lapsus epulis kitaa
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA 60 TAHUN DENGAN
SUSPEK EPULIS FIBROMATOSA
Disusun oleh:
Aacg Meryend Putri Gama 22013111200012
Adhikarmika Aripriandari 22013111200015
Rena Noer Kusuma W. 22013111200115
Elisabeth Edwina Indras K. 22013112210106
Nurina Yupi Roswanti 22013112210053
Pembimbing: drg. Devi Farida U, Sp. BM
BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan
non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal dari
ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor non-
odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan
vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.
Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi dan
tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor
epitel. Kelainan pada rongga mulut berbeda dengan penyakit rongga mulut. Kelainan
ini bisa merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel. Salah satu jenis
kelainan rongga mulut yaitu epulis. Istilah epulis sering digunakan dalam hubungannya
dengan lesi-lesi yang terjadi.
Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor
pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis lokal misalnya
kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi
terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa, epulis granulomatosa,
epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan epulis angiomatosa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epulis
Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada
gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari gingiva, berasal dari
jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.
2.2 Faktor Predisposisi Epulis
Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus, karies servikal,
sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.
Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis
2.3 Klasifikasi Epulis
Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain :
1. Epulis Gravidarum
2. Epulis Congenitalis
3. Epulis Fibromatosa
4. Epulis Granulomatosa
5. Epulis Fissuratum
2.3.1 Epulis fibromatosa
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering mengalami
rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya dijumpai pada
orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan mukosa bagian bukal
etiologi : iritasi kronis
klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
pengobatan : eksisi
terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering terjadi
pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang terlihat antara
lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan
kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan menjadi
trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic dengan
berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuamosa
berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk
menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.
Gambar 3. Epulis fibromatosa
Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang
mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma terdiri
dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan.
Juga ada sel radang kronis dalam stroma.
Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa
2.3.2 Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)
Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama
kehamilan. Tumor ini merupakan lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut dengan
angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini berkembang
dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Tumor kehamilan
ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun ada pasien yang melaporkan
kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan progestin
pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih belum dipastikan,
namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat
wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil
yang buruk.
Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil
Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang
bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling
sering dijumpai pada rahang atas.
Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah
saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak
lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar
sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
2.3.3. Epulis Granulomatosa
Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak
didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi pada wanita.
Gambar 5. Epulis granulomatosa pada daerah palatal gigi insisif atas
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna merah
keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm
namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh menjadi
massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan mudah berdarah. Pada
beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di bawahnya sehingga pada
gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi.
Konsistensi kenyal, mudah berdarah bila tersenggol.
Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi
dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat dibawah epitel) yang
tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang disusun oleh jaringan ikat,
pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis. Bila ada ulserasi, biasnya sel radang
yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga dambarannya menyerupai granuloma
piogenikum.
Gambar 6. Mikroskopis epulis granulomatosa
Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang terlibat.
Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak dapat dipertahankan,
atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan akar (root planing).
Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.
2.3.4. Epulis Kongenital
Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan meyakini
bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi pada
bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih banyak dijumpai
pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan paling banyak terjadi pada
maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah).
Gambar 7. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama kali dilaporkan
pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang pernah dilaporkan.
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada tulang
rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi yang terjadi adalah
lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga
2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan
terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat
mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi
pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan
tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat
sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti
belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang berukuran
kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga perlu
dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan penggunaan laser
karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari kasus-kasus yang ada,
kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses pertumbuhan gigi.
2.3.5 Epulis Fissuratum
Epulis fissuratum adalah hyperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik oleh
pinggiran gigi palsu. Epulis fissuratum dianalogikan sebagai akantoma fissuratum pada kulit.
Epulis fissuratum muncul berhubungan dengan pinggiran gigi palsu. Epulis biasanya
ditemukan pada vestibuler maksila atau mandibula. Kebanyakan epulis fissuratum terjadi
pada ras kulit putih. Ini berhubungan dari dominasi ras kulit putih untuk sering menggunakan
gigi palsu. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya, wanita lebih suka
menggunakan gigi palsu dalam waktu yang lebih lama, karena alasan estetik. Kemungkinan,
perubahan epitel menjadi atropi pada wanita menopause, mempengaruhi kejadiannya pada
wanita yang lebih tua. Epulis fissuratum terbanyak terjadi pada umur 50, 60, dan 70-an, tapi
dapat ditemukan pada hampir seluruh umur. Epulis fissuratum pernah ditemukan pada anak
kecil. Faktanya, lesi berhubungan dengan penggunaan gigi palsu dan proses iritasi yang
kronis memiliki insidensi lebih tinggi pada individu yang lebih tua.
