laporan spm borobudur revisi

119
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada hakekatnya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan manusia serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar dari setiap orang yang hidup dalam upaya penyesuaiannya dengan lingkungan. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Oleh karena itu, kesehatan harus dipelihara dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan. Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan upaya kesehatan 1

Upload: spidermech

Post on 26-Jun-2015

407 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan SPM Borobudur Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan pada hakekatnya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari

kesejahteraan manusia serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar

dari setiap orang yang hidup dalam upaya penyesuaiannya dengan lingkungan.

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang dapat mempengaruhi

kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Oleh karena itu, kesehatan harus

dipelihara dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan.

Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Sedangkan upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Beberapa tahun ke depan diharapkan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat

mencapai kemajuan sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari negara yang lebih

maju. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan

nasional yang berkelanjutan, terencana dan terarah.

Pembangunan kesehatan yang semula sangat menekankan upaya kuratif dan

rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya promotif dan preventif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemahaman baru tentang konsep atau

1

Page 2: Laporan SPM Borobudur Revisi

definisi kesehatan dan meningkatnya kesadaran akan faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat menimbulkan paradigma baru yaitu

”paradigma sehat”.

Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang atau pola pikir dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya

menerapkan prinsip-prinsip pokok kesehatan.

Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan

telah dijabarkan secara lengkap ke dalam 4 hal yang bersifat pokok, yaitu :

1. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah Indonesia Sehat 2010.

Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan visi baru Pembangunan Kesehatan

yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT 2010.

Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa

Indonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku

hidup bersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

berkeadilan, sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal.

2. Misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah :

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu

merata dan terjangkau

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya

2

Page 3: Laporan SPM Borobudur Revisi

3. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :

a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan

b. Profesionalisme

c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

d. Desentralisasi

4. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan :

a. Pokok program pemberdayaan masyarakat

b. Pokok program upaya kesehatan

c. Pokok program lingkungan sehat

d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan

e. Pokok program pengembangan kebijaksanaan dan manajemen

f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan

Dari hal tersebut di atas peran puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan

menempati posisi yang strategis sebagai pusat pengembangan pembangunan

kesehatan dalam mencapai salah satu tujuan pembangunan nasional. Puskesmas

diartikan sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Agar tercapainya tujuan tersebut, puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,

yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua,

yakni :

3

Page 4: Laporan SPM Borobudur Revisi

1. Upaya kesehatan wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan

wajib tersebut adalah:

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2. Upaya kesehatan pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang diterapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

yang ada di puskesmas adalah :

a. Upaya perawatan masyarakat

b. Upaya kesehatan jiwa

c. Upaya kesehatan sekolah

d. Upaya kesehatan usia lanjut

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas dengan penyelenggaraan

4

Page 5: Laporan SPM Borobudur Revisi

puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen

puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk

menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien.

Visi Puskesmas Borobudur adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan yang

bermutu, terjangkau dan dipercaya sehingga terwujud masyarakat Borobudur

Sehat 2010. Adapun misinya adalah:

1. Meningkatkan mutu pelayanan

2. Menjalin kemitraan pelanggan dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan

3. Meningkatkan mutu dan profesionalisme SDM

4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

5. Meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan Puskesmas

6. Memelihara agar orang tetap sehat dengan membentuk lingkungan

yang sehat, mengikutkan peran serta masyarakat dan mendorong kemandirian

hidup sehat

Sedangkan filosofi yang dianut oleh Puskesmas Borobudur adalah:

1. Memperlakukan pelanggan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan

2. Mencegah lebih baik dari pada mengobati

3. Kepuasan pelanggan adalah hal utama

Puskesmas Borobudur merupakan unit terkecil pelayanan kesehatan di

Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Hal ini tentu tidak lepas dari upaya

pengelolaan (manajemen) dan jaminan mutu (quality assurance) dari puskesmas

tersebut. Walaupun proses-proses tersebut sudah dijalankan semaksimal mungkin

5

Page 6: Laporan SPM Borobudur Revisi

namun masih ada beberapa kekurangan yang harus dikaji untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan masyarakat yang lebih efektif dan efisien.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen

program dan pelayanan di Puskesmas Borobudur periode Januari sampai

September 2010 serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam

rangka upaya perbaikan kinerja puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku

kesehatan) wilayah kerja Puskesmas Borobudur, kabupaten Magelang.

b. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Borobudur.

c. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan : KIA dan KB, Gizi,

Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

(P2M), Promosi Kesehatan dan Pengobatan di Puskesmas Borobudur pada

bulan Januari-September 2010.

d. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Borobudur.

e. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Borobudur

f. Mengetahui cara memprioritaskan masalah pencapaian upaya kegiatan

Puskesmas Borobudur dengan metode Hanlon kuantitatif.

g. Mampu menganalisa masalah pencapaian upaya-upaya kegiatan Puskesmas

Borobudur dengan menggunakan pendekatan sistem dan dilihat dari

manajemen Puskesmas.

6

Page 7: Laporan SPM Borobudur Revisi

h. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari hasil

analisa yang didapat.

C. Metodologi

Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan

selama lima hari pada tanggal 25-30 Juli 2010 di Puskesmas Borobudur,

Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) diperoleh

dari wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan staf puskesmas, untuk

memperoleh informasi program pelayanan di puskesmas. Data sekunder

diperoleh dari catatan data tertulis yang ada di puskesmas.

Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil

kegiatan sampai dengan bulan berjalan dibandingkan dengan sasaran bulan

berjalan lalu diperoleh cakupan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target tahun

2010 didapatkan pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari

100%. Kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari

prioritas masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan

pendekatan sistem. Kemudian analisis faktor penyebab masalah tersebut

dimasukkan ke dalam Fish Bone Analyze. Penyebab masalah diprioritaskan lalu

ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan MIV/C (kriteria matriks), lalu

dibuat POA (rencana kegiatan)

7

Page 8: Laporan SPM Borobudur Revisi

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Lingkungan

1. Keadaan Umum dan Lingkungan

1.1 Keadaan Geografi

Wilayah Kecamatan Borobudur terdiri dari 20 desa.

a. Batas-batas Wilayah Puskesmas Borobudur adalah :

- Utara : Kecamatan Salaman dan Kecamatan Tempuran

- Selatan : Kecamatan Kali Bawang, Kab. Kulon Progo dan Propinsi DIY

- Barat : Kecamatan Salaman

- Timur : Kecamatan Kota Mungkid dan Kecamatan Mungkid

b. Luas Wilayah Kerja

1.1. Wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah seluas 5458 Km2

1.2. Jumlah desa/kelurahan

Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah :

- Desa : 20 (dua puluh) desa

1.3. Peta wilayah

Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang terbagi satu wilayah kerja

Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Borobudur.

8

Page 9: Laporan SPM Borobudur Revisi

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang

1.4. Transportasi

Adapun untuk transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) Borobudur yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan sebagai

berikut :

- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 ( empat ) :

9

Page 10: Laporan SPM Borobudur Revisi

* Pada musim kemarau : 20 desa

* Pada musim hujan : 20 desa

- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 ( dua ) :

* Pada musim kemarau : 20 desa

* Pada musim hujan : 20 desa

- Kendaraan umum yang ada :

* Untuk mencapai kota kabupaten adalah bus dan angkutan desa

* Untuk mencapai ke desa - desa adalah ojek

- Jarak Puskesmas :

* Ke Dinas Kesehatan Kabupaten : 12 Km

* Ke Kota Kabupaten : 17 Km

c. Jumlah Desa Wilayah Kerja

Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Borbudur sebanyak 20 desa, yang

terdiri dari 92 dusun, dengan 1 desa miskin yaitu Desa Bigaran. Desa di wilayah

kerja Puskesmas Borobudur :

1. Giripurno 11. Tanjungsari

2. Giritengah 12. Karanganyar

3. Tuksongo 13. Tegalarum

4. Majaksingi 14. Kembanglimus

5. Kenalan 15. Ringinputih

6. Bigaran 16. Bumiharjo

7. Sambeng 17. Borobudur

10

Page 11: Laporan SPM Borobudur Revisi

8. Candirejo 18. Karangrejo

9. Ngargogondo 19. Ngadiharjo

10. Wanurejo 20. Kebonsari

d. Kondisi Geografis

1. Datar sampai bergelombang : 29% (198.593,74 Ha)

2. Bergelombang sampai berbukit : 35% (239.682,1 Ha)

3. Berbukit sampai bergunung : 36% (246.530,16 Ha)

e. Komunikasi

Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar : telepon, radio, surat kabar.

f. Data Kesehatan Lingkungan

1. Sarana pelayanan air bersih

Tabel 1. Sarana Pelayanan Air Bersih

No. Sarana Pelayanan Air Bersih ∑ Sarana ∑ Pemakai Persentase

1. Sumur gali 4.171 31.652 57,69%

2. Perlindungan mata air 17 5.028 9,16%

3. Non PDAM 167 544 0,99%

4. PDAM 227 1.034 1,88%

5. Sumur pompa tangan 67 979 1,78%

TOTAL 4.649 39.237 71,5%

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2008

11

Page 12: Laporan SPM Borobudur Revisi

Dari data di atas terlihat sebagian besar penduduk (57,69%) di wilayah kerja

Pusekesmas Borobudur memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Hal ini lebih

tinggi dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (36,27%).

