laporan tss dan tds soeman hatana simatupang

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum TDS dan TSS adalah : 1. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang diteliti. 2. Untuk mengetahui atau mengukur total suspended solid sampel air yang diteliti. 1.2. Landasan Teori 1.2.1. Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan 1.2.1.1. Pendahuluan Peranan pembangunan, khususnya untuk bahan galian industri tidak dapat dipisahkan dari kepentingan masyarakat. Penambangan endapan intan sekunder skala kecil (tambang rakyat) di Desa Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan selain dapat menambah pendapatan devisa negara, juga telah memberikan lapangan pekerjaan. Penambangan

Upload: soeman

Post on 27-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Tss dan Tds

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum TDS dan TSS adalah :

1. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang

diteliti.

2. Untuk mengetahui atau mengukur total suspended solid sampel air yang

diteliti.

1.2. Landasan Teori

1.2.1. Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat

Penambangan Endapan Intan

1.2.1.1. Pendahuluan

Peranan pembangunan, khususnya untuk bahan galian industri

tidak dapat dipisahkan dari kepentingan masyarakat. Penambangan

endapan intan sekunder skala kecil (tambang rakyat) di Desa

Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota

Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan selain dapat menambah

pendapatan devisa negara, juga telah memberikan lapangan

pekerjaan. Penambangan endapan intan sekunder dilakukan secara

tambang terbuka dengan sistem tambang semprot yang

dikombinasikan dengan mesin penyedot air dan material. Material

hasil penyedotan (penambangan) kemudian disaring menggunakan

grizzly dan sluice box untuk memisahkan ampas (tailing) dengan

material yang mengandung intan (konsentrat). Material yang

mengandung intan (konsentrat) yang diperoleh, kemudian

dilakukan pendulangan untuk mendapatkan intan.

Page 2: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan

mata pencaharian turun temurun. Para penambang bekerja secara

kelompok dengan menggali lubang tambang sampai kedalaman 15

m, baik itu menggunakan peralatan sederhana maupun tambang

semprot. Hasil penambangan selanjutnya dilakukan pencucian dan

pendulangan untuk mencari sebutir intan, selain intan kadang-

kadang ditemukan batu akik dan butiran emas. Intan yang didapat

berupa intan mentah (galuh), intan mentah kemudian dibersihkan

dan digosok untuk dijadikan perhiasan. Salah satu tempat

penggosokan intan yang terkenal di Martapura, adalah

penggosokan Intan Tradisional Kayu Tangi Martapura.

Kegiatan penambangan endapan intan sistem semprot ini

menimbulkan beberapa masalah seperti perubahan kondisi

lingkungan baik secara fisik dan kimia tanah, kualitas air tanah dan

air permukaan, serta topografi lahan. Penambangan endapan intan

dengan kombinasi proses penyemprotan dan penyedotan

menghasilkan material lepas (kerakal dan kerikil) serta lumpur

dalam jumlah yang besar sebagai limbah. Limbah ini akan

mengendap di sepanjang aliran sungai atau di tempat-tempat yang

rendah di sekitar lokasi penambangan, sehingga menyebabkan

pendangkalan sungai dan pencemaran lingkungan. Pencemaran

lingkungan terutama berupa kekeruhan air, total suspended solid

(TSS), besi (Fe), dan minyak. Kandungan TSS yang tinggi dalam

air (badan sungai) menyebabkan byologycal oxigen demand (BOD)

menjadi rendah, sehingga dapat menghambat proses penetrasi sinar

matahari dalam air dan mengganggu kehidupan biota air.

