laporan survei pendahuluan reklalin
TRANSCRIPT
SURVEI PENDAHULUAN REKAYASA LALU LINTAS
RUAS JALAN HERTASNING BARU KOTA MAKASSAR
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk melaksanakan survei berikutnya
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 20
1. NUR ISLAMSYAH (NIM: D111 13 013)
2. YANNY FEBRY FITRIANI SOFYAN (NIM: D111 13 033)
3. TIRANA NOVITRI (NIM: D111 13 305)
4. NOVIANTO PAMBUDI (NIM: D111 13 519)
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
201
14
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menurut Institute of Transportation Engineers,USA, Rekayasa lalu lintas
(traffic engineering) adalah suatu tahap dari rekayasa transportasi yang
menyangkut perancangan, perencanaan geometri dan operasi lalu lintas dari
segala macam jalan, jaringan jalan, terminal, tanah sekitar serta hubungan
dengan jenis angkutan lainnya. Di Indonesia, pedoman dalam melakukan
rekayasa lalu lintas didasarkan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
Februari 1997.
Dalam merekayasa suatu lalu lintas diperlukan data yang menjadi masukan
dalam menghitung parameter – parameter tiap aspek dalam prosedur
perhitungan. Beberapa data yang diperlukan dalam perhitungan harus diambil
secara langsung mengingat kondisi arus lalu lintas jalan setiap tahun berbeda –
beda. Oleh karena itu, dilaksanakan kegiatan survei pendahuluan sebagai
langkah awal memprediksikan situasi dan kondisi awal pada ruas jalan.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam laporan, yakni:
Bagaimana kondisi geometrik jalan Hertasning Baru?
Bagaimana situasi dan kondisi lalu lintas jalan Hertasning Baru pada survei
awal?
Bagaimana hambatan samping pada daerah sekitar survei jalan Hertasning
Baru terhadap pengklasifikasian kelas hambatan samping?
Bagaimana tingkat pelayanan jalan Hertasning Baru?
15
I.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan, yakni:
Mendeskripsikan kondisi geometrik jalan Hertasning Baru;
Mengetahui situasi dan kondisi lalu lintas jalan Hertasning Baru pada survei
awal;
Mengetahui hambatan samping pada daerah sekitar survei jalan Hertasning
Baru terhadap pengklasifikasian kelas hambatan samping;
Mengetahui tingkat pelayanan jalan Hertasning Baru.
I.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini adalah :
a. Memberikan gambaran tentang survei pendahuluan kepada surveyor baru;
b. Memberikan gambaran umum tentang situasi dan kondisi jalan Hertasning
Baru kepada surveyor berikutnya;
c. Menjadi bahan pembanding pada survei selanjutnya.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Prosedur Perhitungan
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Februari 1997, prosedur
perhitungan untuk jalan perkotaan meliputi:
GAMBAR II.1. Bagan alir prosedur perhitungan
17
II.2. Data Masukan
II.2.1. Data Umum
a) Penetuan Segmen
Bagi jalan menjadi segmen. Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang mempunyaikarakteristik yang hampir sama. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara berart imenjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah. Jika beberapa alternatif (keadaan)geometrik sedang diamati untuk suatu segmen, masing-masing diberi kode khusus dan dicatat dalam formulir data masukan yang terpisah (UR-1 dan UR-2). Formulir analisa terpisah (UR-3) juga digunakan untuk masing-masing keadaan. Jika periode waktu terpisah akan dianalisa, maka nomor kode yang khusus harus diberikan untuk masing-masing keadaan, dan formulir data masukan dan analisa yang terpisah harus digunakan. Segmen jalan yang diamati sebaiknya tidak dipengaruhi oleh simpang utama atau simpang susun yang mungkin mempengaruhi kapasitas dan perilaku lalu-lintasnya (MKJI,1997).
b) Data Idetifikasi Segmen
- Isi data umum berikut pada bagian atas Formulir UR-1:- Tanggal (hari,bulan,tahun) dan 'ditangani oleh' (masukkan nama anda).- Propinsi dimana segmen tersebut berada.- Nama kota.- Ukuran kota (jumlah penduduk).- Nomor ruas (Bina Marga) dan/atau nama jalan.- Segmen antara ...dan ...
