laporan siklus estrus
DESCRIPTION
xgvsFTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses menurunkan keturunan, disebut juga
berbiak, dan tidak selalu disebut berkembang biak, karena mungkin saja
jumlah keturunannya tidak lebih banyak dari induknya. Dalam reproduksi
dikenal dengan istilah siklus reproduksi, siklus reproduksi adalah perubahan
siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan
vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan
korelasi antara satu dengan lainnya. Siklus reproduksi di pengaruhi oleh
faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrhopin dari hipofisis dan
hormon seks dari ovarium. Siklus reproduksi pada primata disebut siklus
menstruasi. Sedangkan siklus reproduksi pada mamalia nonprimata disebut
siklus estrus.
Siklus estrus merupakan sederetan aktivitas seksual dari awal hingga
akhir dan terus berulang. Siklus ini dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu fase
folikuler dan fase luteal. Fase folikuler adalah pembentukan folikel sampai
masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai ulangan
berikutnya dimulai. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi).
Pada saat estrus, hewan betina akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang
ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk
fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada
tikus mencit adalah 4-5 hari. Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah
estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-periode tersebut terjadi
dalam satu siklus dan serangkaian. Perubahan dalam siklus estrus dapat
diamati dengan cara pembuatan preparat sitologis apusan vagina.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilaksanakan praktikum dengan
judul Siklus Estrus dan Apusan Vagina.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul pada praktikum Siklus Estrus dan
Apusan Vagina adalah bagaimana tahapan siklus estrus pada hewan betina ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan
Vagina adalah untuk mengetahui tahapan siklus estrus pada hewan betina.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan
Vagina adalah dapat mengetahui tahapan siklus estrus pada hewan betina.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses reproduksi yang normal bergantung pada fisiologis tubuh terutama
fungsi organ serta mekanisme kerja hormon reproduksi. Mekanisme hormon pada
ternak betina akan mempengaruhi tingkah laku reproduksi, siklus estrus, ovulasi,
fertilisasi dan kemampuan memelihara kebuntingan hingga terjadinya kelahiran.
Penentuan siklus estrus, lama periode estrus dan waktu inseminasi dapat diketahui
berdasarkan pada perubahan tingkah laku analisis profil hormon secara invasif
(plasma darah) maupun non invasif atau urine dan feses (Nalley, 2011).
Pembagian siklus estrus berdasarkan banyak sedikitnya siklus yang terjadi
selama satu tahun. Apabila terjadi lebih dari satu siklus setiap tahunnya disebut
sebagai poliestrus. Pada tikus dan mencit, siklus estrusnya termasuk poliestrus
hanya saja ketika hewan tersebut menyusui maka aktivitas seksual seola-olah juga
terhenti dan pada waktu itu disebut locational diestrus (Karlina, 2003).
Saluran reproduksi betina merupakan salah satu sistem dalam tubuh hewan
yang mengalami perkembangan dan perubahan morfologi saat terjadi
kebuntingan. Ovarium mengalami serangkaian perubahan morfologi dan fisiologi
selama siklus estrus dan proses reproduksi. Ovarium mempunyai fungsi ganda,
yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan oosit (sel telur) dan sebagai
organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid, estrogen dan progesteron
(Jalaluddin, 2014).
Perkembangan embrio merupakan aktivitas dalam kondisi aerobik, yaitu
akivitas yang memerlukan oksigen. Perkembangan embrio akan terhambat dengan
berkurangnya suplai oksigen akibat kongesti pada uterus. Hal lain yang dapat
menurunkan kemampuan sel telur berkembang sampai tahap blastosis secara in
vivo pada mencit karena Ekstrak Buah Merah (EBM) berfungsi sebagai antikanker
atau menghambat perkembangan sel. Zat antikanker dapat mengganggu aktivitas
mikrotubula. Gangguan pada gelendong mikrotubula dapat mengganggu aktivitas
sel yang sedang membelah. Ekstrak buah merah yang telah terbukti memiliki
aktivitas sebagai antikanker dan antitumor, juga dapat mengganggu terbentuknya
gelendong mikrotubula yang kemungkinan berperan terhadap penurunan kemam-
puan sel telur berkembang sampai tahap blastosis (Said, 2011).
