lapsus crs
DESCRIPTION
cervical root syndromeTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri cervical merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan
seseorang datang berobat ke fasilitas kesehatan. Di populasi didapatkan sekitar
34% pernah mengalami nyeri cervical dan hampir 14% mengalami nyeri tersebut
lebih dari 6 bulan. Pada populasi diatas 50 tahun, sekitar 10% mengalami nyeri
cervical.1
Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh
iritasi atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.1
Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi
diskus intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan tubrukan foramen dari
saraf yang keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus
radikulopati cervikalis. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering
merupakan akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan
ketinggian diskus, perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior
dan facet dari posterior.2
2
BAB II
DATA KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. F
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Blambangan Mucar, Banywangi
Status : Belum Menikah
Tanggal Periksa : 28 Maret 2016
No. RM : 12525981
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada leher
Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pada leher belakang sebelah kiri
sejak 1 tahun bersifat hilang timbul, terasa cenut-cenut dan kaku. Nyeri
pada leher belakang dirasakan memberat sejak 1 bulan ini. Nyeri dirasakan
menjalar seperti pegal-pegal sampai ke bahu kiri. Nyeri dan pegal-pegal
terutama dirasakan pada saat beraktivitas berlebihan, kecapaian, dan
banyak pikiran. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien
mengatakan tidak ada kelemahan pada tangannya dan dapat melakukan
aktivitasnya sehari. Pasien tidak mengeluhkan lehernya tidak bisa menoleh
ke kanan atau kiri, menengadah, dan menunduk. Tidak ada keluhan rasa
tebal pada leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah
tidak dialami pasien. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah jatuh dari
sepeda motor saat usia 12 tahun. Riwayat mengangkat alat berat disangkal
oleh pasien. Pekerjaan pasien adalah wiraswasta pedagang pulsa, sehari-
hari pasien sering melihat computer dan duduk dalam jangka lama. Pasien
biasanya minum obat warung merek bodrex jika keluhannya timbul, jika
minum obat tersebut dan istirahat pasien mengatakan keluhannya
3
membaik. 1 bulan terakhir pasien berobat ke dokter spesialis saraf, saat
minum obat dari dokter tersebut keluhannya membaik. Namun masih
sering kambuh jika beraktivas berat, kecapaian, dan banyak pikiran.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Jatuh : saat usia 12 tahun pasien pernah jatuh dari
sepeda motor saat boncengan bersama
bapaknya. Namun saat ini pasien tidak ingat
bagaimana kronologis dan posisi jatuhnya
karena saat itu pasien pingsan.
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat MRS : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit seperti ini disangkal
Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Riwayat Olahraga : tidak rutin
Riwayat Kebiasaan : Saat tidur pasien biasanya tidur dengan
posisi miring ke kiri. Selain itu pasien sering
menelpon dengan handpone dalam jangka
waktu yang lama sambil posisi tiduran
terlentang miring ke kiri dalam jangka waktu
yang lama.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wanita berusia 26 tahun. Pasien pasien merupakan
wiraswasta pedagang pulsa, sehari-hari pasien sering duduk dan
mengamati komputer dalam waktu yang lama. Selain itu pasien juga
sering stress jika dagangannya tidak laku.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum baik, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup, mobilisasi
independent, gait (N)
4
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
Respirasi : 20 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36,5 0C per aksiler
Review of System
Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi
(-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
Kepala : Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut
hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut.
Mata : Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
langsung dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm), oedem palpebra
(-/-), sekret (-/-).
Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris,
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher : Simetris, trakea di tengah, ,limfonodi tidak membesar, nyeri
tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-).
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri, gerakan paradoksal (-)
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), suara tambahan (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
5
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit (-)
dan lien tidak teraba.
Ekstremitas
Oedem Akral dingin
Status ambulansi : mobilisasi independent, gait (N)
Status lokalis regio cervikalis:
Inspeksi : edema (-), atrofi (-) deformitas (-)
Palpasi : kalor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (+), spasme otot
paracervical sinistra (+)
ROM Cervical :
Gerakan ROM MMT
Dekstra Sinistra
Fleksi 0 – Full 5/5
Ekstensi 0 – Full0 5/5
Lateral
bending
0 – Full 0 - Full 5/5
Rotasi 0 – Full 0 - Full 5/5
Pemeriksaan Khusus
Head compression : -
Spurling test : -/+
Distraction test : -/-
Valsava test : -
ROM Bagian Tubuh Lainnya
Bagian Pergerakan Sendi Kekuatan Otot
- -
- -
6
Tubuh Pergerakan ROM Otot MMT
Trunk Fleksi
Ekstensi
Fleksi
Lateral
Rotasi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Fleksor
lateral
Rotator
5/5
5/5
5/5
5/5
Shoulder Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Internal
Rotasi
Eksternal
Rotasi
Full/full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Int. Rotator
Eks. Rotator
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
Elbow Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Pronator
Supinator
5/5
5/5
5/5
5/5
Wrist Fleksi
Ekstensi
Radial
Deviasi
Ulnar
Deviasi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Radial
Deviator
Ulnar
Deviator
5/5
5/5
5/5
5/5
Fingers Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
5/5
5/5
5/5
5/5
Hip Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
5/5
5/5
5/5
5/5
7
Internal
Rotasi
Eksternal
Rotasi
Full/Full
Full/Full
Int. Rotator
Eks. Rotator
5/5
5/5
Knee Fleksi
Ekstensi
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
5/5
5/5
Ankle Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Full/Full
Dorsofleksor
Plantarfleksor
Evertor
Invertor
5/5
5/5
5/5
5/5
Toes Fleksi
Ekstensi
Full/Full
Full/Full
Fleksor
Ekstensor
5/5
5/5
Pemeriksaan neurologis
Reflek Fisiologis
Bisep : 2+/2+
Triseps : 2+/2+
Patella : 2+/2+
Achilles : 2+/2+
Reflek patologis: Babinski -/-
Sensorik :
Vegetatif
BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang: X-ray Columna Vertebra Cervicalis
AP/Lateral/Oblique
D. RESUME
N N
N N
8
Pasien Nn.F, 26 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher belakang.
