laporan sputum dias
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri yang memiliki ciri-ciri berantai karbon (C) yang panjangnya 8
sampai 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan
asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel
disebut basil tahan asam (BTA). Bakteri ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh
ICSB (International Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian besar
sudah saprofit dan sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia diantaranya
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leparae dan lain-lainnya yang dapat
menyebabkan infeksi kronik. Golongan saprofit dikenal juga dengan nama atipik.
Mycobacterium tuberculose merupakan bakteri gram positif (+), batang
sedikit bengkok, panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,
pertumbuhan sangat lambat 2 sampai 8 minggu, suhu optimal 37 sampai 38oC.
Mycobacterium tahan terhadap asam dan alkali dibanding dengan kuman lain
sehingga apabila bahan spesimen mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan
mudah sehingga spesimen menjadi lebih murni.
M. tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui pernafasan,
pencernaan dan kulit. Mekanisme penyerangan M. tuberculosis melalui
pernapasan awalnya bakteri tersebut masuk melalui rongga hidung lalu masuk
organ tubuh sampai ke paru-paru. Setelah memasuki organ paru-paru, bakteri ini
menyebar ke organ-organ lain pada tubuh melalui melalui aliran darah, sistem
limfa atau getah bening, dan melalui jaringan lain atau secara langsung menyebar
ke organ atau bagian badan lain. Penyakit TBC yang lebih parah lagi mampu
menyebabkan komplikasi lain, seperti radang paru-paru, pleura, sistem limfa,
nodus tulang belakang, genito urinary tract, sistem nervous atau abdomen.
Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis
akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja,
menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal
serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberculosis jaringan
yang paling sering diserang adalah paru - paru (95,9 %). Cara penularan melalui
ludah atau dahak penderita yang mengandung bakteri tuberkulosis paru.
Untuk itulah laporan ini disusun guna membahas tentang pewarnaan basil
tahan asam dan tingkat infeksi sputum sehingga menyebabkan Tuberculosis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA).
2. Untuk mengamati Mycobacterium (jika ada) dan mengetahui tingkat infeksi
dari sputum
C. Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini adalah
1. Praktikan dapat membedakan jenis Basil Tahan Asam (BTA) dan jenis
Bakteri Tidak Tahan Asam,
2. Praktikan dapat mengetahui penyebab penyakit TBC yaitu bakteri
Mycobacterium tuberculosis sehingga dapat melakukan pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penyakit TBC
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini
juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi
dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium
tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi
tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih
dari setengah kasus (Anonim, 2010).
B. Epidemiologi Penyakit TBC
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-
titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak
anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun
saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari
lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila
dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang
lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan
sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan
atau tissue (Anonim, 2010).
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak
yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah
memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak-anak yang disebut sebagai
Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal
beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan
campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi (Anonim, 2010).
C. Etiologi Penyakit TBC
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Anonim, (2010) adapun klasifikasi Mycobacterium tuberculosis yaitu :
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycefales
Upaordo : Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesis : Mycobacterium tuberculosis
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak
membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi
pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun,
sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut
tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut
sebagai Basil Tahan Asam atau BTA (Anonim, 2010).
Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu
spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan
Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan
arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel Mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat
bertahan hidup di dalam makrofaga (Anonim, 2010).
Bakteri TBC ini mati dalam pemanasan 100oC selama 5 sampai 10 menit
atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alcohol 70 sampai 95%
selama 15-30 detik. bakteri ini tahan selama 1 sampai 2 jam diudara terutama
ditempat yang lembab dan gelap ( bisa berbulan-bulan ), namun tidak tahan
terhadap sinar atau aliran udara (Anonim, 2010).
D. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik (Anonim, 2010).
Menurut Anonim, (2010) adapun pembagian gejala yang ditimbulkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut :
1. Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
e. Berkeringat pada malam hari.
f. Nyeri dada dan sesak nafas
g. Muntah dengan mengeluarkan darah
h. Epistaksis
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Pengobatan Penyakit TBC
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6 sampai 8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap
lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obot , pengobatan perlu dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang
pengawas Menelan Obat (PMO ) (Anonim, 2010).
Menurut Anonim, (2010) adapun pengobatan TBC diberikan dalam 2
tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT
terutama rifampisin . Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (
konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan Ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit ,
namum dalam jangka waktu yang lebih lama Pengawasan Ketet dalam tahap
intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
F. Pencegahan Penyakit TBC
Menurut Anonim, (2010) adapun tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh
penderita, masyarakat dan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi,
dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas
dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.