2. Sarana Jamban

Tabel 2. Sarana Jamban

No. Sarana Jamban ∑ Sarana ∑ Pemakai Persentase

1. Cemplung leher angsa 2.042 12.578 23,8%

2. Cemplung non leher angsa 1.818 9.925 18,18%

3. Septic tank non leher angsa 1.983 9.915 12%

4. Jamban umum (MCK) 52 544 1%

TOTAL 5.077 29.391 55,5%

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2008

Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa (23,8%)

dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur lebih

rendah dari profil Jawa Tengah (64,24%)

3. Sarana Pembuangan Air Limbah

Dari 8.108 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki saluran

pembuangan air limbah. Bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (39,25%),

maka dapat disimpulkan bahwa sarana pembuangan limbah di wilayah kerja

Puskesmas Borobudur lebih baik dari profil Jawa Tengah.

g. Situasi Puskesmas

12

Page 13: Laporan SPM Borobudur Revisi

Puskesmas Borobudur merupakan puskesmas rawat inap yang terdiri atas 1

puskesmas induk dan mempunyai 4 puskesmas pembantu (Kenalan, Karang

anyar, Tegalarum, Borobudur).

- Luas tanah : 527 m2

- Luas gedung : 365 m2

- Jumlah tempat tidur : 9 buah tempat tidur

- Ruang pelayanan yang tersedia : 1. Ruang rawat inap : 3 ruang

2. BP umum : 1 ruang

3. BP gigi : 1 ruang

4. Ruang KIA-KB : 2 ruang

5. Ruang laboratorium : 1 ruang

6. Ruang pelayanan obat : 1 ruang

7. Gudang obat : 1 ruang

8. Dapur : 1 ruang

h. Sarana Kesehatan

Puskesmas induk : 1 buah

Puskesmas pembantu : 4 buah (Kenalan, Karanganyar, Tegalarum, Borobudur)

Polindes : 1 buah (Bumiharjo)

PKD : 12 buah (Giripurno, Giritengah, Majaksingi, Sambeng,

Candirejo, Ngadiharjo, Kebonsari, Tuksongo,

Ngargogondo, Karangrejo, Bigaran, Wanurejo )

Bidan desa : 21 orang di 20 desa (Giripurno,Wanurejo,Giritengah,

Majaksingi,Sambeng,Candirejo,Ngadiharjo, Tuksongo,

13

Page 14: Laporan SPM Borobudur Revisi

Karangrejo,Bumiharjo,Ringinputih,Kenalan,Bigaran,

Ngargogondo, Borobudur, Tanjungsari, Karanganyar,

Kebonsari,Tegalarum,Kembanglimus)

Posyandu : 118 tempat

Dukun bayi terlatih : 29 orang

UKS : 67 unit

Pelembagaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan urutan

tingkat status kesehatan adalah sebagai berikut :

- Strata I (Pratama) : 1,06 %

- Strata II (Madya) : 15,23 %

- Strata III (Utama) : 40,04 %

- Strata IV (Paripurna) : 14,75 %

1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk : 56.279 jiwa

Jumlah laki-laki : 28.331

Perempuan : 28.013

Jumlah KK : 15.546 KK

Kepadatan penduduk : 10,3 jiwa/km2

Jumlah pasangan usia subur : 10661 pasangan

14

Page 15: Laporan SPM Borobudur Revisi

Dari data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di

kecamatan Borobudur masih rendah bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah. Data

penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan golongan umur di wilayah kerja

Puskesmas Borobudur tahun 2009

NO. UMUR (TAHUN) JUMLAH

1. 0 – 1 1068

2. 1 - 5 2992

3. 5 – 6 1458

4. 7 – 15 9067

5. 16 – 21 4925

6. 22 – 59 30509

7. > 60 10386

Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009

Tabel 4. Komposisi Penduduk Per Desa

di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009

No. Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk

1. Giripurno 1200 1121 2321

15

Page 16: Laporan SPM Borobudur Revisi

2. Giritengah 1675 1634 3309

3. Tuksongo 1568 1603 3171

4. Majaksingi 1343 1404 2747

5. Kenalan 689 594 1283

6. Bigaran 645 675 1320

7. Sambeng 699 719 1418

No. Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk

8. Candirejo 2078 2099 4177

9. Ngargogondo 887 312 1199

10. Wanurejo 1960 1871 3831

11. Borobudur 4184 4027 8211

12. Tanjungsari 590 585 1175

13. Karanganyar 840 775 1615

14. Karangrejo 1293 1256 2549

15. Ngadiharjo 2223 2293 4516

16. Kebonsari 959 902 1861

17. Tegalarum 1052 1100 2152

18. Kembanglimus 961 905 1866

19. Ringinputih 2550 2483 5033

20. Bumiharjo 987 957 1935

Total 28374 27315 55689

Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009

16

Page 17: Laporan SPM Borobudur Revisi

3. Sosial Budaya

a. Sarana Peribadatan April 2010

- Masjid : 106 buah

- Gereja : 5 buah

- Musholla : 47 buah

Data pemeluk agama dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Wilayah Puskesmas Borubudur tahun 2006

Agama Jumlah Persentase

Islam

Kristen

Katolik

Budha

Hindu

52.966

114

1.489

13

4

97, 03%

0,21%

2,73%

0,02%

0,007%

Total 54.586 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Borobudur tahun 2006

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 6. Tingkat Pendidikan usia 5 Tahun ke Atas

di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Belum pernah sekolah 3432 7 %

Tidak tamat SD 10.358 21 %

17

Page 18: Laporan SPM Borobudur Revisi

Tamat SD/MI 21.040 42 %

Tamat SLTP 7642 15 %

Tamat SLTA/MA 5735 13 %

Tamat AK/PT 757 2 %

Total 48964 100 %

Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009

Sarana Pendidikan :

- TK : 30 buah

- SD/MI : 51 buah

- SLTP/MTS : 11 buah

- SLTA/MA : 5 buah

- Pondok Pesantren : 1 buah

c. Perilaku Masyarakat

1. Perilaku positif (mendorong pembangunan kesehatan)

- Kegotongroyongan

- Kegiatan jumat bersih di beberapa desa

- Pertemuan dasa wisma (PKK rutin di desa-desa)

2. Perilaku negatif (menghambat pembangunan kesehatan)

- BAB tidak pada tempatnya (disungai, kolam, kebun, selokan)

- Kebiasan membuang sampah tidak pada tempatnya

d. Sosial ekonomi

- Mata Pencaharian

18

Page 19: Laporan SPM Borobudur Revisi

Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun

2006

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Buruh tani 6.571 14,8

Petani 11.215 25,2

Buruh 2.955 6,65

PNS/ABRI 1.128 2,54

Sopir angkutan 474 1,06

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Pedagang 1.702 3,83

Pensiunan PNS/ABRI 383 0,86

Pengusaha 1.107 2,5

Lain-lain 18.778 42,3

TOTAL 44.376 100

Sumber : Data Dinas Kependudukan Catatan Sipil tahun 2006

- Sarana perekonomian

Industri rumah tangga : 34 buah

Pasar umum : 5 buah

Bank : 3 buah

Warung makan : 36 buah

KUD : 2 buah

Terminal : 1 buah

Salon : 12 buah

Hotel : 15 buah

19

Page 20: Laporan SPM Borobudur Revisi

20

Page 21: Laporan SPM Borobudur Revisi

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BOROBUDUR

21

Rawat JalanPoli Umum:

dr Yuniar, dr SiswantoSpesialis : dr Spesialis

Poli Gigi : drg.Lus UdiartiKIA : Esti Murdiwati

KB : Endang Puji

Rawat InapRawat Inap : dr Siswanto,

dr YuniarDapur/Gizi : Indah

PenunjangLaboratorium:

FX.Listanto Apotek : SusiPendaftaran : Shinta

SIMPUS : Norma

Unit Penggerak Pembangunan Kesehatan

Kepala PuskesmasDr. Farida Pudjiastuti

Penyehatan Lingkungan : Kurnia ArtantiP2 malaria/DBD : WiwikP2 TB/Imunisasi/Kusta : MujiatiP2 ISPA/Diare : EnikUKS : SolimahPerkesmas : IstiqomahPromkes : Sumaryani

Kelompok Jabatan

Fungsional

Administrasi UmumLisfantono, FX Listanto

KeuanganEnik K., Istiqomah, Kurnia A.