Nyeri pada leher belakang sebelah kiri sejak 1 tahun bersifat hilang timbul, terasa
cenut-cenut dan kaku. Nyeri pada leher belakang dirasakan memberat sejak 1
bulan ini. Nyeri dirasakan menjalar seperti pegal-pegal sampai ke bahu kiri. Nyeri
dan pegal-pegal terutama dirasakan pada saat beraktivitas berlebihan, kecapaian,
dan banyak pikiran. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien
mengatakan tidak ada kelemahan pada tangannya dan dapat melakukan
aktivitasnya sehari. Pasien tidak mengeluhkan lehernya tidak bisa menoleh ke
kanan atau kiri, menengadah, dan menunduk. Tidak ada keluhan rasa tebal pada
leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami
pasien. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah jatuh dari sepeda motor saat usia
12 tahun. Riwayat mengangkat alat berat disangkal oleh pasien. Pasien biasanya
minum obat warung merek bodrex jika keluhannya timbul, jika minum obat
tersebut dan istirahat pasien mengatakan keluhannya membaik. 1 bulan terakhir
pasien berobat ke dokter spesialis saraf, saat minum obat dari dokter tersebut
keluhannya membaik. Namun masih sering kambuh jika beraktivas berat,
kecapaian, dan banyak pikiran. Saat tidur pasien biasanya tidur dengan posisi
miring ke kiri. Selain itu pasien sering menelpon dengan handpone dalam jangka
waktu yang lama sambil posisi tiduran terlentang miring ke kiri dalam jangka
waktu yang lama. Pasien merupakan wiraswasta pedagang pulsa, sehari-hari
pasien sering duduk dan mengamati komputer dalam waktu yang lama. Selain itu
pasien juga sering stress jika dagangannya tidak laku. Pada pemeriksaan fisik
Spurling test didapatkan hasil positif pada sebelah kiri.
E. DIAGNOSA
Diagnosa klinis : Cervical pain
Diagnosa topis : C3 – C4
Diagnosa etiologi : Cervical Root Syndrome
F. FOLLOW UP
30-03-2016 2-04-2016
S Leher belakang sebelah kiri terasa Leher masih terasa nyeri, tetapi
9
nyeri cekot-cekot sudah
berkurang dari sebelumnya.
sudah agak berkurang jika
minum obat. Jika nyeri, tangan
masih terasa kesemutan.
O Fleksi : 0-F
Ekstensi : 0-F
Lateral bending : F/F
Rotasi : F/F
Fleksi : 0-F
Ekstensi : 0-F
Lateral bending : F/F
Rotasi : F/F
A CRS C3-C4 CRS C3-C4
P Diagnosa:
X-ray Columna Vertebra
Cervicalis AP/Lateral/Oblique
Medikamentosa :
Diklovit 0-1-0
Clobazam 10 mg 0-0-1
Terapi :
MWD selang-seling USD
di region cervical
Traksi Cevical
Proper neck mechanism
Neck Stabiliting exercise
Kontrol dan terapi 3
seminggu
Terapi tetap, jika masih terasa
nyeri dianjurkan untuk memakai
cervical collar
G. DAFTAR MASALAH
Problem Medis:
Nyeri leher
Problem Rehabilitasi Medik:
1. Mobilisasi : -
2. Activity Daily Living (ADL) :
10
gangguan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari yang melibatkan
leher
3. Komunikasi : -
4. Psikologi :
beban pikiran pasien yang membuat penyakitnya terkadang kambuh.
Jika penyakitnya kambuh beban pikirannya jadi bertambah sehingga
memperparah rasa nyerinya
5. Sosial ekonomi :
hilangnya waktu untuk bekerja jika nyeri kambuh, meningkatnya
pengeluaran untuk biaya pengobatan dan terapi
6. Vokasional :
gangguan dalam melakukan pekerjaan saat nyeri kambuh, pendapatan
berkurang
7. Lain-lain :
nyeri leher
H. PLANNING TERAPI
Masalah Medis :
Diklovit 0-1-0
Clobazam 10 mg 0-0-1
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
o Program
- MWD selang-seling USD di region cervical
- Traksi cervical
- Neck Stabiliting exercise
o Evaluasi
- ROM cervikal
- Nyeri pada regio cervical
- Spasme otot paracervikal
Okupasi Terapi
o Program : Propper neck mechanism
11
o Evaluasi
- Nyeri cervical
- ROM cervikal
Ortosis Prostesis
o Program : cervical collar
o Evaluasi
- Nyeri pada leher
Psikologi
o Program
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa
proses rehabilitasi memerlukan waktu.
- Memberikan motivasi agar penderita rajin melakukan latihan
dirumah seperti yang telah di ajarkan dan dianjurkan untuk
control secara teratur dalam melakukan terapi
o Evaluasi
- Kontak, komunikasi dan motivasi keluarga untuk berobat
dan latihan
Sosial Medik
o Program
- Memberikan motivasi, edukasi, bimbingan kepada penderita
untuk tetap semangat dalam berobat dan berlatih secara
teratur.
