laporan toksik sianida
DESCRIPTION
laporan praktikum toksikologi fkh ipbTRANSCRIPT
Hari/Tanggal : Jumat 6 November 2014
KERACUNAN SIANIDA
Oleh :
Vidi Saputra (B04110133)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Pendahuluan
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Efek dari
sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka
waktu beberapa menit. Sianida biasanya dapat ditemukan dalam bentuk sodium
sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih. Sianida
dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan
ganggang. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan
makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Sianida
banyak digunakan pada industri terutama dalam industri pembuatan garam seperti
natrium, kalium, atau kalsium sianida.
Singkong merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia.
Singkong mengandung linamarin dan lotaustralin yang berpotensi sebagai racun.
Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada
semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong
dibedakan atas dua tipe yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung
kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau
yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi maka kedua racun tersebut akan
berubah menjadi senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang
dari 50 mg per kilogram, sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50
mg per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh
tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per
kilogram berat badan per hari.
Gejala keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas,
mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan
kematian. Penanganan konvensional atau terapi standar untuk intoksikasi sianida
adalah dengan kombinasi senyawa NaNO2 (natrium nitrit) dan Na2S2O3 (natrium
tiosulfat) disuntik secara bergantian dengan rute intravena (IV).
Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor yaitu
linamarin dan mertil linamarin. Kedua senyawa terbut akan akan dirombak
menjadi glukosa, aseton dan asam sianida oleh enzim linamarase dan oksigen.
Asam sianida memiliki sifat mudah larut dan mudah menguap, oleh karena itu
untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan dengan
pencucian atau perndaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang
dengan air.
Sifat fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh sianida adalah rasa pahit, iritan
kulit, mukos, bau khas, vasokontrikstor dan dapat berikatan dengan logam Co,
Cu, Fe. Sianida dapat diabsorpsi secara baik melalui kulit, mukosa saluran cerna,
dan inhalasi. Faktor yang mempengaruhi keracunan sianida antara lain kandungan
sianida dalam bahan, kecepatan/ jumlah intake dan kecepatan metabolisme.
Mekanisme kerja sianida adalah menghambat enzim yang berperan di
dalam respirasi (cytochrom oxidase). Enzim tersebut menyebabkan oksigen tidak
dapat digunakan oleh jaringan (tetap dalam sirkulasi darah) sehingga terjadi
kekurangan oksigen. Mekanisme kerja yang lain adalah dengan menjadi vaso
kontriktor.
Tujuan
Paraktikum ini bertujuan untuk mengetahui gejala klinis yang dtimbulkan
oleh racun sianida dan dapat mengetahui antidota yang dapat bekerja terhadap
racun. Selain itu juga bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan sianida dalam
tanaman dan sampel asal hewan.
Tinjauan Pustaka
HCN adalah senyawa asam lemah, tidak berwarna dan memiliki titik didih
26.5oC, menghasilkan uap dengan aroma kacang almond jika konsentrasinya di
udara sebesar 0.2-5 ppm, beberapa tanaman yang mengandung HCN antara lain
apel, singkong, picung, jagung, rumput sudan, dan sorghum. HCN sangat bersifat
toksik karena bisa menginaktifasi sistem pernafasan dengan cepat yang akan
berujung kematian. Ion sianida akan diserap pada saluran pernafasan dan
pencernaan dan memiliki afinitas yang sangat kuat untuk mengikat ion trivalent
Fe dan menginaktifasi enzim cytokhrom oksidase, sehingga menghalangi
terjadinya respirasi seluler, akibatnya ditemukan darah berwarna merah pada
pembuluh darah vena sebagai gejala keracunan sianida akut, hal ini terjadi karena
hemoglobin tidak bisa melepaskan oksigen ke jaringan disebabkan inaktifasi
enzim cytokhrom oksidase oleh sianida (Knight, 2001).