Pemeriksaan pada pasien epulis fissuratum patient typically ditemukan
pembengkakan pada mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari gigi palsu. Lesi
lebih sering pada bagian depan dari gigi palsu. Lesi pada daerah lingual jarang ditemukan.
Lesi ini lebih sering pada bagian anterior rahang. Permukaan dari massa epulis fissuratum :
halus, biasanya berbentuk ulseran atau papiler. Ukuran dari lesi epulis fissuratum lesion
bervariasi; pada beberapa lesi kecil, tapi dapat meliputi seluruh mukosa vestibuler yang
kontak dengan gigi palsu. Walaupun sering dalam warna mukosa, eritema juga bisa terjadi,
jika terjadi inflamasi. Beberapa lesi muncul mejadi granuloma piogenik, disebabkan
proliferasi kapiler.
Gambar 8. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi palsu biasa dipasang.
Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus seperti pada gambar.
Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat pemasangan
gigi palsu. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang alveolar, supaya gigi palsu
dapat bergerak pada mukosa vestibuler, mengakibatkan inflamasi hiperplasi jaringan yang
berproliferasi pada tepi gigi palsu tersebut.
Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi
timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik namun tidak
memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi yang lebih berat lagi. Meski
lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan
preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada lesi yang telah dibuang
tersebut.
Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang menggunakan
gigi palsu jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan kesehatan mulut mereka ke
dokter gigi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya epulis fissuratum.
Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis fissuratum ini adalah baik.
Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa pada daerah mukosa vestibuler dan
berhubungan dengan gigi palsu sering lolos dari diagnosis sebagai epulis fissuratum.
Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel karsinoma atau
sudah bermetastase. Karena itu, jaringan ini, setelah diesktirpasi harus diperiksa secara
histologis. Perlu disarankan kepada pasien untuk memeriksakan gigi mereka secara rutin jika
dibutuhkan dan jika ada gangguan pada jaringan mulut.
Gambar 9. massa pada mukosa vestibuler posterior ini, berhubungan dengan penggunaan gigi
palsu total. Pada pasien ini, massa sudah berubah menjadi skuamous sel karsinoma.
2.4 Tata laksana Epulis
Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva, pencabutan
gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.
a. Indikasi operasi
Epulis kecuali epulis gravidarum
b. Kontra indikasi Operasi
Ko morbiditas berat
c. Diagnosis Banding
Karsinoma gingiva
d. Pemeriksaan Penunjang
FNA
e. Teknik Operasi
Menjelang operasi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani
serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent).
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan Garamycin, dosis
menyesuaikan untuk profilaksis.
Tahapan operasi
Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum dengan intubasi
nasotrakheal kontralateral dari lesi, atau kalau kesulitan bisa orotrakeal yang
diletakkan pada sudut mulut serta fiksasinya kesisi kontralateral, sehingga lapangan
operasi bisa bebas. Posisi penderita telentang sedikit “head-up”(20-250), ekstensi
(perubahan posisi kepala setelah didesinfeksi).
Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di orofaring.
Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70% 1:1000.
Posisikan penderita tengadah dengan mengganjal bantal pundaknya.
Dengan menggunakan mouth spreader mulut dibuka sehingga lapangan operasi lebih
jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang sehat dengan menggunakan
couter-coagulation, lakukan rawat perdarahan, lakukan pembersihan lebih lanjut
dengan jalan mencabut gigi yang terlibat serta lakukan kerokan pada sisa sekitar
tumor.
Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.
f. Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Residif
g. Mortalitas
Sangat rendah
h. Perawatan Pascabedah
Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari). Antibiotik
profilaksis diteruskan 1 hari.
Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak mual bisa diberi
makan.
Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat operasi untuk
menghentikan perdarahan pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam dari operasi atau
ancaman perdarahan sudah berhenti.
Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan terutama sebelum dan sesudah
minum/makan.
Penderita boleh pulang sehari kemudian.