Puskesmas PembantuTegalarum : Wiwik WidayatiKenalan : EnikKaranganyar : IstiqomahBorobudur : Solimah

Unit Pelayanan Kesehatan

Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

Kesehatan Keluarga : Esti MurdiwatiEndang P., bidan desa

Peningkatan Gizi : Indah, Kusniati

PKD Sambeng, Candirejo, dan NgadiharjoPKD Giritengah dan KebonsariPKD Giripurno dan Majaksingi

Page 22: Laporan SPM Borobudur Revisi

B. Komponen Masukan (Input)

1. Ketenagakerjaan

Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010

Tenaga Kerja Jumlah Kebutuhan Jumlah Yang Ada Jumlah Kekurangan

Puskesmas induk

Dokter umum 3 4 -

Dokter gigi 1 2 -

Bidan puskesmas 3 3 -

Bidan desa 20 21 -

Perawat kesehatan 15 15 -

Perawat gigi 1 1 -

Sanitarian 1 1 -

Petugas gizi 2 1 1

Tenaga laboratorium 2 2 -

Pengelola obat 2 2 -

Tenaga administrasi kesehatan 2 2 -

Petugas loket 1 2 -

Juru malaria desa 3 3 -

Pengemudi 1 1 -

Penjaga malam 2 2 -

Sumber : Profil Tenaga Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010

22

Page 23: Laporan SPM Borobudur Revisi

2. Sarana

a. Sarana fisik

Gedung puskesmas meliputi ; loket pendaftaran, laboratorium, apotek, ruang KIA/KB,

BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata usaha, ruang kepala puskesmas, ruang

imunisasi, ruang rawat inap, kamar mandi, tempat parkir, mushola, ruang tunggu.

b. Sarana penunjang medis

- dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (satu unit)

- perlengkapan medik umum : KIA set dan KB set, poliklinik set terbatas, peralatan

operasi, obstetry dan neonatal kid,perlengkapan laboratorium, EKG dan alat periksa.

c. Sarana obat

- Jumlah obat cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik.

- Obat-obat berasal dari obat Instalansi Farmasi Kabupaten Magelang tiga bulan.

d. Sarana penunjang

- mobil puskesling : 2 buah

- sepeda motor : 5 buah

- komputer : 3 buah

- lemari es : 1 buah

- alat komunikasi : radio, telepon, dan alat-alat penyuluhan

3. Sumber dan penggunaan dana

Dana puskesmas diperoleh dari APBD tingkat II (pengembalian rutin, BBM),

ASKES, dan JAMKESMAS. Hasil yang diperoleh puskesmas dari biaya pengobatan

disetorkan ke pemerintah daerah. Pengembalian retribusi sebesar 85% dari yang disetorkan,

berlaku mulai Mei 2007.

23

Page 24: Laporan SPM Borobudur Revisi

C. Deskripsi Kerja

1. Dokter / Kepala Puskesmas

Tugas Pokok : Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan baik.

Fungsi :

A. Sebagai Manager :

1. Melaksanakan fungsi – fungsi manajemen di Puskesmas

2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal dan

horizontal

3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.

B. Sebagai seorang Dokter :

1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita

2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi

3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat

2. Dokter Umum

Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas

dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas

2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di Puskesmas,

Pustu atau Pusling

3. Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan masyarakat

4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan

24

Page 25: Laporan SPM Borobudur Revisi

3. Dokter Gigi

Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja

Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas

2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas

3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas

4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat Membantu

membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat

5. Memberikan penyuluhan kesehatan

6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

4. Perawat Gigi

Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Fungsi :

1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas

2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit

3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi

4. Melaksanakan UKS dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi

5. Tata Usaha

Tugas Pokok :

1. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas

2. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk

25

Page 26: Laporan SPM Borobudur Revisi

Fungsi :

1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi

2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas

3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas

4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan

6. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di

wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.

Fungsi :

1. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung

2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas

3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik

7. Petugas Pengobatan

Tugas Pokok :

a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dari dokter

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan

d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan

f. Melakukan kegiatan Puskesmas

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu

26

Page 27: Laporan SPM Borobudur Revisi

8. Petugas P2PM

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas

2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular

3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular

4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan

5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter

6. Melakukan kunjungan rumah

7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2PM

8. Memberikan penyuluhan kesehatan

9. Melakukan pencatatan dan pelaporan

9. Petugas KIA

Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar

dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak

2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi

3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil

4. Melakukan pembinaan dukun bayi

5. Melakukan pembinaan kepada bidan desa

6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA

27

Page 28: Laporan SPM Borobudur Revisi

7. Melakukan penyuluhan kesehatan

8. Melakukan pencatatan dan pelaporan

9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi

10. Petugas Gizi

Tugas Pokok : melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan

2. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi

3. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi

4. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan

6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik

7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik

8. Melakukan pembinaan Posyandu

9. Melakukan rujukan kasus gizi

11. Petugas Sanitarian

Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik dan lingkungan

yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.

Fungsi :

1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban keluarga,

rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan

28

Page 29: Laporan SPM Borobudur Revisi

2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan

air hujan dan sarana air bersih lainnya

3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat – tempat umum

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan

5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral

6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.

7. Memberikan penyuluhan kesehatan

8. Pengawasan, penyehatan perumahan

9. Pengawasan pembuangan sampah

10. Pengawasan makanan dan minuman

11. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)

12. Pelayanan Imunisasi

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas

2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi

3. Melakukan pencatatan dan pelaporan

4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi

5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur

6. Melakukan sweeping untuk daerah - daerah yang cakupannya kurang

7. Memberikan penyuluhan kesehatan

13. Petugas Apotek

Tugas Pokok : Memeriksa, meracik dan membungkus obat.

29

Page 30: Laporan SPM Borobudur Revisi

Fungsi :

1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat

2. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik

3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat

5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat

14. Petugas Laboratorium

Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

1. Membantu menegakkan diagnosa penyakit

2. Melaksanakan pemeriksaan spesimen

3. Membantu rujukan spesimen

4. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium

5. Memberikan penyuluhan kesehatan

6. Melakukan pencatatan dan pelaporan

15. Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung

Puskesmas.

Fungsi :

1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan

2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran

3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien

4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku

30

Page 31: Laporan SPM Borobudur Revisi

5. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut

6. Melakukan pencatatan dan pelaporan

16. Petugas Gudang Obat

Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas

Fungsi :

1. Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di Puskesmas

2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas

3. Mengatur penyimpanan obat

4. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat

5. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)

6. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat

Tabel.9 Spesifikasi Kepegawaian Puskesmas Borobudur

No. Jenis Tenaga Jumlah Nama

1 Dokter Umum 4 Dr.Farida

Dr.Yuniar

Dr.Siswanto

Dr.Ratna

2 Dokter Gigi 2 Drg.Lus Udiarti

Drg.Sadewa

3 Perawat 7 Wiwik Widayati A.Md.Keb

Mujiati

Solimah A.Md.Keb

Enik Kuswati

A.Semi Rahayu S.Klp.Ns

Istiqomah A.Md.Keb

Nurmawati A.Md.Kep

31

Page 32: Laporan SPM Borobudur Revisi

No. Jenis Tenaga Jumlah Nama

4 Perawat Gigi 1 Efi Kirnawati

5 Bidan 13 Royani

Endang Pujiati

Dhanti Wardani A.Md.Keb

Esti Murdiwati A.Md.keb

Nur Hihadayah A.Md.Keb

Tri Sulistiyowati A.Md.Keb

Solikhatun A.Md.Keb

Asmawati A.Md.Keb

Puspitawati A.Md.Keb

Ika Alvi Susana A.Md.Keb

Rochyani Lestari A.Md.Keb

Ari Sulistiyani A.M.Keb

D. Sarana Pelayanan Puskesmas

6 (Enam) Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Borobudur, yaitu :

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. KIA dan KB

4. Gizi

5. P2PM

6. Pengobatan

Ada beberapa Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Borobudur, yaitu:

a. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

b. Upaya kesehatan sekolah

c. Upaya kesehatan jiwa

d. USILA

32

Page 33: Laporan SPM Borobudur Revisi

Tabel.10. Pola Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Puskesmas Borobudur

Semua Kelompok Umur Periode Januari - Juni Tahun 2010 (Semua Kunjungan Baru)

No. Nama penyakit Jumlah penderita Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Infeksi Akut Lain Saluran Napas Atas

Demam (Febris)

Mialgia

Vulnus

KB Suntik

Hipertensi primer

KIR melamar pekerjaan

Pusing (Sefalgia)

Artritis tidak spesifik

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

Dll

1275

607

462

420

402

371

312

272

262

261

27 %

13 %

10 %

9 %

9 %

8 %

7 %

6 %

6 %

6 %

Jumlah 4644 100 %

Sumber : Data Profil Kesehatan Puskesmas Borobudur berdasarkan SIMPUS tahun 2010

Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan jika dilihat dari angka kematian bayi (6,7/1000), balita (0/1000) dan

kematian maternal (1,67/1000), maka Puskesmas Borobudur Tahun 2010 sudah sehat. Hal ini

karena semua angka kematian (bayi, balita, dan ibu maternal) dibawah target maksimal

Indikator Indonesia Sehat 2010,yaitu 40/1000 dan balita 58/1000 . Jika dilihat dari angka

kesakitan balita diare (0,4/1000) maka Puskesmas Borobudur belum sehat karena di bawah

target (0%)

33

Page 34: Laporan SPM Borobudur Revisi

BAB III

DATA KHUSUS UPAYA PUSKESMAS /

PROGRAM PUSKESMAS

A.Program-Program Pokok Puskesmas

1. Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah:

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan.