BAB III
METEDOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum Pemeriksaan Sputum ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 7 April 2012
Jam : 13.00 Wita
Tempat : Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
a. Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Kaca objek
4. lidi
5. tapperwere
6. Penyanggah
7. Cutter
8. Stop watch
9. kamera
b. Bahan
1. Sputum (dahak)
2. Alkoholasan 3%
3. Karbolfuchsin 0,3%
4. Aquadest
5. Methylen Blue
6. Methanol
7. Alkohol 70%
8. Korek api
9. Swab
C. Prosedur kerja
1. Membuat preparat secara langsung kemudian memfiksasi, yaitu dengan
membersihkan kotoran dengan alkohol pada kaca objek glass lalu sputum
meletakan di atasnya dengan menggunakan lidi (dalam keadaan aseptis)
setipis mungkin kemudian dilakukan pengeringan, setelah kering kemudian
difiksasi di dengan swab.
2. Objek glass yang kering menetesi karbol fuchsin 0,3% dan memanaskan
selama 5 menit tetapi jangan sampai mendidih.
3. Mencuci dengan aquadest mengalir dan mengeringkan.
4. Meneteskan dengan alkohol asam 3%, lalu mencuci dengan aquadest mengalir
dan dikeringkan.
5. Meneteskan dengan methylen blue, mendiamkannya selama 20-30 detik
kemudian mencuci dengan menggunakan aquadest mengalir,
mengeringkannya dan mengamati dibawah mikroskop.
6. Mengambil gambar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Kelompok Gambar
Keterangan
Sampel Literatur
1
Satu
Negatif
2
Dua
Negatif
3
Tiga
Negatif
4
Empat
Negatif
5
Lima
Negatif
B. Pembahasan
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak
bengkok dengan ukuran 0,2 sampai 0,4 x 1 sampai 4 um. Pewarnaan Ziehl-
Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam. Kuman ini tumbuh
lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang- kadang
setelah 6 sampai 8 minggu. Suhu optimum 37oC, tidak tumbuh pada suhu 25
oC
atau lebih dari 40oC. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-
Jensen. PH optimum 6,4 sampai 7,0. Mycobacterium tidak tahan panas, akan
mati pada 6oC selama 15 sampai 20 menit. Biakan dapat mati jika
terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat
bertahan 20 sampai 30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat
bertahan hidup 8 sampai 10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat
hidup 6 sampai 8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu
20oC selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai
khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat
3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit,
dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2 sampai 10 menit (Anonim, 2010).
Pada umumnya, basil tahan asam merupakan bakteri yang lapisan paling luar
selnya terdiri dari lapisan lilin, sehingga menyebabkan zat warna sukar masuk ke
dalam sel bakteri. Untuk mewarnainya maka lapisan lilin pada sel itu harus
dihilangkan, yaitu dengan cara pemanasan yang dimaksudkan supaya lilinnya
meleleh, sehingga sel tersebut bisa dengan mudah menerima zat warna. Selain
sukar menerima zat warna, bakteri tahan asam juga sukar menyerap bahan
penghilang zat warna (pencuci), sehingga walaupun dicuci dengan larutan asam
encer, sel bakteri ini akan tetap mengikat zat warna yang telah masuk. Sedangkan
hasil bakteri yang telah didapat menyerap biru saja, ini berarti bakteri merupakan
bakteri tidak tahan asam (Anonim, 2010).
Untuk melakukan percobaan tersebut harus mengambil sampel dahak
(sputum) pada seseorang yang menderita TBC, cara pengambilan spesimen harus
di perhatikan, contohnya dalam pengambilan sampel dahak / sputum bukan hanya
harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari kontaminasi.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dimulai dengan mensterilkan
tangan agar tangan tidak terkontaminasi oleh bakteri yang tidak diinginkan
dengan menggunakan Alkohol 70%, gunakan masker dan sarung tangan.
Kemudian mencuci kaca objek, yang berfungsi agar kaca objek tidak berdebu atau
berlemak sehingga ketika pengamatan, bakteri dapat diamati.
Lalu siapkan lidi harus diruncing ujungnya agar saat meletakan sputum
lebih terarah, lidi berfungsi untuk meratakan dan mengambil sputum. Sebelumnya
lidi harus difiksasi agar lebih steril. Kemudian meletakan sputum menggunakan
lidi diatas kaca objek setipis mungkin karena jika terlalu tebal maka akan terjadi
penumpukan yang menyebabkan sulitnya dilakukan pengamatan. Selanjutnya
setelah sputum melekat pada kaca objek praktikan melakukan fiksasi
menggunakan swab yang dilumuri dengan metanol agar swab tersebut dapat
menyala. Fungsi dari fiksasi itu sendiri adalah membunuh bakteri dengan cepat
tanpa merubah bentuk dan strukturnya.