Sedangkan kandungan besi (Fe) dan minyak yang tinggi akan

berpengaruh terhadap pemanfaatan air; misal untuk bahan baku air

minum, perikanan maupun pengairan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji upaya mengurangi

konsentrasi bahan pencemar pada air limbah penambangan

Page 3: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

endapan intan sekunder dengan membuat kolam-kolam

pengendapan (IPAL Komunal), sehingga kekeruhan air dan

konsentrasi bahan pencemar menurun. Endapan lempung yang

dihasilkan kemudian diambil untuk diamankan, pada paska

tambang lempung dapat dimanfaatkan sebagai material pengisi

lubang bekas tambang atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Sedangkan air limbah dengan bahan pencemar yang

konsentrasinya sudah berkurang, baru di buang ke perairan umum.

Efek total dari proses tersebut adalah upaya mengurangi adanya

pencemaran lingkungan akibat penambangan endapan intan.

Batasan masalah dalam penelitian adalah kajian upaya

mengurangi konsentrasi bahan pencemar hasil penambangan intan

sekunder menggunakan 4 (empat) kolam pengendapan yang

dilengkapi dengan saluran air sebagai inlet dan outlet. Unsur-unsur

pencemar logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Cd, Zn, dan Pb; serta

adanya pencemaran tanah (lahan) dan air bawah permukaan tanah

tidak dibahas.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan acuan dalam perencanaan reklamasi paska tambang endapan

intan skala kecil pada khususnya, dan penerapannya dalam industri

pertambangan pada umumnya.

1.2.1.2. Metode Kajian

Metode kajian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

deskriptif, yaitu dengan melakukan pengukuran dan pengambilan

contoh air limbah di lapangan serta analisis di laboratorium.

Pengukuran dilakukan terhadap dimensi kolam pengendapan

limbah, pengambilan contoh air limbah tambang pada kolam

pengendapan 1, 2, 3, dan 4. Analisis limbah cair dilakukan

berdasarkan prosedur analisis dari Standar Nasional Indonesia

tentang Air dan Limbah.

Page 4: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Semua Pengujian sampel limbah cair di lakukan di Balai Besar

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit

Menular Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada tahun 2010.

Evaluasi kualitas air dilakukan dengan cara membandingkan

hasil analisis air limbah hasil pengendapan (physical treathment)

dengan kriteria standar baku kualitas air berdasarkan kelas (Kelas I,

II, III, dan IV) Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.5 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

1.2.1.3. Keadaan Umum Daerah Kajian

Lokasi kegiatan penambangan endapan intan terletak di Dusun

Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota

Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian dapat

dicapai menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Banjarmasin

dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Berdasarkan hasil pencacahan

Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kota Banjarbaru

adalah 199.359 orang, yang terdiri atas 101.938 laki-laki dan

97.421 perempuan.

Penduduk Kota Banjarbaru terkosentrasi di lima kecamatan

yaitu (Tabel 1): Cempaka 28.328 orang (14,21 %), Landasan Ulin

51.475 orang (25,82 %), Banjarbaru Utara 42.651 orang (21,39),

Banjarbaru Selatan 42.337 orang (21,24 %), dan Liang Anggang

34.568 orang (17,34 %). Geologi daerah Cempaka secara umum

dicirikan dengan adanya sebaran batuan sedimen secara dominan

yang berumur Tersier - Kuarter, dan sebagian kecil batuan beku

berumur Pra Tersier. Formasi Pitanak (Kvpi) berumur Kapur Akhir

dengan bidang kontak tektonik berbatasan dengan batuan ultrabasa.

Page 5: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Gambar Lokasi Kegiatan Penambangan Endapan Intan Sekunder

Formasi Pitanak berupa lava andesit berwarna kelabu dalam

keadaan segar dan coklat bila lapuk, porforitik plagioklas,

berasosiasi dengan breksi vulkanik. Formasi Keramaian (Kak)

berumur Kapur Akhir dengan bidang kontak tektonik berbatasan

dengan batuan Formasi Pitanak (Kvpi). Formasi Keramaian

terdiri atas perselingan batupasir, batulanau dan batulempung,

dimana juga terdapat sisipan batugamping, konglomerat

berasosiasi dengan rijang. Formasi Tanjung (Tet) berumur Eosen,

merupakan batuan sedimen Tersier tertua yang menindih secara

tak selaras dengan batuan Pra Tersier. Formasi ini terdiri atas

batupasir kuarsa, sisipan batugamping dan batubara dengan lensa

batu gamping.