i. Follow-Up
Tiap minggu sampai luka operasi sembuh
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Putut Mawarsih
Umur : 40 tahun
Alamat : Baran Kauman RT 02/ RW 05, Kec.Ambarawa,
Kab.Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh swasta
Suku : Jawa
No. CM : C409277
Tanggal Kunjungan : 23 Maret 2013
3.2 DATA DASAR
A. SUBYEKTIF
Autoanamnesa dengan penderita (23 Maret 2013 pukul 11.00 WIB)
Keluhan utama: Benjolan seperti daging tumbuh pada gusi rahang atas sebelah
kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
± 5 tahun yang lalu pasien mulai merasakan benjolan seperti daging
tumbuh pada gusi rahang kiri atas bagian tengah yang semakin lama semakin
membesar. Benjolan awalnya dirasakan hanya sebesar biji cabai dan semakin
membesar hingga seperti sekarang ini, benjolan berjumlah satu, tidak nyeri,
kenyal dan tidak mudah berdarah. Pasien merasa tidak nyaman saat makan dan
minum, tidak ada demam, tidak sakit kepala, tidak sakit menelan, dan tidak ada
kesulitan dalam membuka mulut. Pasien memiliki riwayat menggosok gigi tidak
teratur. Pasien lalu berobat ke dokter gigi di RS Ken Saras dan juga dilakukan
pemeriksaan X-Foto Panoramik, dan dikatakan curiga daging tumbuh karena
infeksi, kemudian oleh dokter tersebut pasien dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita baru pertama kali sakit seperti ini
Riwayat sakit jantung (-), hipertensi (-), DM (tidak tahu), asma (-)
Riwayat tambalan gigi (-)
Riwayat menggunakan gigi palsu (-)
Riwayat gusi sering tiba-tiba berdarah (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
Riwayat DM, penyakit jantung, dan hipertensi dalam keluarga disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang buruh swasta, suaminya juga seorang buruh swasta dan
memiliki 3 orang anak yang sudah masih ditanggung keluarga. Biaya
pengobatan ditanggung oleh pribadi.
Kesan: sosial ekonomi cukup
B. OBYEKTIF (23 Maret 2013)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4M6V5=15)
Status Gizi : kesan cukup
Tanda vital : T : 130/80 mmHg
N : 86 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
RR : 18 x/ menit
t : afebris
Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Ekstra Oral
Kelenjar Limfe : pembengkakan nnll leher (-/-)
Asimetri muka : (-)
Intra Oral
Mukosa pipi kanan/ kiri : oedem (+/-)
Mukosa palatum, durum-mole : tidak ada kelainan
Mukosa dasar mulut/lidah : tidak ada kelainan
Mukosa pharynx : tidak ada kelainan
Kelainan periodontal : Gangren Radix 4.6, Caries dentis 1.8; 2.6;
2.8
Ginggiva RA : massa (+) regio ginggival sinistra
Ginggiva RB : tidak ada kelainan
Karang gigi : (+) rahang atas dan rahang bawah
Pocket : (-)
Missing teeth : 3.8
Status Lokalis
Ekstra oral : tidak ada kelainan
Intra oral :
1. Benjolan pada gingiva rahang atas kiri tengah
Inspeksi : tampak 1 buah benjolan pada gingiva rahang kiri atas
bagian tengah, terletak pada regio 2.3 sampai 2.4 berukuran
± 2x1x1 cm, berwarna sama dengan gingiva di sekitarnya,
darah (-), pus (-)
Palpasi : teraba 1 buah benjolan, konsistensi kenyal, permukaan
berbenjol, batas tegas, terfiksir, tidak mudah berdarah.
Pemeriksaan Penunjang :
X-Foto Panoramik (20 maret 2013)
Kesan :
- Tampak missing teeth pada gigi 3.8
- Caries pada gigi 1.8; 2.6; 2.8
- Sisa radix pada gigi 4.6
- Tumpatan pada gigi 3.7, 4.8
- Tak tampak kelainan pada tulang rahang
3.3 DIAGNOSIS
Diagnosis Keluhan Utama : Suspek epulis fibromatosa regio 2.3 sampai 2.4
Diagnosis Banding : Tumor jinak jaringan lunak intraoral
Diagnosis Penyakit lainnya : -
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Histopatologi : Biopsi
2. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin, Kimia klinik, Gula darah
3.5 INITIAL PLAN
Indikasi Terapi : Suspek epulis fibromatosa regio 2.3 sampai 2.4
Terapi : 1. Eksisi biopsi suspek epulis fibromatosa regio 2.3
sampai 2.4
2. Pro Kalkulektomi post eksisi
3. Pro Konservasi
BAB 4
PEMBAHASAN
Seorang wanita, berusia 60 tahun datang ke poli Gigi dan Mulut RSDK dengan
keluhan tumbuh benjolan pada daerah rahang atas kiri bagian depan. Dari anamnesis
didapatkan ± 2bulan yang lalu pasien mulai merasakan ada benjolan seperti daging
tumbuh pada daerah rahang kiri atas bagian depan yang semakin lama semakin
membesar. Benjolan tidak dirasakan nyeri, kenyal dan tidak mudah berdarah. Pasien
merasa tidak nyaman saat makan dan minum, tidak ada demam, tidak sakit kepala, tidak
sakit menelan, dan tidak ada kesulitan dalam membuka mulut. Pasien lalu berobat ke
dokter gigi di Pati kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Karyadi.