- Mengurus program BPJS untuk meringankan biaya
perawatan di rumah sakit.
o Evaluasi
- Kontak dan kemauan untuk berobat dan latihan.
KIE terhadap pasien dan keluarga
o Mengurangi aktifitas/ gerakan-gerakan yang dapat memperberat
nyeri pada leher
o Minum obat sesuai anjuran dan melakukan terapi dengan rutin.
12
o Jika leher masih terasa nyeri dianjurkan untuk menggunakan
cervical collar untuk membatasi gerakan leher agar nyeri tidak
bertambah berat.
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
13
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Nn.F, 26 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher belakang.
Nyeri pada leher belakang sebelah kiri sejak 1 tahun bersifat hilang timbul, terasa
cenut-cenut dan kaku. Nyeri pada leher belakang dirasakan memberat sejak 1
bulan ini. Nyeri dirasakan menjalar seperti pegal-pegal sampai ke bahu kiri. Nyeri
dan pegal-pegal terutama dirasakan pada saat beraktivitas berlebihan, kecapaian,
dan banyak pikiran. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien
mengatakan tidak ada kelemahan pada tangannya dan dapat melakukan
aktivitasnya sehari. Pasien tidak mengeluhkan lehernya tidak bisa menoleh ke
kanan atau kiri, menengadah, dan menunduk. Tidak ada keluhan rasa tebal pada
leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami
pasien. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah jatuh dari sepeda motor saat usia
12 tahun. Riwayat mengangkat alat berat disangkal oleh pasien. Pasien biasanya
minum obat warung merek bodrex jika keluhannya timbul, jika minum obat
tersebut dan istirahat pasien mengatakan keluhannya membaik. 1 bulan terakhir
pasien berobat ke dokter spesialis saraf, saat minum obat dari dokter tersebut
keluhannya membaik. Namun masih sering kambuh jika beraktivas berat,
kecapaian, dan banyak pikiran. Saat tidur pasien biasanya tidur dengan posisi
miring ke kiri. Selain itu pasien sering menelpon dengan handpone dalam jangka
waktu yang lama sambil posisi tiduran terlentang miring ke kiri dalam jangka
waktu yang lama. Pasien merupakan wiraswasta pedagang pulsa, sehari-hari
pasien sering duduk dan mengamati komputer dalam waktu yang lama. Selain itu
pasien juga sering stress jika dagangannya tidak laku. Pada pemeriksaan fisik
Spurling test didapatkan hasil positif pada sebelah kiri.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik di atas kami menegakkan
diagnosa sebagai berikut: (1) Diagnosa klinis: cervical pain; (2) Diagnosa topis:
C3-C4; (3) Diagnosa etiologis: Cervical Root Syndrome.
Keluhan utama pada pasien ini adalah nyeri leher sebelah kiri. Nyeri terasa
cekot-cekot. Nyeri menjalar ke bahu sebelah kiri. Kumpulan gejala tersebut bisa
kami kategorikan sebagai Cervicar Root Syndrome (CRS). CRS adalah kumpulan
gejala yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari akar saraf cervikal yang
14
akan menimbulkan nyeri, ngilu, kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada
leher bagian belakang dan bisa menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah
tergantung dari akar mana yang terkena.
Pada daerah leher, banyak terdapat jaringan yang bisa merupakan sumber
nyeri. Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligament, akar saraf,
faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses
degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan
adanya nyeri alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi
dermatomal yang dipersarafi oleh saraf servikal.
Pasien mengatakan bahwa pasien pernah jatuh dari sepeda motor saat usia
12 tahun. Saat tidur pasien biasanya tidur dengan posisi miring ke kiri. Selain itu
pasien sering menelpon dengan handpone dalam jangka waktu yang lama sambil
posisi tiduran terlentang miring ke kiri dalam jangka waktu yang lama. Pasien
merupakan wiraswasta pedagang pulsa, sehari-hari pasien sering duduk dan
mengamati komputer dalam waktu yang lama. Selain itu pasien juga sering stress
jika dagangannya tidak laku. Beberapa hal diatas merupakan faktor-faktor resiko
pada pasien yang menyebabkan terjadinya CRS. Berikut ini merupakan faktor-
faktor resiko terjadinya CRS:3
Tekanan
Stres
Postur
Bekerja dengan posisi leher yang menetap dalam waktu lama
Tidur dengan bantal yang tinggi
Berbaring dengan leher yang fleksi sambil membaca/nonton TV.
Trauma pada suatu kecelakaan merupakan faktor risiko pada cervical root
syndrome. Selain itu dapat diakibatkan juga karena proses wear and tear”, yaitu
proses penggunaan sendi terus menerus yang akan menyebabkan degenerasi pada
sendi.
Pekerjaan dapat menyebabkan trauma berulang seperti mengangkat beban
berat pada kuli dan gerakan berlebihan pada penari professional merupakan faktor
risiko pada cervical root syndrome. Keadaan lain yang bisa ditemukan seperti
pada pekerjaan yang menggunakan komputer dalam waktu yang cukup lama dan
15
penjahit pakaian. Hal ini akan menyebabkan postur tubuh yang kurang baik
sehingga menyebabkan peningkatan beban tubuh ke bagian cervical.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan head compression namun kami
mendapatkan spurling test positif pada leher sebelah kiri. Tes Spurling atau tes
Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala
dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak
kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral
sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif
guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien ini didapatkan nyeri
pada saat dilakukan spurling test pada leher kiri yang menjalar sampai bahu kiri
atas bagian belakang.