3. KIA dan KB

4. Perbaikan Gizi Masyarakat

5. P2PM (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular)

6. Pengobatan

2. Upaya kesehatan pengembangan:

a. Upaya perawatan masyarakat

b. Upaya kesehatan jiwa

c. Upaya kesehatan sekolah

d. Upaya kesehatan usia lanjut

B.Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

1. Promosi Kesehatan

Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan

Pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat

34

Page 35: Laporan SPM Borobudur Revisi

Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah:

a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya

Jumlah seluruhnya ada 118 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu

KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan diare.

b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)

Jumlah seluruhnya 12 PKD (Giripurno, Giritengah, Majaksingi, Sambeng, Candirejo,

Ngadiharjo, Kebonsari, Ringinputih)

c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan Berdasarkan target Dinkes

Kabupaten Magelang tahun 2010.

Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang dibagi

menjadi 2 kegiatan yaitu:

a. Upaya penyuluhan, pencegahan, penanggulangan, penyalahgunaan narkoba,

psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA) berbasis masyarakat sebesar 24%

b. Posyandu purnama seluruhnya sebanyak 38%. Frekuensi pembinaan sebesar 12x/tahun.

Jumlah kader terlatih sebesar 1 posyandu minimal memiliki 5 kader aktif sebesar 80%.

Tabel 11. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010

Indikator Target Cakupan Pencapaian

(%)Kegiatan Persen(%)

Frekuensi pembinaan 100% 708 120% 120%

Jumlah kader terlatih 1 posyandu

5 kader (100%)

511 87% 87%

Jumlah kader aktif 80% 487 95% 119%

35

Page 36: Laporan SPM Borobudur Revisi

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Klinik higiene dan sanitasi :

Pelayanan di puskesmas buka setiap hari senin, dan pelayanan di luar puskesmas

setiap hari selasa-sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga sanitarian yang juga bertugas

dalam program lapangan.

Upaya kesehatan lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau hilangnya

semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan

pengaruh jelek terhadap kesehatan.

Jenis kegiatan:

1. Pelayanan kesehatan lingkungan

Indikatornya:

a. Institusi yang dibina (70%)

b. Rumah sehat (70%)

c. Penduduk yang memanfaatkan jamban (75%)

d. Rumah yang mempunyai SPAL (65%)

2. Pelayanan pengendalian vektor

Indikatornya:

Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk

3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum

Indikatornya:

a. TTU yang diperiksa (100%)

b. TTU yang memenuhi syarat sanitasi (80%)

36

Page 37: Laporan SPM Borobudur Revisi

c. T2PM yang diperiksa (90%)

d. T2PM yang memenuhi syarat sanitasi (75%)

Tabel 12. Tabel Hasil kegiatan Status Kesehatan Lingkungan

Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010

Indikator Target

Cakupan

PencapaianKegiatan Persen (%)

Institusi yang dibina 70%

Tidak ada

data

Tidak ada

data

Tidak ada

data

Jml Tempat Tempat Umum (TTU)

yg diperiksa* 100% 67 52% 51,94%

Tempat-tempat umum (TTU) yg

memenuhi syarat sanitasi 80% 58 87% 108%

Tempat Pengolahan Makanan &

Penjualan (TP2M) diperiksa* 90% 44 37% 41,57%

T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* 75% 11 25% 33,33%

Rumah sehat 70%

Tidak ada

data

Tidak ada

data

Tidak ada

data

Penduduk yg memanfaatkan jamban 75% 991 98% 130,18%

Rumah yg mempunyai SPAL 65% 413 49% 75,10%

Rumah/bangunan bebas jentik 100% Tidak ada

data

Tidak ada

data

Tidak ada

data

37

Page 38: Laporan SPM Borobudur Revisi

3.Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas, Pelayanan

KIA dilakukan setiap hari Senin-Sabtu.

Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis.

Pelayanan Imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, untuk bayi yang

berhalangan maka dilakukan di posyandu.

a. KIA

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita

serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan

keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta

meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal

yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

b. KB

Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan

diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah

mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:

i. Tujuan umum

Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).

ii. Tujuan khusus

38

Page 39: Laporan SPM Borobudur Revisi

Yaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat

kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya

kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.

Tabel 13. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010

Indikator Target

Cakupan Pencapaian

(%)Kegiatan Persen (%)

Cakupan Kunjungan bumil K1* 100% 648 104% 104%

Cakupan Kunjungan bumil K4 95% 610 93% 98%

Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil* 100% 324 247% 247%

Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani (PONED) 100% 324 100% 100%

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 95% 628 100% 106%

Cakupan Kn1*) 100% 623 105% 105%

Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 95% 618 104% 109%

Cakupan kunjungan Bayi 90% 589 99% 110%

BBLR yg ditangani 100% 30 100% 100%

Neonatal resti yg ada / ditemukan* 100% 34 100% 100%

Jumlah dukun bayi yg terlatih 100% 29 100% 100%

Frekuensi pembinaan dukun 10x/th 4 80% 80%

Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra balita 95% 2550 82% 86%

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat 100% 930 164% 164%

Jumlah TK yang dibina 100% 74 200% 200%

Jumlah seluruh peserta KB aktif 80% 8587 81% 101%

Cakupan pelayanan pra Usila dan Usila 70% 2029 44,13% 63,04%

39

Page 40: Laporan SPM Borobudur Revisi

4. Perbaikan Gizi Masyarakat

Pelayanan dikelola nutritionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari senin-sabtu.

Pelayanan gizi.

Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang

umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak

balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk

menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A,

gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi.

Jenis kegiatan:

a. Pemantauan dan pertumbuhan balita

Indikatornya: - Balita yang datang dan ditimbang(D/S) (80 %)

- Balita yang naik berat badannya(N/D) (80 %)

- Balita BGM (<1,5 %)

b. Pelayanan gizi

Indikatornya:

- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun (95%).

- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn (95%).

- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe ( 90%).

- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan (100%).

40

Page 41: Laporan SPM Borobudur Revisi

Tabel 14. Tabel hasil kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010

Indikator Target

Cakupan Pencapaian

Kegiatan Persen (%)

Balita yg datang dan ditimbang (D/S) 80% 4168 85,13% 106%

Balita yg naik berat badannya (N/D) 80% 3279 78,67% 98%

Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kaps vit A dosis tinggi 95% 590 100% 105%

Cakupan anak balita ( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 2x/ thn 95% 3501 100% 105%

Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 90% 636 97,10% 106%

Balita BGM <1,5% 75 1,80% 83%

Balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 6 100% 100%

Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 89% 644 112,49% 126%

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)

Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan.

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Tujuan dari program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat

dikendalikan.

Kegiatan dari P2PM adalah :

a. P2 TB Paru

Indikatornya : - Cakupan suspect TB paru (80%)

- Penderita BTA + (case detection rate) (70%)

- Angka konversi (convertion rate) (80%)

41

Page 42: Laporan SPM Borobudur Revisi

- Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita BTA + sembuh /

jumlah penderita BTA + diobati) x 100% (85%)

Cakupan suspect TB paru (80%)

Penderita BTA + (case detection rate) (70%)

Angka konversi (convertion rate) (80%)

1. Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita BTA + sembuh / jumlah

penderita BTA + diobati) x 100% (85%)

b. P2 ISPA

Indikatornya :

Cakupan pneumonia balita yang ditangani (100%).

c. P2 Diare

Indikatornya :

- Balita dengan diare yang ditangani (100%)

d. Imunisasi

Indikatornya :

1. Jumlah bumil yang mendapat TT1 (98%)

2. Jumlah bumil yang mendapat TT2 (95%)

3. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi :

i. BCG (95%)

ii. DPT1 (95%)

iii. DPT3 (95%)

iv. Polio 1 (95%)

v. Polio 4 (95%)

42

Page 43: Laporan SPM Borobudur Revisi

vi. Campak (95%)

vii. Hepatitis B 1 (0-7 hari) (95%)

viii. Hepatitis B 1 total (95%)

e. P2 DBD

Indikatornya :

a. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar (100%)

b. Rumah atau bangunan bebas jentik

c. Tingkat insidens (20/100.000 penduduk)

d. Kematian karena DBD (<1% )

f. P2 Malaria

Hasil kegiatan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Januari - Juni 2010:

i.Cakupan suspek TB paru 80%

ii.Penemuan kasus TB BTA (+) 70%

iii.Angka kesembuhan 85%

iv.Cakupan bayi dengan pneumoni yang ditemukan / ditangani sesuai standar 100%

v.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar 100%

43

Page 44: Laporan SPM Borobudur Revisi

Tabel 15. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010

Indikator Target

Cakupan Pencapaian

(%)Kegiatan Persen (%)

Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide ACD 5% 847 12% 241%

Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide PCD 2% 554 1% 49,46%

Cakupan suspek tb paru* 80% 36 12% 15%

Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) 70% 5 17% 24%

Angka konversi(convertion rate) * 80% 3 50% 63%

Angka kesembuhan (cure rate) 85% 9 113% 132%

Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan / ditangani (sesuai standar) 100% 38 26,39% 26,39%

Balita dg diare yg ditangani sesuai standar 100% 368 432,94% 432,94%

Penderita kusta yang selesai berobat 100% Tidak ada data Tidak ada dataTidak ada data

Jumlah bumil yg mendapat TT1* 98% 633 97% 99%

Jumlah ibu hamil yg mendapat TT2* 95% 563 86% 91%

BCG* 95% 628 106% 111%

DPT 1* 95% 580 97%% 103%

DPT 3 * 95% 603 101% 107%

Polio 1* 95% 555 93% 98%

Polio 4* 95% 530 89% 94%

Campak* 95% 589 99% 104%

Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 95% 621 104% 110%

Hepatitis B1 total* 95% 598 101% 106%

Hepatitis B2 * 95% 575 97% 102%

Hepatitis B3* 95% 603 101% 107%

Penderita DBD yg ditangani*sesuai standar 100% 18 100,00% 100,00%

Incidence rate 20/100.000 0 0% 0%

44

Page 45: Laporan SPM Borobudur Revisi

penduduk

6. Upaya Pengobatan

A. Pengobatan

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan

tersebut.

Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.

b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:

1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.

2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.

3. Mencegah dan mengurangi kecacatan.

4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.

Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:

1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.

1. Melakukan tindakan pengobatan.

2. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu.

3. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lain-lain.

Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah

kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator

kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:

45

Page 46: Laporan SPM Borobudur Revisi

1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa seseorang

menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2009 sebesar 60% kali jumlah penduduk.

2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih

dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan

pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode penyakit yang

bersangkutan.

3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang

masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah

kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi kunjungan adalah rata-

rata jumlah kunjungan setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.

Tabel 16. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan

Puskesmas Borobudur Januari- Juni 2010

Indikator Target

Cakupan

PencapaianKegiatan Persen (%)

Jumlah kasus baru (x) 60% 8497 64% 107%

Frekuensi kunjungan : jml kasus

B+L+KK / B.

Frek.Kunj.= (x+y+z)/ x 1,21 1,1755 0,03% 103%

BOR (Bed occupance rate) 60% 1471 91% 151%

LOS (length of Stay) 4 1471 3 133%

46

Page 47: Laporan SPM Borobudur Revisi

B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Borobudur

1. Rawat Jalan

a. Poliklinik Umum

Poliklinik Puskesmas Induk.

Pelayanan buka setiap hari kecuali hari libur, dikelola oleh:

Tenaga dokter: 4 orang.

Bertugas setiap hari.

Tenaga paramedis: 2 orang di Pengobatan dan 2 orang di Rawat Inap.

Bertugas setiap hari Senin sampai Sabtu, bekerja sama dengan dokter.

Poliklinik Puskesmas Pembantu.

Tegalarum : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola

oleh perawat Puskesmas.

Kenalan : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola

oleh perawat Puskesmas

Borobudur : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola

oleh perawat Puskesmas

Karanganyar : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola

oleh perawat Puskesmas

Pondok Bersalin Desa (Polindes).

Terdapat 1 pondok bersalin desa buka 24 jam.

Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).

Terdapat 12 Poliklinik Kesehatan Desa buka setiap hari pukul 7.00 - 14.00 WIB

b. Poliklinik Gigi

47

Page 48: Laporan SPM Borobudur Revisi

Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Sabtu, dibantu oleh seorang perawat gigi

dilakukan setiap hari.

Poliklinik gigi dikelola oleh:

Tenaga dokter gigi: 2 orang.

Tenaga perawat gigi: 1 orang.

C. Upaya Kesehatan Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Sekolah

Kegiatan rutin UKS buka setiap hari sekolah, dikelola oleh 1 orang paramedis beserta dokter

kecil yang anggotanya merupakan siswa/siswi sekolah yang bersangkutan. Setiap satu bulan sekali,

Puskesmas mengadakan kunjungan langsung ke UKS untuk mengadakan kegiatan kesehatan, sesuai

jadwal yang disepakati bersama antara sekolah dan Puskesmas.

Tabel 17. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah

Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010

Indikator Target Cakupan Pencapaian

(%)Kegiatan Persen

(%)

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak

balita dan pra sekolah

95% 2550 82% 86%

Cakupan Pemeriksaan kesehatan Siswa SD

dan setingkat oleh tenkes, atau tenaga

terlatih/ guru UKS/ dokter kecil

(penjaringan kelas 1)

100% 465 164% 164%

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK,

kelas I SLTP, SLTA dan setingkat

80% 1346 198% 247%

Cakupan pelayanan kesehatan remaja 80% 621 172% 215%

48

Page 49: Laporan SPM Borobudur Revisi

(penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/

setingkat)

Jumlah TK yang dibina 100% 36 200% 120%

2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga

kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan

masyarakat sendiri melalui PKD, Posyandu, penyuluhan dan upaya promosi kesehatan lainnya.

3. Upaya Kesehatan Jiwa

Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga

kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui PKD, Posyandu dengan kegiatan berupa

konseling dan upaya promosi kesehatan jiwa.

Tabel 18. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa

Puskesmas BorobudurJanuari - Juni 2010

Indikator Target Cakupan Pencapaian

(%)Hasil

kegiatan

%

Pelayanan

gangguan jiwa di

sarkes umum

15% 163 2% 12%

4. Upaya Penunjang

Laboratorium

49

Page 50: Laporan SPM Borobudur Revisi

Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 1 petugas laboratorium, dan seorang petugas

laboratorium pembantu, dengan pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan

hemoglobin, golongan darah, kadar gula darah, asam urat, PP test, pemeriksaan BTA , pemeriksaan

darah malaria, tes kehamilan.

Cakupan Program dan Data Pembanding (SPM): terlampir (lampiran 1)

50

Page 51: Laporan SPM Borobudur Revisi

PROSESFungsi

Manajemen (P1,P2,P3)

dan Manajemen

Mutu

OUTPUT

CakupanKegiatan dan

Mutu

INPUT

ManMoneyMethod

Material Machine

LINGKUNGAN

FisikKependudukanSosial Budaya

Sosial EkonomiKebijakan

OUTCOME IMPACT

BAB IV

ANALISIS MASALAH

Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari – Juni 2010, berdasarkan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada

bulan Januari – Juni 2010, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya dengan

menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem , sebagai berikut :

51

Page 52: Laporan SPM Borobudur Revisi

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal.

Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan

masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah

dapat terjadi pada input maupun proses.

A.Cakupan Program yang Masih Bermasalah

Berdasarkan data pencapaian kegiatan 7 program Puskesmas Borobudur mulai bulan Januari

sampai dengan Juni 2010 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah karena skor

pencapaiannya kurang dari 100% :

Tabel 19. Daftar Masalah Manajemen Program

Puskesmas Borobudur Bulan Januari - Juni 2010

No Daftar Masalah Skor Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan bumil K4 98

2 Frekuensi pembinaan dukun 80

52

Page 53: Laporan SPM Borobudur Revisi

3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 86

4 Cakupan pelayanan usila 63,04

5 Balita yang naik berat badannya (N/D) 98

6 Balita BGM 83

7 Jumlah TTU yang diperiksa 51,94

8 TP2M yang diperiksa 41,57

9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 33,33

10 Rumah yang mempunyai SPAL 75,10

11 Slide PCD 49,46

No Daftar Masalah Skor Pencapaian (%)

12 Cakupan suspek TB paru 15

13 Penemuan kasus TB BTA positif (Case Detection Rate) 24

14 Angka konversi 63

15 Cakupan balita pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standard) 26,39

16 Jumlah bumil yang mendapat TT1 99

17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 91

18 Polio1 98

19 Polio4 94

20 Jumlah kader terlatih 87

21 Pembentukan dokter kecil 29

22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 12

23 Deteksi kasus baru dan lama P2PTM 10

53

Page 54: Laporan SPM Borobudur Revisi

B.Teknik Prioritas Masalah

Tabel 22 di atas menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas

Borobudur bulan Januari - Juni 2010. Melihat banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu

dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.

Metode Hanlon Kuantitatif

Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah, dengan rumus

(A + B) x C x D

Keterangan :

1. Kriteria A : Besar Masalah (nilai 0-10)

2. Kriteria B : Kegawatan Masalah (nilai 1-5)

3. Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)

4. Kriteria D : PEARL Faktor (nilai 0 atau 1)

Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah :

1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan masalah.