Page 6: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Formasi Berai (Tomb) dengan umur Oligomiosen, menindih

selaras di atas Formasi Tanjung (Tet). Formasi ini berupa

batugamping bersisipan napal dan batulempung yang

terserpihkan. Formasi Dahor (Tqd) berumur Pliopleistosen

menindih tak selaras di atas batuan Tersier. Formasi ini terdiri

atas batupasir kuarsa kurang padu, konglomerat, batulempung

lunak dengan sisipan lignit, kaolin dan limonit. Selaras di atas

Formasi Dahor (Tqd) adalah endapan Alluvium (Qa) berumur

Holosen. Endapan Alluvium terdiri atas kerikil, pasir, lanau,

lempung dan lumpur. Endapan pasir-kerikil Alluvium purba

memegang peranan penting terbentuknya endapan intan dengan

tebal lapisan beberapa centimeter sampai satu meter, dan intan

yang terkandung didalamnya tersebar tidak merata dan terpencar.

Gambar Peta Geologi Daerah Banjarbaru dan Sekitarnya.

Page 7: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

1. Penambangan Endapan Intan

Kegiatan diawali dengan pembersihan lokasi

penambangan dari semak-semak belukar dan pohon-

pohon kecil dengan menggunakan cangkul (menggali

tanah), tirak (membongkar akar-akar pohon), dan parang

(penebasan pohon-pohon) untuk pembuatan muka kerja.

Kegiatan penggalian ini terus dilakukan maju sedikit

demi sedikit menuju endapan intan. Setelah menemukan

endapan intan, dilanjutkan penambangan endapan intan

dengan cara menyemprotkan air menggunakan slang

sehingga menghasilkan lubang tambang .

Gambar Persiapan Penambangan.

Gambar Lubang Tambang dengan Pompa Semprot

Sistim “Under Cut”.

Page 8: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Selama kegiatan penambangan endapan intan

sekunder berlangsung, dilakukan kombinasi kerja mesin

peyemprot dan mesin penyedot. Mesin menyedot

berfungsi menyedot material yang telah lepas akibat

penyemprotan lewat selang yang dialirkan melalui

grizzly dan dilakukan pengayakan untuk memisahkan

tailing dan konsentrat. Konsentrat yang didapat

kemudian dilakukan pendulangan dan pencucian.

Gambar Pendulangan Untuk Mendapatkan Konsentrat

Setelah pendulangan dan pencucian dilakukan untuk

mendapatkan konsentrat, barulah dilakukan pendulangan

akhir untuk mendapatkan intan. Keseluruhan proses

penambangan intan seperti yang diuraikan di atas dapat

digambarkan dalam bentuk bagan alir seperti yang

terlihat.

1.2.1.4. Hasil Kajian

1. Pencemaran Air Limbah

Kegiatan penambangan endapan intan sekunder di Desa

Pinang, Kecamatan Cempaka Banjarbaru dilakukan oleh

rakyat setempat dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan

keuntungan ekonomi, tapi disisi lain menimbulkan kerusakan

Page 9: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

dan pencemaran lingkungan. Air limbah penambangan

umumnya langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan

limbah terlebih dahulu, sehingga limbah ini mencemari daerah

sekitarnya.

