laporan urin rahmat panigoro.docx
TRANSCRIPT
A. Judul Percobaan
Analisis Urin
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin patologis
C. Dasar Teori
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine
dari penyaringan unsur-unsur plasma. Urine atau urin merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra. Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan)
(Frandson, 1992).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu
kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus
juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar
tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus)
yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine
primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam
lainnya (Tranggono&Sutardi, 1990).
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi
setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal.
Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih
berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain
itu, air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses
osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif.
Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang
telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui
pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di
lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder
yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer.
Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar
urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Martoharsono, 1994).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke
tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses
penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang
sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya,
urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam
urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang
berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam
(Martoharsono,1994).
Karakteristik Urin
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5
dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml
(Uliyah, 2008). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam
urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein
seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna
kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan
dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang
diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,
berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula,
berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah
terlalu tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan
oleh proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin
terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat
warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin.
Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak
ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak
mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Proses pembentukan urin
1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman
tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat
ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding
dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit). Proses filtrasi terjadi
karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik
(tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat
larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran
dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan
sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh
tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu.
Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-,
HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor
pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal.
Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma
darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan
67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan
dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan
bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus
proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya.
Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi
Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di
tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada
pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air,
garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis,
urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan
tempat penimpanan sementara urin.
D. Alat dan Bahan
Alat
No
.Gambar Fungsi
1. Batang Pengaduk Sebagai alat untuk mencampurkan
larutan
2. Erlenmeyer Menyimpan dan memanaskan larutan
dan menampung filtrate hasil
penyaringan.
3. Gelas kimia Menampung bahan kimia atau larutan
dalam jumlah yang banyak
4. Gelas ukur Mengukur volume larutan
5. pH meter Sebagai indikator untuk mengetahui
pH suatu larutan.
6. Pipet tetes Memindahkan beberapa tetes zat cair
7. Rak tabung reaksi Tempat tabung reaksi
8. Tabung reaksi Menampung larutan dalam jumlah
yang sedikit
Bahan
No. Gambar Sifat
1. Urin normal Sifat Fisik :
Sifat Kimia :
2. Urin ibu hamil Sifat Fisika :
Sifat Kimia :
3. Urin gagal ginjal Sifat Fisik :
Sifat Kimia :
4. Urin diabetes melitus Sifat Fisik :
- Diambil masing-masing
1 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Diambil 1 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan semua tabung yang berisi
sampel dengan beberapa tetes HNO3
encer
- Ditambahkan dengan 1 mL AgNO3 10 %
- Diamati dan dicatat perubahan yang
9. Reagen benedict Sifat Fisik :
Larutan berwarna biru
Sifat Kimia :
larutan yang mengandung
kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat
10. Reagen biuret
E. Prosedur Kerja
a. Uji Klorida
Urin normal Urin patologis
- Ditambahkan semua tabung yang berisi
sampel dengan beberapa tetes HNO3
encer
- Ditambahkan dengan 1 mL AgNO3 10 %
- Diamati dan dicatat perubahan yang
- Diambil 1 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan semua tabung yang berisi
sampel dengan beberapa tetes HCl encer
- Ditambahkan dengan 1 mL BaCl2
- Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi
- Diambil masing-masing
1 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Diambil 2 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan semua tabung yang berisi
sampel dengan beberapa tetes NaOH
- Ditambahkan dengan 1 mL CuSO4
- Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi
- Diambil masing-masing
2 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
b. Uji Sulfat
c. Uji Biuret
Semua tabung terbentuk endapan putih (+ klorida)
Semua tabung terbentuk endapan putih (+ sulfat)
Urin normal Urin patologis
Urin normal Urin patologis
- Diambil 2 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Ditambahkan semua tabung yang berisi
sampel dengan reagen benedict
- Dipanaskan selama 3 menit
- Diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi
- Diambil masing-masing
1 mL
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Diambil beberapa tetes
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- Dicelupkan pH universal pada masing –
masing tabung.
- Diambil beberapa tetes
- Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
d. Uji Glukosa
e. Uji pH
Tabung urin GG (+) Protein
Tabung urin GG dan orang hamil (+)
glukosa
Urin normal Urin patologis
Pada semua sampel urin tidak terjadi perubahan warna
Urin normal Urin patologis
F. Hasil Pengamatan
Sampel
Urin
pH Klorida Sulfat Glukosa Uji Biuret
Normal Tidak terjadi
perubahan
warna pada
lakmus
Terjadi
perubahan
warna dari
kuning ke
putih dan
terdapat
endapan
Terdapat
endapan
putih (+
sulfat)
Terjadi
perubahan
warna,
terdapat
endapan
warna hijau
Tidak terjadi
perubahan
warna.