2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor

tersebut.

3. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.

Kriteria A : Besar Masalah

Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang

digunakan bersifat kuantitatif. Misal : prosentase penduduk yang terkena efek langsung masalah

54

Page 55: Laporan SPM Borobudur Revisi

tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut,

besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain.

Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan

Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan

range untuk menentukan nilai besarnya masalah.

Langkah – langkahnya :

1. 100% dikurang skor pencapaian (dalam persen) dari masing-masing masalah, maka akan

dihasilkan besar masalah.

2. Menentukan jumlah kolom yang akan digunakan:

K= 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 23

= 1 + ( 3,3 x 1,36) = 5,493 ~ 6

3. Selisih dari besar masalah yang tertinggi dan terendah kemudian dibagi jumlah kolom, akan

didapatkan range

Range = 90 % - 2 % = 14,67%

6

4. Setelah mendapatkan range, kita akan mendapatkan skala besar masalah.

2 + 14,67 = 16,67 → skala I : 2 – 16,67

16,68 + 14,67 = 31,35 → skala II : 16,68 – 31,35

31,36 + 14,67 = 46,03 → skala III : 31,36 - 46,03

46,04 + 14,67 = 60,71 → skala IV : 46,04 – 60,71

60,72 + 14,67 = 75,39 → skala V : 60,72 – 75,39

55

Page 56: Laporan SPM Borobudur Revisi

75,40 +14,67 = 90,07 → skala VI : 75,40 – 90,07

5. Kemudian besar masalah dapat diklasifikasikan ke dalam skala - skala yang telah kita

tentukan sebelumnya. Sehingga kita bisa mendapatkan nilai untuk tiap - tiap masalah.

Tabel 20. Kriteria A (Besar Masalah)

No Daftar Masalah

Besar

masalah

( % )

Besar Masalah

2,00

16,67

16,68

31,35

31,36

46,03

46,04

60,71

60,72

-

75,39

75,40

90,00 Nilai

1,5 3 4,5 6 7,5 9

1. Cakupan kunjungan bumil K4 2% X 1,5

2. Frekuensi pembinaan dukun 20 %X 3

3. Deteksi dini tumbuh kembang

anak balita dan prasekolah

14 %X 1,5

4. Cakupan pelayanan usila 36,96 % X 4,5

5. Balita yang naik berat badannya 2 % X 1,5

6. Balita BGM 17 % X 3

7. Jumlah TTU yang diperiksa 48,06 % X 6

8. TP2M yang diperiksa 58,43 % X 6

9. TP2M yang memenuhi syarat

sanitasi

66,67

%X 7,5

56

Page 57: Laporan SPM Borobudur Revisi

10. Rumah yang mempunyai SPAL 24,9% X 3

11. Slide PCD 50,54% X 6

12. Cakupan suspek TB Paru 85 % X 9

13 Penemuan kasus TB BTA + 76% X 9

14 Angka konversi 37% X 4,5

15 Cakupan balita dengan Pneumoni

yang ditemukan atau ditangani

(sesuai standar)

73,61%

X 7,5

16 Jumlah bumil yang mendapat TT 1 1% X 1,5

17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 9% X 1,5

18 Polio 1 2% X 1,5

19 Polio 4 6% X 1,5

20 Jumlah kader terlatih 13% X 1,5

21 Pembentukkan dokter kecil 71% X 7,5

22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes

umum

98% X9

23 Deteksi kasus baru dan lama

P2PTM

90% X9

Kriteria B : Kegawatan Masalah

Penilaian kriteria ini lebih bersifat subyektif. Tentukan 3 faktor tingkat kegawatan:

1. Tingkat urgensi (mendesak)

2. Tingkat keganasan yang menyebabkan kematian, kecacatan dan lain-lain

57

Page 58: Laporan SPM Borobudur Revisi

3. Kecenderungan penyebaran

Tentukan bobot nilai (1-5) pada masing-masing faktor.

Keterangan :

Tingkat Urgensi dalam interval skor 1-5, yaitu :

Tidak Mendesak : 1

Kurang Mendesak : 2

Cukup Mendesak : 3

Mendesak : 4

Sangat Mendesak : 5

Tingkat Kegawatan dalam interval skor 1-5, yaitu :

Tidak Ganas : 1

Kurang Ganas : 2

Cukup Ganas : 3

Ganas : 4

Sangat Ganas : 5

Tingkat Penyebaran dalam interval skor 1-5, yaitu :

Sangat Kurang Besar : 1

Kurang Besar : 2

Cukup Besar : 3

Besar : 4

Sangat Besar : 5

Tabel 21.Kriteria B (Kegawatan Masalah)

58

Page 59: Laporan SPM Borobudur Revisi

No Daftar Masalah Keganasan Tingkat

Urgensi

Kecenderungan

penyebaran

Nilai

1 Cakupan kunjungan bumil K4 3 4 1 8

2 Frekuensi pembinaan dukun 2 2 2 6

3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita

dan prasekolah

3 4 1 8

4 Cakupan pelayanan usila 3 2 1 6

5 Balita yang naik berat badannya 2 3 1 6

6 Balita BGM 4 5 1 10

7 Jumlah TTU yang diperiksa 1 2 1 4

8 TP2M yang diperiksa 1 2 1 4

9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 2 2 1 5

10 Rumah yang mempunyai SPAL 2 3 2 7

11 Slide PCD 4 4 3 11

12 Cakupan suspek TB Paru 3 3 4 10

13 Penemuan kasus TB BTA + 4 3 4 11

14 Angka konversi 3 3 3 9

15 Cakupan balita dengan Pneumoni yang

ditemukan atau ditangani (sesuai standar) 5 4 3 12

16 Jumlah bumil yang mendapat TT 1 3 3 1 7

17 Jumlah bumil yang mendapat TT 2 3 3 1 7

18 Polio 1 2 3 1 6

59

Page 60: Laporan SPM Borobudur Revisi

19 Polio 4 2 3 1 6

20 Jumlah kader terlatih 2 4 1 7

21 Pembentukkan dokter kecil 1 2 1 4

22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 1 3 1 5

23 Deteksi kasus baru dan lama P2PTM 3 4 1 8

Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan

Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya ( tenaga,

alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan, dll ), teknologi yang digunakan tersedia, dan kemampuan serta

kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara 1-5 yaitu :

Sulit ditanggulangi : 1

Cukup sulit ditanggulangi : 2

Tidak mudah ditanggulangi : 3

Mudah ditanggulangi : 4

Sangat mudah ditanggulangi : 5

Tabel 22. Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan)

Daftar Masalah Puskesmas Borobudur berdasarkan Kriteria C

Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nilai 4 4 4 3 5 3 2 1 3 3 3 3

60

Page 61: Laporan SPM Borobudur Revisi

Masalah 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Nilai 2 3 2 4 4 4 4 3 2 1 1

Kriteria D : PEARL Factor

Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program

dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah :

1. P : Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/ program daerah)

2. E : Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)

3. A : Acceptable (Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll)

4. R : Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)

5. L : Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)

Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0.

Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka

perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk ditanggulangi.

Tabel 23.Kriteria D (PEARL Factor)

Masalah P E A R L Hasil

1 1 1 1 1 1 1

2 0 1 1 1 0 0

3 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1

61

Page 62: Laporan SPM Borobudur Revisi

7 1 1 1 1 0 0

8 1 1 1 1 0 0

9 1 1 1 1 0 0

10 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 0 0

21 1 1 1 1 0 0

22 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1

Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL Faktor ) didapatkan hasil

satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas

serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor

tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.

C.Penentuan Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh kelompok secara

bersama dalam menentukan masalah dari yang paling penting sampai masalah yang kurang penting.