Vitrifikasi ovarium menunjukkan siklus estrus pada hewan resipien dan
perkembangan folikel pada pengamatan histologi. Penentuan fase siklus dari hasil
ulas vagina dilakukan menggunakan pewarnaan Giemsa 10%. Fase proestrus
ditunjukkan oleh keberadaan sel –sel epitel superfisial berinti, fase estrus
ditunjukkan oleh keberadaan sel-sel epitel superfisial yang mengalami
pertandukan (cornified cells), fase metestrus ditunjukkan oleh keberadaan sel-sel
pertandukan dan sel-sel darah putih, dan fase diestrus ditun jukkan oleh
keberadaan sel-sel darah putih (Mohamad, 2005).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina di laksanakan pada hari
Selasa, tanggal 27 Mei 2014, pukul 09.00-10.00 WITA, yang bertempat di
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina
No. Nama Alat Fungsi1. Mikroskop stereo Untuk mengamati objek pengamatan2. Kaca penutup Untuk menutup kaca objek3. Kamera Untuk mendokumentasikan objek pengamatan4. Cawan petri Untuk menyimpan 5. Papan bedah Untuk membedah mencit (Mus musculus)6. Jarum pentul Untuk menahan mencit (Mus musculus)7. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan8. Kaca preparat Untuk menyimpan apusan vagina untuk
diamati di bawah mikroskop
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan
Vagina dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina
No.
Nama bahan Fungsi
1. Mencit (Mus musculus) Sebagai obyek yang akan diamati2. Cloroform Sebagai pembius obyek yang akan
diamati3. Tisu Sebagai pmbersih alat yang digunakan4. Cotton bud Untuk mengambil apusan vagina5. Methilen blue Untuk mewarnai obyek yang akan
diamati6. Canada balsam Untuk menempelkan kaca penutup pada
obyek7. NaCl 0,9% Untuk mengambil apusan vagina8. Aquadest Untuk membersihkan obyek yang akan
diamati
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina adalah
sebagai berikut :
1. Membius mencit (Mus musculus) yang dewasa.
2. Menyimpan katak diatas papan bedah dan sudah diberi jarum pentul.
3. Masukkan cutton bud yang sudah diusap oleh alcohol 70% ke dalam vagina
mencit kira-kira sedalam 0,5 cm putar dengan hati-hati
4. Mengoleskan cutton bud tadi diatas kaca obyek.
5. Meneteskan larutan methilen blue 1% diatas kaca obyek tersebut, biarkan
selama 5 menit.
6. Membuang kelebihan zat warna, dan bilas dengan aquadest.
7. Menutup menggunakan kaca penutup yang telah diolesi dengan balsam
canada.
8. Mengeringkan preparat dan mengamati dibawah mikroskop.
9. Menentukan gambaran sitologi apusan vagina dan tahap siklus
reproduksinya.
10. Menyatukan hewan betina dan hewan jantan, satu pasang dalam satu
kandang.
11. Setelah 24 jam memperhatikan ada tidaknya sumbat vagina.
12. Menuliskan hasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum siklus estrus dan apusan vagina dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Hasil pengamatan siklus estrus pada hewan mencit (Mus musculus)No. Gambar Keterangan1. Tahapan estrus pada mencit (Mus
musculus)
Pada tahap estrus, dimana
perkembangan folikel
dengan sekresi yang kuat
dari estrogen, serta sangat
sedikit progesteron dan
estrus diakhiri dengan
ovulasi. Terjadi keratinisasi
sel epithel (Epithel
degenerasi)
2. Tahapan estrus pada mencit (Mus
musculus)
1. Terdapat sel menanduk
(cornified)
1
Tabel 4. Gambar hasil pengamatan literatureNo. Gambar Keterangan1. Siklus estrus Proses tahapan
siklus estrus.
