lapter asidi.docx
DESCRIPTION
laporan asidiTRANSCRIPT
PERCOBAAN III
ASIDIMETRI - ALKALIMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar
NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis
kuantitatif
I.2. Mahasiswa dapat melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder
sebelum analisis
I.3. Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk pangan
I.4. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka
perdagangan
I.5. Menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung
campuran karbonat dalam natrium hidroksida
I.6. Dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidimetri- Alkalimetri
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri
sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang menyangkut reaksi-reaksi
asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di atas, bahwa asidimetri-alkalimetri
menyangkut reaksi dengan asam dan atau dengan basa. Diantaranya :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam lemah – basa kuat
3. asam kuat – basa lemah
4. asam kuat – garam dan asam lemah
5. basa kuat – garam dan basa lemah
dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik
akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat
1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan atau basa
yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif, asam
harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus terbentuk
dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut.
(Harjadi, 1993)
2.2 Teori Asam Basa
2.2.1. Teori Archenius
Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante Archenius
(1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai
menjadi ion-ion. Elektrolit yang kuat terurai sempurna, elektrolit yang lemah
terurai hanya sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion
hidrogen (H+) disebut asam, misalnya HCl
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
Basa jika terurai akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Reaksi antara asan dan basa, yaitu reaksi netralisasi, dapat ditunjukkan oleh
salah satu dari tiga cara sbb:
Persamaan reaksi lengkap: HCl + NaOH NaCl + H2
Persamaan reaksi ion : H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O
Persamaan reaksi ion bersih: H+ + OH- H2O
(Petrucci, 1992)
2.2.2. Teori Bronsted
Dalam pengertian Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah segala zat yang dapat menerima proton.
Ion hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena itu merupakan
basa Bronsted, tetapi ion itu tidak unik, ion tersebut adalah satu dari banyak
spesies yang dapat mempertunjukkan perilaku dasar. Ketika suatu asam
menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus memiliki sedikit afinitas
proton, sehingga merupakan suatu basa. Jadi, dalam perlakuan Bronsted kita
menemui pasangan asam basa konjugat.
HB H+ + B
Asam basa
Sebagai unsur yang bermuatan positif, proton memiliki suatu kerapatan
muatan yang membuat keberadaannya yang bebas dalam larutan sangat tidak
mungkin. Jadi, untuk mengubah HB menjadi B, suatu akseptor proton harus ada.
Seringkali, seperti dalam penguraian asam asetat dalam air, basa ini bisa jadi
adalah pelarut itu sendiri;
HOAc H+ + OAc-
H2O + H+ H3O+
HOAc + H2O H3O+ + OAc-
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
(Underwood, 1998)
2.2.3. Teori Lewis
Pada tahun 1923, Gilbert N. Lewis mempublikasikan definisi asam
basa berdasarkan teori ikatan kimia. Dalam pengertian lewis, asam merupakan
senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa
merupakan senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron bebas. Dengan
kata lain, setiap zat yang mempunyai pasangan elektron bebas untuk
disumbangkan pada zat lainnya dapat bertindak sebagai basa dalam reaksi
asam basa, begitu pula sebaliknya setiap zat yang dapat menerima pasangan
elektron bebas dapat bertindak sebagai asam.
Sebagai contoh, pada reaksi antara NH3 dengan BF3, senyawa NH3 memiliki
sepasang elektron bebas yang dapat disumbangkan pada senyawa BF3, dengan
demikian NH3 merupakan basa Lewis dan BF3 merupakan asam Lewis.
(Petrucci, 1985)
2.3 Titrasi
Analisis volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti
(larutan standart). Salah satu larutan yang mengandung pereaksi ditempatkan pada
erlenmeyer (titrat). Dalam proses ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke dalam
larutan sampai titran dan titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri. Titrasi
harus diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir titrasi
yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
(Rivai, 1995 )
2.4 Syarat Titrasi
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Reaksi harus berlangsung sempurna, secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi
samping.
