laporan tda
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.A Latar Belakang
Pada zaman yang modern ini banyak orang yang mengkonsumsi makanan secara
sembarangan tanpa memikirkan efek samping dan bahayanya. Setelah timbul gejala-
gejala yang lain baru menyadarinya dan pergi ke dokter. Terlalu banyak memgkonsumsi
makanan yang terlalu asin, berminyak, dan berlemak dapat mengakibatkan tekanan darah
meninggi. Apabila tidak segera diatasi dan dikendalikan maka akan membahayakan
kesehatan.
Seorang dokter harus mengetahui cara- cara pengukuran tekanan darah arteri baik
itu dengan menggunakan cara palapasi, auskultasi, maupun cara osilasi. Begitupun
dengan dokter gigi seorang dokter gigi juga dituntut untuk mengetahui cara-cara
pengukuran tekanan darah arteri hal itu dikarenakan seseorang yang memiliki tekanan
darah yang tinggi maka pada orang tersebut tidak dapat dilakukan ekstraksi atau
pencabutan gigi. Apabila dokter gigi tidak mengeahui cara pengukuran tekanan darah
maka dokter gigi tersebut tidak dapat melakukan ekstraksi gigi, karena bila dilakukan
maka dapat membahayakan kesehatan.
Mengingat cara-cara pengukuran tekanan darah arteri yang begitu penting maka
perlu dibuat laporan yang membahas mengenai tekanan darah arteri itu sendiri dan
metode pengukurannya. Berikut ini akan dibahas mengenai ”Tekanan Darah Arteri Pada
Manusia”.
I.B Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.
2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara
fisiologis.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Manometer air raksa atau aneroid
2. Stetoskop
Cara Kerja :
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan
yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh- pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil
pencatatan tekanan darah ini hádala dengan metode tak langsung.
I. Cara Palapasi [ Metode Riva Rocci]
Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan
ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat
diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian
dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan
tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa samapai
denyut nadi (denyut arteri radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian
diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan
kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan
tekanan darah sistolis. Dengan metode ini tidak dapat ditentukan tekanan darah sistolis.
Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi
tekanan sistolis yang diharapkan.
II. Cara Auskultasi
Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada
tahun 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metode ini, dengan
cara mendengar [auskultasi] bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi
Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus
diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat
meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk mengetahui tempat
meletakkan stetoskop. Kemdian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan
sistolis [yang diketahui dari palpasi]. Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar bunyi
mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga
terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkof dan dapat dibagi
dalam empat fase yang berbeda :
Fase I : Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama
makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada
letupan.
Fase II : Bunyi berubah kwalitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20
mmHg berikutnya.
Fase III : Bunyi sedikit berubah dalam kwalitasnya tetapi menjadi lebih jelas dan keras
selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
Fase IV : Bunyi meredam [melemah] selama penunan 5-6 mmHg berikutnya.
Fase V : Titik di mana bunyi menghilang.
Permulaan dari fase I yaitu dimana buntyi mula-mula terdengar merupakan tekanan
sistolis. Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan
sebagai berikut : fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan
diastolis intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang
sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan
latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka fase V jauh lebih
rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak , fase IV lebih tepat
digunakan sebagai index tekanan diastolis.
Catatlah hasil pemeriksaan sebagai berikut: 120/82/78, yaitu 120 = tekanan sistolis ; 82=
fase IV, 78= Fase V. Bila fase IV dan fase V adalah sama, maka ditulis : 120/78/78.
Ulangi pencatatan beberapa kali untuk memperoleh nilai yang pasti.
III. Cara Osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi air raksa pada manometer. Manset dipompa sampai tekanan
10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metoda Riva Rocci.
Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer.
Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset
terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.
Di dalam praktek,ketiga cara ini harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang
memuaskan dan dapat dipercaya.
Urutan pengukuran :
Mula-mula tentukan tekanan sistolis denagan cara palpasi. Kosongkan manset sebentar
agar orang coba tidak merasa nyeri akibat tekanan manset yang terlalu lama. Kemudian
pompalah manset sampai tekanannya melebihi tekanan sistolis sebesar 10-20 mmHg.
Letakkan stetoskop dengan hati-hati pada siku di atas arteri brachialis. Jangan terlalu
keras menekan stetoskop oleh karena dapat menimbulkan turbulensi yang tidak
diinginkan. Turunkan tekanan manset sembari mendengarkan bunyi yang timbul dan
memperhatikan osilasi yang terjadi pada manometer. Dengan cara-cara ini saudara pasti
akan memperoleh hasil yang memuaskan. Setiap kali selesai melakukan pengukuran,
kosongkan manset agar orang coba tidak terganggu. Hindari kontraksi otot-otot lengan
orang coba oleh karena dapat mempengaruhi hasil pencatatan.