Pada pemeriksaan intraoral didapatkan sebuah benjolan pada gingiva rahang kiri
atas bagian depan pada regio palatal, terletak pada regio 2.2 sampai 2.3, berukuran ±
3x2x2 cm, warna sama dengan gusi sekitar, permukaan berbenjol, konsistensi lunak,
batas tegas, tidak mudah berdarah dan tidak terdapat pus.
Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan kemungkinan
benjolan mengarah pada tumor mukosa ginggiva curiga jinak / epulis fibromatosa regio
2.2 sampai 2.3. Tata laksana lebih lanjut adalah melakukan eksisi biopsi pada tumor
setelah hipertensi (240/110 mmHg) tertangani dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum
http://emedicine.medscape.com/article/1077440-overview di akses pada 19
Februari 2013
Stern, Diane.2009. Epulis Fissuratum Follow Up
http://emedicine.medscape.com/article/1077440-followup di akses pada 19
Februari 2013
Anonim. 2013.Epulis http://cpddokter.com/home/index2.php?option=com content &do_
pdf=1 &id=1699 di akses pada 19 Februari 2013
Anonym. 2013. Gigi dan mulut, Epulis.
http://klikdokter.org/medisaz/read/2013/07/05/236/epulis. di akses pada 19
Februari 2013
Anonym. 2009. PATOLOGI TRAKTUS DIGESTIVUS.
http://ainuamri.blogsome.com/2009/02/19/patologi-traktus-digestivus/ di akses
pada 19 Februari 2013
Anonym. 2013. Ekskokleasi epulis .http://bedahunmuh.wordpress.com/2013/05/18/
ekskokleasi-epulis/ di akses pada 19 Februari 2013
Nung nung. 2009. Gigi sehat. http://gigikugigiku.blogspot.com/2009/04/epulis.html di
akses pada 19 Februari 2013
Anonym. 2009. Epulis.http://achmadfiqar.wordpress.com/2008/06/19/epulis/ di akses
pada 19 Februari 2013
Anonym.. 2009.Epulis.http://books.google.co.id/books?id=PgTdKvlA-
noC&pg=PA42&lpg=PA42&dq=epulis+fibromatosa&source=bl&ots=aN7j0wkd
Kk&sig=nNhdhIpNlYT544ubzfw4WmGC0w&hl=id&ei=3wM4TNmfIIiUrAemv
dyCCQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CDgQ6AEwCA#v
=onepage&q=epulis%20fibromatosa&f=false. di akses pada 19 Februari 2013
Dwiretno, Tantin. 2013. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio gigi
dengan hambatan oklusal
http://staff.ui.ac.id/internal/130536742/publikasi/epulisfibrosa.pdf di akses pada
19 Februari 2013
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa saja yang merupakan faktor resiko terjadinya epulis pada pasien dalam kasus ini?
2. Bagaimana cara membedakan jenis-jenis epulis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik?
3. Tekanan darah 240/110 mmHg pada pasien ini, menurut JNC apakah tidak tergolong
dalam hipertensi stadium III (>160 mmHg)?
JAWABAN PERTANYAAN
1. Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya epulis pada pasien ini adalah karena
adanya iritasi kronis berupa kalkulus. Pada pemeriksaan fisik, intraoral,
didapatkan adanya kalkulus pada rahang bawah dan rahang atas pasien yang dapat
memicu terjadinya epulis.
2. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
a. Epulis Fibromatosa
Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang terlihat antara
lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal,
batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan
tidak menimbulkan rasa sakit.
b. Epulis Gravidarum
Riwayat kehamilan (+). Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai
tonjolan pada gusi dengan warna yang bervariasi mulai dari merah muda,
merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai
pada rahang atas. Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun
lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi.
c. Epulis Granulomatosa
Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi,
kaya vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan
umumnya berwarna merah keunguan.
d. Epulis Kongenital
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya,
biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior (depan).
e. Epulis Fissuratum
Etiologi berasal dari iritasi karena penggunaan gigi palsu yang tidak baik.
Pemeriksaan pada pasien epulis fissuratum patient ditemukan
pembengkakan pada mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari
gigi palsu. Lesi lebih sering pada bagian depan dari gigi palsu. Lesi pada
daerah lingual jarang ditemukan. Lesi ini lebih sering pada bagian anterior
rahang. Permukaan dari massa epulis fissuratum : halus, biasanya
berbentuk ulseran atau papiler.
Untuk diagnosis pasti dari berbagai jenis epulis, tetap dilakukan pemeriksaan
histopatologis dengan biopsi.
3. Penggolongan hipertensi pada dewasa ≥ 18 tahun menurut JNC-7 tahun 2003 :
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Hipertensi stadium 1 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 mmHg atau ≥ 100 mmHg
Pada pasien ini dengan tekanan darah 240/110 mmHg termasuk dalam
klasifikasi hipertensi stadium II.