2. Reaksi harus berlangsung cepat dan reversibel.
Bila tidak cepat, titarsi akan memakan waktu terlalu banyak apalagi menjelang
titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak reversibel, penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3. Reaksi harus kuantitatif
4. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator), baik langsung atau tidak langsung
Penunjuk itu dapat : Timbul dari reaksi titrasi itu sendiri, misalnya titrasi
campuran asam oksalat + asam sulfat oleh KMnO4 dimana selama titrasi belum
selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi
berwarna karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabakan warna menjadi
jelas. Berasal dari luar. Dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan
kedalam titrat. Zat itu disebut „indikator“ dan menunjukan akhir titrasi, karena
menyebabkan perubahan warna titrat atau menimbulkan perubahan kekeruhan
dalam titrat (larutan jernih menjadi keruh atau sebaliknya)
5. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
perubahannya).
(Rivai, 1995)
2.5 Kurva Titrasi Asam Basa
Kurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada beberapa
titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk kurva titrasi
tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.
2.5.1 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)
Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas. pH
sebelum NaOH =1. Setelah penambahan 10 ml NaOH pH menjadi 1,37. Penambahan
25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik ekuivalen yang menyebabkan larutan garam
NaCl bersifat netral. Penambahan 26 ml NaOH berubah drastis menjadi 11,29. Garam
NaCl yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat yang merupakan elektrolit kuat
tidak akan terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral (pH=7).
Contoh :
NaCl(aq) ----> Na+(aq) + Cl-
(aq)
Na+(aq)
+ H2O(l) ---->
Cl- (aq) + H2O(l)---->
2.5.2 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5).
Reaksinya sebagai berikut :
HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)
Sebelum penambahan NH3, pH =1, setelah penambahan 10 ml NH3, pH =1,37,
penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen. Penambahan 26
ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1. Penambahan sedikit basa maka pH garam
hampir tidak berubah, sehingga merupakan larutan penyangga. Titik ekuivalen terjadi
pada pH<7, > karena garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang
bersifat asam.
NH4Cl(aq) ---> NH4(aq) + Cl-
NH4+
(aq) + H2O(l) ---> NH4OH(aq) + H+(aq)
Cl-(aq) + H2O(l) --->
2.5.3 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat
Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5) dengan NaOH 0,1 M.
Reaksi : HC2H3O2(aq) +NaOH(aq) ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)
Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml terjadi titik
ekuivalen. Pada pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH pH =10,29. Pada grafik diatas,
penambahan sedikit basa, maka pH akan naik sedikit, sehingga termasuk larutan
penyangga. Titik ekuivalen diperoleh pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang
terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat basa.
C2H3O2Na(aq) ---> CH3COO-(aq) + Na+
(aq)
C2H3O2(aq) + H2O(l) ---> C2H3O2H(aq) + OH-(aq)
Na+(aq) + H2O(l)
--->
2.5.4 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah
Contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam
etanoat danamonia
CH3COOH(aq) + NH3(aq) ---> CH3COONH4(aq)
Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah - pada kasus tersebut, titik
ekivalen kira-kira terletak pada pH 7.
(Rivai, 1995)
2.6 Penentuan Titik Akhir
Biasanya dua jenis indikator di gunakan untuk menentukan titik akhir. Indikator
tersebut adalah indikator eksternal maupun indikator internal. Biasanya indikator
eksternal di gunakan dalam uji bercak. Contohnya K2Fe(CN)6 untuk Zn. Indikator
eksternal dapat digantikan oleh indikator redoks internal. Indikator dari jenis ini harus
menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi redoks. Yang
terbaik adalah indikator 1,10-fenantrolin, indikator ini mempunyai potensial oksidasi
pada harga antara potensial larutan yang di titrasi dan penitrannya sehingga memberikan
titik akhir yang yang jelas.
