latar belakang masalah ppi

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hand hygiene merupakan salah satu tindakan yang paling penting untuk mencegah mikroorganisme patogen pada pasien. Selain itu mencuci tangan juga dapat mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kuku, tangan dan lengan (Potter, 1993). Dengan mencuci tangan pasien akan terlindung dari bakteri yang ada pada tangan perawat, bakteri tersebut misalnya Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Auregi dan organisme lainnya yang potensial menyebabkan infeksi pada pasien (Smelter, 2002). Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh perawat dari pasien lain, namun juga melindungi perawat dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien. Pencucian tangan sangat penting dalam setiap tindakan perawat karena organisme transien dapat dengan mudah dihilangkan. 1

Upload: vitria-sari-dewi

Post on 17-Sep-2015

287 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppi

TRANSCRIPT

Ahmad

2

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Hand hygiene merupakan salah satu tindakan yang paling penting untuk mencegah mikroorganisme patogen pada pasien. Selain itu mencuci tangan juga dapat mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kuku, tangan dan lengan (Potter, 1993). Dengan mencuci tangan pasien akan terlindung dari bakteri yang ada pada tangan perawat, bakteri tersebut misalnya Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Auregi dan organisme lainnya yang potensial menyebabkan infeksi pada pasien (Smelter, 2002). Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh perawat dari pasien lain, namun juga melindungi perawat dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien. Pencucian tangan sangat penting dalam setiap tindakan perawat karena organisme transien dapat dengan mudah dihilangkan.

Cuci tangan adalah tindakan penting dalam upaya pencengahan infeksi nosokomial pada lingkungan dan para petugas kesehatan. Menghambat rute penularan bakteri dari sumber potensial dan reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami infeksi dengan hand hygiene yang efektif terutama pada tenaga medis juga merupakan salah satu pencegahan (Brooker, 2009). Hand hygiene termasuk Cuci tangan merupakan cara yang efektif untuk mengontrol infeksi, dan disinfeksi tangan merupakan tindakan pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan. Pencucian menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat menghilangkan lebih dari 90% flora sementara. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh mikroorganisme beserta kontaminan yang ada (Pruss, et al ., 2005). Penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur yang sederhana ini sering tidak dilakukan oleh petugas kesehatan (Barbacane, 2004; Goldman, 2006). Rumah sakit perlu menyusun program pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI), merupakan salah satu bentuk dari program keselamatan pasien. Tujuan dari pelaksanaan PPI adalah meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi, melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya, serta menurunkan angka HAIs. Ruang lingkup dari PPI meliputi pencegahan infeksi, pendidikan dan pelatihan, surveilans, dan penggunaan obat antibiotik secara rasional. Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu standar minimal pelayanan rumah sakit, termasuk di dalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini (Arfiana, dkk., 2012).Selain itu, Rasulullah SAW bersabda yang bunyinya sebagai berikut:

Bersuci itu separuh keimanan (HR. Muslim)

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Taubah: 108 sebagai berikut: ((((( ((((((( ((((((((( ((( ((((((((((((( ( (((((( (((((( (((((((((((((((( (((((

"Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (QS. Al-taubah: 108)dan juga terdapat pada surat Al-Mudatstsir: 4 yang berbunyi sebagai berikut:((((((((((( ((((((((( (((

Dan pakaianmu bersihkanlah. (Q.S Al-Mudatstsir: 4)Ward (2003) mengatakan infeksi nosokomial pada pelayanan kesehatan terjadi melalui transfer tangan petugas akibat karena kurangnya cuci tangan atau jeleknya praktek dalam proses cuci tangan dan pengeringan. Dari data survei dan observasi pada petugas kesehatan di klinik menunjukkan bahwa 45% petugas kesehatan tidak cuci tangan ketika merawat pasien. Biaya rutin yang dikeluarkan untuk penanganan infeksi nosokomial di Amerika diperkirakan 5-10 juta dolar Amerika (Barbacane, 2004; Ward, 2003).

Dalam upaya permasalahan di atas, berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak pakar infeksi nosokomial berbagai penelitian yang bertujuan mengatasi transfer infeksi melalui tangan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah dengan mengecek keefektifan beberapa agen pembersih tangan atau antiseptik untuk melihat kemampuan dalam penurunan bakteri ditangan (Sickbert, Weber, dkk, 2004).Sumber mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terbagi dalam dua kategori yaitu sumber endogen (yang bersifat dari flora tubuh pasien itu sendiri) dan sumber eksogen (yang berasal dari lingkungan seperti tangan pemberi asuhan kesehatan dan perawat). Infeksi berasal dari sumber eksogen lebih dapat dicegah dengan kepatuhan terhadap prosedur pengendalian infeksi yang tepat (Hudak et al, 1996). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh karena penderita dirawat atau pernah dirawat di rumah sakit (Roeshadi, 1993). Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus meningkat. Kejadian infeksi nosokomial berkisar dari terendah sebanyak 1% di beberapa negara di Eropa dan Amerika hingga 40% di beberapa tempat Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika. Pada tahun 1987, suatu survei prevalensi meliputi 55 rumah sakit di 14 negara berkembang pada tempat wilayah WHO (Eropa, Meditererania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menemukan rata-rata 8,7% dari seluruh pasien rumah sakit menderita infeksi nosokomial. Jadi pada setiap saat, terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia terkena komplikasi infeksi yang terdapat di rumah sakit. Pada survei ini frekuensi tertinggi dilaporkan dari rumah sakit di wilayah Timur Tengah Mediterania dan Asia Tenggara, masing-masing 11,8% dan 10 % (Tietjen et al, 2004).

Sebagai bentuk perwujudan salah satu misinya yaitu meningkatkan mutu tenaga kesehatan melalui pendidikan dan kesehatan, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta digunakan untuk pendidikan kesehatan diantaranya program pendidikan profesi perawat. Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. Segala bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya resiko yang sebenarnya dapat dicegah.Salah satu program keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), PPI dulu diawali nama panitia infeksi nosokomial dengan target meliputi pasien, petugas dan lingkungan rumah sakit. Tahun 2007 panitia infeksi nosokomial berubah menjadi PPI dengan sasaran target lebih luas meliputi pasien, petugas medis, lingkungan rumah sakit, pengunjung, praktikan atau mahasiswa dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan PPI RS PKU Muhammadiyah adalah mencuci tangan. Kegiatan ini dilakukan selama triwulan bulan maret, april, mei tahun 2012 dan ditemukan angka kepatuhan hand hygiene dengan nilai 73 (