaan geografi bumi.
Karakteristiknya yaitu:
a) Sistem hasil pengembangan software dan hardware untuk tujuan
pemetaan. Hal ini memudahkan user sehingga dapat menyajikan fakta wilayah
dalam satu sistem berbasis computer.
b) Ahli geografi, informatika, dan komputer, serta aplikasi terkait saling
terlibat. 4 http://andimandalaputra.blogspot.com/2012/03/laporan-tentang-surfer.html
8
c) Merupakan gabungan dari data spasial dan non spasial. Data spasial
merupakan data yang berorientasi pada geografis dan data non spasial
merupakan keterangan yang berkaitan dengan data contoh : populasi, luasan.
d) Terdapat beberapa masalah dalam pengembangan GIS, meliputi:
cakupan, kualitas dan standar data, struktur, model dan visualisasi data,
koordinasi kelembagaan dan etika, pendidikan serta penerapannya.
e) Tidak hanya sekedar mengubah peta konvensional (tradisional) ke
bentuk peta digital (contoh : bentuk permukaan geografi bumi) untuk
kemudian disajikan (dicetak/diperbanyak) kembali.
f) Dapat melakukan pengumpulan, penyimpanan, transformasi,
menampilkan, memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari
fenomena geografis suatu wilayah seperti base map data dan surface geology
g) Dapat melakukan penyimpanan data dasar yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Contoh: Menyelesaikan masalah perubahan jumlah penduduk memerlukan
informasi dasar seperti angka perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan
sebagainya. Pengumpulan data dasar biasanya dilakukan secara berkala dalam
jangka yang cukup panjang. Contoh lainnya yaitu curah hujan, kondisi awan,
angin, dll.5
5 http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/03/23/sistem-informasi-konsep-sistem-informasi-geografi/
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Kebisingan ini dilaksanakan Pada hari Sabtu tanggal 14 April
2013, Pukul 06.00-09.00, 13.00-15.00 dan 19.00-22.00 WITA, Tempat Praktek
Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman dan Jalan Belibis,
Samarinda.
1.2. Alat dan Bahan
1.2.1. Alat
1. Sound Level Meter
2. GPS (Global Positioning System)
3. Stopwatch
4. Meteran
5. Kertas Bergaris
6. Pulpen
7. Papan Scanner
1.2.2. Bahan
1. Software ArcGis 9.3
1.3. Prosedur Percobaan
1.3.1. Prosedur Pengambilan Data
1. Menentukan titik-titik yang akan dilakukan pengambilan data (minimal 3
titik pengukuran).
2. Mengukur nilai maksimum pada suatu titik dalam waktu 10 menit untuk
setiap titik.
3. Mencatat nilai maksimum pada titik tersebut ke dalam tabel di bawah ini :
10
Not
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Ʃ
Tabel 3.1 Format Pengambilan Data
4. Memplotkan nilai kebisingan pada selang waktu yaitu L1, L2 dan L3 yakni
Pukul 06.00-09.00, 13.00-15.00 dan 19.00-22.00 WITA, dengan program
ArcGis (Contour permukaan).
11
5. Menghitung nilai LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan) dengan
menggunakan rumus :
LS=10 Log 13
[T1100.1xdB+ T2100.1xdB+ T2100.1xdB]
Keterangan :
T1 : Selang waktu pada L1(TAkhir-TAwal)
T2 : Selang waktu pada L2(TAkhir-TAwal)
T3 : Selang waktu pada L3(TAkhir-TAwal)
dB1 : Nilai kebisingan pada selang waktu T1, demikian untuk dB2 dan
dB3.