(Harjadi, 1993)
2.7 Titik akhir titrasi dan titik akhir ekivalen titrasi
a.Titik akhir titrasi
Titik pada saat indikator berubah warna. Perubahan warna akan terjadi apabila zat
yang dititrasi sudah mencapai PH yang sesuai atau tertentu.
b.Titik akhir ekivalen titrasi
Titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat ditambahkan kuantitas
asam atau basa yang ekivalen.
(Daintith, 1994)
2.8 Indikator Asam- Basa
Asam atau basa organik yang mempunyai satu waktu jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi dari pada suatu harga tertentu oleh suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah. Akan digunakan rumus umum HIn untuk indikator asam lemah untuk
menggambarkan tipe reaksi yang terlibat. Kesetimbangan untuk pengionnya dinyatakan
sebagai :
HIn H+ + In-
(Keenan, 1990)
2.9 Jenis-Jenis Indikator
a. Phenolphtalein (PP)
Phenolphtalein adalah indikator dari golongan ftalein yang banyak di gunakan dalam
pelaksanaan pemeriksaan kimia. Phenolphtalein adalah senyawa hablur putih yang
mempunyai kerangka. Indikator ini sukar larut dalam air tapi dapat bereaksi dengan air
sehingga cincinya terbuka dan membentuk asam yang berwarna. Trayek pH 8,0 – 9,6.
Struktur phenolphtalein adalah :
(Harjadi, 1993)
b.Metil Orange
Adalah indikator asam basa dari golongan zat warna diazo, indikator ini
merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan tetapi mempunyai mutan
positif dan negatif karena itu jingga metil adalah zwitter ion. Trayek pH 3,1 – 4,4.
(Harjadi, 1993)
2.10 Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti.
Larutan standart disebut juga larutan baku. Larutan standart ditambahkan melalui buret.
Dalam titrasi sering digunakan larutan asam karena lebih mudah diawetkan dari pada
larutan basa. Dalam memilih larutan asam sebagai larutan standart, faktor – faktor yang
harus diperhatikan adalah :
1. asam harus kuat terdissosiasi tinggi
2. asam tidak boleh mudah menguap
3. larutan asam harus stabil
4. garam dan asamnya harus kuat
5. asam bukan oksidator yang kuat untuk merusak senyawa organik.
( Underwood, 1998 )
2.11 Pengenceran
Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan
cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
V1. N1 = V2. N2
Keterangan : V1 : volume awal
N1 : volume akhir
V2 : normalitas awal
N2 : normalitas akhir
Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang – kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat. Panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air dan tidak
boleh sebaliknya.
( Rivai, 1995 )
2.11 Normalitas
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah
memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara
sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan.
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk
asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol
ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Antara Normalitas dan Molaritas terdapat
hubungan :
N = M x valensi
(Rivai,1995)
2.13 Klasifikasi indikator asam – basa
Indikator asam-basa dapat berubah warna apabila PH lingkungannya berubah.
Warna dalam keadaan asam biasanya dinamakan warna asam dari indikator (kuning
untuk PP) sedangkan warna yang di tunjukan dalam keadaan basa disebut warna basa.
Diluar trayek PH, indikator hanya menampakan warna asam atau warna basa tanpa
tergantung dari PH sesungguhnya.
Tabel range Indikator asam-basa
No Nama Pki Jenis Trayek PH Warna
Asam Basa
1
2
3
4
5
6
7
8
Asam pikrat
Metil kuning
Metil jingga
Metil merah
Lakmus
Merah fenol
Fenolftalein
Timolftalein
2,3
3,2
3,4
5,0
8,0
A
B
B
B
A
A
A
0,1 – 0,8
2,9 – 4,0
3,1 – 4,4
4,2 – 6,3
4,5 – 8,3
6,4 – 8,0
8,2 – 10,0
9,3 – 10,5
Tak berwarna
Merah
Merah
Merah
Merah
Kuning
Tak berwarna
Tak berwarna
Kuning
Kuning
Jingga
Kuning
Biru
Merah
merah
Biru
(Harjadi, 1993)
2.14 Analisa Bahan
2.14.1 HCl
Sifat Kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, , dapat
mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.