62

Page 63: Laporan SPM Borobudur Revisi

Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan, nilai tersebut dimasukkan dalam formula:

Nilai Prioritas Dasar (NPD) : (A + B) C

Nilai Prioritas Total (NPT) : (A + B) C x D

Tabel 24.Urutan Prioritas Masalah

No Daftar Masalah A B C D NPD NPT Prioritas

1 Cakupan kunjungan bumil K4 1,5 8 4 1 38 38 VII

2 Frekuensi pembinaan dukun 3 6 4 0 36 0

3 Deteksi dini tumbuh kembang balita dan prasekolah 1,5 8 4 1 38 38 VIII

No Daftar Masalah A B C D NPD NPT Prioritas

4 Cakupan pelayanan usila 4,5 6 3 1 31,5 31,5 XII

5 Balita yang naik berat badannya 1,5 6 5 1 37,5 37,5 IX

6 Balita BGM 3 10 3 1 39 39 V

7 Jumlah TTU yang diperiksa 6 4 2 0 20 0

8 TP2M yang diperiksa 6 4 1 0 10 0

9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 7,5 5 3 0 37,5 0

10 Rumah yang mempunyai SPAL 3 7 3 1 30 30 XIII

11 Slide PCD 6 11 3 1 51 51 II

12 Cakupan suspek TB Paru 9 10 3 1 57 57 I

13 Penemuan kasus TB BTA (+) 9 11 2 1 40 40 IV

14 Angka Konversi 4,5 9 3 1 40,5 40,5 III

15 Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau

ditangani (sesuai standard)

7,5 12 2 1 39 39 VI

16 Jumlah bumil yang mendapat TT1 1,5 7 4 1 34 34 X

63

Page 64: Laporan SPM Borobudur Revisi

17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 1,5 7 4 1 34 34 XI

18 Polio 1 1,5 6 4 1 30 30 XIV

19 Polio 4 1,5 6 4 1 30 30 XV

20 Jumlah kader terlatih 1,5 7 3 0 25,5 0

21 Pembentukkan dokter kecil 7,5 4 2 0 23 0

22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 9 5 1 1 14 14 XVII

23 Deteksi kasur baru dan lama P2PTM 9 8 1 1 17 17 XVI

D.Urutan Prioritas Masalah

Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas

Borobudur sebagai berikut :

I. Cakupan suspek TB Paru

II. Slide PCD

III. Angka konversi

IV. Penemuan kasus TB BTA (+)

V. Balita BGM

VI. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)

VII. Cakupan kunjungan bumil K4

VIII. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah

IX. Balita yang naik berat badannya (N/D)

X. Jumlah bumil yang mendapat TT1

XI. Jumlah bumil yang mendapat TT2

64

Page 65: Laporan SPM Borobudur Revisi

XII. Cakupan pelayanan usila

XIII. Rumah yang mempunyai SPAL

XIV. Imunisasi Polio 1

XV. Imunisasi Polio 4

XVI. Deteksi kasus baru dan lama P2TM

XVII. Pelayanan Gangguan jiwa di sarkes umum

BAB V

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

A.Kegiatan/Indikator Kegiatan Yang Bermasalah

Berdasarkan prioritas masalah, maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas utama

adalah cakupan suspect TB paru, namun berdasarkan kesepakatan dengan pihak Puskesmas

Borobudur, pada analisa pemecahan masalah ini akan dibahas mengenai balita BGM. Pada

hasil cakupan program (SPM) Borobudur, hasil cakupan balita BGM pada bulan Januari

hingga Juni 2010 adalah 1,8% sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah

sebesar kurang dari 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil cakupan balita BGM pada bulan

Januari hingga Juni 2010 melewati batas 1,5% dari SPM Dinas Kesehatan Kabupaten

Magelang tahun 2010.

65

Page 66: Laporan SPM Borobudur Revisi

B.Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin

dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.

Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :

Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

Dapat diukur

Dapat diatasi (Hartoyo,2007)

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Identifikasi/inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator

tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan

yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir

membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang

diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.

2. Penentuan prioritas masala h

Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang

saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto.

3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya tak menyimpang dari masalah tersebut.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

66

Page 67: Laporan SPM Borobudur Revisi

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh

data atau konfirmasi.

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah

diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan.

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan

terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk

menentukan/memilih pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau

Rencana Kegiatan)

8. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang

sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,

apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

Gambar 4. Siklus Pemecahan Masalah

67

Page 68: Laporan SPM Borobudur Revisi

C.Analisa Penyebab Masalah

Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan

sistem, seperti gambar di bawah ini :

68

Proses

P1

P2

P3

MASALAH

Dll

Money

ManInput Lingkungan

Page 69: Laporan SPM Borobudur Revisi

Gambar 5. Diagram fish bone

BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A.Analisis/Inventarisasi Penyebab Masalah

Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah

dilakukan dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang diperoleh selama

satu tahun terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan

69

Page 70: Laporan SPM Borobudur Revisi

pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga

dapat ditelusuri hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.

Kemungkinan penyebab masalah adalah :

Tabel.25.Input

1.Input

Kelebihan Kekurangan

Man - Tersedia tenaga kesehatan (dokter,

bidan desa), pemeriksa kesehatan,

koordinator program P2M,

masyarakat, bagian KIA, bagian gizi,

bagian pelayanan kesehatan dan

kader yang berkompeten dalam

menemukan balita BGM

- Belum semua kader memahami

cara menanggulangi kasus balita

BGM

- Kurangnya kunjungan rumah

untuk balita BGM oleh tenaga

kesehatan.

Kelebihan Kekurangan

Money - Puskesmas memiliki cukup dana dan

dapat dipakai untuk pemeriksaan

balita BGM

- Adanya pembebasan biaya dari

pemerintah untuk balita gizi buruk

- Tersedianya makanan tambahan untuk

balita BGM dari pemerintah

- Kurangnya pendistribusian dana

untuk balita BGM yang tidak

merata

- Kurangnya koordinasi mengenai

pembebasan biaya dengan institusi

terkait

-Tidak tersedianya biaya

operasional untuk menyalurkan

Methode - Tersedianya program tetap dalam - Minimnya penyuluhan mengenai

70

Page 71: Laporan SPM Borobudur Revisi

menjaring balita BGM (penimbangan

berat badan)

- Tersedianya protap MTBS

balita BGM kepada masyarakat

umum.

- Belum semua tenaga kesehatan

memahami MTBS

Material - Sudah tersedianya pustu, PKD dan

posyandu

- Tidak ada masalah

Machine - Sudah tersedianya timbangan dacin,

meteran, buku KIA/KMS dan alat

lainnya untuk memeriksa balita BGM

- Tidak ada masalah

Environment/Lingkungan (baik fisik maupun non fisik)

Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang balita BGM

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai balita BGM

Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang kenaikan berat badan

pada penimbangan berkala di posyandu

Kurang terjangkaunya lokasi posyandu atau tempat pemeriksaan lainnya

Kurang mampunya masyarakat secara ekonomi

Keadaan lingkungan yang kurang sehat

2. Proses

71

Page 72: Laporan SPM Borobudur Revisi

Fungsi manajemen :

a. P1 (Perencanaan)

Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah untuk balita BGM,

keluarga, dan masyarakat disekitarnya.

Penyuluhan yang kurang optimal tentang balita BGM dan dampaknya

Kurangnya perencanaan dalam penanganan balita BGM

b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan)

Kurangnya kader yang mengerti cara menanggulangi balita BGM

Kurangnya peran serta Pustu dan PKD dalam menanggulangi balita BGM

Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya

(Pustu, PKD, dll) serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD

dan Polindes

c. P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)

Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan (bidan desa, tenaga

kesehatan)

Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan

Kurang teraturnya laporan dan data–data mengenai balita BGM yang

ditimbang berat badannya.

Kurangnya evaluasi terhadap penanggulangan balita BGM

72

Page 73: Laporan SPM Borobudur Revisi

73

Page 74: Laporan SPM Borobudur Revisi

74

Cakupan balita BGM (1,8%) yang melebihi dari target (<1,5%)MAN

- Belum semua kader memahami cara menanggulangi kasus balita BGM

- Kurangnya kunjungan rumah untuk balita BGM

PROSES

P1 Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah untuk

balita BGM, keluarga, dan masyarakat disekitarnya. Penyuluhan yang kurang optimal tentang balita BGM dan

dampaknya

Kurangnya perencanaan dalam penanganan balita BGM

P2 Kurangnya kader yang berkompeten untuk mendeteksi

balita BGM Kurangnya peran serta Pustu dan PKD dalam menjaring

kasus balita BGM Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dengan

institusi kesehatan lainnya (Pustu, PKD, dll) serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD dan Polindes

P3 Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan (bidan

desa, tenaga kesehatan) Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan Kurang teraturnya laporan dan data – data mengenai pasien

yang ditimbang berat badannya Kurangnya evaluasi terhadap penanggulangan balita BGM

MONEY- Kurangnya pendistribusian dana untuk

balita BGM yang tidak merata

- Kurangnya koordinasi mengenai

pembebasan biaya

- Tidak tersedianya biaya operasional

untuk menyalurkan makanan tambahanMETHODE Minimnya penyuluhan mengenai balita

BGM kepada masyarakat umum.

MATERIALTidak ada masalah

MACHINETidak ada masalah

INPUT LINGKUNGAN

Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang

balita BGM

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai balita BGM

Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang

kenaikan berat badan pada penimbangan berkala di posyandu

Kurang terjangkaunya lokasi posyandu atau tempat

pemeriksaan lainnya

Kurang mampunya masyarakat secara ekonomi

Page 75: Laporan SPM Borobudur Revisi

B. Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya

Setelah dilakukan konfirmasi terhadap petugas terkait yaitu petugas gizi, maka

didapatkan beberapa penyebab masalah yang paling mungkin, yang tertera pada tabel

Tabel.26 Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya

Masalah No Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

Cakupan

Balita

BGM

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai balita BGM dan dampaknya

Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya

kepada masyarakat mengenai balita BGM dan

dampaknya

2. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan

tentang penanganan balita BGM sesuai

MTBS

Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus

bagi tenaga kesehatan untuk menambah

keterampilan mereka

3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita

BGM yang status gizi berdasarkan

NCHSnya mendekati gizi buruk

Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM

yang status gizi berdasarkan NCHSnya

mendekati gizi buruk

4. Minimnya penyuluhan tentang balita BGM

kepada tenaga kesehatan dan masyarakat

Penyuluhan dibuat secara terjadwal dan rutin.