6. Membuat Kontur permukaan dengan Sumbu x adalah posisix, y adalah
posisi y, dan z adalah nilai LS (Plot LS pada lampu merah dan LS pada 10
m dari lampu merah)
titik x y LSp1 517253 9947044 90.85p1.1 517259 9947052 81.35p2 517195 9947043 79.85p2.1 517187 9947047 80.9p3 517200 9947026 77.45p3.1 517194 9947018 78.59
Tabel 3.2 Format Input Kedalam Software ArcGis
1.3.2. Prosedur Penggunaan Software ArcGis
1. Klik START, Klik ALL PROGRAM, Pilih ArcGis, Kemudian Klik ArcMap.
Gambar 3.1 Tampilan pertama ArcGis
2. Tunggu beberapa saat sampai muncul tampilan seperti ini :
12
Gambar 3.2
Setelah itu klik New Empty Map dan Klik OK
1. Klik Tools pada Toolbar – Klik Add XY Data – Klik Add Data (arsip Kuning)
masukkan data – kemudian cocokkan X dan Y – setelah itu Klik Edit – Klik
Select… – Pilih folder Projected Coordinate Systems – UTM – WGS 1984 -
kemudian pilih WGS 1984 UTM Zone 50S – Klik Add – lalu klik ok, dan
akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.3
Kemudian Klik OK dan OK lagi akan muncul tampilan titik Kebisingan
seperti ini :
13
Gambar 3.4
Setelah muncul gambar seperti itu maka Klik Kanan pada tanda yang
dilingkari di atas. Kemudian klik Data – Klik Export Data – Klik arsip kuning
– ganti namanya – setelah itu Klik Save.
Gambar 3.5
Setelah itu Klik Ok – tunggu- kemudian layer baru muncul, hapus layer yang
lama.
2. Kemudian Klik Spatial Analyst Tools – Interpolation- IDW. Kemudian Input
Point Features – ganti Z nya dengan Nilai dB nya- Klik OK.
Gambar 3.6
Tunggu beberapa saat kemudain akan tampil gambar seperti ini :
14
Gambar 3.7
3. Setelah muncul gambar di atas maka langkah selanjutnya adalah memasukkan
gambar foto citra, caranya adalah sebagai berikut :
Gambar 3.9
Lalu akan muncul gambar seperti ini :
Gambar 3.10
Setelah itu tarik Layers tersebut ke bawah, dan hasil nya :
15
Gambar 3.11
4. Setelah semua selesai, langkah selanjutnya adalah menghiasi gambar tersebut.
Dengan menggantikan Data View dengan Layout View.
Gambar 3.12
5. Langkah-langkah selanjutnya adalah tinggal menambah pernak-pernik agar
lebih enak untuk dilihat. Caranya adalah Klik Insert. Jika ingin menambahkan
skala, lagenda, tanda arah utara dan lain-lain. Dan Klik Huruf A pada Kiri
Bawah untuk menambahkan text.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P1.1 (Jalan Jend. Ahmad
Yani)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1 0 73.8 90 70.390.8
5517253 517253
2 30 76.2 77.3 70.5
3 60 77.4 72.3 84
4 90 78.3 76.3 71.3
512
071.6 75.5 70.6
615
072.4 78.2 68
718
072.6 78.7 90.2
821
084.6 78.8 75.8
924
075 73.5 77.3
1027
072.7 77.1 73.9
1130
077.5 88.9 74.8
17
1233
074.3 75.3 68.8
1336
071.3 73.4 67.6
1439
076.9 70.4 76.8
1542
079.9 77 78.8
1645
071.4 80.8 70.6
1748
072.7 72.5 77.1
1851
080.8 76.3 71.3
1954
079.9 83.1 75.2
2057
083 70.5 77.1
2160
082.5 77.8 74.3
Ʃ 76.419 77.31974.490
5
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P1.2 (Jalan Jend. Ahmad