2. Tahapan proestrus Pada tahap ini
perkembangan dari
folikel dengan awal
sekresi estrogen dan
sekresi yang lemah
dari progesteron
dan terjadi
multipikasi sel
epithel.
3. Tahapan estrus Pada tahap ini
perkembangan
folikel dengan
sekresi yang kuat
dari estrogen, serta
sedikit progesteron
dan estrus diakhiri
dengan ovulasi.
Terjadi keratinisasi
sel epithel (Epithel
degenerasi)
4. Tahapan metestrus Pada tahap ini
ditandai dengan
luteinisasi sel
granulosa,
progesteron
meningkat dan
invasi pada ephitel
vagina
5. Tahapan diestrus Pada tahap ini
kelanjutan siklus
estrus pasca
metestrus dengan
kadar progesteron
sangat tinggi dalam
darah atau disebut
dengan anestrus dan
sama seperti
metestrus disertai
peningkatan
leukosit polinuklear
B. Pembahasan
Hewan betina mengalami siklus reproduksi. Siklus reproduksi
merupakan perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi. Siklus
reproduksi yang terjadi pada hewan betina ditandai dengan pemasakan pada
telur (ovum). Siklus pemasakan telur pada primata disebut siklus menstruasi.
Sedangkan siklus pemasakan telur pada mamalia nonprimata disebut siklus
estrus. Kedua siklus ini dikendalikan oleh berbagai macam hormone, yakni
faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrhopin dari hipofisis dan
hormon seks dari ovarium. Siklus estrus merupakan sederetan aktivitas
seksual dari awal hingga akhir dan terus berulang. Hewan yang mengalami
siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap menerima hewan jantan
untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat, yaitu pada masa ovulasi. Selain
itu tidak seperti manusia, dinding saluran reproduksi pada siklus ini tidak
mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan.
Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium,
umpanya mencit dan tikus. Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap
yaitu tahap proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus, tanpa
leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus
terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen
mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana
sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.
Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam
memproduksi progesterone. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi
hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi,
terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin
(gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh
yaitu hormon.
Praktikum Siklus Estrus dan Apusan Vagina ini dilakukan dengan
mengamati gambaran sitology apusan vagina menggunakan mikroskop.
Indikator yang diamati adalah tahap-tahap yang terjadi dalam siklus estrus
pada hewan mencit betina (Mus musculus). Preparat apusan vagina yang
dibuat ditetesi dengan methilen blue 1% agar obyek yang diamati dapat
terlihat jelas. Pada preparat apusan vagina mencit betina (Mus musculus) yang
diamati terlihat banyak bentuk sel yang menanduk. Sel ini berasal dari sel-sel
apitel yang menanduk sehingga disebut sel tanduk (cornified). Bentuk yang
terlihat tersebut membuktikan penjelasan teori bahwa tahap atau fase yang
ditunjukkan pada preparat apusan vagina adalah tahap atau fase estrus yang di
alami mencit betina (Mus musculus).
Fase estrus pada mencit betina (Mus musculus), seluruh bagian sistem
reprouksi mengalami perubahan berkala. Prinsipnya menyesuaikan diri
dengan daur yang dialami alat kelamin primer, yaitu ovarium. Pada suatu
ketika dalam fase itu, ovarium menghasilkan banyak estrogen, dan ini
mempengaruhi saluran serta kelenjar sekunder. Pada saat menjelang ovulasi,
lapisan mukosa vagina jadi menebal dan di bagian lumen terdapat banyak
glikogen. Penebalan epitel lapisan mukosa vagina itu disertai pola dengan
proses penandukan lalu mengelupas dan jatuh pada lumen. Dalam pengamatan
preparat apusan vagina ditemukannya sel-sel epitel yang menanduk tersebut
itulah yang dikatakan sebagai indikator pola akan ovulasi. Siklus estrus
diakhiri dengan ovulasi.