Sifat Fisik : titik leleh -140C dan titik didih -850C
(Daintih, 1994)
2.14.2 NaOH
Sifat Kimia : Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara, larut
dalam air, alkohol.
Sifat Fisik : titik didih 19390C dan titik leleh 3180C.
(Daintith,1994)
2.14.3 Na2CO3
Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, agak higrokopis, dapat dititrasi
dengan indikator PP, merupakan soda pembersih, larut dalam
air.
Sifat Fisik : Berbentuk bubuk putih.
(Underwood,1998)
2.14.4 Boraks
Sifat Kimia : Natrium tetraborat dekahidrat, untuk pekerjaan yang sangat teliti,
kristalnya dikristal ulang, dua kali dari larutan air kemudian
dikeringkan dalam desikator dengan dengan kelembaban relatif
70% atau diatas larutan jenuh. Untuk titik akhir yang baik dapat
di pakai larutan asam borat di tambah NaCl sebagai pembanding
warna dengan volume, konsentrasi serta jumlah indikator seperti
yang di peroleh dalam standarisasi.
Sifat Fisik : NaBaO7.10H2O BM=381,4 gram / mol ,
(Daintith,1994)
2.14.5 Indikator Metil orange
Sifat Kimia : (CH3)2 NC6 H$NN C6H4COOH, asam paradimetilaminoazbenzena
karbooksilat, larutan 0,02% dalam etanol 60%,
digunakan sebagai indikator.
Sifat Fisik : pH 4,4 (Merah) hingga 6,0 (kuning), berwarna orange.
(Daintith,1994)
2.14.6 Indikator Phenolftalein
Sifat Kimia : Senyawa hablur putih, sukar larut dalam air, tetapi dapat
berinteraksi dengan air, larut dalam alkohol.
Sifat Fisik : Titik leleh :2610C, trayek pH:8,0-9,8, perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah.
(Daintith,1994)
2.14.7 Asam oksalat kristal
Sifat Kimia : Sangat stabil dalam keadaan atmosfer biasa, harus dititrasi
sebagai asam berbasa dua dengan indikator Fenolftalein
atau biru timol berdasar reaksi :
2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O
Sifat Fisik : (COOH)2.2H2O BM 126 gram / mol, densitas 1,90 g cm-3 .
(Daintith, 1994)
2.14.8 NaHCO3
Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk kuning
pemadam api dikenal sebagai soda kue.
Sifat Fisik : Padatan kristal putih, 84.01 gram / mol , densitas 2.159 gram / ml .
(Daintith, 1994)
2.14.9 Aquades
Sifat Kimia : Senyawa dengan formula H2O, berbentuk cair, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berbasa, bersifat polar, dan merupakan pelarut
universal.
Sifat Fisik : Titik leleh 00C, titik didih 100oC, densitas 1 g/ml
(Daintith,1994)
III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Neraca listrik 6. Pipet ukur
2. Labu takar 250 ml 7. Gelas arloji
3. Buret 8. Gelas beker
4. Erlenmeyer 9. Gelas ukur
5. Pipet tetes
3.1.2 Bahan
1. Na2B4O7 6. Indikator metil orange
2. HCl pekat 7. Indikator PP
3. Kristal H2C2O4 8. Sampel soda
4. Akuades 9. CH3COOH
5. Na2CO3
3.2 Skema kerja
3.2.1 Standarisasi HCl dengan Boraks
Penambahan 50 ml aquadest
0,3 g natrium tetraborat murni
Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes indikator M.O
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl
Pengulangan penitrasian hingga 2 x
3.2.2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx
Penambahan 2 tetes metil orange
Penitrasian dengan HCl Nx
Pencatatan volume HCl Nx
3.2.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP
Penitrasian dengan NaOH
Pencatatan volume NaOH
3.2.4 Menentukan Na2CO3 dalam soda
Penambahan aquadest sampai tanda batas
Pengocokan hingga homogen
Penambahan 2 tetes M.O
Hasil
25 mL Larutan NaOH
Erlenmeyer
Hasil
Larutan berwarna orange
Erlenmeyer
Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer
0,18 g H2C2O4
Erlenmeyer
Hasil
Larutan berwarna bening
Erlenmeyer
2 g Soda
Labu ukur 250 ml
25 ml larutan Soda
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Pencatatan volume HCl 0,1 N
3.2.5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