Yani)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1 0 140.8 73.8 84.281.3
5 517259 9947052
2 30 81.3 80 81
3 60 71.2 77.3 73.8
4 90 71.3 80.3 81.1
18
512
073.1 80.4 81
615
076.7 76.4 72.3
718
075.7 76 81.6
821
071.7 76.1 79.2
924
074.6 69 77.3
1027
076.8 72 75.8
1130
074.1 73 78
1233
071.2 80.6 76.6
1336
077.8 68.5 73.9
1439
071.6 74.4 75.6
1542
067.2 71.1 78.7
1645
069.5 79.4 80.3
1748
079 79.5 73.2
1851
073.6 73.4 73.1
1954
067.5 69 79.4
20 57 73 74 73.1
19
0
2160
074.7 72.7 79.4
Ʃ76.781
75.090
5
77.552
4
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P2.1 (Jalan Letjen S. Parman)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1 0 75.6 77.6 72.979.8
5 517195 9947043
2 30 73.5 79.1 70.7
3 60 72.2 83.3 80.1
4 90 77.9 74.1 84.3
512
074.6 74.2 76.5
615
074.7 75.6 76.4
718
075.2 83.8 73.1
821
078.9 74.7 72.7
924
081.6 68 76.7
1027
074 71.2 70
11 30 79.9 72.5 75.8
20
0
1233
079.1 78.8 72.6
1336
076.2 71.6 75.4
1439
079.7 77.2 76.2
1542
070.9 81.2 78.4
1645
080.5 68.1 70
1748
079.2 73.7 72.9
1851
064.1 69.1 72.9
1954
071 74.7 71.8
2057
076.2 68.4 72.8
2160
079.8 67.8 77.4
Ʃ75.942
9
74.509
5
74.742
9
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P2.2 (Jalan Letjen S. Parman)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
21
1 0 76.3 71.1 83.3 80.9 517187 9947047
2 30 78.8 78.9 81.6
3 60 73.4 79.1 75.1
4 90 75.8 69.5 76.4
512
073.5 82.6 78.4
615
068.5 77 71.9
718
073.7 71 78.1
821
071.9 70.8 77.4
924
075.7 74,5 68.5
1027
073 75,7 72.4
1130
072.8 73,2 78.5
1233
072.3 72,3 78.5
1336
076.7 68,8 76.5
1439
074.9 72,5 69.6
1542
073.6 72,5 76.6
1645
073 79,8 78
1748
074.9 74,0 78.2
18 51 68.2 75,4 68.3
22
0
1954
075.2 73,3 74.4
2057
073.3 69,9 77.3
2160
074.9 72,0 85.7
Ʃ73.828
6 75
76.414
3
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P3.1 (Jalan Belibis)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1 0 70.5 75.4 70.377.4
5 517200 9947026
2 30 73.4 67.4 70.5
3 60 70.4 75.1 84
4 90 69 71.2 71.3
512
071.4 65.4 70.6
615
072.8 67 68
718
071.6 68.1 90.2
821
069.8 68.8 75.8
9 24 67.9 71.6 77.3
23
0
1027
072.7 70.9 73.9
1130
069.7 72.9 74.8
1233
067.6 72.5 68.8
1336
068.7 72.4 67.6
1439
070.2 77.3 76.8
1542
069.7 76.5 78.8
1645
076.3 71.3 70.6
1748
071.9 74.4 77.1
1851
067.9 84.4 71.3
1954
075.7 72.3 75.2
2057
068.3 68.7 77.1
2160
067.2 74 74.3
Ʃ70.604
8
72.266
7
74.490
5
24
Tabel pengamatan kebisingan pagi, siang dan malam Titik P3.2 (Jalan Belibis)
N
o
t
(dt)
dBLS
Titik koordinat
Pagi Siang Malam MN ME Z
1 0 70.4 68 71.678.5
9 517194
994701
8
2 30 70.4 70.8 72.1
3 60 71.1 69.1 71.5
4 90 72.9 66.2 74.8
512
072.7 73.9 75.7
615
070 71.3 70.9
718
070.3 63.9 79.2
821
072.7 66.1 71.8
924
067.6 68.6 69.7
1027
073 72.9 67.3
1130
068.3 64 73.3
1233
071 69 75.8
1336
068.1 69.1 72.5
1439
070.8 69.1 71.4
15 42 69.2 69.3 70.1
25
0
1645
070.9 71.1 82.3
1748
068.8 78.7 72.6
1851
070.5 70.3 69.2
1954
068.2 63.1 70.9
2057
073.3 69 80
2160
072.9 68.3 75.8
Ʃ70.623
8
69.133
3
73.261