(mis. JI Kopo dan JI Pasir Koja; atau km 4,240 - 4,765).- Kode segmen.- Tipe daerah: (mis. Komersial, Permukiman, Akses terbatas/Jalan samping).- Panjang segmen (mis. 0,525 km).- Tipe jalan : contoh:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak-terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak-terbagi: 2/2
UD Dua-lajur satu-arah: 2/1
- Periode waktu analisa (mis. Tahun 2000, jam puncak pagi).- Nomor soal (mis. A2000:1).
18
II.2.2. Kondisi Geometrik
a) Rencana Situasi
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan menggunakan ruang yang
tersedia pada Formulir UR-1.Pastikan untuk mencakup informasi berikut:
- Arah panah yang menunjukkan Utara.- Patok kilometer atau obyek lain yang digunakan untuk mengenal lokasi
segmen jalan.- Sketsa alinyemen horisontal segmen jalan.- Arah panah yang menunjukkan Arah I (biasanya ke Utara atau Timur) dan
arah 2 (biasanya ke Selatan atau Barat).- Nama tempat yang dilalui/dihubungkan oleh segmen jalan.- Bangunan utama atau bangunan samping jalan yang lain dan tata guna lahan.- Persimpangan dan tempat masuk/keluar lahan di samping jalan.- Marka jalan seperti garis sumbu, garis dilarang mendahului, marka lajur,
garis tepi dan sebagainya.
b) Penampang Melintang Jalan
Buat sketsa penampang melintang segmen jalan rata-rata dan tunjukkan lebar jalur lalu-lintas, lebar median, kereb, lebar bahu dalam dan luar tak terganggu (jika jalan terbagi), jarak dari kereb ke penghalang samping jalan seperti pohon, selokan, dan sebagainya seperti terlihat pada Gambar A-2:1. Perhatikan bahwa Sisi A dan Sisi B ditentukan oleh garis referensi penampang melintang pada rencana situasi.Isi data geometrik yang sesuai untuk segmen yang diamati ke dalam ruang yang tersedia pada tabel di bawah sketsa penampang melintang.
- Lebar jalur lalu-lintas pada kedua sisi/arah.- Jika terdapat kereb atau bahu pada masing-masing sisi.- Jarak rata-rata dari kereb ke penghalang pada trotoar seperti pepohonan,
tiang lampu dan lain-lain.- Lebar bahu efektif. Jika jalan hanya mempunyai bahu pada satu sisi, lebar
bahu rata-rata adalah sama dengan setengah lebar bahu tersebut. Untuk jalan terbagi lebar bahu rata-rata dihitung per arah sebagai jumlah lebar bahu luar dan dalam.
Jalan tak terbagi: WS = (WSA + WSB)/2
Jalan terbagi: Arah 1: WS1 = WSAO + WSA1;Arah 2: WSBO + WSB1
Jalan satu arah: WS= WSA + WSB
- Jika jalan mempunyai median, catat kesinambungan median sebagai berikut:1) Tanpa bukaan
19
2) Sedikit bukaan (ada bukaan, tetapi kurang dari satu per 500 m)3) Banyak bukaan (satu atau lebih bukaan per 500 m)
GAMBAR II.2 Penjelasan istilah geometik yang digunakan untuk jalan perkotaan
c) Kondisi Pengaturan Lalu Lintas
Isi informasi tentang pengaturan lalu-lintas yang diterapkan pada segmen jalan yang diamati seperti:
- Batas kecepatan (km/jam);
- Pembatasan masuk dihubungkan dengan tipe kendaraan tertentu;
- Pembatasan parkir (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
- Pembatasan berhenti (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
- Alat/peraturan pengaturan lalu-lintas lainnya.
II.2.3. Kondisi Lalu Lintas
a) Arus dan Komposisi Lalu Lintas
1) Menentukan arus jam rencana dalam kendaraan/jam
Dalam menentukan arus jam rencana (kend/jam) ada dua alternatif diberikan di bawah, tergantung pada data masukan rinci yang tersedia. Alternatif B sebaiknya diikuti jika memungkinkan.
20
Alternatif A:Data tersedia hanya LHRT, pemisahan arah dan komposisi lalu-lintas
1. Masukkan data masukan herikut pada kotak yang sesuai dalam Formulir UR-2:- LHRT (kend/hari) untuk tahun/soal yang diamati.- Faktor-k (rasio antara arus jam rencana dan LHRT; nilai normal k =
0,09)- Pemisahan arah SP (Arah 1/Arah 2, Nilai normal 50/50 %)
2. Hitung arus jam rencana (QDH = k × LHRT × SP/100) untuk masing-masing arah dan total (1+2). Masukkan hasilnya ke dalam tabel untuk data arus kendaraan/jam pada Kolom 9 Baris 3, 4 dan 5.