Distraction test pada pasien ini didapatkan hasil negatif. Kami menduga
hal ini dikarenakan pada saat pasien datang ke Poli Rehabilitasi Medik tidak
dalam keadaan nyeri. Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat
dilakukan distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi
supinasi kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Distraksi kepala
akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf.
Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.
Valsava test pada pasien ini juga didapatkan hasil negatif. Dengan tes ini
tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di kanalis
vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal akan
membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat proses
patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan
intratekal menurut valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia
menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di
leher menjalar ke lengan.
Untuk menemukan penyebab terjadinya CRS pada pasien ini, kami
mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan foto X-ray Columna Vertebra
Cervicalis AP/Lateral/Oblique. Hasil yang diharapkan pada foto tersebut akan
didapatkan:
1) Pembentukan osteofit dan sklerosis pada sendi-sendi apofiseal
intervertebrae.
16
2) Penyempitan pada discus intervertebralis akibat erosi kartilago.
3) Pembentukan tulang baru (spurring) antar vertebra yang
berdekatan dan dapat menyebabkan kompresi akar saraf.
Selain menggunakan foto rontgen, dapat juga digunakan MRI dan CT
(Computerized Tomography) untuk penegakan diagnosis Cervical Root Syndrome.
CT scan menyediakan informasi yang baik pada struktur tulang, tetapi ada
keterbatasan berkaitan dengan jaringan lunak. MRI adalah pemeriksaan pilihan,
menunjukkan perubahan morfologi yang terjadi di diskus intervertebralis, saraf
tulang belakang, akar saraf dan jaringan lunak sekitarnya. Diagnosis tidak boleh
hanya didasarkan pada temuan radiologis, karena sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa sekitar 30% dari pasien dengan temuan MRI tidak
menunjukkan gejala. Ketika klinis dan radiologis temuan cocok, maka akan lebih
mudah untuk membuat diagnosa yang tepat.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi medikamentosa dan program
rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa dapat diberikan obat penghilang nyeri
atau relaksan otot yang dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya
diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak digunakan biasanya
dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat,
kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein,
meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada
mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada pasien ini diberikan Diklovit 0-
1-0 dan clobazam 10 mg 0-0-1. Diklovit berkomposisi Diclofenac Na 50 mg,
thiamine mononitrate 50 mg, pyridoxine HCl 50 mg, vit B12 1 mg.
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai
florbiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase
yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan anti piretik. Diklofenak cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang pendek.
Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial. Potensi diklofenak
lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan
kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot
rangka akut (Katzung, 2004 ).
17
Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu
rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk
mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini
kemudian untuk sebagian diubah oleh ezim cyclo-oksigenase menjadi
endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin. Cyclo-Oksigenase terdiri
dari dua iso-enzim, yaitu COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2
(prostaglandin). Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat
darah, ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat
dijaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang.
Penghambatan COX-2 lah yang memberikan efek anti radang dari obat NSAIDs.
NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1
(perlindungan mukosa lambung).
Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory
Drugs) yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir. Dengan
dihambatnya COX-1, dengan demikian tidak ada lagi yang bertanggung jawab
melindungi mukosa lambung-usus dan ginjal sehingga terjadi iritasi dan efek
toksik pada ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).
Thiamine Mononitrate, Pyridoxine HCl, Cyanocobalamine dapat
membantu memlihara fungsi sel-sel saraf.
Clobazam merupakan turunan dari Benzodiazepine dengan sifat ansiolitik
dan anti konvulsi. Clobazam meningkatkan potensi inhibisi transmisi syaraf yang
diperantarai oleh GABA. Clobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedatif,
relaksasi otot, dan amnestik.
Pada pasien ini kami juga memprogram fisioterapi. Tujuan utama
fisioterapi adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau resolusi defisit
neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis lebih
lanjut.2,5,8,20 Program fisioterapi pada pasien ini adalah:
- MWD selang-seling USD di region cervical
- Traksi cervical
- Neck Stabiliting exercise
1. Micro Wave Diathermy (MWD)
18
Micro Wave Diathermy (MWD) merupakan suatu pengobatan
menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh
arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.
Efek Fisiologis MWD
A. Perubahan Temperatur
1) Reaksi Lokal Jaringan
a) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal ± 13 % tiap kenaikan
temperatur 1°C.
b) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul
homeostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
2) Reaksi General
Mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu
dipertimbangkan karena penetrasinya dangkal ± 3 cm dan aplikasinya
lokal.
3) Consensual efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang
sama. Dengan penerapan MWD, penetrasi dan perubahan temperatur lebih
terkonsentrasi pada jaringan otot, sebab jaringan otot lebih banyak
mengandung cairan dan darah.
B. Jaringan Ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat seperti jaringan collagen
kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi akibat menurunnya viscositas
matriks jaringan tanpa menambah panjang serabut collagen, tetapi terbatas
pada jaringan ikat yang letak kedalamannya ± 3 cm.
C. Jaringan Otot
Meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus
melalui normalisasi nocicencorik dan penurunan iritasi sisa metabolisme
otot.
D. Jaringan saraf
19
Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf,
meningkatkan konduktivitas serta ambang rangsang saraf.
