laporan tutoral blok 3.3

13
LAPORAN TUTORIAL MINGGU 6 BLOK 3.3 MODUL 6 NEOPLASIA PADA SISTEM RERSPIRASI Oleh: Kelompok 17 C Alan Mustaqim David Samalo Denada Florencia Leoma Elisda Yusra Fisthazakia Sayyidah M Salsabila Suhayatra Putra Tiara Ledita Westi Permata Wati Tutor: dr. Nita Afriani Fakultas Kedokteran Universitas andalas 2014

Upload: tiara-ledita

Post on 13-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fk

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL MINGGU 6 BLOK 3.3MODUL 6NEOPLASIA PADA SISTEM RERSPIRASI

Oleh: Kelompok 17 C

Alan MustaqimDavid SamaloDenada Florencia LeomaElisda YusraFisthazakiaSayyidah M SalsabilaSuhayatra PutraTiara LeditaWesti Permata Wati

Tutor: dr. Nita Afriani

Fakultas Kedokteran Universitas andalas2014

LAPORAN TUTORAL

I. Terminologi TTB (Transthoracal Biopsy) TTB atau biopsi transtorakal adalah suatu cara untuk memperoleh spesimen jaringan paru untuk bahan diagnostik melalui dinding toraks. Biopsi ini dilakukan terutama untuk lesi yang letaknya di perifer. Biopsi Pleura Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura).

II. Rumusan Masalah1. Mengapa Bu Karsi (60 tahun) mengeluh batuk berdahak disertai sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu ?2. Mengapa Bu Karsi juga mengeluh badannya bertambah kurus dan mudah letih walau sehari-hari hanya di rumah?3. Apakah ada kaitannya antara keadaan Bu Karsi saat ini dengan dampak tumor di rongga hidungnya yang pernah didiagnosis sebagai polip nasi?4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dokter terhadap Bu Karsi?5. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan bronkoskopi dan CT Scan Bu Karsi?6. Mengapa dokter menduga Bu Karsi menderita kanker paru dan menanyakan riwayat keluarga dan kebiasaan merokok?7. Apakah ada hubungan penyakit Bu Karsi dengan kebiasaannya memasak dengan menggunakan kayu bakar?8. Apa tujuan pemeriksaan sputum, biopsi pleura, dan TTB pada Bu Karsi?9. Apa kemungkinan jenis kanker paru yang diderita Bu Karsi dan pemilihan jenis terapinya?10. Mengapa dokter tidak menganjurkan tindakan bedah pada Bu Karsi?