3. Masukkan komposisi lalu-lintas dalam kotak, dan hitung jumlah kendaraan untuk masing-masing tipe dan arah dengan mengalikannya dengan arus rencana pada Kolom 9. Masukkan hasilnya pada Kolom 2, 4 dan 6 dalam Baris 3, 4 dan 5.
TABEL II.1 Nilai normal untuk komposisi lalu lintas
Alternatif B: Data yang tersedia adalah arus lalu-lintas per jenis per arah.
Masukkan nilai arus lalu-lintas jam rencana (QDH) dalam kend/jam untuk masing-masing tipe kendaraan dan arah ke dalam Kolom 2, 4 dan 6; Baris 3, 4 dan 5. Jika arus yang diberikan adalah dua arah (1+2) masukkan nilai arus pada Baris 5, dan masukkan pemisahan arah yang diberikan (%) pada Kolom 8, Baris 3 dan 4. Kemudian hitung arus masing-masing tipe kendaraan pada masing-masing arah dengan mengalikan nilai arus pada Baris 5 dengan pemisahan arah pada Kolom 8, dan masukkan hasilnya pada Baris 3 dan 4.
2) Menentukan ekivalensi mobil penumpang (emp)
Tentukan emp untuk masing-masing tipe kendaraan dari Tabel A-3:1 dan 2 di bawah, dan masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-2 pada tabel untuk data arus kendaraan/jam, Baris 1.1 dan 1.2 (untuk jalan tak-terbagi emp
21
selalu sama untuk kedua arah, untuk jalan terbagi yang arusnya tidak sama emp mungkin berbeda).
TABEL II.2 emp untuk jalan perkotaan tak-terbagi
TABEL II.3 emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah
3) Menghitung- parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk analisa
- Hitung arus lalu-lintas rencana per jam QDH dalam smp/jam dengan mengalikan arus dalam kend/jam pada Kolom 2, 4 dan 6 dengan emp yang sesuai pada Baris 1.1 dan 1.2, dan masukkan hasilnya pada Kolom 3, 5 dan 7; Baris 3, 4 dan 5. Hitung arus total dalam smp/jamdan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 10.
- Hitung pemisahan arah (SP) sebagai arus total (kend/jam) Arah 1 pada Kolom 9 dibagi denganarus total Arah 1+2 (kend/jam) pada Kolom yang sama. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom 9 Baris 6. SP = QDH,1/QDH,1+2
22
- Hitung faktor satuan mobil penumpang Fsmp = Qsmp/Qkend dengan membagi jumlah arus pada Kolom 10 Baris 5 dengan jumlah arus pada Kolorn 9, Baris 5. Masukkan hasilnya kedalam Kolom 10 Baris 7.
II.2.4. Hambatan Samping
Tentukan Kelas Hambatan Samping sehagai berikut dan masukkan hasilnya pada Formulir UR-2 dengan melingkari kelas yang sesuai dalam tabel pada bagian paling bawah:
Jika data rinci hambatan samping tersedia, ikuti langkah 1-4 di bawah:
1. Masukkan 11-mil pengamatan (atau perkiraan jika analisa untuk tahun yang akan datang) mengenai frekwensi hambatan samping per jam per 200 m pada kedua sisi segmen yang diamati, ke dalam Kolom 23 pada Formulir UR-2- Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.- Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.- Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke/dari lahan samping
jalan dan jalan sisi.- Arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda,
becak, delman, pedati, traktor dan sebagainya.2. Kalikan frekwensi kejadian pada Kolom 23 dengan bobot relatif dari tipe
kejadian pada Kolom 22 dan masukkan frekwensi berbobot kejadian pada Kolom 24.
3. Hitung jumlah kejadian berbobot termasuk semua tipe kejadian dan masukkan hasilnya pada baris paling bawah Kolom 24.
4. Tentukan kelas hambatan samping dari tabel A-4:1 berdasarkan hasil dari langkah 3.
TABEL II.3 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan
23
II.3.Analisa Kecepatan Arus Bebas
Untuk jalan tak-terbagi, analisa dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
Perhatikan bahwa kecepatan arus bebas kendaraan ringan digunakan sebagai ukuran utama kinerja dalam MKJI. Kecepatan arus bebas tipe kendaraan yang lain juga ditunjukkan pada Tabel II.4, dan dapat digunakan untuk keperluan lain seperti analisa biaya pemakai jalan. Lihat juga Langkah B-5 b) di bawah.