5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan

dengan institusi kesehatan lainnya serta

kurangnya pencatatan dari Puskesmas

pembantu, PKD dan Polindes.

Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam

perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya

6. Lingkungan kurang sehat Memperbaiki lingkungan sekitar

Memberi penyuluhan lingkungan sehat.

75

Page 76: Laporan SPM Borobudur Revisi

Setelah mendapatkan data primer dan sekunder terhadap masalah cakupan balita BGM

maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik dalam jangka

waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang.

B.Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

No Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai

balita BGM dan dampaknya

Memberikan penyuluhan yang efektif dan efisien

kepada masyarakat mengenai balita BGM dan

dampaknya

2. Kurangnya pengetahuan kader tentang

penanganan balita BGM sesuai MTBS

Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi

kader untuk menambah keterampilan mereka

3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita BGM Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM

4. Minimnya penyuluhan tentang balita BGM

kepada tenaga kesehatan dan masyarakat

umum

Penyuluhan dibuat secara terjadwal dan rutin.

5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan

dengan institusi kesehatan lainnya serta

kurangnya pencatatan dari Puskesmas

pembantu, PKD dan Polindes.

Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam

perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya

6. Lingkungan kurang sehat Memperbaiki lingkungan sekitar

Memberi penyuluhan mengenai lingkungan sehat.

Tabel 27. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

76

Page 77: Laporan SPM Borobudur Revisi

C.Alternatif Pemecahan Masalah

A. Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya dan berkesinambungan kepada Ibu

dengan balita BGM mengenai balita BGM serta dampak dari balita BGM yang

dilakukan secara terjadwal dan rutin.

B. Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi tenaga kesehatan untuk

menambah keterampilan mereka.

C. Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam perencanaan dengan institusi

kesehatan lainnya.

D. Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM yang status gizi berdasarkan

NCHSnya mendekati gizi buruk

E. Memperbaiki lingkungan sekitar

Pentuan priorotas pemecahan masalah adalah untuk menentukan pemecahan masalah

yang paling efektif, efesien dan mudah dilakukan sehingga pemecahan masalah tersebut mampu

menyelesaikan masalah yang ada dengan efesien dan efektif dengan metode MIV :

M . I . V

C

M = Magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan

I = Importancy, pentingnya penyelesaian masalah

V = Vulnerability, sensitifitas cara penyelesain masalah

C = Cost, biaya

Skor:

1. Sangat kurang efektif

2. Kurang efektif

3. Cukup efektif

4. Efektif

5. Sangat efektif

77

Page 78: Laporan SPM Borobudur Revisi

Untuk mendapatkan nilai dari setiap poin M, I, V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan

metode Hanlon kualitatif, sebagai berikut:

Tabel.28 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MIV/C

Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Penyelesaian masalah Nilai criteria Hasil akhir

M I V C (M.I.V)/C Urutan

a) Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya

kepada masyarakat mengenai balita BGM dan

serta dampaknya yang dilakukan secara

terjadwal dan rutin

3 3 4 1 36 I

b) Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus

mengenai MTBS bagi tenaga kesehatan untuk

menambah keterampilan mereka.

3 4 4 2 24 II

c) Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM 3 4 3 1 3 IV

d) Penyuluhan yang baik tentang koordinasi

dalam perencanaan dengan institusi kesehatan

lainnya

2 2 2 2 4 III

Dari hasil metode MIV/C, prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yaitu:

-Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat mengenai balita BGM

serta dampaknya yang dilakukan secara terjadwal dan rutin.

-Menambah kunjungan rumah balita BGM.

78

Page 79: Laporan SPM Borobudur Revisi

POA (Plan Of Action)

Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Tenaga Kesehatan Puskesmas Borobudur

No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana MetodeTolok ukur

1. Memberikan

penyuluhan yang

sejelas-jelasnya

kepada masyarakat

mengenai balita

BGM serta

dampaknya

Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

mengenai balita

BGM serta

dampaknya

Ibu yang

memiliki

balita BGM

Balai

desa

Tenaga

kesehatan

dan kader

puskesmas

2x/

tahun

Dana

operasional

Puskesmas

Borobudur

Tanya

jawab,

Diskusi

Meningkatnya

pengetahuan masyarakat

mengenai balita BGM

serta dampaknya atau

3. Penyuluhan yang

baik tentang

koordinasi dalam

Setiap institusi

mampu bekerja

sama dalam

Anggota

institusi

terkait

Institusi

yang ber-

sangkutan

Tenaga

kesehatan

dan

3x/tahun Institusi yang

bekerja sama

dengan

penyuluhan Institusi kesehatan dan

institusi lain mampu

menangani kasus balita

79

Page 80: Laporan SPM Borobudur Revisi

perencanaan

dengan institusi

kesehatan lainnya

menangani kasus

balita BGM

anggota

institusi

yang

terlatih

puskesmas BGM secara efektif

4. Penambahan

jumlah kunjungan

rumah

Meningkatkan

pengawasan

terhadap balita

BGM

Bayi BGM

dan

keluarganya

Rumah

bayi BGM

Tenaga

kesehatan

1bulan/x Puskesmas Penyuluhan Meningkatkan

pengetahuan masyarakat

mengenai BGM,

memperbaiki

pengetahuna masyarakat

mengenai lingkungan

sehat.

Gann Chart

No Kegiatan Waktu

80

Page 81: Laporan SPM Borobudur Revisi

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des

1. Memberikan penyuluhan yang

sejelas-jelasnya kepada

masyarakat mengenai balita

BGM serta dampaknya

X

2. Mengadakan pelatihan dan

pembekalan khusus bagi

tenaga kesehatan

X X

3. Penyuluhan yang baik

tentang koordinasi dalam

perencanaan dengan institusi

kesehatan lainnya

X X

4. Penambahan jumlah

kunjungan rumah

X X X X X

81

Page 82: Laporan SPM Borobudur Revisi

BAB VII

KESIMPULAN dan SARAN

A.Kesimpulan

Balita BGM (Bawah garis Merah) adalah balita yang berat badannya di bawah garis

merah pada Kartu Menuju Sehat.

Pengenalan kasus balita BGM diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta

masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk mendiagnosis secara

dini balita BGM, menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian dan angka kesakitan

sesuai harapan pembangunan nasional.

Dari hasil SPM Puskesmas Borobudur bulan Januari sampai Juni tahun 2010 didapatkan

prioritas masalah yaitu jumlah balita BGM (1,8%) yang melampaui batas SPM Dinkes Magelang

tahun 2010 (1,5%). Penyebab masalah tersebut antara lain: kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai balita BGM dan dampaknya, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang balita

BGM, kurangnya tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini kasus balita BGM, minimnya

penyuluhan tentang balita BGM kepada tenaga kesehatan dan masyarakat umum, kurangnya

pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang balita BGM, kurangnya koordinasi dalam

perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas

pembantu, PKD dan Polindes.

82

Page 83: Laporan SPM Borobudur Revisi

B.Saran

Karena pada pemeriksaan tidak ada yang khas mendiagnosisbalita BGM, maka

diharapkan adanya kerja sama antara masyarakat, tenaga kesehatan dan institusi lainnya agar

dapat mendiagnosa balita BGM.

Dari kesimpulan diatas, pada umumnya pemecahan masalah yang dapat dilakukan

(berdasarkan POA) antara lain memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat

mengenai balita BGM serta dampaknya, mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi tenaga

kesehatan seperti bidan desa, penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam perencanaan

dengan institusi kesehatan lainnya, dan penambahan jumlah kader yang terlatih

Perlu dilakukan koordinasi dan komitmen seluruh kader, petugas kesehatan dan seluruh

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Borobudur sehingga dapat dikurangi jumlah

balita BGM yang ada, sesuai dengan target Dinkes Magelang 2010. Selain itu perlu dilakukan

evaluasi hasil pencatatan data kasus secara kontinu sehingga target Dinkes Magelang 2010 dapat

mewujudkan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.

83

Page 84: Laporan SPM Borobudur Revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartoyo, 2008. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di Puskesmas.

Magelang.

2. Hartoyo, 2008. Handout : Proses Pemecahan Masalah. Penentuan Prioritas Masalah

dan Pengambilan Keputusan. Magelang.

3. Muninjaya, Gede, 2004. Manajemen Kesehatan. EGC : Jakarta.

4. Dinkes Kabupaten Magelang, 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang, Kota

Mungkid.

5. Suhadi, R, et al. 2001. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas, Bapelkes

Salaman : Magelang.

6. Yuniar, 2008. Handout : Upaya Kesehatan Puskesmas dan Indikator. Magelang.

7. Notoadmojo, Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip

Dasar.

84