Protokol
1. Tekanan Darah Istirahat
Ukurlah tekanan darah orang coba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5 menit
dan setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus benar-benar dalam keadaan santai.
Bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan
kombinasi ketiga cara tadi.
2. Pengaruh Perubahan Sikap
Orang coba berbaring selama 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba
diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke
bawah. Tekanan darah diukur 0,1,2,3,4,dan 5 menit sesudah berdiri.
3. Pengaruh Kerja Otot
Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari di tempat selama
kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlah tekanan darah kontrol [sebelum kegiatan].
4. Pengaruh Berpikir
Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta untuk berpikir dengan
kuat yaitu memecahkan soal matematika yang susah. Catatlah tekanan darahnya
secepat mungkin, kalau perlu selagi orang coba berpikir. Bandingkanlah dengan
tekanan kontrol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arteri berfungsi sebagai jalur cepat ke jaringan dan sebagai reservoir
tekanan.Arteri mengkhususkan diri berfungsi sebagai jalur cepat untuk menyampaikan
darah dari jantung ke jaringan (karena radiusnya yang besar, resistensi arteri terhadap
aliran darah rendah) dan berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk menghasilkan gaya
pendorong bagi darah sewaktu jantung mengalami relaksasi. (Sherwood, 303)
Jantung secara bergantian berkontraksi untuk memompa drah ke arteri dan
berelaksasi untuk menerima pemasukan darah dari vena. Tidak ada darah yang dipompa
ke luar pada saat jantung melemas dan sedang terisi darah. Namun, aliran kapiler tidak
berfluktuasi antara sistol dan disastol jantung : darah terus mengalir melalui kapiler
untuk mencapai jaringan. Gaya pendorong agar darah terus mengalir ke jaringan selama
jantung melemas dihasilkan oleh sifat elastis dinding arteri. Semua pembuluh dilapisi
oleh stu lapisan sel endotel gepeng halus yang berhubungan dengan lapisan endokardium
jantung. Lapisan endotel arteri dikelilingi oleh suatu dinding tebal yang mengandung otot
polos dan dua jenis jaringan ikat dalam jumlah besar : serat kloagen, menghasilkan daya
rentang (tensile strenght) terhadap tekanan tinggi darah yang disemprotkan dari jantung,
dan serat elastin yang memberi dinding berperilaku seperti balon. (Sherwood,303)
Tekanan arteri berfluktuasi dalam kaitannya dengan sistol dan diastol ventrikel.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,
bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance atau
daya regang (distensibility), dinding pembuluh yang bersangkutan (seberapa mudah
mereka dapat diregangkan). Apabila volume darah yang masuk arteri sama dengan
volume darah yang meninggalkan arteri selama periode yang sama, tekanan darah arteri
akan konstan.Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan
masuk ke dalam arteri selama sistol atau tekanan sistolik rata-rata adalah 120 mmHg.
Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh di hilir
selama distol, yakni tekanan diastolik rata- rata 80 mmHg.(Sherwood, 303-304)
Tekanan darah dapat secara tidak langsung diukur dengan menggunakan
sfigmomanometer. Perubahan tekanan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara
langsung dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuahjarum yang
dimasukkan ke dalam sebuah arteri. Namun, pengikuran dapat dilakukan secara lebih
nyaman dan cukup akurat, yaitu secara tidak langsung dengan menggunakan
sfignomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan dipakai secara eksternal dan
dihubungkan dengan pengukuran tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi
lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara tekanan manset disalurkan
melalui jaringan ke arteri brakialis di bawahnya, yaitu pembuluh utama yang mengangkut
darah ke lengan bawah. Teknik ini melibatkan keseimbangan antara tekanan di manset
dengan tekanan di arteri. Apabilla tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset,
pembuluh terbuka dan darah mengalir melaluinya.(Sherwood,304)
Pada praktek klinisnya pengukuran dengan menggunakan teknik
sfigmomanometer, tekanan darah arteri dinyatakan sebagai tekanan sitolik di atas tekanan
diastolik., dengan nilai rata-ratanya 120/80 mmHg. Denyut yang dapat diraba di sebuah
arteri yang berada dekat dengan permukaan kulit ditimbulkan oleh perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini dikenal sebagai tekanan nadi (pulse
pressure). Apabila tekanan darah adalah 120/80 maka tekanan nadi adalah 40 mmHg
(120 mmHg – 80 mmHg).(Sherwood, 306)
Tekanan darah dalam arteri brachilis pada orang dewasa dalam keadaan duduk
atau posisi berbaring waktu istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Tekanan ini dapat
dipengaruhi oleh emosi, misalnya, meningkatkan curah jantung dan mungkin sulit
diperoleh tekanan darah istirahat sebenarnya.Pada umumnya, jika curah jantung
meningkat maka akan meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan resistensi
perifer meningkatkan tekanan diastolik. Faktor yang lain adalah usia , tekanan sistolik
pada orang tua lebih tinggi daripada orang muda sebab terdapat peningkatan yang kurang
pada volume sistem arteri waktu sistolik untuk menmapung jumlah darah yang sama.