Penambangan endapan intan sekunder dapat menyebabkan

air sungai di sekitarnya keruh, kekeruhan air disebabkan oleh

zat padat yang tersuspensi baik yang bersifat organik maupun

non organik. Zat organik sebagai limbah berasal dari lumpur

hasil penambangan endapan intan yang menggunakan pompa

isap. Air yang keruh sulit didefeksikan, karena mikroba

terlindung oleh zat tersuspensi yang berbahaya bagi kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis kimia contoh air limbah

penambangan endapan intan sekunder apabila dibandingkan

dengan standar baku kualitas air dari Peraturan Gubernur

Kalimantan Selatan No. 5 Tahun 2007 menunjukkan bahwa air

limbah penambangan endapan intan sekunder mengandung

lumpur (TSS), besi (Fe), minyak, dan kekeruhan yang cukup

tinggi; sedangkan unsur-unsur yang lain seperti TDS, NH3

total, NO2, NO3, Pb, Zn, Cr total, relatip rendah. Nilai TSS,

besi (Fe), minyak, dan kekeruhan tersebut masing-masing

adalah 1.358 mg/l, 6,41 mg/l, 2000 mg/l dan 916,0 NTU,

sedangkan standar baku mutu kualitas air menurut peraturan

Gubernur Kalimantan Selatan masing-masing adalah 400 mg/l,

0,3 mg/l, 1.000 mg/l dan 0 NTU (nihil).

Page 10: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Gambar 6. Bagan Alir Kegiatan Penambangan Endapan Intan

Sekunder.

Tabel Kualitas Air Limbah Penambangan Endapan Intan Sekunder

Page 11: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Tabel Standar Baku Mutu Kualitas Air

Keterangan : Kelas I = bahan baku air minum

Kelas II = sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan

Kelas III = budidaya ikan tawar, peternakan

Kelas IV = pengairan

Berdasarkan hasil analisis kimia contoh air limbah

penambangan endapan intan sekunder kandungan TSS (total

suspended solid) adalah sebesar 1.358 mg/l, melebihi standar

baku kualitas air yang diperkenankan maksimal 400 mg/l.

Kandungan TSS yang tinggi mengidentifikasikan terjadinya

pencemaran zat organik yang berasal dari pembuangan limbah

kegiatan penambangan endapan intan sekunder. Tingginya

TSS dalam air (badan sungai) dapat menghambat proses

penetrasi sinar matahari dalam air, sehingga mengganggu

Page 12: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

kehidupan biota air. Air dengan konsentrasi TSS yang tinggi,

mengakibatkan BOD (biologycal oxygen demand) menjadi

rendah yaitu 0,7 mg/l (Tabel 1). Konsentrasi dari jumlah

oksigen yang terlarut DO (dissolved oxygen) dan COD

(chemical oxygen demand) cukup tinggi yaitu sebesar 6,2 mg/l

dan 58,2 mg/l; sedangkan standar baku kualitas air untuk COD

adalah10 mg/l - 100 mg/l dan standar baku kualitas air untuk

DO adalah 3 mg/l - 6 mg/l. Jadi kandungan COD masih

memenuhi standar baku kualitasair kelas IV dan III, sedangkan

DO memenuhi untuk semua kelas standar baku kualitas air.

Hasil analisis kandungan minyak pada air limbah

penambangan sebesar 2.000 mg/l, sedangkan standar baku

kualitas air adalah sebesar 1.000 mg/l untuk semua kelas.

Pencemaran minyak berasal dari limbah ceceran oli mesin

semprot dan sedot yang digunakan dalam penambangan intan.

Lapisan minyak yang terdapat dipermukaan air dapat

menyebabkan berkurangnya estetika (kondisi yang kurang

sedap), terganggunya penetrasi sinar matahari dan

menghambat proses masuknya oksigen dari udara ke dalam

badan air, yang akhirnya dapat menyebabkan air kekurangan

oksigen terlarut. Air yang kekurangan oksigen terlarut dapat

mengganggu kehidupan biota air. Sebagaimana kita ketahui,

minyak bersifat tidak dapat larut di dalam air. Minyak akan

terus mengapung di atas permukaan air, sehingga menutupi

permukaan air. Lapisan minyak yang mengapung akan

menutupi permukaan air, dan mengganggu kehidupan

organisme dalam air. Lapisan minyak yang menutupi

permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganis tertentu,

namun memerlukan waktu yang cukup lama.