Hasil pengamatan yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan
literatur dari buku maupun internet untuk kemudian diketahui tahapan dalam
siklus estrus pada mencit betina (Mus musculus) itu sendiri. Berdasarkan
bahan literatur yang didapatkan terlihat bahwa siklus estrus pada mencit betina
(Mus musculus) melalui beberapa tahapan yang antara lain yaitu fase
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus merupakan periode
persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH
sehingga folikel tumbuh dengan sepat. Proestrus berlangsung selama 2-3 hari.
Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak
pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Pada
tahap ini perkembangan dari folikel dengan awal sekresi estrogen dan sekresi
yang lemah dari progesteron dan terjadi multipikasi sel epithel. Fase proestrus
terlihat tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi.
Selanjutnya seperti pada hasil praktikum saat fase estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Terjadi proses perubahan sel-
sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel
anucleate dapat dijelaskan seperti bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan
akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan. Ukuran
nukleus yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus
nukleus mengalami kematian atau rusak secara bersamaan Ukuran sitoplasma
akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari
semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan
berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang
sama.
Tahapan estrus yang dilewati ini terjadi keratinisasi sel epithel (Epithel
degenerasi) dan perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari estrogen,
serta sedikit progesteron dan estrus diakhiri dengan ovulasi. Dan fase
metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya
folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir
terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas. Selama
fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh
progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin
berakhir 1-5 hari. Histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena
kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial,
selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati Sel-sel parabasal
adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-
sel parabasal yaitu bentuknya bundar atau oval, mempunyai bagian nukleus
yang lebih besar daripada sitoplasma, sitoplasmanya biasanya tampak tebal,
secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap.
Fase diestrus merupakan tahap akhir yang dikarakteristikkan oleh
aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron. Merupakan
kelanjutan siklus estrus pasca metestrus dengan kadar progesteron sangat
tinggi dalam darah atau disebut dengan anestrus dan sama seperti metestrus
disertai peningkatan leukosit polinuklear. Dalam periode permulaan diestrus,
corpus hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan hemorrhagik ini
tumbuh sel-sel kuning yang di sebut luteum, pada tahap ini serviks
menyempit, leukosit muncul dan menghalangi gerak maju spermatozoa.
Lendir serviks menjadi kental menyumbat lumen serviks. Inseminasi akan
menghasilkan angka konsepsi yang rendah. Pada tahap diestrus pada mencit
betina, siklus birahi yang ditandai tidak adanya kebuntingan, tidak adanya
aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dalam periode permulaan dari
diestrus endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan
kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan
banyak diantaranya yang berkolok hingga membentuk spiral. Diestrus adalah
fase yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus birahi
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum Siklus Estrus dan
Apusan Vagina adalah tahapan siklus estrus pada hewan betina, yaitu
proestrus yang ditandai dengan tidak terlihat leukosit dan sel epitel yang
dinukleasi, estrus yang ditandai dengan terdapatnya sel epitel menanduk
(cornified), diestrus (sel epitel biasa dan banyak leukosit) dan metestrus
(terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit, kemudian juga sel
epitel biasa).
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum Siklus Estrus dan
Apusan Vagina adalah kepada praktikan pada saat praktikum lebih aktif
lagi dan memperhatikan penjelasan dari asisten agar praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, M., 2014, Morfometri dan Karakteristik Histologi Ovarium Sapi Aceh (Bos indicus) Selama Siklus Estrus, J, Medika Veterinaria, VIII (1) : 66
Karlina, Y., 2003, Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Mohamad, K, dkk., 2005, Vitrifikasi Ovarium Mencit Menggunakan Etilen Glikol dan DMSO sebagai Krioprotektan dan Viabilitasnya Pasca Autotransplantasi di Subkapsula Ginjal, J, Media Kedokteran Hewan, XXI (1) : 23-24
Nalley, W, M, dkk., 2011, Penentuan Siklus Estrus Berdasarkan Gambaran Sitologi Vagina dan Profil Hormon pada Rusa Timor, J, Veteriner, XII (2) : 98-106
Said, S, dkk., 2011, Tingkat Fertilisasi dan Perkembangan Embrio Mencit yang Diberi Ekstrak Buah Merah, J, Media Peternakan, XXXIV (2): 112-116