laprakkosmetik milkcleanser fix

28
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN MILK CLEANSER Disusun oleh : Anggi Indah Hilyaturrufaedah 1113102000041 Fifi Nur Hidayah Ningseh 1113102000078 Luthfia Wikhdatul Akhsani 1113102000019 Nurillah Dwi Novarienti 1113102000058 Zuha Yuliana 1113102000007 Kelompok 2 BD DOSEN PEMBIMBING : TIM DOSEN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: eunfie

Post on 12-Jul-2016

496 views

Category:

Documents


103 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN MILK CLEANSER

Disusun oleh :

Anggi Indah Hilyaturrufaedah 1113102000041

Fifi Nur Hidayah Ningseh 1113102000078

Luthfia Wikhdatul Akhsani 1113102000019

Nurillah Dwi Novarienti 1113102000058

Zuha Yuliana 1113102000007

Kelompok 2 BD

DOSEN PEMBIMBING :

TIM DOSEN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MARET / 2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kosmetik menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari setiap orang. Seiring

perkembangan ilmu pengetahuaan dan industri, ragam kosmetik terus berkembang.

Berbagai jenis kosmetik dengan fungsi dan manfaat spesifik bermunculan di

masyarakat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kulit setiap hari mengalami paparan radikal bebas dari lingkungan yang dapat

mengakibatkan penuaian dini. Dengan demikian diharapkan ada sediaan kosmetik yang

dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Membuat badan (kulit, rambut dan gigi) bersih merupakan tujuan utama

pemakaian kosmetik. Meskipun badan mengusahakan pembersihan dirinya sendiri,

misalnya dengan penggantian sel-sel lapisan tanduk dan penggantian rambut tua

dengan rambut baru, itu belum cukup, terutama bagi manusia modern yang menuntut

kebersihan yang lebih baik.

Wajah merupakan bagian tubuh yang menggambarkan keseluruhan kondisi

seseorang. Kulit wajah yang cantik, segar dan mulus berseri merupakan dambaan setiap

orang terutama kaum wanita, oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk dapat

memperoleh kulit wajah yang cantik dan mulus. Kulit wajah memerlukan pemeliharaan

yang khusus karena kulit wajah merupakan organ yang sensitif terhadap perlakuan dan

rangsangan. Setiap individu memiliki jenis kulit wajah berbeda, karena dipengaruhi

oleh kadar air dan produksi minyak dalam kulit, kecepatan pergantian sel-sel lapisan

tanduk, dan faktor lingkungan.

Berbagai faktor lingkungan seperti cuaca, rokok, makanan, stress, alkohol, dan

kelelahan dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan pada kulit wajah (Dwikarya,

2003). Gangguan kesehatan kulit wajah dapat menyebabkan kulit menjadi kering,

keriput, dan terlihat kusam. Untuk mengatasi kulit wajah agar tidak mengalami

gangguan kesehatan dapat dilakukan dengan cara perawatan. Perawatan wajah dapat

dilakukan dengan perawatan dari dalam dan perawatan dari luar. Perawatan dari dalam

dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan dan suplemen yang sehat untuk

kulit, misalnya pada makanan yang mengandung vitamin C, D, dan E. Perawatan dari

luar dapat dilakukan dengan cara menggunakan kosmetik perawatan, seperti milk

cleanser, face toner, peeling cream, dan masker wajah (Septiani, 2012).

Sediaan perawatan dan pembersih kulit merupakan sediaan yang digunakan untuk

maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat, terlindung dari kekeringan

dan sengatan cuaca, baik panas matahari maupun dingin, dan nampak segar dengan

tekstur kulit yang lembut dan menarik.