Warna:
kuning
kecoklatan
DM Tidak terjadi
perubahan
warna pada
lakmus
Terdapat
endapan
berwarna
putih
Tidak
terdapat
endapan (-
sulfat)
Terjadi
perubahan
warna,
terdapat
endapan
warna merah
bata
Tidak terjadi
perubahan
warna.
Warna: biru
muda
GG Tidak terjadi
perubahan
warna pada
lakmus
Terdapat
endapan
berwarna
putih
Terdapat
endapan
putih (+
sulfat)
Tidak terjadi
perubahan
warna
Terjadi
perubahan
warna
menjadi
coklat dan
terdapat
cincin
berwarna
ungu
Ibu
hamil
Tidak terjadi
perubahan
warna pada
lamkmus
universal
Terdapat
endapan
berwarna
putih
Terdapat
endapan
putih (+
sulfat)
Terjadi
perubahan
warna,
terdapat
endapan
berwarna
hijau.
Warna
kuning
kecoklatan
(tidak
terdapat
cincin
violet)
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap urin untuk mengetahui sifat
dan kandungan kimiawi pada urin normal dan urin patologis. Urin patologis yang akan
dianalisis yaitu urin diabetes melitus (DM), gagal ginjal (GG), dan urin orang hamil. Uji
urin dilakukan dengan beberapa uji urin yaitu uji klorida, uji sulfat, uji protein dan uji
glukosa.
1. Uji Klorida
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi.
Pengeluaran urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan semua
sampel urin ke dalam masing-masing tabung, kemudian urin diasamkan terlebih dulu
dengan asam nitrat (HNO3) encer beberapa tetes. Ketika asam nitrat encer ini
dimasukkan, urin berubah menjadi sangat bening. Selanjutnya ditambahkan sebanyak 1
mL perak nitrat (AgNO3) 10 % sehingga terbentuk endapan putih di dasar tabung untuk
semua sampel urin baik normal maupun patologis.
Endapan putih ini terbentuk karena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa perak
nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urin yang
merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam urin sebagai
hasil ekskresi sisa metabolime dalam tubuh (Thenawijaya, 1995). Klorida merupakan
ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk
suatu anion seta klorida yang terdapat dalam urine berasal dari makanan yang
mengandung garam (NaCl) (Ethel, 2003). Dari percobaan yang dilakukan maka
didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaCL + AgNO3 Na2NO3 + AgCl2
2. Uji Sulfat
Langkah yang pertama dilakukan sama seperti dengan pada uji klorida tetapi
menggunakan pereaksi yang berbeda. Pereaksi yang digunakan adalah larutan asam
klorida (HCl) encer dengan barium klorida (BaCl2). Larutan pertama yang dimasukkan
adalah beberapa tetes HCl encer yang bertujuan untuk mengasamkan urin. Kemudian
ditambahkan larutan BaCl2 sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi. Setelah penambahan
larutan BaCl2, terbentuk endapan putih di dasar tabung terhadap semua sampel urin baik
normal dan patologis. Terbentuknya endapan putih ini dekarenakan adanya endapan
barium sulfat (BaSO4) dari belerang etereal yang memiliki senyawa sulfat yang akan
bereaksi dengan BaCl2 ().
Endapan putih ini menunjukkan adanya kandungan sulfat dalam urin yang
merupakan salah satu unsur normal urin karena termasuk dalam bahan-bahan yang
terlarut dalam urin. Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi
sebagai berikut:
BaCl2 + SO42- BaSO4 + 2 Cl-
3. Uji Biuret
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan
spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai
proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan
daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas
juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan
proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Uji biuret dilakukan untuk melihat apakah ada protein yang terkandung dalam
urin yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi natrium hidroksida (NaOH) dan
Tembaga sulfat (CuSO4). Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran
molekunya yang cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini
menandakan adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain
penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). Indikator yang menunjukkan
adanya albumin dalam urin ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu ketika
direaksikan dengan larutan pereaksinya.
Pada percobaan ini, larutan pertama yang ditambahkan ke dalam semua sampel
urin adalah beberapa tetes larutan NaOH yang kemudian ditambahkan 1 mL CuSO4.