Page 13: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Penggalian lapisan tanah penutup dalam penambangan

endapan intan sekunder, membuat endapan mineral terbuka.

Akibatnya terjadi oksidasi mineral sulfida, sehingga pH air

limbah bersifat asam. pH air limbah yang bersifat asam ini

adalah produk yang terbentuk akibat oksidasi mineral yang

mengandung besi-sufur, seperti: pirit (FeS2) dan pirhotit (FeS)

oleh oksidator yang berasal dari atmosfir (air, oksigen dan

karbon dioksida) dengan bantuan katalis bakteri dan produk-

produk lain yang terbentuk sebagai akibat dari reaksi oksidasi

tersebut. Air dengan pH yang bersifat asam dapat

menyebabkan sulitnya pertumbuhan tanaman, disamping itu

juga dapat menyebabkan matinya binatang-binatang yang ada

dalam air serta tidak layak dikonsumsi atau dipakai untuk

kebutuhan manusia. Pencegahan penurunan pH air limbah

dapat dilakukan dengan melokalisir sebaran mineral sulfida

sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan

menghindarkan agar idak berhubungan langsung dengan udara

bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan impermeable

seperti lempung, diupayakan tidak terjadinya proses pelarutan

baik oleh air permukaan maupun air tanah.

2. Upaya penurunan Pencemaran

Untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan

adanya air limbah penambangan, maka sebelum air limbah

dibuang ke perairan umum terlebih dahulu dilakukan

pengendapan bertahap (physical treatment ) melalui pembuatan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.

IPAL yang dibuat terdiri atas empat kolam pengendapan

dengan ukuran masing-masing lebar 20 m, panjang 20 m, dan

kedalaman 5 m sebagaimana terlihat pada Gambar

Page 14: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Gambar Sketsa Penampang Kolam Pengendapan Air Limbah

Tambang Intan

Antara lubang kolam pengendapan yang satu dengan

kolam pengendapan yang lainnya dihubungkan oleh pipa

berdiameter 61,44 cm. Kolam pengendapan juga dilengkapi

dengan inlet dan outlet. Inlet adalah jalan masuknya air limbah

dari aktivitas penambangan ke kolam pengendapan ke 1;

seterusnya ke kolam pengendapan ke 2, 3, dan ke 4.

Sedangkan outlet adalah hasil akhir dari pengolahan air limbah

dengan pengendapan yang keluar dari kolam pengendapan ke

4. Hasil akhir dari limbah ini seterusnya langsung dibuang ke

badan sungai.

Kolam-kolam pengendapan ini diletakkan pada mulut

tambang, sehingga memudahkan air limbah penambangan

untuk dialirkan ke dalam kolam-kolam pengendapan. Supaya

memungkinkan padatan mengendap, air limbah yang masuk ke

inlet diatur dengan kecepatan aliran 10-15 cm/detik.

Page 15: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Hasil Analisis TSS, Fe, Minyak, DO, pH dan Kekeruhan

air limbah penambangan dan kolam pengendapan setelah

dilakukan physical treatment adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Analisis TSS, pH, Fe, Minyak, DO, dan Kekeruhan pada Air

Limbah Penambangan dan Kolam Pengendapan

1.2.1.5. Diskusi

Berdasarkan hasil analisis air limbah penambangan yang

diambil dari kolam pengendapan 1, 2, 3, dan 4 (Tabel 3), terlihat

bahwa kandungan total suspension solid (TSS) mengalami

penurunan yaitu masing-masing sebesar 22,39 %; 41,09 %; 76,80

% dan 85,54 %. Semakin banyak pengurangan kandungan TSS

dalam air limbah maka kekeruhan air akan semakin berkurang yang

ditunjukkan oleh hasil analisis nilai kekeruhan air dari kolam

pengendapan 1, 2, 3, dan 4 yaitu masing-masing sebesar 817, 765,

405, dan 205 NTU atau dengan pengurangan nilai kekeruhan

masing-masing sebesar 10,81 %; 16,48 %; 55,79 %; dan 77,62 % .