Gunakan Formulir UR-3 untuk analisa penentuan kecepatan arus bebas, dengan data masukan dari Langkah A (Formulir UR-1 dan UR-2).
FV = (FVO + FVW) × FFVS ×FFVCS
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) (penjumlahan)
FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkalian)
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian)
II.3.1. Kecepatan Arus Bebas Dasar
Tentukan kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan dengan menggunakan Tabel dibawah dan masukkan hasilnya pada Kolom 2 Formulir UR-3.
TABEL II.4 Kecepatan arus bebas dasar (FVO) untuk jalan perkotaan
24
*Kecepatan arus bebas dasar (FVO) untuk jalan perkotaan
II.3.2. Penyesuaian untuk Lebar Jalan Lalu-Lintas
Tentukan penyesuaian untuk lebar jalur lalu-lintas dari Tabel B-2:1 di bawah berdasarkan lebar jalur lalu-lintas efektif (WC) yang dicatat pada Formulir UR-1. Masukkan penyesuaian FVW pada Kolom 3, Formulir UR-3. Hitung jumlah kecepatan arus bebas dasar dan penyesuaian (FVO + FVW) dan masukkan hasilnya pada Kolom 4.
25
TABEL II.5 Penyesuaian untuk lebar jalan lalu lintas
* Untuk jalan lebih dari empat-lajur (banyak lajur), nilai penyesuaian pada tabel diatas untuk jalan empat lajur terbagi dapat digunakan.
II.3.3. Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
a) Jalan dengan bahu
Tentukan faktor penyesuaian untuk hambatan samping dari Tabel B-3:1 berdasarkan lebar bahu efektif sesungguhnya dari Formulir UR-1 dan tingkat hambatan samping dari Formulir UR-2. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom 5 Formulir UR-3.
26
TABEL II.6 Faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan perkotaan dengan bahu.
b) Jalan dengan kereb
Tentukan faktor penyesuaian untuk hambatan samping dari Tabel B-3:2 berdasarkan jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar sebagaimana ditentukan pada Formulir UR-1, dan tingkat hambatan samping sesungguhnya dari Formulir UR-2. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom 5 Formulir UR-3.
27
TABEL II.7 Faktor penyesuaian hambatan samping dan jarak kereb-penghalang (FFVSF)untuk jalan perkotaan dengan kereb.
c) Faktor penyesuaian FFVSF untuk jalan enam-lajur
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FFVSF untuk jalan empat-lajur yang diberikan dalam tabel sebelumnya, disesuaikan seperti di bawah ini:
dimana:
FFV6,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur
FFV4,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan empat-lajur
II.3.4. Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
Tentukan faktor penyesuaian untuk Ukuran kota (Juta penduduk sebagaimana dicatat pada Formulir UR-1) dan masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 6.
28
TABELII. 8. Faktor penyesuaian untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FFVCS), jalan perkotaan
II.3.5. Penentuan Kecepatan Arus Bebas
a) Kecepatan arus bebas kendaraan ringan
Hitung kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV) dengan mengalikan faktor pada Kolom (4), (5) dan (6) dari Formulir UR-3 dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 7:
dimana:
FV = Kecepatan arus bebas kend. ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kend. ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FFVcS = Faktor penyesuaian ukuran kota
b) Kecepatan arus bebas tipe kendaraan lain
Walaupun tidak dipakai sebagai ukuran kinerja lalu-lintas dalam Manual ini, kecepatan arus bebas tipe kendaraan lain dapat juga ditentukan mengikuti prosedur yang dijelaskan di bawah:
1. Hitung penyesuaian total (km/jam) kecepatan arus bebas kendaraan ringan berupa perbedaan antara Kolom 2 dan Kolom 7:
29
dimana:
FFV = Penyesuaian kecepatan arus bebas LV (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam)
FV = Kecepatan arus bebas LV (km/jam)
2. Hitung kecepatan arus bebas Kendaraan Berat (HV) di bawah:
dimana:
F HV O = Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam) (dari Tabel B-1:1)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam)
FFV = Penyesuaian kecepatan arus bebas LV (km/jam) (lihat di atas)
II.4.Analisa Kapasitas
Untuk jalan tak-terbagi, analisa dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah. Gunakan data masukan dari Formulir UR-1 dan UR-2 untuk menentukan kapasitas, dengan menggunakan Formulir UR-3.
dimana:
C = Kapasitas
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
II.4.1. Kapasitas Dasar
30
TABEL II.9 Kapasitas dasar jalan perkotaan
* Kapasitas dasar jalan lebih dari empat-lajur (banyak lajur) dapat ditentukan dengan menggunakan kapasitas per lajur yang diberikan dalam tabel diatas, walaupun lajur tersebut mempunyai lebar yang tidak standar (penyesuaian untuk lebar dilakukan dalam langkah selanjutnya.