Pembersih kulit wajah merupakan tindakan paling penting untuk menjaga wajah

dengan tujuan menghilangkan sel-sel kulit yang mati, debu, kotoran dan sisa-sisa make

up yang menempel pada kulit waajah tersebut. Untuk mendapat hasil yang baik, proses

pembersih wajah sebaiknya dilakukan dengan menggunakan produk kosmetik yang

sesuai dengan umur dan jenis kulit seseorang. Pembersih wajah juga berfungsi sebagai

persiapan kulit wajah untuk mendapatkan tindakan perawatan lebih lanjut. Dan

pembersihan pori-pori kulit lebih dalam (deep pore cleansing) dengan menggunakan

suatu peralatan listrik berupa sikat listrik atau galvanic desincrustation.

B. Tujuan1. Menjelaskan formulasi sediaan milk cleanser

2. Menjelaskan cara pembuatan sediaan milk cleanser

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetologi

Kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia,

fisika, biologi dan mirobiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan penggunaan

bahan kosmetika.

B. Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian

luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi

atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes No. 1175).

Kosmetika mendapat perhatian khusus pada abad ke-19, yaitu untuk kecantikan

dan untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai

secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari

dunia usaha. Dewasa ini, teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara

kosmetik dan obat (pharmacuetical) atau dikenal dengan istilah kosmetik medik

(cosmeceuticals).

Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum

pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari

maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut

sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika

terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan

kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.

Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI berdasarkan kegunaan

dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan menjadi 13 golongan

yaitu

1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lain-lain.

5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain-lain.

7. Preparat make up (kecuali mata); lipstik, rouge, bedak muka dan lain-lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath freshener dan

lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan; deodoran, feminism hygiene spray dan lain-lain.

10. Preparat kuku; cat kuku, krem dan lotion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain-lain.

12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelernbab, pelindung dan lain-lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, sunscreen foundation dan lain-

lain.

C. Bahan Dasar Kosmetik

Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif

dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain

sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat),

pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari

kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang

tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan

efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar kosmetika.

Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut :

Solvent (Pelarut)

Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air,

alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk

yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak).

Emulsier (Pencampur)

Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat

menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata

(homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan

antara dua cairan (surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alkohol atau

ester asam-asam lemak.

Preservative (Pengawet)

Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman-kuman terhadap

kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet

yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika

dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lain-lain. Jenis

pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang

ditimbulkan, penggunaan kosmetik sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di

belakang telinga. Kosmetika yang sudah kadaluarsa sebaiknya tidak digunakan lagi.

Batas kadaluarsa beberapa jenis kosmetik, sejak kemasan dibuka dapat dilihat pada

tabel berikut

Adhesive (Pelekat)

Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud

agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan

pelekat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat.

Astringent (Pengencang)

Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan

menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang

bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.

Absorben (Penyerap).

Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium

karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.

Desinfektan

Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain

terhadap pengaruh-pengaruh mikroorganisme. Desinfektan dalam kosmetika sering

menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawa-senyawa

amonium kuaterner. Bahan dasar yang paling banyak digunakan dalam kosmetika

adalah lemak, air, alkohol dan serbuk. Lemak sebagai bahan dasar kosmetika berfungsi

untuk

Lemak dapat membentuk lapisan tipis di permukaan kulit sehingga berfungsi

sebagai pelindung (ptotective film) yang berguna untuk menghalangi

terjadinya penguapan air sehingga mencegah terjadinya kekeringan pada

kulit.

Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga dapat

berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan kulit agar

tetap lembut dan halus.

Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up, oleh

sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih.

Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam mudah

diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk

bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.

Lemak hewani dan lemak nabati tertentu mengandung bahan aktif seperti

vitamin, hormon, dan lestin yang bermanfaat bagi kulit.