Page 16: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

Gambar Grafik Kekeruhan Air Limbah dan Kolam Pengendapan 1,

2, 3, dan 4

Dari hasil analisis TSS terlihat bahwa semakin jauh jarak

pengendapannnya, maka semakin besar pengurangan kandungan

TSS dalam air limbah dan kolam 1, 2, 3, dan 4.

Hal ini disebabkan karena semakin jauh tempat

pengendapannya, maka kecepatan aliranya semakin berkurang,

sehingga kesempatan untuk mengendap padatan yang ada dalam

limbah semakin besar.

Gambar 9. Grafik Kandungan TSS pada Air Limbah dan Kolam

Pengendapan 1, 2, 3, dan 4

Apabila hasil pengendapan limbah tersebut dikaitkan dengan

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan N0. 5 Tahun 2007, maka

Page 17: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

nilai TSS pada kolam pengendapan ke 1 dan ke 2 sebesar 1.054

mg/l dan 800 mg/l belum memenuhi standar baku kualitas air Kelas

I - IV. Sedangkan nilai TSS pada kolam pengendapan 3 dan 4

sebesar 315 mg/l dan 198 mg/l sudah memenuhi standar baku

kualitas air Kelas III dan IV, namun belum memenuhi standar baku

kualitas air Kelas I dan II. Berdasarkan hasil percobaan dengan

pengendapan (physical treatment) terlihat bahwa pengurangan total

suspension solid (TSS) belum optimal, hal ini disebabkan karena

material-material yang diendapkan hanyalah suspended solid yang

mempunyai ukuran diameter >1 μ= > 0,003 mm (Gambar 10) atau

diklasifikasikan sebagai lempung halus - lanau. Secara teoritis

colloidal dengan ukuran yang berkisar 10-3 - 1 mikron tidak dapat

diendapkan dengan physical treatment, tetapi dapat dilakukan

penggumpalan dengan oksidasi biologi, kemudian diendapkan

sebagai dissolved solid dengan ukuran yang berkisar antara 10-5 -

10-3 mikron. Material yang larut dalam larutan (suspended) terdiri

atas material organik dan inorganik yang dapat dihilangkan dengan

pemanasan pada suhu 600o C.

Gambar 10. Klasifikasi Ukuran Partikel Yang Ada Dalam Air

Limbah

Nilai pH hasil pengendapan air limbah pada kolam

pengendapan 1 - 4 menunjukkan kenaikan pH yang relatif kecil

Page 18: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

dari 6,00 menjadi 6,29; namun nilai tersebut dapat memenuhi

standar baku kualitas air Kelas I - IV.

Nilai pH yang kecil menyebabkan keasaman pada air limbah

yang berdampak negatip terhadap pertumbuhan fauna dan flora. pH

(keasaman) air limbah sulit ditingkatkan dengan pengendapan,

tetapi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan penetral

batugamping.

Gambar Grafik Kandungan pH pada Air Limbah dan Kolam

Pengendapan 1, 2, 3, dan 4

Kandungan besi (Fe) yang ada didalam air limbah sebesar 6,41

mg/l, ini berarti tidak memenuhi kualitas air standar baku kualitas

air Kelas I sebesar 0,3 mg/l. Sedangkan kandungan besi hasil

pengendapan pada kolam pengendapan 1, 2, 3, dan 4 tidak

memenuhi kualitas air standar baku kualitas air Kelas I, tetapi

memenuhi kualitas air standar baku untuk Kelas II, III, dan IV.

Kandungan besi (Fe) didalam air minum menimbulkan rasa dan

warna kuning, selain itu dapat memicu pertumbuhan bakteri besi

dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam rangka

membentuk haemoglobin, kandungan Fe yang jumlahnya tinggi

Page 19: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerusakan pada dinding

usus yang berujung kematian.