Pada keracunan sianida dosis kecil, tubuh dapat mendetoksifikasi secara
alami dengan enzim-enzim seluler dan thiosulfat di berbagai jaringan, dan akan
diekskresikan melalui urin, namun jika dosis sianida yang dikonsumsi bertambah,
maka sistem detoksifikasi tubuh tidak akan bekerja sehingga akan menyebabkan
keracunan dengan gejala klinis berupa vasokonstriksi buluh darah dan ulcer pada
mukosa, bahkan bisa mengakibatkan kematian mendadak jika dikonsumsi dalam
dosis lethal (Knight, 2001). dalam proses detoksifikasi dimana ion sianida diikat
oleh ion tiosulfat menjadi thiosianat, diperlukan bantuan dari enzim rhodanase
(Cummings, 2004).
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah hewan coba
kelinci, larutan NaCN 1%, larutan NaNO2 1%, larutan Na2S2O3 5%, timbangan
hewan, spoit, tabung reaksi, mortar, daun singkong, kertas pikrat, tutup tabung,
sampel asal hewan (isi lambung, urat daging), larutan NaOH 50%, larutan FeSO4
10%, larutan FeCl3 10%, larutan HCl pekat dan pemanas.
Metode
Percobaan I : Mengamati Gejala Klinis Keracunan Sianida dan
Memberikan Antidotanya
Kelinci percobaan ditimbang. Larutan NaNO2 1% dan larutan Na2S2O3 5%
disediakan masing-masing sebanyak 2.5 ml pada spoit yang berbeda. NaCN 1%
sebanyak 5-10 mg/kg BB dimasukkan melalui mulut kelinci menggunakan spoit
yang telah dilepas jarumnya. Gejala klinis yang terjadi pada kelinci diperhatikan
kemudian disuntikkan antidotanya secara intra vena melalui vena auricularis.
Pemberian antidota dimulai dengan larutan NaNO2 1% kemudian larutan Na2S2O3
5%.
Percobaan II : Identifikasi CN dalam Tanaman (Uji Kertas Pikrat/ Picrate
Paper Strip Methode)
Tiga buah tabung reaksi disediakan. Tabung 1 (kontrol megatif) diisi
dengan aquades. Tabung 2 (kontrol positif) diisi dengan NaCN 1% dan HCl.
Tabung 3 diisi dengan gerusan daun singkong. Setelah pemasukan bahan kedalam
tabung reaksi, kertas pikrat segera diletakkan dalam tabung dan segera dijepit
dengan tutup gabus. Tabung dipanaskan dalam air panas. Adanya sianida
ditunjukan dengan perubahan warna kertas pikrat dari kuning menjadi merah
bata.Kertas pikrat dibuat dengan cara mencelupkan potongan kertas saring
(ukuran 1x3 cm) kedalam larutan asam pikrat 1%, kemudian keringkan di udara
dan dicelupkan kembali kedalam larutan Na2S2O3 10%. Kertas digunakan setelah
mengering.
Hasil
Percobaan I
Tabel 1. Hasil pengamatan gejala klinis kelinci akibat keracunan sianida.
No Waktu Gejala klinis
1 5 menit Salivasi, pupil dilatasi, lemas, frekuensi napas dan jantung tinggi, inkoordinasi
2 + antidota Hewan berangsur-angsur normal kembali
Keterangan : Diketahui : BB kelinci = 2 Kg
Dosis = 7.5 mg/Kg BB
Konsentrasi = 1% = 1 g/100 mL
Volume pemberian NaCN = BB X dosis = 2 Kg X 7.5 mg/Kg
Konsentrasi 10 mg/1 mL
= 1.5 mL
Percobaan 2
Tabel 2. Hasil identifikasi sianida dalam tanaman.