(Ganong,502)
Selain itu ada yang lebih penting daripada fluktuasi tekanan sistolik dan diastolik
atau tekanan nadi adalah tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri rata-rata adalah gaya
pendorong utama agar darah mengalir. Tekanan arteri rata-rata dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : (Sherwood,306)
Tekanan arteri rata-rata =
Tekanan diastolik + (1/3 tekanan sistolik)
Pada 120/80 tekanan arteri rata-rata =
80 mmHg + (1/3 x 120 mmHg) = 93 mmHg
Tekanan arteri rata-rata inilah, bukan tekanan sistolik atau diastolik, yang
dipantau dan diatur oleh refleks-refleks tekanan darah. Tekanan arteri apakah sistolik,
diastolik, rata-rata atau nadi padea dasarnya sama di semua arteri. Karena arteri kurang
menimbulkan resistensi terhadap aliran, kehilangan energi tekanan melalui friksi dapat
diabaikan. (Sherwood, 306)
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah dapat meningkat dan menurun dari batas
normal. Tekanan darah yang meningkat di atas normal yaitu 140/90 mmHg disebut
hipertensi, sedangkan tekanan darah yang menurun di bawah batas normla yaitu 100/60
mmHg disebut hipotensi. Hipotensi adalah syok sirkulasi (Sherwood 335)
Tekanan darah dapat turun sangat lambat pada arteri yang ukuran besar dan
sedang sebab resistensinya terhadap aliran adalah rendah, tetapi tekanan turun dengan
cepat pada arteri kecil dan arteriol yang merupakan tempat utama resistensi perifer yang
melawan pompa jantung. Besarnya penrunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-
beda tergantung apakah mereka kontriksi atau dilatasi.(Ganong 500)
Tekanan arteri dapat meningkat dan menurun oleh karena pengaruh
gravitasi.Tekanan arteri oleh pengaruh gravitasi,tekanan dalam setiap pembuluh di bawah
jantung meningkat dan tekanan dalam setiap pembuluh di atas jantung menurun.
(Ganong 500)
Selain dari faktor emosi, usia, dan garvitasi ada juga faktor yang mempengaruhi
tekanan arteri yaitu faktor yang berhubungan yaitu sirkulasi volume darah dapat
mempengaruhi tekanan arteri karena : (Mohrman 177)
Volume darah
Tekanan vena perifer
Left shift of venous function curve
Tekanan vena senrtal
Cardiac output
Tekanan arteri
Sebuah fakta yang masih dipertimbangkan adalah bahwa tekanan arteri
mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap rasio pengeluaran urin dan hal ini
berpengaruh terhadap total volume cairan tubuh. Karena volume darah merupakan salah
satu komponen dari total cairan tubuh, perubahan volume darah akan menyebabkan
perubahan dalam total volume cairan tubuh. Mekanismenya adalah sebagai berikut :
(Mohrman 178)
Berikut ini adalah mekanismenya : (Mohrman 178)
Tekanan arteri (gangguan)
Rasio pengeluaran urin
Volume cairan
Volume darah
Cardiac output
Tekanan arteri (kompensasi0
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan:
Berikut ini akan dibahas mengenai cara-cara pengukuran tekanan darah arteri:
- Cara Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan
kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan dimana denyut radialis
pertama kali teraba. Meraba arteri radialisnya dengan menggunakan 3 jari agar lebih
terasa denyutannya yaitu jari telunjik, jari tengah, dan jari manis. Pipa nya diletakkan
diantara brakealisnya. Dan lengan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
yaitu lengan kiri. Perhatikan bunyi yang terdengar, bunyi yang paling pertama
terdengar adalah tekanan sistolik. Dimana tekanan darah sistolik adalah tekanan pada
aliran darah pada saat menmgalir ke arteri. Sedangkanbunyi yang paling terakhir
terdengar adalah tekanan diastolik dimana tekanan diastolik adalah tekanan yang
terjadi pada saat jantung berelaksasi.
Pada cara ini didapatkan hasil yaitu : Pasien yang pertama 110/85 mmHg
Pasien yang kedua 120/70 mmHg
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pasien yang di ukur tekanan darahnya
mempunyai tekanan darah yang normal.