III. Analisis Masalah1. Penyebab batuk berdahak dan sesak nafas: Batuk berdahakBatuk berdahak merupakan manifestasi klinis yang sering menjadi keluhan utama pada gangguan sistem pernafasan. Etiologinya bermacam-macam, bisa disebabkan infeksi, alergi, bahkan keganasan. Secara umum, batuk merupakan upaya pertahanan tubuh terhadap berbagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada orang yang mengalami keganasan di paru, terutama karsinoma bronkogenik, terjadinya proliferasi epitel bronkus yang berfungsi sebagai penghasil mukus akan menyebabkan mukus diproduksi secara abnormal yang merangsang refleks batuk untuk mengeluarkan mukus tersebut.Selain keganasan, batuk berdahak dapat juga disebabkan oleh infeksi dan inflamasi seperti bronkitis kronik, asma, TB, atau penyakit alergi seperti rinitis alergi. Berbagai kemungkinan etiologi batuk berdahak ini berbeda-beda di tiap kelompok usia. Jika orang tua yang mendekati lanjut usia mengalami batuk berdahak kronis perlu dipikirkan kemungkinan keganasan, pada dewasa muda perlu dipikirkan kemungkinan TB atau penyakit infeksi lain, sedangkan pada anak-anak pikirkan lagi kemungkinan alergi. Sesak nafasSesak nafas yang dialami Bu Karsi diduga karena keganasan. Keganasan dapat menyebabkan keluhan berupa sesak nafas karena:1. Lokasi tumor di perifer, contohnya alveolus. Hal ini akan mengganggu fungi alveolus sebagai tempat difusi O2 dan CO2 2. Sel tumor akan melalui proses angiogenesis atau pembentukan vaskularisasi baru secara cepat. Proses ini ditujukan untuk mempercepat pertumbuhannya dengan meningkatkan aliran darah ke tumor tersebut sebagai sumber nutrisinya. Konsekuensinya, aliran darah tubuh yang mengandung oksigen untuk sel tubuh menjadi berkurang sehingga tubuh akan mengkompensasi kekurangan oksigen dengan sesak nafas.Hubungan usia dan jenis kelamin terkait keluhan Bu Karsi: Usia Bu Karsi 60 tahun dimana ia mendekati masa geriatri. Pada usia ini penyakit keganasan kemungkinan besar dapat terjadi salah satunya karena paparan lama terhadap zat karsinogenik. Keganasan paru misalnya, memiliki angka puncak kejadian pada usia 55-65 tahun. Jenis kelamin wanita, dimana insiden keganasan payudara, keganasan serviks menempati urutan keganasan teratas yang banyak menyerang wanita. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan Bu Karsi mengalami keganasan lain seperti keganasan paru. Keganasan paru pada wanita memiliki dampak dan prognosis yang lebih buruk dibanding pria sesuai fisiologis tubuhnya.2. Penyebab Bu Karsi bertambah kurus dan mudah letih:Pada orang tua, normal ditemui penurunan berat badan dan sering merasa letih karena seiring bertambahnya usia, akan terjadi penyusutan massa otot dan penurunan fungsi serta stamina tubuh. Namun, jika benar dugaan terhadap Bu karsi bahwa ia mengalami keganasan, Bu Karsi akan mengalami sindroma paraneoplastik. Manifestasinya berupa anoreksia, penurunan berat badan dan demam. Hal ini disebabkan karena tumor akan mengalihkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan sel tubuh menjadi nutrisi untuk pertumbuhan tumor tersebut melaului proses angiogenesis tumor.Penurunan berat badan yang tak disadari lebih dari 6 bulan disertai penurunan massa otot merupakan kakheksia yang dicurigai terjadi pada keganasan. Penyebab kakheksia: AnoreksiaPenyebab dan mekanismenya belum diketahui secara pasti, namun diketahui produk metabolit kanker akan menyebabkan perubahan rasa kecap sehingga membuat penderita kanker menjadi tidak nafsu makan. Perubahan metabolismePada pasien kanker, metabolisme energi yang berkaitan dengan karbohidrat, protein, dan lemak akan mengalami perubahan dan berperngaruh terhadap kejadian penurunan berat badan. Penderita kanker akan mengalami hipermetabolisme. Namun, energi yang dihasilkan bukan digunakan oleh tubuh melainkan dipakai oleh sel kanker untuk pertumbuhannya. Sitokin Beberapa sitokin yang dapat menyebabkan kakheksia antara lain: IL-1, IL-2, TNF dan Interferon Gamma.Selain akibat pengalihan penggunaan energi tubuh oleh sel kanker, mudah letih dapat terjadi pada penderita kanker karena anemia yang dialaminya. Anemia tersebut dapat disebabkan: Sitokin-sitokin yang dihasilkan tubuh akan menurunkan sensitivitas terhadap proses eritropoiesis sehingga akan menurunkan produksi sel darah merah. Sel eritrosit berumur pendek pada penderita kanker. Peningkatan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) untuk proses angiogenesis pada sel kanker membuat suplai aliran darah harus ditingkatkan kesana, sementara peningkatan kebutuhan tersebut tak diimbangi oleh persediaan darah akibat produksinya yang menurun. Hal ini semakin memperburuk keadaan anemia yang dialami penderita kanker.

3. Hubungan keadaan Bu Karsi dengan keadaan polip nasi:Polip nasi merupakan suatu massa bertangkai pada mukosa rongga hidung akibat inflamasi kronis. Polip ini dapat dicetuskan oleh berbagai penyebab, salah satunya rinitis alergi. Keadaan rinitis alergi dapat mempengaruhi rekurensi polip meskipun sudah pernah ditatalaksana. Kemungkinan sesak nafas yang dialami Bu Karsi bisa saja karena polip nasi tersebut mulai menyumbat rongga hidung Bu Karsi sehingga menghambat proses pernafasan.Jika dikaitkan dengan keganasan, tidak terdapat hubungan bermakna antara polip nasi dengan keganasan. Tidak ada genetik yang mempengaruhi hubungan kejadian ini.

4. Interpretasi pemeriksaan fisik Bu Karsi: Konjungtiva anemis : dapat disebabkan anemia yang berhubungan dengan proses keganasan yang dicurigai pada Bu Karsi Sklera tidak ikterik : normal, tidak terdapat gangguan pada proses metabolisme bilirubin, yang menyingkirkan kemungkinan metastasis tumor ke hati Thoraks simetris : normal, tidak terlihat adanya penyakit paru lain atau kemungkinan komplikasi tumor seperti efusi pleura Palpasi fremitus kanan menurun : menandakan adanya hambatan penghantaran suara nafas ke dinding dada, dapat disebabkan terdapatnya massa atau infiltrat Perkusi redup di kanan : menandakan daerah yang lebih solid dan lebih sedikit udara, dapat berupa massa

5. Interpretasi pemeriksaan bronkoskopi dan CT-Scan Pemeriksaan bronkoskopi : tidak jelas adanya massa tumorPada pemeriksaan bronkoskopi, dilihat keadaan bronkus mulai dari cabang bronkus sampai bronkus segmental. Jika tidak terlihat adanya tumor, kemungkinan lokasi tumor adalah di perifer paru, karena apabila lokasi tumor di sentral paru biasanya dekat dengan bronkus dan bisa terlihat dengan bronkoskopi Pemeriksaan CT-scan : lesi di perifer paru, 3cm, solidPemeriksaan ini dilakukan dengan posisi tidur, lalu dibuat foto dalam bentuk slice-slice. Normalnya, tidak terdapat massa lain pada paru. Apabila terdapat massa, perlu dicurigai kemungkinan tumor paru. Namun, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk menegakkan diagnosis pasti yaitu biopsi tumor dan diperiksa secara histopatologi.