9
4.2. Hasil Percobaan
4.2.1. Menentukan LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan)
LS = 10 log 13
( T1 ×100,1×dB1 + T2 ×100,1×dB2 + T3 ×100,1×dB3 )
1. Posisi 1 di titik ke-1
Lampu Merah ( pagi, siang, sore )
LSLM = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×76,4 + 3×100,1×77,3 + 3×100,1×74,6 ) = 10 log
13
( 3×107,64 + 3×107,73 + 3×107,46 ) = 10 log
13
( 378585233,7 ) = 10 log ( 126195077,9 )
26
= 90,85
2. Posisi 1 di titik ke-2
10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)
LS10 = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×76,8 + 3×100,1×75,1+ 3×100,1×77,3 ) = 10 log
13
( 3×107,68 + 3×107,51 + 3×107,73 ) = 10 log
13
( 409369522,3 ) = 10 log ( 136456507,4 ) = 81,35
3. Posisi 2 di titik ke-1
Lampu Merah ( pagi, siang, sore )
LSLM = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×75,9 + 3×100,1×74,5 + 3×100,1×74,7 ) = 10 log
13
( 3×107,59 + 3×107,45 + 3×107,47 ) = 10 log
13
( 289801308,2 ) = 10 log ( 96600436,08 ) = 79,85
4. Posisi 2 di titik ke-2
10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)
LS10 = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×76,8 + 3×100,1×75 + 3×100,1×76,4 )
27
= 10 log 13
( 3×107,68 + 3×107,75 + 3×107,64 ) = 10 log
13
( 369412107,2 ) = 10 log ( 123137369,1 ) = 80,90
5. Posisi 3 di titik ke-1
Lampu Merah ( pagi, siang, sore )
LSLM = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×70,6 + 3×100,1×72,2 + 3×100,1×74,4 ) = 10 log
13
( 3×107,06 + 3×107,22 + 3×107,44 ) = 10 log
13
( 166859077 ) = 10 log ( 55619692,32 ) = 77,45
6. Posisi 3 di titik ke-2
10 meter dari lampu merah (pagi, siang, sore)
LS10 = 10 log 13
( T1×100,1×dB1 + T2×100,1×dB2 + T3×100,1×dB3 ) = 10 log
13
( 3×100,1×70,6 + 3×100,1×69,1 + 3×100,1×77,2 ) = 10 log
13
( 3×107,06 + 3×106,91 + 3×107,72 ) = 10 log
13
( 216993014,5 )
= 10 log ( 72331004,84 ) = 78,59
4.2.2. Peta Data Kebisingan
28
4.3 Pembahasan
29
Kebisingan sering disebut sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan juga dapat
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, menggangu atau bunyi yang
menjengkelkan. Kebisingan dapat bersumber dari; bengkel, laboratorium,
kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, lalu lintas, tempat
umum, dan lain-lain.
Pada praktikum kebisingan hari Sabtu tanggal 14 April 2013, Pukul 06.00-
09.00 WITA di Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman
dan Jalan Belibis. Suasana saat pengambilan data mendung gerimis. Pada Jalan
Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya , yaitu 76.419 dB dan pada jarak
10 meter ke belakangnya di dapat 76.781 dB. Pada Jalan Letjen S. Praman
didapat nilai kebisingannya , yaitu 75.9429 dB dan pada jarak 10 meter ke
belakangnya di dapat 73.8286 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu
70.6048 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 70.6238 dB. Pukul
13.00-16.00 WITA di Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S.