Air dapat diserap oleh kulit, tetapi daya penetrasi (daya serap) air dan bahan-

bahan yang larut dalam air lebih rendah dibandingkan dengan lemak dan bahan-bahan

yang larut dalam lemak. Daya penetrasi bahan-bahan yang larut dalam air, tergantung

pada kandungan air (water content) stratum corneum, oleh sebab itu air bukan bahan

dasar yang baik untuk mengantar bahan aktif masuk ke dalam kulit. Air banyak

digunakan dalam preparat pembersih, karena air mudah digunakan, dapat melunakkan

stratum corneum dan dapat membersihkan kotoran yang larut dalam air. Air tidak

memiliki daya pembasah kulit dan bukan merupakan bahan pembersih yang sempurna,

oleh karena itu, untuk memperoleh efek pembersih yang sempurna perlu ditambahkan

bahan dasar lain seperti minyak (cleansing cream), alkohol 20-40 % (skin freshener,

face tonic, astringent) atau surfactant (sabun, deterjen). Alkohol merupakan bahan

pelarut organik dalam kosmetika, seperti halnya eter, aseton, dan kloroform. Bahan-

bahan tersebut cenderung dapat menimbulkan reaksi iritasi pada kulit. Pemakaian

alkohol dalam jumlah yang dibolehkan (aman) untuk kosmetika adalah alkohol 20-40

% dengan bahan dasar air. Tujuan pemakaian alkohol tersebut adalah untuk

Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.

Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya

pembasah air.

Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang berlemak.

Bersifat sebagai astringent dan desinfektan.

D. Milk Cleanser

Susu pembersih (cleansing milk) merupakan sediaan kosmetik yang digunakan

untuk perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat, terlindung dari kekeringan

dan sengatan cuaca, baik panas matahari maupun dingin dan nampak segar dengan

tekstur kulit yang lembut dan menarik. Namun di masa sekarang, penggunaan susu

pembersih banyak digunakan untuk menghilangkan bahan kimia alami make-up pada

wajah dengan mudah serta membersihkan wajah akibat kotoran dan debu. Hal ini

dikarenakan krim pembersih mempunyai formula spesifik yang tidak dimiliki air dan

sabun, untuk melarutkan atau mengangkat pewarna make-up atau kotoran pada kulit.

Formula kosmetik dapat tersusun dari bahan yang sangat bervariasi dan

jumlahnya mencapai ribuan jenis. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam

memformulasikan susu pembersih adalah

1. Produk bersifat stabil dan berpenampilan baik

2. Akan meleleh atau melunak ketika dioleskan di kulit.

3. Mudah diratakan tanpa tahanan, selama pemakaian tak ada rasa

berlemak/berminyak. Setelah airnya menguap sisa-sisa krim tidak mengental.

4. Kerja fisik pada kulit dan pembukaan pori-pori memperlihatkan kulit kemerahan.

Efek fisik ini lebih besar daripada efek absorpsinya.

5. Setelah pemakaian krim akan tertinggal film emolien tipis di kulit.

E. Sifat Fisika Kimia Bahan yang Digunakan

1. Olive oil

Organoleptis : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak

tengik, rasa khas.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, larut dalam air.

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang terlindung cahaya, ditempat

yang kering.

Inkompatibilitas : Akan tersaponifikasi jika dicampur dengan alkali hidroksida.

Tidak dapat dicampur dengan bahan pengoksidasi.

Fungsi : Oleaginous vehicle

2. Parafin Liquidum

Organoleptis : Cairan kental yang transparan, tidak berwarna, tidak berasa,

dan tidak memiliki bau.

Kelarutan : Praktis tidak larut etanol, gliserin, air, larut dalam berbagai

jenis minyak

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan bahan pengoksidasi kuat

Fungsi : Emolien, oleaginous vehicle

3. Propilen Glikol

Organoleptis : Cairan kental jernih tidak berwarna, memiliki bau khas yang

lemah

Kelarutan : Bercampur dalam etanol, gliserin, air. Tidak bercampur

dengan mineral oil ringan tetapi dapat melarutkan beberapa

minyak esensial.

Titik Leleh : -59°C

Titik Didih : 188°C

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan bahan pengoksidasi

Fungsi : Antimikroba dalam konsentrasi 15-30%, pembasah dalam

konsentrasi 5%

4. Asam Stearat

Organoleptis : Berbentuk kristal putih atau kuning, tidak berbau dan tidak

berwarna

Kelarutan : Larut dalam etanol dan propilen glikol, praktis tidak larut

dalam air.