- Cara Auskuiltasi :
Manset harus terletak setinggi jantung untuk memperoleh tekanan yang tidak
dipengaruhi oleh gravitasi. Cara pengukurannya hampir sama dengan cara palpasi
yang berbeda hádala cara pencatatannya. Pencatatannya meliputi fase I/Fase IV/fase
V, dimana fase I adalah fase dimana bunyi pertama kali terdengar, fase IV bunyi
meredam setelah itu menghilang, fase V yaitu titik dimana bunyi menghilang. Fase I
adalah tekanan sistoliknya dan fase IV atau V adalah tekanan diastoliknya.
Perbedaanya pada fase IV terjadi tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan
diastolik intra arterial yang diukur secara langsung. Dan fase V adalah tekanan yang
Sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat.
Dari pengukuran didapatkan data sebagai berikut : Pasien yang pertama : 120/70/70
Dari data di atas dapat dikatakan bahwa pasien yang diukur tekanan darahnya
mempunyai tekanan darah normal.
- Cara Osilasi
Pada cara ini dengn menggunakan manset dan manometer. Pertama-tama manset
dipompa sampai melebihi tekanan sistoliknya yang ditentukan dengan cara palpasi,
setelah itu tekanan manset diturunkan perlan-lahan sambil memperhatikan air raksa
pada manometer. Perhatikan kecembungan air raksa. Tekanan sistolik nya
ditunjukkan dari kecembungan air raksa pada manometer yang pertama kali.
Sedangkan tekanan diastoliknya adalah kecembungan air raksa yang terakhir kalinya.
Dari cara ini didapatkan data sebagai berikut :
Pasien pertama: 110/85 mmHg
Pasien kedua : 120/70 mmHg
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kedua pasien mempunyai tekanan drah yang
normal.
Setelah melakukan tes didapatkan hasil yang seperti diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua pasien yang diukur tekanan darahnya masih berada di batas nomal dan
tekanan darah setiap orang berbeda antara satu dengan yang lainya. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan tekanan darah seiap orang berbeda antara satu denagn yang
lainnya..Faktor-faktor itu antara lain sebagai berikut ( Baik itu dengan menggunkan cara
palpasi, auskultasi, maupun cara osilasi ) :
1. Emosi yang menyebabkan curah jantung meningkat
2. Ketepatan pengukuran ( untuk cara palpasi dan auskultasi), contohnya jika kita
melakukan pengukuran di ruangan yang rebut atau agak berisik dapat mengganggu
pendengaran kita dan kita tidak dapat mendengar tekanan sistole dan diastole nya.
3. Keadaan stress ( kondisi psikologi) jika seseorang sedang stress maka pada diri
sesorang/pasien tersebut,curah jantungnya meningkat dan tekanan darah menjadi lain
dan susah mendapakan tekanan darah pada saat istirahat. Dimana tekanan darah istirahat
adalah tekanan yang paling baik dilakukan pengukuran
4. Ketepatan pengukuran ( cara osilasi), contohnya pada asaat melakukan pengukuran
kita tidak terlalu memperhatikan kecembungan air raksanya dan ketidaktepatan dan
kurang tepatnya melihat kecembungan air raksa.
Secara singkat faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri :
1. Emosi atau keadaan psikologis pasien
2. Usia
3. Pengaruh gravitasi
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Ada 3 cara pengukuran tekanan darah arteri yang umumnya dikenal yaitu cara
palpasi, auskultasi, dan osilasi.
2. Selain 3 cara di atas ada juga cara sfigmomanometer dan tekanan darah normal
menurut cara ini adalah 120/80 mmHg.
3. Kesalahan pengukuran tekanan darah arteri dapat disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
a) Keadaan psikologi seseorang
b) Kesalahan karena kesalahan mendengar bunyi Korotkow
c) Kesalahan karena ketidaktepatan melihat kecembungan air raksa
.
4. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada aliran darah pada saat mengalir ke
Arteri.
5. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah ketika jantung berelaksasi
6. Jika tekanan darah melebihi batas normal maka pasien tersebut mengalami
hipertensi
7. Jika tekanan darah kurang atau di bawah batas normal maka pasien tersebut
mengalami hipotensi,.
Saran :
1. Sebaiknya soal respon yang diberikan jangan terlalu susah
2. Sebaiknya soal yang masuk di respon merupakan soal yang berasal dari buku
penuntun praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sheerwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sistem ke Sel. Jakarta: EGC.2001;
p.303-306, 335.
2. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. 2001; p.500-502.
3. Mohrman DE,dkk. Cardiovaskular Physiology. Singapore : Mc Graw Hill.2006;
p.177-178.