31
II.4.2. Faktor Penyesuaian untuk Lebar Jalur Lalu-Lintas
TABEL II.10 Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu-lintas untuk jalan perkotaan (FCW)
II.4.3. Faktor Penyesuaian untuk Pemisahan Arah
Khusus untuk jalan tak terbagi, tentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisalan arah dari tabel di bawah berdasarkan data masukan kondisi lalu-lintas dari Formulir UR-2, Kolom 9, dan masukkan nilainya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 13. Tabel dibawah ini memberikan faktor penyesuaian pemisahan arah untuk jalan dua-lajur dua-arah (2/2) dan empat-lajur dua-arah (4/2) tak terbagi.
TABEL II.11 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP)
*Untuk jalan terbagi dan jalan satu-arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan dan nilai 1,0 sebaiknya dimasukkan ke dalam Kolom 13.
32
II.4.4. Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
a) Jalan dengan bahuTABEL II.12 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan
lebar bahu (FCSF) pada jalan perkotaan dengan bahu
33
b) Jalan dengan kerebTABEL II.12 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan
lebar bahu (FCSF) pada jalan perkotaan dengan kereb
c) Faktor penyesuaian FCSF untuk jalan enam-lajur
Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 6-lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FCSF untuk jalan empat-lajur yang diberikan pada Tabel C-4:1 atau C-4:2, sebagaimana ditunjukkan di bawah:
dimana:
FC6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur
FC4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-lajur
II.4.5. Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
TABEL II.14 Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS) pada jalan
perkotaan
34
II.4.6. Penentuan Kapasitas
Tentukan kapasitas segmen jalan pada kondisi lapangan dengan menggunakan data yang diisikan ke dalam Formulir UR-3 Kolom 11-15 dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 16.
dimana:
C = Kapasitas
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCQW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
II.5.Perilaku Lalu Lintas
Untuk jalan tak-terbagi, analisa dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah. Gunakan kondisi masukan yang ditentukan dalam Langkah A-1 dan A-3 (Formulir UR-1 dan UR-2) dan
kecepatan arus bebas dan kapasitas yang ditentukan dalam Langkah B dan C (Formulir UR-3) untuk menentukan derajat kejenuhan, kecepatan dan waktu tempuh. Gunakan Formulir UR-3 untuk analisa perilaku lalu-lintas.
II.5.1. Derajat Kejenuhan
35
1. Lihat arus total (Q) dari Formulir UR-2 Kolom 10 Baris 5 untuk jalan tak-terbagi, dan Kolom 10 Baris 3 dan 4 untuk masing masing arah dari jalan terbagi, dan masukkan nilainya ke dalam Formulir UR-3 Kolom 21.
2. Dengan menggunakan kapasitas (C) dari Kolom 16 Formulir UR-3, hitung rasio antara Q dan C yaitu derajat kejenuhan dan masukkan nilainya ke dalam Kolom 22.DS = Q/C
II.5.2. Kecepatan dan Waktu Tempuh
1. Tentukan kecepatan pada kondisi lalu-lintas, hambatan samping dan kondisi geometric sesungguhnya sebagai berikut dengan menggunakan Gambar D-2:1 (jalan dua-lajur tak-terbagi) atau Gambar D-2:2 (jalan banyak-lajur atau jalan satu-arah) sebagai berikut:a) Masukkan nilai derajat kejenuhan (DS dari Kolom 22) pada sumbu
horisontal (X) pada bagian bawah gambar.b) Buat garis sejajar dengan sumbu vertikal (Y) dari titik tersebut sampai
berpotonganc) dengan nilai kecepatan arus bebas sesungguhnya (FV dari Kolom 7).d) Buat garis horisontal sejajar dengan sumbu (X) sampai berpotongan dengan
sumbue) vertikal (Y) pada bagian sebelah kiri gambar dan lihat nilai kecepatan
kendaraan ringan sesungguhnya untuk kondisi yang dianalisa.f) Masukkan nilai ini ke dalam Kolom 23 Formulir UR-3.