No Tabung Perubahan warna pada kertas pikrat1 Aquades (kontrol negatif) Tidak ada perubahan2 NaCN 1% + HCl (kontrol
positif)Kertas pikrat berwarna merah bata
3 Gerusan daun singkong Kertas pikrat berwarna merah bata
Pembahasan
Pengamatan keracunan sianida pada hewan coba kelinci dengan pemberian
NaCN/KCN 1% menyebabkan gejala klinis Salivasi, pupil dilatasi, lemas,
frekuensi napas dan jantung yang tinggi pada menit ke 5. Hal ini terjadi karena
sianida mengiritasi mukosa, baik pada mata, alat pernafasan maupun pencernaan,
iritasi ini terutama disebabkan oleh kekuatan alkali yang kuat dari hidrolisa
garam-garam natrium dan kalium sianida. Efek racun dari sianida adalah
memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen, maka akan terlihat
rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Menurut literatur, gejala dan tanda awal
yang terjadi setelah menghirup NaCN atau menelan garam sianida adalah
kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti
dengan dyspnea, sianosis (kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmia
AV nodus. Racun sianida ini menghambat sel tubuh untuk mendapatkan oksigen
sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak (Utama, 2006).
Dengan pemberian antidota kombinasi senyawa NaNO2 (narium nitrit) dan
Na2S2O3 (natrium tiosulfat) disuntik secara bergantian dengan rute intravena (IV)
efek racun sianida akan terhenti karena jalur terpenting dari pengeluaran sianida
ini adalah dari pembentukan tiosianat (SCN-) yang diekresikan melalui urin.
Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme mempercepat eliminasi,
sedangkan natrium nitrit akan bekerja dengan mekanisme hambatan bersaing
(Kerns, 2002). Untuk itu, senyawa NaNO2 dan Na2S3O3 dapat dijadikan antidota
pada kasus keracunan sianida. Namun perlu diingat bahwa dosis NaNO2 tidak
boleh berlebihan karena akan menyebabkan keracunan nitrit (Djunarko, 2007).
Identifikasi CN dalam tanaman dilakukan dengan uji pikrat (picrate paper
strip methode). Tabung pertama yang berisi aquades tidak menunjukan perubahan
warna pada kertas pikrat. Tabung kedua yang berisi daun singkong yang telah
ditumbuk merubah kertas pikrat yang berwarna kuning menjadi warna merah
bata. Hal tersebut menunjukan bahwa daun singkong mengandung sianida.
Karena kertas pikrat mengandung asam pikrat yang merupakan senyawa kimia
berbentuk Kristal kuning. Senyawa bersifat eksplosif terbentuk karena reaksi
antara fenol dan asam nitrat hingga menghasilkan 2,4,6-trinitrofenol atau 1-
hidroxy-2,4,6-trinitrobenzena. Asam pikrat akan bereaksi dengan KCN maka akan
terbentuk HCN yang menghasilkan endapan merah bata. Kemudian tabung ketiga
yang berisi KCN 1% + HCl juga merubah kertas pikrat yang berwarna kuning
menjadi warna merah bata tetapi intensitas warna merah bata yang ditimbulkan
lebih pekat di banding tabung kedua yang berisi dengan daun singkong yang telah
ditumbuk. Karena konsentrasi sianida dalam singkong lebih sedikit serta pada
tabung ketiga reaksi pikrat dengan KCN lebih kuat terbentuk. .
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa racun sianida akan
menyebabkan penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan
pada kasus berat dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan
pemberian antidota secara cepat dan tepat. Prinsip kerja racun ini adalah
menghambat enzim yang berperan di dalam respirasi (cytochrom oxidase).
Identifikasi kandungan sianida dalam tanaman menunjukkan tanaman positif
mengandung sianida dan pengujian sampel juga menunjukkan hasil yang positif
sianida.
Daftar Pustaka
Cummings, TF. 2004. The Treatment of Cyanide Poisoning. Occup med
:London.
Djunarko, I. 2007. Potensi Natrium Nitrit Sebagai Antidotum untuk Keracunan
Sianida pada Mencit, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Knight, Anthony P, Richard G Walter. 2001. A Guide to Plant Poisoning of
Animal in North America. Teton New Media : USA.
Utama, Harry Wahyudhy, 2006, Keracunan Sianida,
http://klikharry.wordpress.com/about.