Efek Terapeutik
a. Nyeri, hipertonus dan gangguan vascularisasi
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedatif,
serta perbaikan metabolisme.
b. Penyembuhan luka pada jaringan lunak
Meningkatkan proses perbaikan atau reparasi jaringan secara
fisiologis.
c. Kontraktur jaringan
Dengan peningkatan elastisitas jaringan lunak, maka dapat
mengurangi proses kontraktur jaringan. Ini dimaksudkan sebagai persiapan
sebelum pemberian latihan.
d. Gangguan konduktivitas dan ambang rangsang jaringan saraf
Apabila elastisitas dan ambang rangsang jaringan saraf semakin
membaik, maka konduktivitas jaringan saraf akan membaik pula.
Indikasi dan Kontraindikasi MWD
a. Indikasi
1) Post akut musculoskeletal injuri
2) Kerobekan otot dan tendon
3) Penyakit degenerasi sendi
4) Peningkatan extensibilitas collagen
5) Mengurangi kekakuan sendi, bursitis
6) Lesi kapsul
7) Myofascial trigger point
8) Mengurangi nyeri subakut dan nyeri kronik.
20
b. Kontraindikasi
1) Akut traumatik musculoskeletal injuri
2) Kondisi-kondisi akut inflamasi
3) Area ischemia dan efusi sendi
4) Mata, Contact Lens
5) Malignancy, Infeksi
6) Area pelvic selama menstruasi, testis dan kehamilan
7) Pemasangan metal/besi pada tulang, cardiac pacemakers, alat-alat
intrauterine.
2. Gelombang Ultra Sonic
Gelombang ultra sonic adalah gelombang yang tidak dapat didengar oleh
manusia. Merupakan gelombang longitudinal yang gerakan partikelnya dari arah
“ke” dan “dari” dan perambatannya memerlukan media penghantar. Media
pengahantar harus elastis agar partikel bisa merubah bentuk dan kembali ke
bentuk semula untuk memungkinkan gerakan “ke” dan “dari”. Dari sini dijumpai
daerah padat atau compression dan daerah renggang atau refraction.
Dalam penggunakan modalitas ultra sonic beberapa ahli membuktikan
bahwa ultra sonic efektif untuk mengurangi nyeri, karena ultra sonic dapat
meningkatkan ambang rangsang, mekanisme dari efek termal panas. Selain itu
pembebasan histamin, efek fibrasi dari ulta sonic terhadap gerbang nyeri dan dari
suatu percobaan ditemukan bahwa pemakaian ultra sound dengan pulsa rendah.2,22
Efek Ultra sonic2,22
A. Efek mekanik
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek mekanik.
Gelombang ultra sonic menimbulkan adanya peregangan dan perapatan didalam
jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari ultra sonic. Efek
mekanik ini juga disebut dengan micro massage. Pengaruhnya terhadap jaringan
yaitu meningkatkan permeabilitas terhadap jaringan dan meningkatkan
metabolisme. Micro massage adalah merupakan efek terapeutik yang penting
karena semua efek yang timbul oleh terapi Ultra Sonic diakibatkan oleh micro
massage ini.
21
B. Efek termal
Panas yang dihasilkan tergantung dari nilai bentuk gelombang yang
dipakai, intensitas dan lama pengobatan. Yang paling besar yang menerima panas
adalah jaringan antar kulit dan otot. Efek termal akan memberikan pengaruh pada
jaringan yaitu bertambahnya aktivitas sel, vasodilatasi yang mengakibatkan
penambahan oksigen dan sari makanan dan memperlancar proses metabolisme.
C. Efek biologi
Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan dari pengaruh
mekanik dan termal. Pengaruh biologi ultra sonic terhadap jaringan antara lain:
D. Memperbaiki sirkulasi darah
Pemberian ultra sonic akan menyebabkan kenaikan temperatur yang
menimbulkan vasodilatasi sehingga aliran darah ke daerah yang diobati menjadi
lebih lancar. Hal ini akan memungkinkan proses metabolisme dan pengangkutan
sisa metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi meningkat.
E. Relaksasi otot
Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan dalam keadaan hangat dan
rasa sakit tidak ada. Pengaruh termal dan mekanik dari ultra sonic dapat
mempercepat proses pengangkutan sel P (zat asam laktat) sehingga dapat
memberikan efek rileksasi pada otot.
F. Meningkatkan permeabilitas jaringan
Energi ultra sonic mampu menambah permeabilitas jaringan otot dan
pengaruh mekaniknya dapat memperlunak jaringan pengikat.
G. Mengurangi nyeri
Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan pengaruh langsung
terhadap saraf. Hal ini akibat gelombang pulsa yang rendah intensitasnya
memberikan efek sedatif dan analgetik pada ujung saraf sensorik sehingga
mengurangi nyeri. Dan dasar dari pengurangan rasa nyeri ini diperoleh dari,
22
perbaikan sirkulasi darah, normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan
dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman.
H. Mempercepat penyembuhan
Pemberian Ultra sonic mampu mempercepat proses penyembuhan jaringan
lunak . Adanya peningkatan suplai darah akan meningkatkan zat antibodi yang
mempercepat penyembuhan dan perbaikan pembuluh darah untuk memperbaiki
jaringan.
I. Pengaruh terhadap saraf parifer
Menurut beberapa penelitian bahwa Ultra Sonic dapat mendepolarisasikan
saraf efferent, ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sonic dengan intensitas 0,5-3
w/cm2 dengan gelombang kontinyu dapat mempengaruhi exitasi dari saraf perifer.
Efek ini berhubungan dengan efek panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak
terlalu berpengaruh.