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan logam hidroksida dan bahan

pengoksidasi

Fungsi : Emulsifying agent

5. Cetil Alkohol

Organoleptis : Berbentuk serpihan, atau granul. Berwarna putih, dengan bau

yang menenangkan, dan rasa yang lembut

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam air, dapat

bercampur dengan lemak cair ataupun paraffin padat

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk

dan kering

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan bahan pengoksidasi kuat

Fungsi : emulsifying agent, dan stiffening agent

6. Trietanolamin (TEA)

Organoleptis : Cairan kental berwarna kuning pucat

Kelarutan : Dapat larut dalam air

Inkompatibilitas : Dengan adanya asam lemak tinggi akan menjadi ester

Fungsi : Emulsifing agent

7. Span (Sorbiton Monooleat)

Organoleptis : Cairan kental berwarna kuning, tidak memiliki rasa

dan tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilen

glikol, tercampur dengan etanol, sedikit larut dalam etil asetat

Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan

kering

Fungsi : Emulgator

8. Metil Paraben (Nipagin)

Organoleptis : Hablur atau serbuk tidak berwarna atau kristal putih tidak

berbau atau bau khas lemah, rasa sedikit panas

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam minyak,

larut dalam air

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan surfaktan non ionik

Fungsi : Antimikroba

9. Propil Paraben (Nipasol)

Organoleptis : Berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau dan tidak

berasa

Kelarutan : sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam air

Inkompatibilitas : tidak dapat dicampur dengan surfaktan non ionik

Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk

dan kering

Fungsi : Antimikroba

10. Vitamin E (Tokoferol)

Organoleptis : Cairan seperti minyak berwarna kuning jernih, tidak berasa,

tidak berbau

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan minyak nabati

PH : 5

Inkompatibilitas : Tidak dapat dicampur dengan peroksida dan metal ion

Fungsi : Antioksidan

11. Aquades

Organoleptis : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

Inkompatibilitas : Mudah terhidrolisis

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang kering

dan sejuk

Fungsi : Pelarut

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat

1. Alat gelas praktikum

2. Sudip

3. Lumping dan alu

4. Neraca analitik

5. Wadah sediaan (kemasan primer berlabel)

6. Penangas air

7. Thermometer

B. Bahan

1. Olive oil

2. Paraffin liquid

3. Propilen glikol

4. Asam stearate

5. Setil alcohol

6. TEA

7. Span

8. Nipagin

9. Nipasol

10. Vit. E

11. Parfum lemon

12. Aquadest

C. Penimbangan Bahan

Formula

Olive oil 5% = 5 x 100 ml = 5 ml 100

Paraffin liquid 15% = 15 x 100 ml = 15 ml 100

Propilen glikol 3% = 3 x 100 ml = 3 ml 100

Asam stearate 0,5% = 0,5 x 100 ml = 0,5 ml 100

Setil alcohol 3% = 3 x 100 ml = 3 ml 100

TEA 0,5% = 0,5 x 100 ml = 0,5 ml 100

Span 3% = 3 x 100 ml = 3 ml 100

Nipagin 0,2% = 0,2 x 100 ml = 0,2 ml 100

Nipasol 0,01% = 0,01 x 100 ml = 0,01 ml 100

Vit. E 0,5% = 0,5 x 100 ml = 0,5 ml100

Parfum lemon qs

Aquadest add 100% = 100 – ( 5+15+3+0,5+3+0,5+3+0,2+0,01+0,5)= 100 – 30,71 = 69,29 ml

D. Cara Kerja  

1. Siapkan alat dan bahan, timbang seksama sesuai dengan formula yang dibutuhkan

2. Fase minyak (olive oil, paraffin liquid, asam stearate, setil alcohol, span) dilebur

diatas penangas airhingga 70°C

3. Pada saat bersamaan fase air (TEA, nipagin, nipasol, propilen glikol) dipanaskan

diatas penangas air yang lain hingga suhu 70°C

4. Campurkan fase minyak dan fase air kedalam mortar yang sebelumnya sudah

dihangatkan. Kemudian aduk hingga terbentuk masa putih seperti susu sambal

ditambahkan aquades sedikit demi sedikit hingga homogeny dan terbentuk masa

putih seperti susu.