Praman dan Jalan Belibis. Suasana saat pengambilan data mendung. Pada Jalan
Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya, yaitu 77.319 dB dan pada jarak 10
meter ke belakangnya di dapat 75.0905 dB. Pada Jalan Letjen S. Praman didapat
nilai kebisingannya, yaitu 74.5095 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di
dapat 75 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu 72.2667dB dan pada
jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 69.1333 dB. Pukul 19.00-22.00 WITA di
Simpang Tiga Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Letjen S. Praman dan Jalan Belibis.
Pada Jalan Jend. Ahmad Yani didapat nilai kebisingannya , yaitu 74.4905 dB dan
pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 77.5524 dB. Pada Jalan Letjen S.
Praman didapat nilai kebisingannya, yaitu 74.7429 dB dan pada jarak 10 meter ke
belakangnya di dapat 76.4143 dB. Jalan Belibis didapat nilai kebisingannya ,yaitu
74.4905 dB dan pada jarak 10 meter ke belakangnya di dapat 73.2619 dB. Dan
pada LS (Tingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan) dari semua titik. Yang
mendapatkan nilai kebisingan tertinggi adalah Jalan Jend. Ahmad Yani yaitu
90.85 dan 10 meter di belakang yaitu 81.35. Dan yang paling rendah adalah pada
Jalan Belibis yaitu 77.45 dan 10 meter di belakangnya di dapat 78.59. dan pada
30
Jalan Letjen S Parman didapat nilai kebisingannya, yaitu 79.85 dan 10 meter di
belakangnya di dapat 80.9. Dari sini kita dapat melihat bahwa Jalan Jend Ahmad
Yani merupakan salah satu jalan tersibuk di Samarinda.
Faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah kurang telitinya
kami dalam membaca nilai dB pada alat Sound Level Meter dan terlalu cepat
mengambil data sehingga tidak di dapatkan hasil yang akurat.
BAB V
31
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam menghitung tingkat kebisingan suatu lokasi dapat dilakukan dengan
cara menghitung nilai LS (Tiingkat Kebisingan pada rentang keseluruhan)
dan sebelum menghitung LS tersebut, pada suatu lokasi dicari terlebih
dulu nilai kebisingan pada selang waktu T, yang disebut dB (decibelBite).
2. Pada praktikum kebisingan kali ini, kami mengukur tingkat kebisingan di
Jalan Ahmad Yani dengan pengamilan data di 6 lokasi yang berbeda.
Setiap lokasi memiliki tingkat kebisingan yang berbeda-beda. Pada lokasi
pertama, didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 90,85, pada lokasi kedua
kedua didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 81,35, pada lokasi ketiga
didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 79,85, pada lokasi keempat
didapat hasil tingkat kebisingan sebesar 80,90, pada lokasi kelima didapat
hasil tingkat kebisingan sebesar 77,45 dan pada lokasi keenam didapat
hasil tingkat kebisingan sebesar 78,59.
3. Parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat kebisingan terbagi
menjadi 2, yaitu:
Parameter dasar, yaitu frekuensi (Hz), tenaga bunyi (watt) dan tekana
bunyi (micropascal/uPa).
Parameter turunan, yaitu tinkat tekana bunyi (sound pressure level) dan
tinkat bunyi.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum kebisingan selanjutnya, tidak
hanya dilakukan pada 6 titik di 3 lokasi yang berbeda saja, tetapi dapat
ditambahkan lagi titik pengukuran kebisingan yang berbeda, agar didapat data
yang lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
32
Ambar,Pencemaran Udara, 1999
Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997
Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari
Sarana Transportasi, 1985
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran
http://gudangjasa-tarmiis.blogspot.com/2011/05/pengertian-kebisingan.html
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/30/jenis-dan-penyebab-kebisingan/
http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/03/23/sistem-informasi-konsep-sistem-
informasi-geografi/