Kemudian setelah melakukan fiksasi, objek glass tersebut ditetesi dengan
karbol fuchsin 0,3% sampai menutup sampel. Karbol fuchsin merupakan fuchsin
basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna
merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Kemudian
memanaskannya selama 5 menit jangan sampai mendidih. Fungsi pemanasan
untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk
sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna
pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan aquades untuk
menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. Basil Tahan Asam (BTA) akan
terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna.
Selanjutnya, objek glass tersebut ditetesi dengan alkohol asam 3% untuk
melunturkan warna awal bakteri, saat meneteskan alkohol asam usahakan
pipet tetes tidak menyentuh permukaan objek glass agar tidak merusak
larutan. Lalu mencuci objek glass tersebut dengan aquades mengalir untuk
menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan dan dikeringkan agar larutan
berikutnya tidak bercampur dengan larutan berikutnya.
Langka terakhir, objek glass tersebut ditetesi dengan methylen blue
selama 20 sampai 30 detik, untuk menentukan apakah dia gram negatif atau
gram positif. Kemudian mencuci objek glass tersebut menggunakan aquades
mengalir, dan mengeringkannya. Setelah itu mengamatinya dengan
mikroskop. Mikroskop menggunakan minyak emersi yang berfungsi untuk
melihat perbesaran 1000 pada objek yang akan di amati.
Hasil pengamatan yang diperoleh dari kelima sampel tersebut (sputum
dari masing-masing kelompok) yaitu berwarna biru yang menunjukan bahwa
bakteri tersebut bukan bakteri tahan asam, ini artinya sputum tersebut negatif
yaitu tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculose.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dari kelima sampel tersebut (sputum
dari masing-masing kelompok) berwarna biru yang menunjukan bahwa
bakteri tersebut bukan merupakan bakteri tahan asam, ini artinya sputum
tersebut negatif yaitu tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculose (Anonim,
2010).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasi pengamatan dan pembahasan diatas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode pewarnaan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Ziehl-
Neelsen. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai
sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang
tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai
menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak
membutuhkan perbesaran sampai 10x100 sehingga bisa mempercepat waktu.
2. Pada pelaksanaan paraktikum kali ini tentang pemeriksaan sputum, dari
kelima sampel yang diuji ternyata semua menunjukkan hasil yang negatif
yaitu tidak terdapat bakteri Mycobacterium tuberculos yang menyebabkan
penyakit tuberculos.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, http://kesmas-unsoed.blogspot.com/, diakses pada 4 April 2012,
Pukul 19.00 Wita.
Anonim, 2008, http://www.medicinesia.com/, diakses pada 4 April 2012, Pukul
19.00 Wita.
Anonim, 2010, http://repository.usu.ac.id/.pdf diakses pada 4 April 2012, Pukul
19.00 Wita.
Anonim, 2009, http://etd.eprints.ums.ac.id/pdf diakses pada 4 April 2012. Pukul
19.00 Wita.
Anonom, 2011, http://www.univmed.org/wp-content/uploads/.pdf diakses pada 4
April 2012, Pukul 19.00 Wita.
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Dias Tuti
Stambuk : G 601 11 046
Kelompok : IV (Empat)
Asisten : Nelky
No. Hari/Tanggal Keterangan Tanda Tangan
LAPORAN SEMENTARA Percobaan 2
A. Judul Percobaan : Pemeriksaan Sputum
B. Tujuan Percobaan : Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
1. Untuk mengetahui teknik pewarnaan
Bakteri Tahan Asam (BTA).
2. Untuk mengamati Mycobacterium (jika
ada) dan mengetahui tingkat infeksi
sputum.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Mikroskop
2. Kaca objek
3. Lidi
4. Swab
5. Sputum (dahak)
6. Alkohol asam 3%
7. Karbol fuchsin 0,3 %
8. Aquadest
9. Methylen Blue
10. Minyak emersi
11. Alkohol 70%
D. Hasil Pengamatan
No Kelompok Gambar
Keterangan Sampel Literatur
1
Satu
Negatif
2
Dua
Negatif
3
Tiga
Negatif
4
Empat
Negatif
5
Lima
Negatif
Kelompok IV
Dias Tuti (G 601 11 046)
Melvina Manita F. (G 601 11 049)
Yuditha Apriliana W(G 601 11 053)
Moh.Fachrin (G 601 11 056)
Masrida (G 601 11 068)
Magfirah (G 601 11 067)
Pertiwi (G 601 11 078)
Moh.Ardiyansyah (G 601 11 079)
Asisten
Pembimbing
Nelky