Nilai kandungan minyak dalam air limbah dan kolam

pengendapan 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebesar 2.000, 1.513,

1.100, 1.059 dan 1.020 mg/l cenderung menunjukkan pengurangan,

tetapi apabila dikaitkan dengan standar baku kualitas air sebesar

1.000 mg/l belum memenuhi persyaratan standar baku kualitas air

untuk kelas I - IV, sehingga diperlukan suatu penanganan lanjutan

untuk mengurangi kandungan minyak tersebut.

Gambar Grafik Kandungan Besi, Minyak dan DO pada Air Limbah

dan Kolam Pengendapan I, II, III, dan IV.

Konsentrasi dari jumlah oksigen yang terlarut DO (dissolved

oxygen) cukup tinggi yaitu sebesar 6,00 - 6,20 mg/l, sedangkan

standar baku kualitas air untuk DO adalah 3 mg/l - 6 mg/l. Jadi

kandungan DO tidak memenuhi standar baku kualitas air untuk

kelas I, II, dan III, hanya memenuhi syarat untuk kelas IV. DO

dalam air mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap

kehidupan biota air dan tumbuh-tumbuhan.

Kehidupan biota air sungai seperti ikan, memerlukan oksigen

yang cukup dalam air untuk hidup. Sumber utama oksigen dalam

air adalah diffusi atmosfer ke permukaan air dan produksi

Page 20: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

fotosintesis dari tanaman. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

DO dalam air adalah suhu air, proses fotosintesis oksigen dari

tumbuh-tumbuhan air, kandungan organik, campuran angin dan

ombak, dan SOD (sediment oxygen demand).

Gambar Faktor Yang Mempengaruhi Konsenterasi DO dalam Air

1.2.1.6. KESIMPULAN

1. Akibat penambangan endapan intan sekunder, selain terjadi

perusakan lingkungan juga timbul adanya pencemaran air

limbah akibat penambangan.

2. Berdasarkan hasil analisis air limbah diketahui bahwa total

suspension solid (TSS), minyak/ lemak, besi (Fe) cukup tinggi

dan pH yang rendah dengan kandungan masing-masing

sebesar 1.358 mg/l; 2.000 mg/l, 6,41 mg/l dan Hasil analisis ini

apabila dikaitkan dengan Standar Baku Mutu Kualitas Air

menurut Peraturan Guburnur Kalimantan Selatan No.5 Tahun

2007 tidak memenuhi syarat, dan tidak bisa langsung di buang

Page 21: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

ke perairan umum karena dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan.

3. Berdasarkan physical treathment terhadap air limbah

penambangan dengan empat buah kolam pengendapan,

diketahui bahwa nilai TSS dari kolam pengendapan 3 dan 4

telah memenuhi standar kualitas air Kelas III dan IV, tetapi

belum memenuhi standar baku kualitas air Kelas I dan II.

Nilai pH dan DO hasil pengolahan dari pengendapan Kolam

1-4 menunjukkan perubahan yang relatif kecil atau relatif

stabil dan nilai tersebut masih memenuhi standar baku

kualitas air Kelas I-IV. Nilai kandungan Fe dan minyak/lemak

cenderung mengalami pengurangan tetapi belum memenuhi

standar baku kualitas air Kelas I - IV untuk minyak,

sedangkan kandungan besi pada kolam pengendapan 2, 3, dan

4 telah memenuhi standar baku kualitas air Kelas II, III, dan

IV. Jadi secara umum air dari hasil pengendapan kolam ke 4

telah memenuhi standar baku kualitas air kelas IV untuk

pengairan, sehingga dapat dibuang ke perairan umum.

Page 22: Laporan Tss Dan Tds Soeman Hatana Simatupang

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Aminuddin, Dan M. Ulum A. Gani. 2012. Kajian Upaya Mengurangi

Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan.

Buletin Geologi Tata Lingkungan. Bandung