Setelah penambahan kedua pereaksi ini, masing-masing tabung dikocok untuk
menghomogenkan dan mempercepat reaksi. Hasil pengamatan didapatkan tidak adanya
cincin berwarna ungu terhadap semua sampel urin kecuali sampel urin oleh orang yang
mengidap penyakit gagal ginjal (GG). Hal ini menunjukkan adanya albumin atau
protein dalam urin tersebut, ini artinya terjadi gangguan bagian penyaring ginjal pada
orang yang bersangkutan karena protein merupakan salah satu unsur abnormal di dalam
urin yang masih dibutuhkan oleh tubuh, dan untuk sampel urin yang tidak terbentuk
endapan ungu dikatakan ginjalnya masih bekerja dengan baik dalam menyaring
molekul protein yang masuk ke dalam ginjal. Dari percobaan yang dilakukan maka
didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaOH + 2CuSO4 2NaSO4 + 2CuOH
4. Uji Glukosa
Dalam uji glukosa ini digunakan larutan benedict sebanyak 2-3 mL dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang telah berisi semua sampel urin. Selanjutnya campuran
kedua larutan tersebut dipanaskan selama 3 menit, dengan tujuan untuk mempercepat
reaksi antara kedua larutan tersebut. Setelah pemanasan sampai 3 menit, hasil
pengamatan menunjukkan pada sampel urin normal dan urin ibu hamil terbentuk
endapan hijau artinya terdapat glukosa pada urin sebanyak 1%, untuk urin diabetes
melitus terbentuk endapan merah bata yang artinya terdapat glukosa pada urin sebanyak
1,5% merah, dan urin gagal ginjal tidak terjadi perubahan warna artinya tidak ada
kandungan glukosa pada urin gagal ginjal.
Dalam keadaan normal, urine sama sekali tidak mengandung glukosa. Hal ini
ditinjau dari fungsi urine yaitu untuk membuang zat-zat sisa yang sudah tidak
diperlukan dalam tubuh. Sedangkan pada dasarnya, glukosa merupakan suatu zat yang
masih diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi. Hormon insulin merupakan suatu
hormon yang dihasilkan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel
sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Namun, pada orang-orang tertentu pankreas mereka tidak dapat
menghasilkan hormon insulin yang cukup atau bahkan tidak menghasilkan hormon
insulin sama sekali yang mengakibatkan kadar gula darah akan naik. Kadar gula dalam
darah yang berlebihan dalam tubuh akan mengganggu tekanan osmotik darah. Untuk
itu gula yang berlebihan itu harus dikeluarkan bersama urine.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai
berikut:
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
5. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat kadar pH pada urin normal dan urin patologis.
Langkah awal yang dilakukan yaitu disiapkan tabung reaksi untuk masing-masing
sampel urin. Diisi beberapa tetes sampel urin pada masing – masing tabung reaksi,
kemudian dicelupkan pH universal pada sampel urin tersebut. Hasil yang diperoleh
yaitu pada semua sampel urin tidak terjadi perubahan warna pada pH universal.
Tidak adanya perubahan warna pada pH universal ini diakibatkan oleh pH meter
yang digunakan sudah tidak berfungsi dengan baik. pH untuk urin normal yaitu sekitar
4,8 sampai dengan 9,4.
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia urin
normal dan urin patologis memiliki perbedaan yaitu dalam urin normal terdapat klorida,
dan sulfur, sedangkan untuk urin patologis didapatkan kandungan kimia yang abnormal
seperti protein dan glukosa.
I. Kemungkinan Kesalahan
Kemungkinan kesalahan yaitu pada saat pengujian urin menggunakan lakmus
universal, dimana tidak terjadi perubahan warna pada semua sampel urin yang diakibatkan
oleh lakmus yang digunakan sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Lee, J. M. 1992. Biochemical Engineering.Prentice Hall Inc. New Jersey.
Martoharsono,S.1994.Biokimiajilid 1.GadjahMada University Press.Yogyakarta.
Scanlon, V.C. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tranggono&Sutardi.(1990). BiokimiadanTeknologiPascaPanen. Gajah Madauniversity Press. Yogyakarta.
Williamson,K.L&L.F.Fieser. (1992). Organic Experiment 7th Edition.D C Health ang Company. United States of America.
Wirahadikusumah, M. (1989).Biokimia : protein, enzim, danasamnukleat. InstitutTeknologi Bandung. Bandung.
Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science. London.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington.(1994). IlmuPangan, PengantarIlmuPangan, NutrisidanMikrobiologi.UniversitasGadjahMada press. Yogyakarta.