latar belakang kodifikasi bahasa indonesia sebagai kekuatan bangsa indonesia

3
Kodifikasi Bahasa Indonesia Sebagai Kekuatan Bangsa Indonesia Abad ke-21 dianggap sebagai abad dimulainya era globalisasi di mana semua bergantung kepada kekuatan masing-masing individu yang bersangkutan. Bagi yang lemah akan tertindas dan bagi yang kuat akan tetap eksis. Semua pihak mengalam hal yang sama, “tertindas atau eksis”. Pilihan tersebut menjadi harga mati bagi semua pihak. Hampir semua bidang digempur oleh era globalisasi ini. Bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan. Jika kita lihat dari segi budaya maka tidak terlepas dari masalah bahasa. Bahasa menjadi salah satu dari banyak hal yang didera era globalisasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa. Pilihannya juga sama, “tertindas atau eksis”. Apakah bahasa Indonesia akan tertindas, tertinggal, dan mulai terlupakan atau tetap eksis dan terus berkembang melawan dampak era globalisasi? Ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua yang mengaku berbahasa satu, bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam perkembangannya secara tidak langsung sebenarnya telah menawarkan solusi bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi dampak dari era globalisasi. Solusinya adalah perkembangan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini perkembangan bahasa yang dimaksud ialah kodifikasi bahasa Indonesia yang terus diupayakan oleh Pusat Bahasa. Upaya-upaya untuk membakukan istilah-istilah baru yang masuk ke tengah masyarakat. Ada beberapa alasan yang mendukung kodifikasi bahasa Indonesia mampu menjadi kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Pertama, semangat kebangsaan (nasionalisme) mampu ditumbuhkan dengan menggunakan bahasa yang sudah dikodifikasikan. Setiap warga Negara Indonesia selayaknya bangga menggunakan bahasa bangsanya sendiri. Ketika bangsa Indonesia bangga menggunakan bahasa Indonesia maka sikap nasionalisme akan tetap

Upload: wulandz-albuzblackmoon

Post on 18-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: LATAR BELAKANG Kodifikasi Bahasa Indonesia Sebagai Kekuatan Bangsa Indonesia

Kodifikasi Bahasa Indonesia Sebagai Kekuatan Bangsa Indonesia

Abad ke-21 dianggap sebagai abad dimulainya era globalisasi di mana semua bergantung kepada kekuatan masing-masing individu yang bersangkutan. Bagi yang lemah akan tertindas dan bagi yang kuat akan tetap eksis. Semua pihak mengalam hal yang sama, “tertindas atau eksis”. Pilihan tersebut menjadi harga mati bagi semua pihak. Hampir semua bidang digempur oleh era globalisasi ini. Bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan.

Jika kita lihat dari segi budaya maka tidak terlepas dari masalah bahasa. Bahasa menjadi salah satu dari banyak hal yang didera era globalisasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa. Pilihannya juga sama, “tertindas atau eksis”. Apakah bahasa Indonesia akan tertindas, tertinggal, dan mulai terlupakan atau tetap eksis dan terus berkembang melawan dampak era globalisasi? Ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua yang mengaku berbahasa satu, bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia dalam perkembangannya secara tidak langsung sebenarnya telah menawarkan solusi bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi dampak dari era globalisasi. Solusinya adalah perkembangan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini perkembangan bahasa yang dimaksud ialah kodifikasi bahasa Indonesia yang terus diupayakan oleh Pusat Bahasa. Upaya-upaya untuk membakukan istilah-istilah baru yang masuk ke tengah masyarakat.

Ada beberapa alasan yang mendukung kodifikasi bahasa Indonesia mampu menjadi kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Pertama, semangat kebangsaan (nasionalisme) mampu ditumbuhkan dengan menggunakan bahasa yang sudah dikodifikasikan. Setiap warga Negara Indonesia selayaknya bangga menggunakan bahasa bangsanya sendiri. Ketika bangsa Indonesia bangga menggunakan bahasa Indonesia maka sikap nasionalisme akan tetap terjaga. Sikap kebersamaan inilah yang mampu menahan dampak era globalisasi yang cenderung liberal, mementingkan kepentingan individu.

Alasan kedua, dengan kodifikasi bahasa Indonesia diharapakan dapat memperlancar komunikasi antardaerah. Dengan komunikasi yang lancar antardaerah diharapkan pula persatuan bangsa akan tetap terjaga. Setidaknya memperkecil kemungkinan konflik antardaerah. Fungsi bahasa di sini adalah sebagai alat pemersatu dalam upaya bersama bertahan pada era gobalisasi.

Alasan ketiga, dengan kodifikasi bahasa Indonesia maka perkembangan IPTEK dapat dengan mudah diserap oleh bangsa kita. Banyak istilah-istilah baru dalam berbagai bidang yang perlu dikodifikasikan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar semua konsep baru tersebut dapat disebutkan dalam bahasa Indonesia. Dengan mengikuti perkembangan IPTEK maka bangsa kita tidak akan tertinggal dengan bangsa lain dan mampu eksis walaupun didera era globalisasi.

Alasan keempat, bahasa Indonesia kini diminati oleh berbagai negara. Banyak mahasiswa asing

Page 2: LATAR BELAKANG Kodifikasi Bahasa Indonesia Sebagai Kekuatan Bangsa Indonesia

yang mempelajari bahasa Indonesia dalam program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Lebih dari 35 negara sudah ada pusat studi bahasa Indonesia. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia mampu merambah ke tingkat dunia. Inilah salah satu usaha kita untuk memperbaiki citra bangsa Indonesia di mata dunia. Indonesia memiliki identitas tersendiri, yaitu bahasa Indonesia.

Kodifikasi bahasa Indonesia akan menjadi kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia untuk menghadapi era globalisasi bila kita sebagai individu yang membentuk bangsa Indonesia sadar dan mau bekerja sama dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sikap mental bangsa kita yang lebih memilih bahasa asing daripada bahasa Indonesia akan mempersulit tercapainya tujuan tersebut. Hal yang menjadi alasan klasik memilih bahasa asing daripada bahasa Indonesia ialah bahasa asing mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Pikiran inilah yang harus kita ubah demi kemajuan bangsa kita juga. Pilihannya tergantung pada diri kita sendiri, “tertindas atau eksis”.

sumber: Yunardi Budiman