5. Setelah dingin 40°C ditambahkan vitamin E, diaduk hingga homogen.

6. Tambahkan parfum kemudian diaduk terus hingga homogen.

7. Masukan kedalam wadah kemasan primer yang telah disiapkan sebelumnya

8. Evaluasi sediaan yang diperoleh meliputi :

a. Uji organoleptis

b. Uji homogenitas

c. Uji daya bersih

d. Uji PH

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Evaluasi Sediaan “Milk Cleanser”1. Uji Organoleptik

Tekstur Warna Bau Kesimpulan

Sedikit

berminyak

Putih Khas

lemon

Sesuai, hanya tekstur sedikit berimyak

dan kurang cair.

2. Uji Homogenitas

Homogenitas Kesimpulan

Homogen Sesuai

3. Uji Daya Bersih

Daya Bersih Kesimpulan

Lipstik dapat hilang Sesuai

4. Uji pH

pH Hasil pH Literatur Kesimpulan

7 4,2 – 5,6 Tidak Sesuai

B. Pembahasan Pada praktikum kosmetologi kali ini, kelompok kami membuat sediaan “Milk

Cleanser”. Sediaan milk cleanser adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak secara

efisien dan juga untuk melembabkan kulit. Sediaan milk cleanser yang kami buat

merupakan sediaan yang termasuk dalam emulsi tipe O/W dimana terdapat lebih

banyak fase air daripada fase minyak.

Pada pembuatan milk cleanser digunakan bahan baku berupa fase minyak dan air.

Fase minyak menggunakan olive oil, asam stearat, setil alkohol, span, parafin cair dan

fase air digunakan triethanol amine, propilen glikol, nipagin, nipasol, vitamin E dan

aquades. Kami membuat sediaan milk cleanser dengan menggunakan bahan utama

olive oil. Olive oil merupakan minyak nabati yang dalam sediaan milk cleanser

berfungsi sebagai emolient (pelembut kulit). Kemudian bahan tambahan berupa fase

minyak yang digunakan adalah asam stearat, yaitu jenis asam lemak dengan rantai

hidrokarbon yang panjang, yang merupakan asam lemak jenuh karena tidak

memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Asam stearat sering digunakan

sebagai dasar pembuatan krim dan sabun. Asam stearat merupakan bahan dasar

dalam pembuatan krim wajah yang merupakan pelembab alami, sehingga

membantu menjaga kelembaban kulit.

Setil alkohol dalam hal ini berfungsi untuk memperbaiki stabilitas emulsi tipe

O/W dan memperbaiki konsistensi atau zat pembentuk. Dalam formula presentase setil

alkohol yang digunakan adalah 3% dimana presentase tersebut termasuk dalam rentang

penggunaan sebagai emulgator menurut Handbook of excipient 6th , yaitu 2-5%.

Disamping itu, setil alkohol juga berfunmgsi sebagai surfaktan anionik dan emolient

yang efektif pada sediaan milk cleanser. Selain itu, Span atau sorbitan monostearat juga

berfungsi sebagai emulsifying agent sehingga dapat menstabilkan emulsi.

Parafin cair berfungsi sebagai humektan atau zat pembasah yang ditambahkan

dalam sediaan kosmetik, berguna untuk mempertahankan kandungan air sediaan pada

permukaan kulit saat pemakaian. Selanjutnya bahan tambahan lain berupa fase air yang

digunakan adalah triethanol amine dalam pembuatan milk cleanser berfungsi sebagai

emolient untuk menjaga kehalusan dan kelembutan kulit. Selain itu, triethanol amine

juga digunakan sebagai emulgator, yaitu bahan yang membuat campuran dalam

kosmetik bercampur secara rata dan homogen. Kemudian berfungsi juga sebagai bahan

tambahan yang bersifat basa dan meneralkan sifat asam dari minyak (asam stearat).