Indikasi
1) Kondisi peradangan sub akut dan khronik
2) Kondisi traumatik sub akut dan khronik
3) Adanya jaringan parut atau scar tissue pada kulit sehabis luka operasi atau luka
bakar
4) Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot,
tendon dan ligamentum )
5) Kondisi inflamasi khronik
Kontraindikasi
Merupakan kontra indikasi terhadap terapi ultra sonik antara lain :
1) penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung
2) kehamilan, khususnya pada daerah uterus
3) jaringan lembut : mata, testis, ovarium, otak
4) jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru
5) pasien dengan gangguan sensasi
23
6) tanda-tanda keganasan atau tumor malignan
7) insufisiensi sirkulasi darah : thrombosis, thromboplebitis atau occlisive occular
disease
8) infeksi akut
9) daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewasa
3. Traksi Cervical
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak
berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya
kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau
intermiten.8,21,22 Dengan traksi cervical diharap terjadi penambahan ruangan pada
intervertebralis maka penyempitan yang dapat menekan akar saraf dapat
berkurang, serta diperoleh relaksasi otot-otot leher. Dalam percobaan traksi yang
diberikan pada susunan vertebrae cervicalis. oleh Olachis dan Strohm disebutkan
bahwa dalam keadaan lordosis servical normal. Traksi diberikan dengan tarikan
diperoleh regangan jarak antara prosessus spinosus pada vertebrae yang
berbatasan sebesar 1-1,5 mm.20-22
Traksi servikal dapat membantu mengurangi gejala yang berkaitan dengan
penekanan akar saraf. Hot packs, massage, atau stimulasi listrik, atau kombinasi
modalitas tersebut harus diberikan sebelum traksi untuk membantu mengurangi
nyeri dan memberi relaksasi otot.16 Traksi servikal dapat dilakukan dengan
menggunakan beban berat secara intermiten atau beban ringan secara kontinu.
Posisi leher dalam fleksi. Traksi servikal juga dapat diberikan melalui tarikan
manual. Pemisahan vertebra posterior dimungkinkan berkaitan dengan sudut
tarikan dan pemisahan maksimum terjadi pada fleksi 24º.16 Beban sekurangnya
10 lb (4 kg) diperlukan untuk melawan efek gravitasi pada kepala, dan tarikan
sebesar 25 lb (10 kg) diperlukan untuk meluruskan kurva lordotik servikal serta
pemisahan awal segmen vertebra posterior. Setelah dipastikan bahwa pasien
mendapat manfaat traksi maka penggunaan traksi rumah dengan beban ringan
secara kontinu dapat disarankan.2 Kontraindikasi absolut untuk traksi adalah
keganasan; penyakit infeksi seperti TBC, osteomielitis atau discitis; osteoporosis;
rheumatoid arthritis; penekanan medulla spinalis; hamil; dan hipertensi atau
24
penyakit kardiovaskuler. Herniasi diskus tengah (midline) daerah servikal juga
merupakan kontraindikasi karena traksi dapat menarik medulla sampai kontak
dengan diskus. Traksi harus dihentikan apabila terjadi mual, pusing, eksaserbasi
disfungsi sendi temporomandibuler, atau peningkatan nyeri di jaringan lunak
leher.
4. Neck Stabiliting exercise
Stabilisasi servikotorasik merupakan program rehabilitasi yang dirancang
untuk membatasi nyeri, memaksimalkan fungsi, dan mencegah cedera lebih
lanjut.2Stabilisasi termasuk fleksibilitas spina servikal, re-edukasi postur dan
penguatan.
Program tersebut menekankan partisipasi aktif pasien.Mengembalikan
ROM normal dan postur yang baik diperlukan untuk menghindari mikrotrauma
berulang pada struktur servikal akibat pola gerak yang buruk. ROM penuh
dibutuhkan untuk melatih spina servikotorasik dalam stabilisasi selama bermacam
aktivitas. ROM bebas nyeri ditentukan dengan meletakkan spina servikal pada
posisi yang mengurangi gejala. Awalnya, stabilisasi dimulai dengan menentukan
ROM bebas nyeri kemudian diaplikasikan di luar ROM sewaktu kondisi pasien
membaik. Pembatasan apapun pada jaringan lunak atau sendi harus diterapi untuk
membantu mencapai ROM spina servikal yang normal. Hal tersebut dicapai
melalui latihan ROM pasif, mobilisasi spina, teknik mobilisasi jaringan lunak,
peregangan-sendiri, dan mengatur postur yang benar. Pelatihan postur dilakukan
dengan pasien duduk atau berdiri di depan cermin. Kemudian melakukan berbagai
fungsi pindah tempat (transfer) dengan mempertahankan neutral spine (postur
yang benar) menggunakan umpan balik dari cermin. Tujuannya adalah
mengajarkan cara mempertahankan posisi neutral spine dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Keterampilan proprioseptif tersebut diterapkan saat latihan
penguatan yang akan membuat pasien mampu mempertahankan spina servikal
dalam posisi stabil, bebas-nyeri dan aman saat melakukan aktivitas berat. Latihan
penguatan otot harus memperhatikan kondisi umum dan nyeri. pemberian
analgesik/NSAID disinkronkan dengan waktu latihan sehingga latihan dapat
maksimal.
25
Selain latihan stabilisasi leher, latihan-latihan lain yang dapat dilakukan
oleh pasien-pasien dengan CRS adalah:
a) Latihan penguatan otot leher
Latihan penguatan otot dilakukan secara isotmetrik, yakni melawan
tahanan yang tidak bergerak atau dengan mempertahankan leher pada
posisi statik. Latihan isometrik cervical ini dilakukan secara self
resistance pada posisi duduk.