2. Masukkan panjang segmen L (km) ke dalam Kolom 24 (Formulir UR3. Hitung waktu tempuh rata-rata untuk kendaraan ringan dalam jam untuk kondisi
yang diamati, dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 25:Waktu tempuh rata-rata TT = L/V (jam)
(Waktu tempuh rata-rata dalam detik dapat dihitung dengan TT × 3.600).
36
GAMBAR II.3 Kecepatan sebagai fungsi dari DS untuk jalan 2/2 UD
GAMBAR II.4 Kecepatan sebagai fungsi dari DS untuk jalan banyak-lajur dan satu-arah
II.5.3. Penilaian Perilaku Lalu-Lintas
Manual ini terutama direncanakan untuk memperkirakan kapasitas dan perilaku lalu-lintas pada kondisi tertentu yang berkaitan dengan rencana geometrik, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan perbaikan kondisi yang sesuai dengan pengetahuan para ahli, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh perilaku lalulintas yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas, kecepatan dan sebagainya.
37
Cara yang paling cepat untuk menilai hasilnya adalah dengan melihat derajat kejenuhan dari kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur" fungsional yang diinginkan dari segmen jalan tersebut. Jika derajat kejenuhan yang diperoleh terlalu tinggi (DS > 0,75), pengguna manual mungkin ingin meruhah asumsi yang berkaitan dengan penampang melintang jalan dan sebagainya, dan membuat perhitungan baru. Hal ini akan membutuhkan formulir baru dengan nomor soal yang baru. Perhatikan bahwa untuk jalan terbagi, penilaian harus dikerjakan dahulu pada setiap arah untuk sampai pada penilaian yang menyeluruh.
BAB III
METODOLOGI
III.1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Survei
Adapun lokasi survei ini adalah di jalan Hertasning Baru Kota Makassar.
Survei dilakukan pada hari Jumat, 10 April 2015 mulai dari pukul 08.53 –
09.08 WITA dengan kondisi cuaca cerah.
III.2. Teknik Pengumpulan Data
a) Survei dan Pengukuran
1) Peralatan pendukung survei
- Peta
- Meteran
- Camera
- Lakban
- Stopwatch
- Alat tulis
- Tripod
- Komputer/ Laptop
38
2) Prosedur survei
- Carilah titik survei di peta yang jauh dari simpang (jarak minimum dari
simpang terdekat adalah 30 meter);
- Gunakan meteran untuk mengukur jarak titik survei di lapangan serta
pengukuran lebar bahu, jalan,median,dll. Catat hasil pengukuran;
- Dari titik yang dipilih , buat garis dengan menggunakan lakban sesuai
dengan potongan melintang jalan (usahakan 3 baris agar terlihat jelas
saat dokumentasi);
- Lakukan hal yang sama pada bagian jalan dengan jarak antara 30 – 50
meter dari garis sebelumnya (pada laporan ini diambil jarak 30 meter);
- Letakkan camera pada titik yang dapat mencakup daerah ruas jalan
yang akan diukur;
- Setelah itu, lakukan perekaman selama 15 menit untuk melihat hasil
survei pendahuluan ruas jalan tersebut;
- Jika perekaman telah selesai, maka pindahkan hasil perekaman di
computer/ laptop untuk dianalisis.
b) Dokumentasi
Dokumentasi berupa hasil rekaman dari survey digunakan untuk membantu
menganalisis data masukan untuk menghiung parameter – parameter
selanjutnya. Selain itu, hasil dokumentasi juga dapat menjadi bukti survei
serta dapat menjadi bahan evaluasi dari kesalahan data yang diinput di
lapangan.
39
7 m
1 m
1 m
1 m1 m
30 meter30 meter30 meter
M I N A S A U P A
Letak kamera
LAYOUT SKETSA SITUASI
ARAH 2 JALAN HERTASNING BARU – JALAN TUN ABDUL RAZAK
ARAH 1 JALAN HERTASNING BARU – JALAN HERTASNING LAMA
40
WARKOP PATRA
WR. AROEPALA
WIRA JAYA
MOTOR
LAWARA AGRO
UTAMA
UD JAYA BANGUNAN
PREMIER AUTO
GALLERY
BANK MANDIRI
RUKORM. AROEPALA
ALFA MART
MINI MARKET ADITYA
XWR. PANGKEP
BURSA CAKAR HERTASNING
SINAR GALESONG SUZUKI SHOWROOM
41