Zat tambahan berikutnya adalah propilen glikol, yang berfungsi sebagai berfungsi

sebagai humektan dan juga pelarut nipagin dan nipasol. Nipagin dan nipasol sukar larut

dalam air sehingga perlu penambahan propilen glikol. Nipagin merupakan

antimikrobial spektrum luas yang relatif lebih aman karena jarang terjadi sensitifitas

pada nipagin. Sedangkan nipasol juga merupakan agen antimikroba yang biasa

digunakan kombinasi dengan nipagin dalam sediaan krim agar stabil. Aquades

ditambahkan sebagai pelarut, vitamin E sebagai antioksidan dan parfum sebagai

pewangi.

Tahap pertama pembuatan sediaan milk cleanser adalah peleburan fase minyak

dan fase air diatas penangas. Kedua fase dilebur pada suhu 70ͦ C, hal dimaksudkan agar

diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah dan kedua fase tersebut juga mempunyai

suhu lebur yang sama. Kemudian tahap selanjutnya adalah pencampuran fase minyak

dan fase air kedalam mortar yang suhunya telah diatur/ dipanaskan dengan

menggunakan air panas untuk menjaga agar proses pencampuran menghasilkan sediaan

yang homogen dan tidak pecah. Setelah pencampuran suhu diturunkan menjadi 40ͦ , hal

ini dimaksudkan agar pada saat penambahan vitamin E tidak mengalami kerusakan.

Dalam pencampuran sampai sebelum penambahan vitamin E ditambahkan sedikit demi

sedikit aquadest hingga terbentuk massa putih seperti susu. Tahap akhir pembuatan

sediaan milk cleanser adalah penambahan parfum secukupnya untuk memberikan bau

yang wangi dan sediaan yang menarik.

Setelah pembuatan sediaan milk cleanser, kelompok kami melakukan uji evaluasi

diantaranya uji organoleptik. Hasil dari uji organoleptik ini sudah sesuai yaitu warna

putih seperti susu dan bau khas lemon, namun pada tekstur sediaan, kurang sesuai

karena sediaan sedikit berminyak dan kurang cair. Evaluasi yang kedua adalah uji

homogenitas dimana dalam uji sediaan di oleskan secara tipis pada kedua sisi kaca

objek, kemudian hasil yang di dapat adalah hasil yang homogen ditandai dengan tidak

ada partikel yang tidak terdispersi. Evaluasi yang ketiga adalah uji pH, dimana uji ini

dilakukan dengan menggunakan pH indikator. Menurut literatur pH yang sesuai dengan

kulit adalah 4,5-5,8 sedangkan pada hasil evaluasi sediaan menunjukkan pH 7 yang

berarti bahwa pH sediaan tidak memenuhi syarat. Evaluasi yang terakhir adalah uji

daya bersih, dimana uji ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan milk cleanser pada

kulit yang telah diolesi lipstik. Hasil evaluasi yaitu sediaan memiliki daya bersih yang

bagus, karena dapat membersihkan noda lipstik dengan sempurna dalam waktu singkat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sediaan milk cleanser adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak secara

efisien dan juga untuk melembabkan kulit.

Hasil evaluasi sediaan milk cleanser sudah memenuhi persyaratan kecuali tekstur

sediaan yang berminyak dan kurang cair, serta pH yang melampaui pH kulit.

B. Saran

Praktikan menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan kesalahan selama

praktikum. Oleh karena itu, diharapkan dapat diperbaiki untuk pembuatan sediaan-

sediaan kosmetik lainnya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka

Kementerian Kesehatan. 2010. Permenkes RI No.1175 tentang Izin Produksi Kosmetika.

Jakarta.

Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Rowe, C.Raymond.,dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th edition. USA:

Pharmaceutical Press.

Septiani, S., Wathoni, N., dan Mita S.R. (2012). Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan

dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.). Jurnal Farmasi Universitas

Padjajaran