Penambahan 2 tetes PP
Pengenceran dengan aquadest
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl
Penambahan 2 tetes M.O
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl
3.2.6 Menentukan campuran Na2CO3 dan NaHCO3
Penetesan dengan indicator PP 2 tetes
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl
Penambahan 2 tetes indicator MO
Hasil
25 ml larutan campuran
Erlenmeyer
Larutan berwarna merah muda
Erlenmeyer
Larutan berwarna bening
Erlenmeyer
Larutan berwarna orange
Erlenmeyer
Hasil
25 ml larutan campuran
Erlenmeyer
Larutan berwarna merah muda
Erlenmeyer
Larutan berwarna jernih
Erlenmeyer
Larutan berwarna merah
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1 Standarisasi HCl dengan
Boraks(NaBaO7.10H2O)
- Natrium tetraborat murni dan larutkan dalam
aquadest
- Penambahan beberapa tetes indikator metil
merah (metil orange)
Larutan setelah ditambah
metil orange menjadi
berwarna orange setelah
dititrasi larutan berwarna
orange kemerahan.
V1 HCl = 15 ml
Hasil
- Penitrasian dengan HCl
- Perhitungan konsentrasi HCl dan berat garam
- Perhitungan volume titrasi
V2 HCl = 15,4 ml
2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx
- Pengenceran NaOH sampai 50 ml
- Penambahan 2 tetes indicator metil orange
- Penitrasian dengan HCl Nx
- Perhitungan volume
Larutan setelah ditambah
metil orange menjadi
berwarna orange, setelah
dititrasi berwarna orange
kemerahan
V1 HCl = 21,1 ml
V2 HCl = 20,3 ml
3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3
- Natrium oksalat dilarutkan dalam aquadest
- Penambahan 2 tetes indicator PP
- Penitrasian dengan NaOH
- Perhitungan volume
Larutan setelah ditambah
PP tetap bening setelah
dititrasi berwarna merah
muda.
V1 NaOH = 30,5 ml
V2 NaOH = 36,8 ml
4 Menentukan Na2CO3 dalam soda
- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest
- Penambahan 2 tetes metil orange
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Larutan setelah ditambah
metil orange menjadi
berwarna orange setelah
dititrasi menjadi orange
kemerahan.
V1 HCl = 19,5 ml
V2 HCl = 20,9 ml
5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
- Penambahan 2 tetes indicator PP pada
campuran
- Penitrasian dengan HCl sampai PP hilang
- Penambahan indicator MO 2 tetes
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Larutan ditambah PP
menjadi warna merah muda
kemudian dititrasi sampai
warna hilang. Lalu
ditambah MO warna
menjadi orange dititrasi
berubah menjadi warna
orange kemerahan
Ditambah PP
V HCl = 11,4 ml
Ditambah MO
V HCl = 3,5 ml
6 Menentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3
- Titik ekivalen I dengan indicator PP 25 ml
larutan campuran lalu ditambahkan indicator
PP
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N sampai warna
merah dari PP hampir hilang
- Penambahan indicator MO 2 tetes
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
- Pencatatan volume
Larutan ditambah indicator
PP menjadi merah muda
kemudian dititrasi sampai
warna hilang, lalu dtetesi
MO menjadi warna orange
dititrasi berubah menjadi
warna orange kemerahan.
Ditambah PP
V HCl = 3,6 ml
Ditambah MO
V HCl = 7,5 ml
V. HIPOTESA
Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari larutan standar, menentukan jumlah Na2CO3 dalam sampel, menentukan jumlah
campuran NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk menentukan indikator yang tepat.
Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan
adalah standarisasi larutan-larutan standar skunder dengan menggunakan beberapa
indikator dan reaksi asam basa. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan
basa. Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator metil
orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat titrasi.