6. Dugaan dokter terhadap kanker paru dan hubungan dengan riwayat keluarga, kebiasaan merokok:Adanya riwayat keluarga dekat yang menderita kanker merupakan faktor predisposisi seseorang dapat mengalami kanker, karena kanker merupakan penyakit yang dapat terkait genetik.Kebiasaan merokok juga penting diketahui dokter karena rokok menghasilkan zat karsinogenik yang dapat memicu kejadian kanker, terutama kanker paru. Meskipun Bu Karti bukan merupakan perokok aktif, namun pajanan asap rokok lingkungan yang dihirup Bu Karti dari suaminya yang merupakan perokok berat juga dapat memicu terjadinya kanker. Semakin dekat dan semakin lama seseorang terpapar dengan asap rokok, ditambah dengan buruknya ventilasi udara akan mengingkatkan risiko kanker paru dua kali lipat dibanding orang yang tidak terpapar.Oleh karena itu, dari gejala klinis, faktor risiko, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada Bu Karti dokter menduga bahwa ia mengalami kanker paru yang mana dugaan tersebut harus dibuktikan lagi dengan diagnosis pasti pada kanker paru yaitu dengan pemeriksaan histopatologi tumor tersebut.

7. Hubungan kebiasaan memasak dengan kayu bakar terhadap keadaan Bu Karti:Memasak dengan kayu bakar juga merupakan faktor risiko kemungkinan kanker paru yang dialami Bu Karti. Asap hasil pembakaran tersebut merupakan zat karsinogenik, salah satunya yang dihasilkan dalm jumlah yang banyak yaitu hidrokarbon aromatik polisiklik. Zat ini akan menyebabkan kerusakan DNA dan sel sehingga memicu kanker.8. Tujuan pemeriksaan sputum, biopsi pleura dan TTB:Tujuan utama: untuk menentukan diagnosis dan diagnosis banding pada Bu Karsi. Pemeriksaan sputumPenyakit lain yang mirip dengan keluhan Bu Karsi:Tuberkuloma pada TB: lesi pada bagian perifer paru, berbentuk penonjolan, disekelilingnya ada sel limfosit. Hasil pemeriksaan sputum menunjukkan BTA positif. Biopsi pleuraMenilai ada atau tidak komplikasi yang terjadi pada tumor paru seperti efusi pleura ganas. Pada ada efusi pelura ganas akan ditemukan sel sel keganasan pada biopsi pleuranya. TTB (Transtoracal Biopsy)Merupakan pemeriksaan untuk diagnosis pasti pada kanker paru secara histopatologi.

9. Kemungkinan jenis kanker paru yang diderita Bu Karsi dan pemilihan jenis terapinya:Sebelumnya ditinjau dulu dari klasifikasinya. Klasifikasi kanker paru: Karsinoma sel kecil : progresif, metastasis cepat, prognosis buruk, kemosensitif. Karsinoma bukan sel kecil : non progresif, metastasis lambat, tidak kemosensitif.Jenis kanker yang diderita Bu Karsi:Fokus kanker di dada, kemungkinan yaitu kanker paru, mediastinum, atau pleura.Ukuran lesi kecil, biasanya kemungkinan jenis kankernya adalah small cell carsinoma, oleh karena itu dapat diberikan terapi berupa kemoterapi karena tumornya bersifat kemosensitif.Beberapa cara pemberian kemoterapi: Kemoterapi primer: kemoterapi tunggal Kemoterapi adjuvan: kemoterapi yang dilakukan setelah tindakan bedah, untuk menghabiskan sisa sisa kanker. Kemoterapi neoadjuvan: kemoterapi yang dilakukan sebelum tindakan bedah, untuk mengecilkan sel kankernya terlebih dahulu. Kemoterapi rekuren: kemoterapi untuk mengatasi kanker yang berulang atau menghambat progresivitas kanker.

Untuk menentukan jenis terapi perlu diperhatikan: Stadium kanker Jenis sel kanker Operable/tidak

10. Alasan dokter tidak memilih terapi pembedahan pada Bu Karsi:Usia Bu Karsi sudah mendekati masa geriatri, merupakan usia yang riskan jika dilakukan tindakan bedah. Pada usia lanjut, performace status seseorang sudah menurun, serta organ-organ tubuh juga sudah mengalami penurunan fungsi. Dikhawatirkan jika komplikasi yang ditimbulkan pasca bedah lebih membahayakan hidupnya daripada mengangkat sel kanker tersebut. Serta, kecurigaan jenis sel kanker Bu Karsi merupakan karsinoma sel kecil, maka pemilihan terapi untuk jenis tersebut yang utama adalah kemoterapi

IV. Sistematika

V. Tujuan PembelajaranMahasiswa mampu menjelaskan:1. Klasifikasi neoplasma saluran nafas2. Neoplasma saluran nafas atas (nasofaring, laring, sinus paranasal)3. Neoplasma saluran nafas bawah (trakea, bronkus, parenkim paru)4. Neoplasma pleura dan mediastinum