(1) Fleksi
Pasien meletakkan ke dua tangan dan menekan dahi dengan
telapak tangan, kemudian kepala melakukan gerakan fleksi
(mengangguk) tetapi ditahan dengan tangan agar tidak terjadi
gerakan.
(2) Lateral Bending
Pasien menekan dengan tangan pada sisi lateral kepala dan mecoba
untuk lateral fleksi kepala, tahanan diberikan pada telinga dan
bahu, di usahakan tidak terjadi gerakan.
(3) Ekstensi axial
Pasien menekan belakang kepala dengan kedua tangan dimana
tahanan diberikan pada belakang kepala dekat puncak kepala.
(4) Rotasi
Pasien menekan dengan satu tangan menahan pada daerah atas dan
lateral dari mata dan mencoba memutar kepala (rotasi) tetapi tetap
ditahan agar tidak terjadi gerakan. (Cailliet, 1991)
Preskripsi untuk latihan kekuatan sebagai berikut (Heyward, 1984):
a) Intensitas (beban) : 100% dari kontraksi maksimum
b) Durasi : 5 detik tiap kontraksi
c) Repetisi : 5-10 kontraksi
d) Frekuensi : 5 hari tiap minggu
e) Lama program : 4 minggu atau lebih
Kerugian latihan ini adalah terjadinya peningkatan tekanan darah,
disebabkan peningkatan denyut jantung tanpa perubahan perifer umum. Pada
26
penderita penyakit jantung, latihan isometrik dapat menyebabkan timbulnya
disaritmia ventrikel (DeLisa, 1984)
b) Latihan fleksibilitas / stretching otot leher
Bila terdapat rasa tidak enak akibat postur yang buruk atau adanya
spasme otot, maka R.O.M aktif akan membantu menghilangkan stress
pada struktur leher, memperbaiki sirkulasi. Tujuan dari latihan
stretching pada otot leher adalah menambah fleksibilitas dalam fleksi,
ekstensi, rotasi dan lateral fleksi secara aktif. (Cailliet, 1991)
Semua gerakan dilakukan perlahan sampai full R.O.M dan dilakukan
beberapa kali. Posisi pasien duduk dengan leher tergantung secara
rileks pada kursi atau berdiri rileks. Setelah itu pasien di minta untuk :
(1) Menekuk leher ke depan dan belakang (gerakan ekstensi tidak
boleh dilakukan bila terdapat penekanan saraf).
(2) Menekuk kepala ke lateral kanan dan kiri, merotasikan kepala
pada masing-masing sisi.
(3) Putar bahu, elevasi, retraksi, kemudian relaks dari scapula.
(4) Putar secara melingkar lengan mengelilingi bahu. Dikerjakan
dengan siku fleksi dan ekstensi, menggunkan gerakan sirkuler yang
luas maupun kecil. Posisi lengan ke depan atau agak menyamping.
Gerakan searah maupun berlawanan jarum jam harus digerakkan karena
membantu dalam latihan postur yang benar. Sendi harus digerakkan secara penuh
setidaknya 2-3 kali sehari. (Cailliet, 1991; Stitik, 2008)
c) Latihan postur
Postur yang buruk akan menambah lordosis cervical dan penambahan
beban yang berlebih pada leher. Postur yang dimaksud salah satunya
adalah forward-head posture. Postur yang tidak tepat ini juga
berpengaruh pada penekanan annulus fibrosus dan menyebabkan
penyempitan foramen intervertebrale sehingga terjadi iritasi pada saraf
bagian cervical. (Cailliet, 1991; Frontera 2002, Kisner 1990)
Latihan postur sangat membutuhkan kesadaran dalam melakukan
latihan yang teratur. Yang dilakukan adalah melakukan teknik
relaksasi otot dan stretching untuk mengembalikan ROM normal. Pada
27
ADL juga harus dievaluasi untuk mencegah posisi yang memperburuk
kondisi cervical serta dilakukan edukasi :
(1) Cara mengangkat barang dengan lutut fleksi.
(2) Hindari hiperekstensi leher dan forward-head posture yang
terlalu lama dan berlebihan.
(3) Perbaiki lingkungan pekerjaan penderita seperti kursi dan meja
yang kurang sesuai ukuran tingginya, lingkungan tidur seperti
bantal yang sesuai tingginya dan matras untuk membantu relaksasi
otot. (Frontera, 2002, Kisner, 1990)
Adapun yang dievaluasi dari program fisioterapi ini adalah
- ROM cervikal
- Nyeri pada regio cervical
- Spasme otot paracervikal
Okupasi terapi pada pasien ini kami memprogram Propper neck
mechanism dengan evaluasi: (1) nyeri cervical; (2) ROM cervical
Untuk segi ortosis prosthesis pada pasien ini program kami adalah
memberikan cervical collar dengan evaluasi nyeri pada leher. Pemakaian cervical
collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada
radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar
mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah
SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam
dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan.
Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari
akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2
minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non
spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu
2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit
motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.2,23,24
Digunakan untuk mengurangi pergerakan dan mengatur postur tubuh yang
benar. Berguna untuk mengurangi inflamasi, tapi tidak digunakan dalam jangka
28
waktu lama yang dapat mengakibatkan ketergantungan dan spasme otot. Soft
collar dipergunakan untuk transisi bila sudah akan melepas collar. Rigid collar
lebih restriktif, biasa digunakan 24 jam sampai cederanya sembuh. Dan HALO
atau SOMI (Sterno-Occipital Mandibular Immobilization) yang paling restriktif
dan kaku digunakan setelah operasi atau fraktur cervical yang tidak stabil dan
akan memepertahankan kesegarisan antara vertebrae Cervical dengan vertebrae
yang lain. (Cailliet, 1991)
Soft collar disarankan pada cedera akut jaringan lunak leher dan untuk
jangka pendek. Terdapat risiko keterbatasan ROM atau kehilangan kekuatan otot
leher apabila lama digunakan.17 Philadelphia collar yang lebih keras dapat
diberikan pada malam hari waktu tidur untuk memberikan posisi yang lebih rigid
dan membantu mencegah penyempitan foramina dengan menghindari ekstensi
servikal. Soft collar masih memungkinkan gerakan servikal fleksi/ekstensi 74,2º,
fleksi lateral 92,3º dan rotasi 82,6º; sedangkan Philadelphia collar memungkinkan
fleksi/ekstensi 28,9º, fleksi lateral 66,4º dan rotasi 43,7º. 18
Program-program untuk sisi psikologi pada pasien ini adalah sebagai
berikut
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa proses
rehabilitasi memerlukan waktu.
- Memberikan motivasi agar penderita rajin melakukan latihan dirumah
seperti yang telah di ajarkan dan dianjurkan untuk control secara
teratur dalam melakukan terapi
o Evaluasi
- Kontak, komunikasi dan motivasi keluarga untuk berobat
dan latihan
Adapun program-program dalam segi sosial medik pada pasien ini adalah:
- Memberikan motivasi, edukasi, bimbingan kepada penderita untuk
tetap semangat dalam berobat dan berlatih secara teratur.
- Mengurus program BPJS untuk meringankan biaya perawatan di
rumah sakit.
o Evaluasi
29
- Kontak dan kemauan untuk berobat dan latihan.
KIE terhadap pasien dan keluarga
o Mengurangi aktifitas/ gerakan-gerakan yang dapat memperberat
nyeri pada leher
o Minum obat sesuai anjuran dan melakukan terapi dengan rutin.
o Jika leher masih terasa nyeri dianjurkan untuk menggunakan
cervical collar untuk membatasi gerakan leher agar nyeri tidak
bertambah berat.
Prognosis pada pasien ini meliputi:
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
CRS pada pasien ini tidak membahayakan jiwa hanya terdapat gangguan
nyeri pada leher belakang yang menjalar sampai ke bahu
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Pada pasien ini terdapat perbaikan gejala dari CRS yang dideritanya.
Selain itu pasien juga masih mampu menggerakan lehernya dengan
leluasa. Gejala hanya timbul bila ada faktor pencetus
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
Tergantung pada kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi untuk
mengurangi dan menghilangkan gejala sisa
30
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasien Nn.F, 26 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher belakang.
Nyeri pada leher belakang sebelah kiri sejak 1 tahun bersifat hilang timbul, terasa
cenut-cenut dan kaku. Nyeri pada leher belakang dirasakan memberat sejak 1
bulan ini. Nyeri dirasakan menjalar seperti pegal-pegal sampai ke bahu kiri. Nyeri
dan pegal-pegal terutama dirasakan pada saat beraktivitas berlebihan, kecapaian,
dan banyak pikiran. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien
mengatakan tidak ada kelemahan pada tangannya dan dapat melakukan
aktivitasnya sehari. Pasien tidak mengeluhkan lehernya tidak bisa menoleh ke
kanan atau kiri, menengadah, dan menunduk. Tidak ada keluhan rasa tebal pada
leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami
pasien. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah jatuh dari sepeda motor saat usia
12 tahun. Riwayat mengangkat alat berat disangkal oleh pasien. Pasien biasanya
minum obat warung merek bodrex jika keluhannya timbul, jika minum obat
tersebut dan istirahat pasien mengatakan keluhannya membaik. 1 bulan terakhir
pasien berobat ke dokter spesialis saraf, saat minum obat dari dokter tersebut
keluhannya membaik. Namun masih sering kambuh jika beraktivas berat,
kecapaian, dan banyak pikiran. Saat tidur pasien biasanya tidur dengan posisi
miring ke kiri. Selain itu pasien sering menelpon dengan handpone dalam jangka
waktu yang lama sambil posisi tiduran terlentang miring ke kiri dalam jangka
waktu yang lama. Pasien merupakan wiraswasta pedagang pulsa, sehari-hari
pasien sering duduk dan mengamati komputer dalam waktu yang lama. Selain itu
pasien juga sering stress jika dagangannya tidak laku. Pada pemeriksaan fisik
Spurling test didapatkan hasil positif pada sebelah kiri.
DIAGNOSA
Diagnosa klinis : Cervical pain
Diagnosa topis : C3 – C4
Diagnosa etiologi : Cervical Root Syndrome
31
PLANNING TERAPI
Masalah Medis :
Diklovit 0-1-0
Clobazam 10 mg 0-0-1
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
- MWD selang-seling USD di region cervical
- Traksi cervical
- Neck Stabiliting exercise
Okupasi Terapi
o Propper neck mechanism
Ortosis Prostesis
o cervical collar
Psikologi
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa proses
rehabilitasi memerlukan waktu.
- Memberikan motivasi agar penderita rajin melakukan latihan dirumah
seperti yang telah di ajarkan dan dianjurkan untuk control secara teratur
dalam melakukan terapi
Sosial Medik
- Memberikan motivasi, edukasi, bimbingan kepada penderita untuk tetap
semangat dalam berobat dan berlatih secara teratur.
- Mengurus program BPJS untuk meringankan biaya perawatan di rumah
sakit.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam