learning lessons) promosi sertifikasi hutan dan ... · 3.3 hubungan permintaan dan penawaran 28 ......

66
Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia September 2003 sampai Juni 2006 Emile Jurgens

Upload: dothuy

Post on 09-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi

Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

September 2003 sampai Juni 2006

Emile Jurgens

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi

Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

September 2003 sampai Juni 2006

Emile Jurgens

Juli 2006

Perpustakaan Nasional Indonesia, Penerbitan dalam Katalog (KDT)

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia: September 2003 sampai Juni 2006/oleh Emile Jurgens. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research, 2006.

ISBN 979-24-4661-357p.

CABI thesaurus: 1. certification 2. timbers 3. forest products 4. supply balance 5. markets 6. linkage 7. 8. timber trade 9. logging 10. Indonesia I. Title

© 2006 oleh Center for International Forestry ResearchHak cipta dilindungi undang-undangDicetak oleh Harapan Prima, Jakarta

Desian cover dan tata letak oleh Gideon SuharyantoFoto sampul oleh Agung Prasetyo

Diterbitkan olehCenter for International Forestry ResearchAlamat surat: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, IndonesiaAlamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, IndonesiaTel.: +62 (251) 622622; Fax: +62 (251) 622100Email: [email protected] web: http://www.cifor.cgiar.org

Daftar Isi

1. Pendahuluan 12. Gambaran Umum Kemajuan Aliansi dari September 2003

sampai dengan April 2006 52.1 Penguatan sinyal pasar untuk produksi kayu bersertifikat dan verifikasi kayu legal 5

2.1.1 Keberlanjutan kerjasama dengan pembeli kayu 52.1.2 Penggalangan hubungan sektor publik di Pasar Asia 7

2.2 Peningkatan ketersediaan produk kayu Indonesia yang bersertifikat 9

2.2.1 Peresmian jaringan kehutanan dan perdagangan (FTN) Indonesia 9

2.2.2 Dukungan sertifikasi hutan di Indonesia 102.2.3 Promosi pemahaman dari sertifikasi hutan dan isu pembalakan liar 11

2.3 Peragaan solusi praktis untuk mencapai sertifikasi dan membedakan sumber kayu legal dan ilegal 11

2.3.1 Definisi “Legal” 122.3.2 Pengembangan verifikasi legalitas independen dan sistem

lacak balak 132.3.3 Dukungan perlindungan pada Hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCVF) 142.3.4 Dukungan terhadap manajemen kolaborasi di SLJ IV 15

2.4 Pengurangan dukungan finansial dan investasi pada perusahaan yang terlibat dalam perusakan hutan dan pembalakan liar 16

2.4.1 Kerjasama dengan bank untuk memperbaiki asesmen resiko lingkungan dan sosial 162.4.2 Pengaruh pada Kreditor Asia Pulp dan Paper 16

3. Pembelajaran Keterkaitan Kebutuhan akan Produk Kayu yang Lestari dengan Penyediaannya dari Indonesia 183.1 Kebutuhan produk kayu yang lestari di pasar tempat Aliansi bekerja 18

3.1.1 Uni Eropa 193.1.2 Amerika Serikat 22

3.1.3 Jepang 233.1.4 Cina 24

3.2 Pembelajaran kondisi permintaan terhadap produk kayu yang lestari dari Indonesia 273.3 Hubungan permintaan dan penawaran 28

3.3.1 Pengiriman sinyal pasar ke perusahaan pengelolaan hutan 283.3.2 Insentif untuk perusahaan-perusahaan Indonesia 31

3.4 Pembelajaran pada ketersediaan produk kayu yang lestari dari Indonesia 34

4. Pembelajaran dalam Promosi Verifikasi Kayu Legal 384.1 Penentuan ‘Kayu Legal’ 38

4.1.1 Inggris-RI MoU standar legalitas 394.1.2 Manual “Penetapan legalitas” dari WWF 41

4.2 Pembelajaran dari penentuan kayu “Legal” 43

5. Pembelajaran Umum 46

6. Rekomendasi 54

Bibliografi 56

APKINDO AsosiasiPanelKayuIndonesiaorIndonesian Plywood AssociationBRIK Badan Revitalizasi Industri Kehutanan or Forest Industry

Revitalization BodyBSW PTBangunSaranaWreksaCAR CorrectiveActionRequestCIFOR CenterforInternationalForestryResearchCITES ConventiononInternationalTradeinEndangeredSpeciesCoC ChainofCustodyFLEG ForestLawEnforcementandGovernanceFM ForestManagementFMU ForestManagementUnitFPIC FreepriorandinformedconsentFSC ForestStewardshipCouncilFTN ForestandTradeNetworkGFTN GlobalForestandTradeNetworkGoI GovernmentofIndonesiaHCVF HighConservationValueForestLEI LembagaEkolabelIndonesiaorIndonesian Ecolabelling InstituteLKS Lesser-knownspeciesMoF MinistryofForestryMoU MemorandumofUnderstandingMTH MixedtropicalhardwoodNGO Non-GovernmentalOrganizationDRT PTDiamondRayaTimberDIY DoItYourselfRKT RencanaKaryaTahunanorAnnual Work PlanRST RoughsawntimberRWE RoundwoodequivalentSFM SustainableForestManagementSPWP SecondaryProcessedWoodProductsSLJ PTSumalindoLestariJayaTFT TropicalForestTrust

Daftar Akronim dan Singkatan

�i 

TNC TheNatureConservancyTPTI TebangPilihdanTanamIndonesiaorIndonesian Selective Cutting

and Planting systemTTF UKTimberTradeFederationVPA VoluntaryPartnershipAgreementVVNH TheDutchTimberTradingAssociationWALHI WahanaAlamdanLingkunganHiduporThe Indonesian Forum

for the EnvironmentWWF WorldWideFundforNature

1. Pendahuluan

AliansiPembangunanGlobal(Aliansi)dalammempromosikanSertifikasiHutandanPemberantasanPembalakanLiardiIndonesiatelahmencapaiperkembanganyang berarti sejak Proses Pembelajaran pertama yang diterbitkan oleh CIFORpadatahun2003.HasilpentingyangdicapaiantaraSeptember2003danMaret2006adalahsebagaiberikut:

• RancanganstandarlegalitasprodukkayuuntukIndonesia.• Keberhasilan uji coba dari verifikasi legalitas yang independen dan

mekanismelacakbalak.• Peningkatankesadaransertakebutuhanpendekatansecararegionaluntuk

pemberantasanpembalakanliar.• Penetapan Jaringan Perdagangan Kayu (Forest and Trade Network) di

IndonesiadanCinasertarekruitmenanggotadariperusahaankehutanan,pedagangsertaprodusenkayu.

• Pembangunan sebuah model pengelolaan hutan kolaborasi antaramasyarakattempatandanperusahaankehutanandiKalimantanTimur.

• Pengintegrasianhutandengannilaikonservasi tinggi (HCVF)kedalamRencanaTataRuangPropinsiKalimantanTimur.

• PersetujuanpadakriteriauntukproduksikelapasawitsecaraLestari.• SertifikatPengelolaanHutanLestaridariFSCpadaarealseluas270.000ha

diHakPengusahaanHutan(HPH)diKalimantanTimur,yangmerupakanhutanbersertifikatterbesardariFSCdiseluruhkawasanAsiaTenggara.

• SertifikatLembagaEkolabelIndonesiayangpertamauntukhutanrakyatdiIndonesia.

• PenerimaandarikebijakanpembeliandaripenggunautamadiJepang.

Kemajuan-kemajuan kegiatan tersebut telah dicapai pada situasi yang sulitdan aktivitas Aliansi telah membawa sebuah pembelajaran dan pengalamanpentingtentangkehutanandiIndonesiadankesempatansertatantanganuntukmembenahinya. Sektor ini dicirikan oleh lemahnya tata kelola (governance)serta kondisi finansial yang tidak mendukung. Kondisi yang tidak menentuiniberhadapandengansebuahkendalayangsubstansialuntukperubahanyang

�  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

positiftetapijugamemberikankondisipemungkin(enabling condition)bagiprosespembelajaran.ParaMitradariAliansisaatiniterusmelakukanpembelajarandanpadabeberapakasus telahmengadaptasiuntukkeperluanpendekatankegiatanmereka.

PengalamanAliansitelahmenunjukkanbahwaketerkaitanparapembelipotensialdan produsen kayu yang berasal dari hutan yang lestari di Indonesia, dengansendirinya,tidaklahcukupuntukmembawasuatuperubahanyangcepatdanbesarsepertiyangdiharapkanpadarencanaawalAliansi.PadamasatigatahunpertamaAliansi telah mengadaptasi pendekatan dengan memfokuskan kegiatan padaketerkaitanpasarmenujupendekatanyanglebihluaspadapeningkatankondisipemungkin(enabling condition)danpromosikebijakanpublikyangterkaitdenganinsentifbagikegiatanpengelolaanhutanlestari.Peningkatanstabilitasnasionalseiringdenganperubahanpemerintahanpadatahun2004yangmengarahpadapeningkatan iklim politik dan investasi, yang memberi kesempatan lebih baikbagiAliansiuntukmemerangipembalakanliardanperbaikanmanajemenhutandiIndonesia.

Pembelajarantentangsituasipemenuhandanpermintaankayudarisumberyanglestaridankayuhasilverifikasilegalitasadalah:

• Permintaanpasaruntukkayubersertifikatdanprodukkayulegaldidorongolehberbagaifaktortermasukkebijakanpembeliandariperusahaandanpengaturankebijakandarinegarapengimpor.

• Parapembeli,mencarikayuyangberasaldarisumberyanglegalataulestariyangjugadapatjugaberalihpadasupplierkayuyangmemilikiresikolebihrendah, atau memberikan tekanan pada para supplier untuk mencapaisertifikasiatauverifikasilegalitas.

• Perusahaan-perusahaandiIndonesiamemilikikemungkinankeciluntukmerespon permintaan dari para pembeli yang bukan mitra bisnisnya,karena permasalahan pembiayaan dan resiko terkait dengan perubahanorientasipasardankeuntunganyangbelumjelas.

• Keinginan para pembeli (buyer) untuk kayu legal dan lestari seringkali“tidakterinformasikandenganbaik.”olehkonsumenakhir(end consumer)darirantaipasokanmelaluiperantarakepadasumberHPH.

• Lemahnya tata kelola hutan berperan sebagai sebuah halangan untukberinvestasisecaraSFM(sustainable forest management)diIndonesia.

• Peran pemerintah dalam verifikasi legalitas kayu sangat penting karenapemerintahadalahpemegangotoritas tertinggidalamlegalitas. Namun

Emile Jurgens   |  �

hal ini jugamenjadi problematik, sepertinyapihak-pihak yangmencariverifikasiumumnyatelahkehilangankepercayaanpadasistemyangtelahdibuatolehpemerintah.

• Legalitasharusditujukansebagai salah satu rangkaiandarikonsepyangluasdarikehutananyangbertanggungjawabdanprosespembeliankayu.

• Beberapakebijakanpemerintahtelahmenjadihalanganyangseriusataudis-insentifbagiperusahaanyang tergabungdalamprogrampencapaianpengelolaanhutanlestari(SFM).

• PermintaanuntukprodukSFMtidaksecaralangsungmerupakansebuahkesadaranuntukmembayarbiayatambahanuntukproduksiyangSFM.

• Untuksertifikasiagarmemilikisebuahpengaruhpadamanajemenhutanalam diperlukan penerimaan yang lebih besar dari konsep pendekatanbertahap(stepwise approach).

• Para pembeli yang sensitif terhadap lingkungan umumnya memilikiperhatianyangbesarterhadapcitraperusahaanmerekadanmemerlukanjaminanbahwaprodukyangmerekabelidiakuistatusnyaolehparaLSMdipasardalamnegerimereka.

• Kerjasama multilateral, pendekatan pasar, dan tata kelola yang baikmemilikiperanpentingdalammemerangiperdagangankayuillegal.

• Mekanismeberbasis pasar memerlukan aksi konkret secara menyeluruhuntukmencapaisukses.

• Dalamsetiappeningkatankondisipolitikdanbisnis,usahaberbasispasardiawali untuk membantu meningkatkan kondisi pengelolaan hutan diIndonesia.

Aliansi telah merespon segala kompleksitas dan tantangan yang ada denganmemfokuskanpadapeningkatankondisi pemungkin (enabling condition) yangdiperlukan untuk dapat merealisasikan manfaat penuh dari keterkaitan pasar.Pada saat keterkaitan antar perusahaan terus menjadi komponen penting dariprogramini,AliansibekerjalebihdekatpadatingkatkebijakandiIndonesiadanpasar impor untuk menciptakan sebuah peningkatan kebijakan dan kerangkakerjauntukSFMdiIndonesia.Kerangkakerjainiberubahmenujukondisiyanglebihbaikdanhal inikemungkinanakanmenciptakansebuahkondisidimanaketerkaitanpasarakanmemainkanperanpentingyangsemakinmeningkat.

Sementara itu terdapatbeberapacontohpembelajarandari aspekkelembagaanyangdapatdiambildarikegiatanAliansi selamaperiodeberlangsung.Laporanini memfokuskan pada dua topik besar: 1) Fasilitasi keterkaitan pasar untuk

�  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

menciptakaninsentifbagiproduserkayudiIndonesiauntukberinvestasidalamSFM;2)Pendefinisian“kayulegal”dalamkonteksIndonesia.LaporaninidisusundenganberdasarkanpadainformasiyangdisediakanolehmitraAliansidanparapihak (stakeholder) melalui wawancara dan komentar tertulis dari September2005sampaiApril2006danjugahasilulasandaribeberapaliteraturmengenaijaringanpasar,sertifikasi,verifikasilegalitas,perdagangankayu,danlacakbalak.BagiankeduadarilaporaninimenjelaskantinjauanumumdariaktivitasAliansidalamperiodeantaraSeptember2003danApril2006.BagianinidibagikedalamempatBabyangterkaitdenganempatdarilimaareaaktivitasdimanaAliansiterlibatsecaraaktif:

I. Penguatansinyalpasar;II. PeningkatanpersediaanprodukkayuIndonesiayangbersertifikat;III. Peragaan solusi praktis untuk mencapai sertifikasi serta membedakan

penyediaankayulegaldanIlegal;danIV. Pengurangan finansial dan investasi pada perusahaan-perusahaan yang

terkaitdengankerusakanataupembalakanliardiIndonesia.1

BagiantigadanempatdariLaporaninisecaraberurutanmenjelaskanmengenaifasilitasi jaringan pasar dan penentuan legalitas. Topik-topik ini menjelaskansecararincidenganberdasarkanaktivitasAliansisebagailatarbelakang.Bagiantigamemilikiduasubbagian.Subbagianpertamamenggabarkansecararincimengenailatarbelakangpermintaanakanprodukkayubersertifikatdanterverifikasilegaldi pasar impor tempat Aliansi bekerja (Eropa, USA, Cina dan Jepang). SubbagiankeduamelihattentangdampakdaripermintaantersebutterhadapsektorkehutanandiIndonesiadanrincianmengenaihambatanyangmenghalangisinyalpasardalampenyediaanprodukkayuIndonesiayangbersertifikasidanterverifikasilegal.Pembelajarandaritopik-topikyangdihasilkandarihasilkegiatanAliansidisajikansecararincipadabagianselanjutnya.

Bagian lima menyajikan pembelajaran umum bahwa kegiatan Aliansi telahmembawasuatuharapanbaru.Laporaninidilengkapidenganrekomendasiyangbertujuan untuk menginformasikan kegiatan Aliansi dan kepada aktor-aktorlainnya yang berkeinginan untuk meningkatkan praktek pengelolaan hutan diIndonesia.

1 Aktivitas kelima dari kegiatan aliansi ini adalah” Berbagi Pengalaman” (Sharing Lessons Learned). Laporan ini adalah salah satu dari beberapa sumbangan pada area aktivitastersebut.

2. Gambaran Umum Kemajuan Aliansi dari September 2003 sampai dengan April 2006

2.1 Penguatan sinyal pasar untuk produksi kayu bersertifikat dan verifikasi kayu legal

2.1.1 Keberlanjutan kerja sama dengan pembeli kayu PadaSeptember2003sampaiApril2006,Aliansimemperluaskerjasamadenganperusahaan yang berpotensi untuk meningkatkan tingkat permintaan kayubersertifikatdankayu legaldari Indonesia. WWFbersamaTNCsecara terus-menerus membina hubungan baik dengan pembeli kayu di Asia, Eropa, danAmerikaUtara.Mitra-mitraAliansimenggandengbeberapaperusahaanstrategisdariJepangyangterkaiteratdengansektorkehutanandiIndonesiayaituItochudanSumitomoForestry.Perusahaantersebuttelahmenyatakandukungankuatpadakonsep aktivitasAliansidanmengindikasikanharapanmerekadalamhalperdagangankayudenganIndonesia,terutamauntukproduk-produkyangberasaldari hutan yang lestari dankegiatankehutanan yang legal.WWFmemeliharahubungan baiknya dengan pembeli global dan kreditor dari dua perusahaanpulp dan kertas terbesar di Indonesia, APP dan APRIL, sebagai upaya untukmembantumerekadalamevaluasikegiatandalamperusahaantersebut.AliansitelahmencapaiperkembanganyangberartidalammenggalangkerjasamadengansektorswastamelaluiperluasanJaringanPerdaganganKehutananGlobal(GFTN)–WWF,sertamelaluipromosiyangsuksesdarikebijakanpembeliankertassecaralestaridiJepang.

Perluasan Global Forest Trade Network (GFTN-WWF)GFTN-WWF telah berkembang dan saat ini FTN telah ada di negara-negarayangmayoritasadalahpengimporkayudariIndonesia,termasukCina,Jerman,UKdanUSA.

• WWFmembentukFTNAmerikaUtaraditahun2005,dantelahmendaftarempat partisipan dengan komitmen untuk membeli kayu dari sumber

�  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

yang bertanggung jawab – Blue Link (distributor terbesar dari produkbangunandiUSA), JohnsonandJohnson,TBMhardwoods (salah satuimportirterbesarkayutropisdiUSA)danWoodFlooringInternational.

Padabeberapatahunyang lalu,GFTN-WWFtelahmembentuk jaringanyangkuat di Asia Pacifik. Sampai dengan Juni 2006, kemajuan yang telah dicapaiterkaitdenganhaliniadalahsebagaiberikut:

• PembentukanFTN-Cinamemilikiduaunitmanajemenhutandanenampartisipan dari perdagangan kayu (pemrosesan, industri, pedagang danpenggunaakhir).Selainituenamindustrijugatelahmengajukanaplikasiuntuk bergabung dan saat ini sedang mengembangkan rencana kerjapembelianyangbertanggungjawabsebagaipersyaratankeanggotaan.

• FTN-Indonesiamemilikiempatanggotamanajemenhutan(HPH)danenamanggotaindustridanpenjualprodukkayu,disampingantriancalonanggotaFTNyangterdiridaritujuhunitmanajemenhutan,enamhutanrakyatsertadelapanindustridanpemrosesankayu.PadaFebruari2006,PT.SumalindoLestariJayaIImenjadiunitmanajemen(HPH)pertamayangmenjadianggotaFTN.PT.Perhutani,BadanUsahaMilikNegara,menandatangani persetujuan menjadi anggota FTN Nusa Hijau untuklimadari52KesatuanPemangkuanHutan(KPH)yangada.LimaKPHtersebutsemuanyaterletakdiJawaTimurdenganluasanlebihdari167.000hektar.

• DiJepang,WWFSanshoukai,memiliki27anggota.• FTN-Malaysiamemiliki tiga anggotadaripedagangkayudan sembilan

calonanggota(tujuhpedagangdanduaunitmanajemen).• FTN Vietnam diresmikan pada 4 Oktober 2005, dan sejak itu telah

merekrutempatindustrikayusebagaianggotapenuhdanempatlainnyasedangmenungguproseskeanggotaan.

GFTNberupayaterusuntukmelacaksinyaldarianggotapembeli.SampaiJuli2006, GFTN telah menghasilkan lebih dari 270 permintaan pasar (pesananpotensialdariprodukkhususyangmenggunakansumberkayudarianggotaFTNdanhutanbersertifikat)darianggotaperdaganganFTNpada18negarapenghasil.Total dari permintaan tersebut bernilai US $ 277 juta untuk para produsen.Diperkirakan25persendaripermintaanpembelianinisecarakhususditujukanpadapenghasilkayudiIndonesiaatauproduk-produkyangdapatdiproduksiolehprodusendiIndonesia.Indonesiatelahmenerima49permintaanpembeliandaridelapannegara(terbentangdariEropadanAmerikaUtaraditambahVietnam)

Emile Jurgens   |  �

denganperkiraantotalnilailebihdariUS$73Juta.Daripermintaanpembeliantersebut,20telahberkembangdalamketerkaitanpasar(hubungandagang)antarapembeli di Perancis, Jerman, Belanda, Swedia, Swiss, UK, dan USA dengananggotapenghasildiFTNIndonesia.

GFTN WWF juga mempublikasikan Panduan untuk Pembelian yangBertanggung jawab dari Produk Hutan. Panduan ini memberikan penjelasanterincisehinggaperusahaantermasukindustrihulu,industrisemihilir(sekunder),importir,industriperakit,agen,danpengecer,dapatmerujukdanmenyesuaikankinerjanyadenganpraktek-praktekyangbaikdanpadaakhirnyaterkaitdengankebijakan pembeliannya.2 WWF telah menerjemahkan panduan ini ke dalambahasaIndonesia,Cina,Jepang.SebuahseminaruntukmenyajikanpanduaninidiJepangtelahmenarikminatsekitar100perwakilanperusahaan.

Promosi Pembelian Kertas SFM di JepangWWFtelahmembantuduaperusahaanraksasadiJepang,RicohandASKUL,untukmengadopsikebijakanpembeliankertasSFM.WWFJepangsecaralangsungmembantuRicoh(salahsatuprodusenprodukperkantoranterbesar)danASKUL(PemasokutamauntukkeperluankantordiJepang)untukmembuatrancangankebijakan.RicohberhentimembelikertaskopidariIndonesiadidasarkanpadatanggung jawab kebijakan pembelian. Selain perusahaan tersebut terdapatperusahaan lainyangmelakukanhal serupayaitu–CanonSalesCo, Inc,FujiXeroxCo,Ltd,FujiXeroxofficesupply,OjiPaper,NipponPaperdanMitsubishiPaperMillsLtd.

WWFJepang,FriendoftheEarthJepang,GreenpeaceJepang,JepangTropicalForestActionNetwork(JATAN)danGlobalEnvironmentalForummeresmikansebuah proyek yang bertujuan “Promosi Pembelian Kertas yang bertanggungjawab di Jepang”. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan sebuah kelompokkajianinformalperusahaanpadakebijakanpembelianyangbertanggungjawabdiJepang.

2.1.2 Penggalangan hubungan sektor publik di pasar AsiaDisaatAliansimenjadilebiherathubungannyadalammenciptakanketerkaitanpasar, di lain pihak telah tumbuh pengakuan bahwa kebijakan pemerintahmemainkan peran penting dalam membantu dan menciptakan permintaanuntukprodukdarisumberyanglestari.Berkaitandenganhaltersebut,Aliansi2Lihatwww.panda.orguntukmelihatpanduanini.

�  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

meningkatkan kerjasamanya dengan pemerintah dari negara pembeli untukmempromosikan kebijakan penting tersebut. Kegiatan penting ini telahberlangsungdiCina,Jepang,danpadatingkatregional.

WWFCinamembantumemfasilitasitimpencarifaktadariAdministrasiHutanNegaraCinadanadministrasiSertifikasidanAkreditasikeEropa. RombongantersebutmengunjungikantorpusatdualembagasertifikasiinternasionalyaituForest Stewardship Council di JermandanPEFC (Programme for Endorsement of Forest Certification Schemes)diLuxemburg,dan jugadistributordanpengecerprodukkayusertapejabatpemerintahdiUK.Hasildariperjalanantersebutadalahbahwarombonganmenyetujuiuntuk sebuahprosespromosi sertifikasihutandiCina.SaatiniWWFsedangbekerjadengandepartementerkaitdanparapihakkunciuntukmerancangsebuahrencanakerjauntukpengimplementasianprosesini.

TNC dan WWF adalah dua organisasi utama dalam dialog bisnis padapemberantasan pembalakan liar yang digelar atas dukungan dari “DialogKehutanan”diHongkongpadaMaret2005.Kegiataninimenarikminatsekitar120 pemimpin bisnis untuk hadir, pada acara tersebut, disamping kelompokmasyarakat dan pemerintah. Pada acara tersebut terjadi kesepakatan bahwaperusahaandanpemerintahharusmengambiltanggungjawabuntukmenjaminbahwaprodukkayudankertasyangmerekabeliberasaldarisumberyanglegal.3Pertemuan informal antara delegasi Indonesia dan Cina terlaksana dengansukses pada pertemuan tersebut, yang merupakan pertama kalinya sejak duadelegasipemerintahantersebutmenandatanganiMoUduatahunyanglalu,dankemajuanyangdicapaipada saat ini adalahpersetujuanpada langkah-langkahtindaklanjut.

Pada Januari 2006, direktur baru dari TNC Asia-Pasifik untuk ProgramKehutananbertemudengandelegasidariStateForestAuthority(SFA)diBeijingdan mendiskusikan mengenai berbagai kemungkinan kerjasama antara TNC/danSFA. Butirpersetujuankerjasama tersebutdiantaranyamencakup sebuahkunjungan SFA ke Indonesia pada pertengahan 2006 untuk meningkatkanpemahamanumummengenaipermasalahanditahun2006danuntukmerancangsalingpengertiantentangberbagaitopikdenganpejabatIndonesia,sebagaibagiandarikerjasamauntukmendukung sebuahdialog akbar internasionalmengenaipembalakan liar dan perdagangan yang akan diselenggarakan di Beijing padapertengahansemesterpertamaditahun2007.3www.theforestsdialog.org

Emile Jurgens   |  �

WWFJepangmemberikanmasukankepadaKelompokKerjaPembalakanLiardalamInstansiKehutanan Jepang.WWFJepangmembantumempromosikanberbagaipandangandarikomunitasNGOdalamperannyadiKelompokKerjatersebut,danduaanggotadarikelompokkerjatersebuttelahmenghadiripertemuandandiskusikehutanandiHongKong.Padaskalalokal,WWFJepangdanMiePrefecturediJepangBaratdayamengadakan seminardandiskusipanel yangdiselenggarakanbersamaandenganpameranprodukkayubersertifikatdariFSC.

TNCdanWWFmelanjutkankegiatanasistensinyadalamkegiatanpembangunanKemitraanKehutanandansecaraterusmenerusikutmembantumengembangkanKemitraanKehutananAsia (AsiaForestPartnership–AFP). BersamadenganAFP,TNCmenyelenggarakananalisismengenaipeluangdanhambatannyadariaspek legal untuk mengatasi perdagangan kayu illegal di seluruh Asia. WWFmengambilinisiatifuntukmemimpinsebuahinisiasiafiliasiAFPyangmelibatkaninstansiyangterkaitdenganAFP(TropenbosInternational-Indonesia,CIFOR,danKementerianKerjasamaPembangunanPemerintahBelanda),yangbertujuanuntukmempromosikanpengelolaanhutanlestari(SFM)diKalimantan.

BagianpentingdariberbagaiupayaAliansitersebutadalahterbentuknyapromosimengenai kemitraan antara instansi kehutanan dan Bea Cukai, yang menjadipusatperhatianutamadariAFPdanprosesAsia-FLEG,yang akandigunakansebagaiwilayahsentral(focal area)untukmasukanpadapertemuanparamenteriyangtergabungdalamFLEGpadatahun2007mendatang.

2.2 Peningkatan ketersediaan produk kayu Indonesia yang bersertifikat

2.2.1 Peresmian jaringan kehutanan dan perdagangan (FTN) IndonesiaHasilutamayangdicapaidariAliansiantaraWWFdanTNCadalahterbentuknyaorientasi-produksi Indonesia FTN, Nusa Hijau, pada Oktober 2003. Saat iniNusaHijaumemilikiempatpesertadibidangkehutanan,yangmasing-masingmengelola: hutan alam dengan sertifikasi; hutan alam tanpa sertifikasi; hutantanamanakasiatanpasertifikasi;danlimaunitpengelolaanhutanjatipadaskalakabupaten.Sebagaikelanjutannya,tujuhmanagerkehutananpadaskalaindustridanenammanajerkehutananmasyarakattelahmengajukanpermohonanuntukbergabungdansaatinisedangdalamstatuspersiapanperencanaankegiatan.Pada

�0  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

bidangperindustrian,FTNIndonesiasaatinimemilikidelapanpesertadibidangperdagangan,diikutidengandelapanpemohon.

Untukbeberapatahun,WWFmenemukanadanyapenurunankemauanmanager/pengusahakehutananuntukmenjadipesertaFTNIndonesiakarenaketidakjelasanstatuslegalitasdiIndonesiadanlamanyawaktupenyusunankriteriayangakandigunakandalamstandarisasilegalitasMoU.

2.2.2. Dukungan sertifikasi hutan di IndonesiaAktivitasAliansimemberikankontribusipadapencapaiansertifikasidariHPHbesardiKalimantan,danjugasertifikasihutanrakyatyangpertama.

PT. Sumalindo Lestari Jaya II (PT.SLJ II)PT. SLJ II yang mengelola hutan alam seluas 270.000 ha dan terletak diKalimantanTimur,menerimasertifikatFSCdanLEIpadaawal2006.SaatiniSLJIImenjaditapakterbesarsertifikasihutanberdasarkansistemFSCdiAsiaTenggara, dan merupakan manajemen hutan alam ketiga yang memperolehsertifikatdariFSC.

PeranTNCdalamprosestersebutadalahmenyediakanpelatihandanbantuankepada PT. SLJ II untuk identifikasi dan pengembangan aturan pengelolaanuntuk HCVF, pengembangan rencana monitoring keanekaragaman hayati,mendidik para staf untuk melakukan teknik pemantauan keanekaragamanhayati,mencari kelemahandankekuatan sesuaidengan standarUK-RIMoUdalamhalstandarlegalitas,danmemperkuatsistemCoCperusahaan.SaatiniTNCmasihmelakukankerjasamadenganPT.SLJIIuntukmendukungkegiatanpemantauantambahanpadakeanekaragamanhayatisesuaidenganpersyaratansertifikasiFSC.

Dalam pencapaian sertifikasi, PT. SLJ II menjadi anggota pertama dari FTNNusaHijau. Saat iniWWFmendukungperusahaantersebutuntukmembinahubungan perdagangan dengan pembeli yang berkeinginan untuk membeliprodukyangbersertifikat.

Dukungan kepada sertifikasi LEI untuk hutan rakyat yang pertamaPada 18 Oktober 2004, LEI memberikan sertifikat pengelolaan hutan rakyatlestarikepadaduakelompokmasyarakatpengelolahutanjatidiWonogiri,JawaTengah,yangkeduanyadibantuolehWWFdanLSMlokal.Melaluisertifikat

Emile Jurgens   |  ��

hutan rakyat ini memungkinkan LEI untuk melakukan uji lapangan danmemperbaharuistandarpengelolaanhutanlestariberbasismasyarakat.Sertifikasitersebut meliputi 800 ha area hutan Jati dan Mahoni. WWF telah menjalinkerjasama dengan LSM lokal sejak Juli 2004, termasuk ARuPA dan PersepsiuntukmempromosikanPengelolaanHutanLestaridanmeningkatkanaksespasardihutanrakyatWonogirimelaluiskemaLEIdalamsistemsertifikasihutanlestariberbasismasyarakat.Perintissertifikasiinitelahmenunjukkanbahwasertifikasidapatmembantumasyarakatuntukmemperolehkeuntunganekonomi.

WWFmemulaisebuahkegiatanpercontohankeduadiGunungKidul.Kelompokkerjadibentukuntukmencapaisertifikasi.LSMyangmenjadimitraWWFyaituARuPA, merencanakan untuk terus mendukung kelompok kerja ini dengantujuanmencapaisertifikasihutanrakyatdiduadusun(BlimbingdanMendak)dalamsatutahun.

2.2.3 Promosi pemahaman dari sertifikasi hutan dan isu pembalakan liar

AktivitaspenyadaranpublikdilakukanolehAliansidiantaranyamelaluiMediaTV,panggungdialog,iklan,poster,pameran,bukupanduan,suratkabar,duafilmdokumenter,danpromosidarilaporaninvestigasidimajalahdankorannasional.ArtikeldariAliansidanaktivitasnyaterbitdiBusinessWeek,FarEasternEconomicreview,TheWallStreetJournal,TheJakartaPost,Tempo,TheEconomist.

WWFberupayaterusuntukmeningkatkankualitasdariwww.forestandtradeasia.org,sebuahwebsitedenganmultibahasa(Inggris,Cina,Jepang,Vietnam,danIndonesia).WebsitetersebutberperansebagaipusatinformasitentangsertifikasidankehutananyangbertanggungjawabdiwilayahAsiaPasifik.Padatahun2006,siteinirata-ratadikunjungi50.000hitsetiapbulannya.

2.3 Peragaan solusi praktis untuk mencapai sertifikasi dan membedakan sumber kayu legal dan ilegal

Pelaksanaan sertifikasi di Indonesia menghadapi beberapa hambatan termasuklemahnyadukungandariLSM,Pemerintah,dankesulitandalammelacakkayudarisumberpenghasilkepasar,sertakurangnyakesepakatantentangdefinisidarilegalitasAliansitelahmemulaiuntukmenanggapipermasalahaninidenganseriusdanpadatahunkeduadanketigadariprogramtersebuttelahmembuatkontribusiyang berarti pada pendefinisian legalitas serta pengembangan teknologi yang

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

handaluntuklacakbalak.Selamakegiataniniberlangsung,Aliansitelahmembuatbeberapa perubahan penting dalam pendekatan yang dilakukan sehubungandengan meningkatnya kesadaran terhadap isu-isu dan perkembangan politikuntukmencapaihaltersebut.Padadefinisilegalitas,saatinisecarajelasdiperlukanketerlibatanpenuhdariparapihakuntukmeningkatkanrasamemilikimerekaakanstandartersebutdansecarakonstruktiftergabungdalamproses-prosesyangadadidalamnya.Setelahmengembangkansebuahdraftstandarlegalitas,TNCmenyerahkan proses ini untuk diolah kembali dalam sebuah steering komiteyangterdiridariperwakilandariparapihaktermasuk:DepartemenKehutanan,PengusahaHutan,AsosiasiIndustriperkayuan,sertaLSMsosialdanlingkungan.Padakegiatanlacakbalakini,denganadanyapeningkatankemauanpolitikdaripemerintah,memungkinkanTNCuntukmempromosikanpengadopsiansebuahsistemlacakbalaknasional,haltersebutmanfaatnyajauhlebihberhargadaripadastrategiberbasispasaryangsebelumnyatelahdiadopsi.

Solusipraktis lainuntukpencapaian sertifikasiyangdisusunolehAliansipadaperiodeinitermasukalatuntukidentifikasidandeliniasiHigh Conservation Value Forest (HCVF) dan penyusunan model pengelolaan bersama untuk menjaminpengelolaanyangsalingmenguntungkanantaramasyarakatlokaldenganHPHdarisumberdayahutanyangada.

2.3.1 Definisi “Legal”Salah satu langkah pertama dalam pendekatan bertahap dari Aliansi adalahkepemilikan“legalitaspemanenan”dariPengusahaHutan. Kondisipenegakanhukum yang tidak menentu, prosedur administrasi yang tidak jelas, danketidakjelasan status ketentuan hukum yang terjadi di Indonesia, telahmengakibatkanterjadinyakesulitandalampelaksanaanverifikasi,apakahsebuahperusahaan beroperasi secara legal. Hal ini mengakibatkan verifikasi legalitasmemiliki kemungkinan tingkat kesulitan yang hampir sama dengan prosespencapaian sertifikasi hutan lestari. Sebuah standar legalitas dapatmembantumenyelesaikanpermasalahan-permasalahantersebutdenganmengusulkankriteriayang jelas serta dapat diaudit dan diverifikasi oleh auditor independen ketikapelaksanaanauditlegalitasataukomponenpersyaratanlegaldaristandarsukarela(voluntary standard)sertifikasisepertipadaprinsippertamaFSC.

Sebuah draft definisi dari legalitas dikembangkan dalam rangkaian prosesMoU antara UK dan Indonesia melalui sebuah proses partisipasi para pihakyang melibatkan Kabupaten, Propinsi, dan para pihak di pusat (Jakarta).

Emile Jurgens   |  ��

Setelah draft tersebut selesai dikembangkan,TNC memutuskan bahwa prosespemantapanstandar legalitasakanlebihbaikdikelolaolehorganisasi lokaldanLembaga Ekolabel Indonesia (LEI) telah dinominasikan sebagai lembaga yangakan melanjutkan pengembangan standar tersebut di masa mendatang.TNCmenyerahkan pengurusan standar ini kepada LEI pada akhir 2005, dan sejaksaatituLEItelahmembentuksebuahkelompokkerjateknisdimanaTNCjugamerupakanbagiandarinya,yangbertujuanuntukmenyelesaikanstandartersebut.Sebuah dewan pengarah yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Dephut yangbertugasuntukmengawasiperkembangandaristandarinitelahterbentukpadasemesterpertamatahun2006.

WWFmenyelesaikansebuahdraftlanjutandari“Keep it Legal”-sebuahpanduanuntuk para pebisnis kayu agar menjamin legalitasnya dalam rantai pasokanbahanbaku.Panduantersebutmenjelaskankondisidanbesarnyapermasalahanpembalakan liar serta ancamannya terhadap hutan serta sumber kehidupanmasyarakat yang tergantungdarihutan.Panduan tersebutmenjelaskan sebuahpendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan resikodarimasuknya kayu ilegal dalam rantai sumber bahanbaku, danmenjelaskanbeberapa tantangan yang menyertainya dalam mengembangkan transparansi,keadilandankebijakanyang realistispadapemenuhan aspek legal.WWF saatinisedangmengembangkansebuahPanduanNegarauntukmelengkapipanduangenerik“Keep it legal”.PanduanNegarainijugaakanmemuatsebuahpenjelasanpada standar legalitas dan petunjuk penggunaannya untuk mendukung prosespembelianyangbertanggungjawab.

2.3.2 Pengembangan verifikasi legalitas independen dan sistem lacak balak

SGS/URSsebagaikonsultanTNCtelahmenyelesaikansebuahsistemlacakbalaksebagai kelengkapan dari standar legalitas. Sistem ini sukses diujicobakan diPT.SLJII.Ujicobainidimulaidengansebuahauditdaritujuhprinsiplegalitasyang dibuat oleh MoU standar legalitas dan diikuti oleh pelacakan kayu darihutan(tunggak)keindustri.

Sejak permulaan dari uji coba dari sistem lacak balak, Dephut juga telahmenyelesaikanpengembangansistemlacak-balaknya. DiskusiyangdiprakarsaiolehTNCtelahmenghasilkansebuahsuratpersetujuanantaraMoF,TNCdanTFTuntukmelakukanujilapangangabungan“SistemAdministrasiKayu”yangterdiridarisistemDephutdansistemTNC,sertauntukmengujicobakansebuah

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

sistem pelacakan komersial terpisah yang disebut TracElite. Pada saat sistemtersebut sudah diujicobakan, Dephut merencanakan untuk menyebarluaskansistem lacak balak ini kepada HPH secara nasional. Dephut mengharapkansisteminiakanberoperasipenuhdiseluruhdaerahpadaakhir2007.

2.3.3 Dukungan perlindungan pada Hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCVF)

DipropinsiRiau,WWFbekerjadenganjaringanLSMlokal,Jikalahari,untukmembantukelompoklokaldalammenyediakaninformasitentangpenilaianaspeksosialdanlingkungandariPT.APRIL(salahsatudariduaperusahaanpulpdankertasterbesardiRiau)untukanalisistentangHCVFdiSemenanjungKampardan taman nasional Tesso Nilo. WWF juga sedang mengembangkan dialogdengan beberapa perusahaan kelapa sawit di Riau mengenai pengembangankoridorsatwaliardanpemeliharaandariHCVFdidalamdandisekitarkonsesimereka. WWFbekerjasamadenganKomisiMinyakSawit Indonesia (IPOC),telahmelakukankegiatansecaraintensifdenganperusahaankelapasawituntukmencegahkonversihutandidaerahkoridorHCVF.

DiPapua,WWFterusmelakukan identifikasiHCVFdidaerahhuludiBian-Kumbe-Maro. WWF juga mendukung para pihak lokal untuk membentuksebuahforumyangbertujuanuntukmendorongproseskomunikasidiantaraparapihakpadaisu-isuterkaitdenganpenggunaanlahandanrencanatataruang.

Di Kalimantan, TNC terus melakukan usaha untuk melindungi HCVF didaerah Kabupaten Berau dan Kutai Timur, dan menindaklanjuti negosiasidenganpemerintahlokal,90persendariHCVFdidalamKabupatenBerautelahdimasukkan dalam rencana tata ruang kabupaten. Rencana Ekoregional dariTNCuntukKalimantanTimuryangmengidentifikasiareaHCVFpadatingkatmakro telahdiintegrasikankedalam rencanapropinsiKalimantanTimur,dandigunakanolehBadanPlanologiDephutsebagaibahanrujukanverifikasi.

TNCjugabekerjasamadenganmasyarakatadat/tempatanyang terkaitdengankeberadaanhutandanpemerintahdaerahKutaiTimuruntukmengembangkanpendekatanpengelolaankolaborasiuntukmemeliharaHCVFpadaarealbekasHPHyangmemilikipopulasioranghutanyangtinggi.TNCberhasilmelakukanlobydenganDephut,danpemerintahdaerahuntukmengeluarkanbekasHPHdari

Emile Jurgens   |  ��

kawasanhutanproduksi.Arealtersebutsekarangmerupakanarealperlindunganlokal dibawah pengelolaan kolaborasi untuk mencegah pembalakan liar danperburuanliar.

Pencapaian penerimaan kriteria untuk produksi kelapa sawit secara lestariPadatahun2003,WWFbekerjasamadenganmitrabisnismemulaipertemuanminyak sawit lestari (RSPO). RSPO adalah sebuah organisasi independen nirlaba yang berkonsentrasi pada promosi pengelolaan kelapa sawit secara lestaridanmemperolehsebuahdefinisibersamamengenaiproduksiminyaksawitsecarabertanggung jawab. Para anggotanya termasuk di dalamnya adalah produser,pembeli, pengecer, institusi keuangan, dan LSM. WWF berpartisipasi secaraaktif dalam pengembangan sebuah kumpulan kriteria yang dikenal sebagai“Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Sawit Lestari”. Kriteria tersebutsecarakeseluruhantelahditerimaolehRSPOpadatahun2005danmemberikanpanduanyangsangatpentingkepadaperusahaanpanduantentanghal-halyangdiperlukan untuk memproduksi minyak sawit secara ramah lingkungan danbertanggung jawab secara sosial. Kriteria tersebut mengakui pentingnya dariHCVF,khususnyapadakriteria7.3yangmenyatakanbahwa“HutanprimerdansetiaparealyangmemilikisatuataulebihHCVFtidakbolehdikonversimenjaditanamansawit”.

2.3.4 Dukungan terhadap manajemen kolaborasi di SLJ IVTNCbekerja dengan limadesadi sekitar areal konsesi SLJ IVdiKalimantanTimuruntukmendukungmanajemenkolaborasi. Pada Oktober2003,TNCmembentuksebuahBadanPengelola,yangterdiridariperwakilandarikelimadesatersebut,pemerintahdaerahkabupatenBerau,SLJIV,kepalaadatdayakberau,danTNC.BadanPengelolatersebutmemperolehpelatihandariTNCmengenaiteknik perpetaan, komunikasi, penulisan proposal, pertanian terintegrasi, danmanajemenhutanrakyat.Pada1Juni2004,sebuahMoUtelahditandatanganiuntukmengembangkanmodelkolaborasimanajemenhutanrakyatantaraPTSLJIV,TNCdanmasyarakatdarikelimadesatersebut.Persetujuantersebutakanmeningkatkanperencanaanpartisipasimasyarakat,implementasi,danmonitoringmanajemen hutan sehingga perusahaan dan masyarakat dapat memperolehmanfaatdarihutan.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

2.4 Pengurangan dukungan finansial dan investasi pada perusahaan yang terlibat dalam perusakan hutan dan pembalakan liar

2.4.1 Kerja sama dengan bank untuk memperbaiki asesmen resiko lingkungan dan sosial

PadaApril2005,WWFmenyelenggarakanpertemuandiJakartadenganberbagaiBankdanparapihakuntukmengenalikeinginanmerekadalammengembangkansebuah pendekatan kerja pada asesmen resiko bank di bidang perkayuan danperkebunandiIndonesia.WWFdanbank-banksetujuuntuksalingmelakukanpertukaran informasi untuk mengidentifikasi target dari bank dan strategiketerlibatannyadidalaminisiatiftersebut.SaatiniWWFsedangbekerjadenganbeberapaBankdalammengembangkansebuahbukupanduanuntukmembantupejabat resikokreditdaribankuntukmenyeleksi resiko lingkungandan sosialproyekkelapasawitdiIndonesia.

WWFjugamenyelenggarakanpertemuandenganBankIndonesia,KementerianLingkunganHidupdanLSMkonservasidan lingkunganyang terkait,dengantujuanmendorongBankIndonesiauntukmemperkuatpersyaratan-persyaratanbagi bank-bank yang ada di Indonesia untuk melakukan seleksi investasiyang memiliki resiko dan dampak lingkungan. Pada inisiatif terkait, WWFmendukung upaya-upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan KFW (sebuahAgenbantuanJerman)untukmembangunkapasitasdariusahakecilmenengahuntuksecaraefektifmemperhatikanpermasalahanlingkungandansosialdalamproposalpinjaman,danuntukmenciptakaninsentifpinjamanlunakbagimerekauntukmelakukannya.PadaJanuari2005,BankIndonesiamengeluarkansebuahperaturan baru yang mengharuskan bank-bank di Indonesia menilai kualitasdaripinjamanmereka.Peraturan tersebutmenetapkan“Langkah-langkahyangperludiambilolehpeminjamuntukramahlingkungan”sebagaisalahsatufaktoryangperludiperhatikanolehparaBank.PeraturantersebutmerupakansebuahlangkahpentingdalammendoronginstitusikeuanganIndonesiauntukberperandalamkelestariandantanggungjawabsosial.

2.4.2 Pengaruh pada Kreditor Asia Pulp dan PaperPadaAgustus2003,WWF,APP(AsiaPulpandPaperCompanyLtd)danSinarMas Group (SMG) menandatangani Letter of Intent (LoI) yang diantaranya

Emile Jurgens   |  ��

berisipersetujuanantaraAPPdanSMGbahwaasesmenHCVFperludilakukansebelumhutanalamdikonversimenjaditanamanAkasia:

• IdentifikasidankonservasiHCVF;• Tundukdenganhukumnasional;dan• Menyelesaikanpersengketaanlahandenganmasyarakat.

PadaFebruari2004,APPmenyelesaikansebuahRencanaAksiKelestarian(SAP),yang menurut WWF tidak seperti harapan pada beberapa butir persetujuandalamLoI.Sebagaiakibatdariketidaksesuaiantersebut,WWFtidakmelanjutkankerjasamatersebutdanmengakhirinyapada19Februari2004.NamundemikianWWF tetap menjalin komunikasi dengan para pelanggan dan kreditor untuktetapmemberikantekanankepadaAPPuntukmelakukanprosesproduksisesuaidenganrencanaaksikelestariannya(SAP).

PadaJuni2004,WWFIndonesiamempublikasikanduabuahlaporanmengenaiketerlibatan APP dalam pembalakan liar. Laporan tersebut dirancang untukmenginformasikan kepada pelanggan APP dan melakukan tekanan padaAPP dengan membuat perubahan fundamental kebijakan pembelian mereka.KreditorutamadariAPPmelakukannegosiasisebuahpersetujuanpentingdalamperjanjianlingkunganyangakanmenjadibagianintegraldariPersetujuanIndukRestrukturisasiantaraAPPdanparakreditornya.Parakreditorlebihlanjutjugamengakui adanya kebutuhan untuk sebuah putaran dari asesmen lingkungandariarealpasokanseratkayukepadaAPP.Sebagaihasilnya,APPmenggandengSmartWood, sebuah lembaga sertifikasi non profit dan independen, untukmengidentifikasi HCVF di dalam area sumber pasok bahan baku pulp danmerekomendasikansistemmanajemenkonservasiyangsesuai.

�� 

3. Pembelajaran Keterkaitan Kebutuhan akan Produk Kayu yang Lestari dengan Penyediaannya dari Indonesia

3.1 Kebutuhan produk kayu yang lestari di pasar tempat Aliansi bekerja

Inisiatif perdagangan yang terkait dengan kepedulian lingkungan mendapatdukunganbarudenganadanyaketertarikanglobalterhadapisu-isupemerintahan.Padadekadesebelumnya,institusipembangunaninternasionaltelahmeningkatkanpemahamannyatentangpentingnyapemerintahanyangbaikpadanegaratujuan,dan kepentingan ini tercermin pada berbagai pihak yang memiliki hubunganlangsung dengan perdagangan kayu tropis. Isu-isu kehutanan yang relevan,termasukdidalamnyaadalahpembalakanliardanperdaganganprodukkayuyangberasaldaripembalakanliar,secaraumummenjadibahandiskusidalamFLEGpadatingkatpemerintahanpusatdandaerahsertapesertadariindustrikehutanan.Pihak-pihaktersebutmemilikiperandalammempromosikanmekanismeuntukmenghambat perdagangan produk kayu dari pembalakan liar dan beberapamekanismelainnya,termasukprogramlegalisasiolehpembeliumumdanswastasertaperaturanperdagangan.

Bagian selanjutnyaadalahmengenaipermintaanprodukkayuyang lestaridariIndonesiadipasaryangsecaraaktiftelahdibangunolehAliansi.PasartersebutdiantaranyaadalahUniEropa,AmerikaSerikat,JepangdanCina.PasarEropadan Amerika Utara dikenal sebagai pasar yang ‘Sensitif terhadap lingkungan’tetapi tetap menjadi importir penting untuk produk perkayuan Indonesia,yangsebagianbesarberasaldarisumberyangtidaklestari.Kebijakanyangsaatini berjalan dalam pasar sepertinya ditujukan untuk mengurangi perdagangantersebutdalamjumlahyangsignifikanpadamasayangakandatang.PasarJepangdanCinaselamainidikenalkurangpedulidengankelestariankayuyangmerekaimport, tetapi dengan adanya kegiatan dalam Aliansi, faktor kelestarian iniperlahan-lahanakandimasukankedalampasartersebut.

Emile Jurgens   |  ��

3.1.1 Uni EropaUniEropaselamainidikenalsebagaipasaryangmemilikikepedulianlingkunganyangtinggi.Padanegara-negarakonsumenutamadiEropa,sepertiInggris,JermandanBelanda,organisasilingkunganbesarsepertiWWFdanGreenpeacememilikipengaruhyangbesarterhadaptradisiperusahaan.Padaumumnya,isulingkunganakanmenjadibahanperbincanganpolitikyangutamapadatingkatpemerintahanpusatmaupundaerah,baikpadanegara-negara anggotamaupunpada tingkatregionalUniEropa.Keterlibatanpusatdandaerah inididukungolehberbagaipihakdiUniEropadibawahECRencanaKegiatandalamPenegakanKebijakanKehutanandanPerdagangan(Forest Law Enforcement and Trade–FLEGT).

Para pembeli potensial untuk produk perkayuan dari Indonesia di Uni Eropadilibatkan dalam proses pengurangan atau penghilangan penggunaan produkkayuyangberasaldaripembalakanliarataupundarisumberyangtidaklestari.SebagaiupayauntukmerespontekanandariLSMlingkungan,pembelimelakukanperhitunganulangtentangketersediaankayuyangadadanmelaksanakankebijakanyangtelahada,untukmengurangiterjadinyapenurunancitraperusahaan.

Pada beberapa perusahaan hal ini mengakibatkan terjadinya pemberhentiankegiatanperdagangankayuyangberasaldarinegarayangmemilikiresikotinggi,seperti Indonesia.Sebagai contoh,berdasarkankampanyeyangdilakukanolehGreenpeacepadatahun2004,empatpembelibesarprodukperkayuanIndonesiadiInggrismenghentikanpembeliannya.4B&Q,pedagangbesarInggrisDIY,saatinimelakukanpembelianprodukplywooddarisumberyangmemilikisertifikasidari FSC di Brazil5 dan Travis Perkins, pedagang besar Inggris untuk kayutropis,mengalihkanpembeliankayudari Indonesia ke kayu legal dariGhana.Perusahaan-perusahaanlaindiUniEropabekerjasamadenganLSMbesarsepertiWWFuntukmendapatkan sumberkayuyang legal ataupunyangberasaldarisumberyanglestaridiIndonesia.

WWFdengandukungandari‘Kelompokpembeli’atauJaringanKehutanandanPerdagangan(ForestandTradeNetworks–FTNs),diUniEropadantermasuktookDIY, supermarket, tokoperlengkapan rumah tangga, perusahaanprodukperkayuan, importer kayu dan perdagangan, pemborong, dan konstruksipembangunansangatpeduliuntuktetapmembelidanmenjualprodukperkayuanyangberasaldarisumberyanglestari.BeberapaanggotaWWFFTNsEropatelah

4RIIA2004.5SteveCrewe,personalcommunication.

�0  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

menghentikanpembelianprodukkayudariIndonesia,6sementarayanglainnyaaktifmencarikeberadaankayulegaldariIndonesiadengandukungandariFTNIndonesia.PadaJuni2006,WWFFTNsEropatelahmemilikianggotakuranglebih180.

Sebagaibagiandarikegiatanaliansi,TNCtelahmengunjungibeberapaorganisasiswastayangterkaitdenganperdagangankayutropis,termasukdidalamnyaadalahimporterkayudariIndonesiadiInggrisdanBelandadanfederasiperdagangankayudiInggris,PerancisdanBelgia.FederasitersebutbersamadenganBelanda,terlibat dalam proyek lima tahun untuk kegiatan identifikasi kayu legal dariIndonesia,Malaysia,CameroondanGabondanpenelusuranpasarpadanegaramasing-masing.PerusahaanyangdikunjungidiantaranyaadalahFinnforestInggris(yangtelahmenangguhkanpembeliandariIndonesia,menunggukepastiansistemuntukverifikasilegalitas)danFETIM,DekkerHoutdanJongeneeldiBelanda.Aliansi jugamemeliharakontakdenganKingfisherdi Inggris sebagaipemasokuntukjaringanB&QDIY.

Beberapa pemerintah di tingkat nasional, regional dan propinsi di Uni Eropaberada pada berbagai status penyusunan kebijakan yang mungkin akanmemberikan pengaruh terhadap pembelian produk perkayuan dari Indonesia.SektorpublikmerupakanpangsapasarterbesardiUniEropadanhanyasekitar20% kebutuhan kayu di Eropa berasal dari institusi pemerintah. Kebijakanpembelianpadaskalanasionalsebagaiusahauntukmemastikanbahwakayuyangdigunakan adalahkayuyang legaldanberasaldari sumber yang lestari sedangdisusun di Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan Denmark.7 Sebagai contohpada Agustus 2005, Jerman mempresentasikan rancangan perundangan yangmengharuskanperusahaanperkayuandiJermanuntukmelakukan imporkayudarisumberyanglegal.Undang-undangtersebuttidakmemperkenankanadanyaimpor ataupun pemasaran kayu dengan sumber yang tidak legal pada negara-negaradiluarUniEropa.

Pada Oktober2002,pemerintahInggrismeluncurkanprogramFLEG–yangjugadikenaldenganprogrampembalakanliar(Illegal Logging Program).Haliniditujukanuntukmemfasilitasiinstitusinasional,regionaldaninternasionaldalammemecahkanpermasalahanpembalakanliardanperdagangankayudarisumberyangtidaklegalpadaskalainternasional.Programinibertujuanuntukmemberikan

6SteveCrewe,personalcommunication.7RIIA2004.

Emile Jurgens   |  ��

pemahamanyanglebihbaikmengenaipenyebabterjadinyapembalakanliardanmembangunkerjasamaantarpihakdalamskalayanglebihluasdalampenyusunandan implementasi pemecahan masalah. Sebagai bagian dari program FLEG,pemerintah Inggris dan pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatankerjasama dalam hal pembalakan liar yang merupakan hasil komitmen daripemerintahInggrisdanpemerintahIndonesiauntuk:

Bekerjasama untuk mengurangi, dan pada akhirnya menghapuskan, terjadinya pembalakan liar dan perdagangan internasional untuk kayu serta produk kayu yang berasal dari sumber yang tidak legal antara [Indonesia dan Inggris], melalui penyusunan dan implementasi peraturan yang diperlukan dan perubahan kebijakan jangka pendek.

FLEGprogramInggristelahbekerjasamadenganTNCdanpemerintahIndonesiauntukmenyusundefinisimengenaikayulegaldiIndonesia(lihatbagian4).

Rencana Kegiatan Uni Eropa untuk Penegakan Hukum Kehutanan, Pemerintahan dan Perdagangan (FLEGT).PadaMei2003,KomisiEropameluncurkanrencanakegiatanUniEropauntukPenegakan Hukum Kehutanan, Pemerintahan dan Perdagangan (Forest LawEnforcement,GovernanceandTrade–FLEGT).Halinimenjaditandadimulainyasuatu proses yang panjang dalam penyusunan dan implementasi tindakan-tindakanyangakandilakukanuntukmenjawabpermasalahanpembalakan liardanperdaganganyangterkaitdenganpembalakanliar.Tindakan-tindakanyangdisusundalamrencanakegiatanFLEGTinidiantaranyaadalah:

• Dukunganterhadapkemampuanpemerintahdanpeningkatankemampuandinegara-negarapenghasilkayu.

• PenyusunanKesepakatanKemitraandengannegara-negarapenghasilkayuuntukmencegahadanyaprodukkayuilegalmasukkeUniEropa.

• Usaha-usahauntukmengurangikonsumsikayudiUniEropayangberasaldarikayuilegaldanmenutupinvestasiyangdilakukanolehinstitusiUniEropayangmungkinmendorongterjadinyapembalakanliar.8

Hal yang paling penting dari tindakan-tindakan tersebut adalah terwujudnyalisensisistemuntukpembalakanliarberdasarkanKesepakatanKemitraanSukarela(Voluntary Partnership Agreements – VPAs) dengan negara-negara penghasilkayu.Skemainidiharapkandapatmencakupprodukkayugergajian,kayubulat,kayulapisdanveneer,sertapadawaktuyangakandatangdapatmencakupproduk8FLEGTBriefingNotes,http://europa.eu.int

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

perkayuan yang lain. Skema ini diharapkan dapat diimplementasikan dengandasarsukarela(berdasarkanpersetujuan)olehnegarapemasokkayuyangmasukdalamanggotaVPAmelaluiUniEropa.

Padaprosespenyusunanskemalisensi,kajianmengenaikebijakannasionalyangberlakusertapilihankebijakandanperaturanpadaskalanasionaldanditingkatUni Eropa menjadi perhatian utama dalam FLEGT. Pilihan-pilihan tersebutmencakup peraturan di bidang anti pencucian uang (anti-money laundering),peraturan kejahatan seperti hukum yang mengatur mengenai aliran barang-barangcurian,dankemungkinanuntukmencegahimporprodukkayuillegalkeUniEropa.9

3.1.2 Amerika SerikatAmerikaSerikatmemilikiberbagaisektorpublikdanswastayangterkaitdengankepedulian terhadap deforestasi yang mungkin akan berpengaruh terhadapimportprodukperkayuandari Indonesia. Pada sisi swasta, beberapa importirbesar produk perkayuan Indonesia merespon tekanan dari LSM lingkungandanmelakukanevaluasiulangterhadaprantaipersediaankayumereka.Sebagaicontoh, International Paper, pemimpin dalam produk kehutanan global,menandatangani kesepakatan penangguhan pembelian kayu dari Indonesia“sampai pemerintah Indonesia dan HPH-HPH yang ada melakukan langkahyangdiperlukanuntukmelindungihutandankembalipadapraktekkehutananyanglestari.”HomeDepot,pedagangterbesarduniauntukprodukrumahtangga,saatinimengurangipembeliankayulapis(plywood)dariIndonesiahingga70%darijumlahpembelianpadatahun1999.CentexHomes,pemborongbesardiAmerikaserikattelahmenghentikanpenggunaankayudariIndonesia.10

Beberapa pihak di pemerintahan dan kota melakukan larangan penggunaanprodukkayutropispadaproyek-proyekpublik.BeberapakotadiAmerikaserikatbahkantelahmengeluarkanlaranganpembeliankayutropis.11

BagiankepresidenanAmerikaSerikatuntukperlawananterhadappembalakanliarbertujuanuntukmembantunegaraberkembangdalammelawanpembalakanliardanperdagangankayuyangterkaitdidalamnyasertauntukmengurangikorupsi

9FLEGTBriefingNotes,http://europa.eu.int10http://www.ran.org/ran_campaigns/old_growth/indonesia/11ITTO1999.

Emile Jurgens   |  ��

disektorkehutanan.BadaninimemfasilitasikemitraandibawahUSAIDsAliansiGlobaluntukProdukKehutananyangLestari(Sustainable Forest Products Global Alliance)untukmewujudkanprodukkehutanandari sumber yang legal. SalahsatukemitraantersebutadalahaliansiantaraWWF/TNCuntukmempromosikansertifikasi dan melawan pembalakan liar di Indonesia. Kegiatan lebih lanjutmengenaiprograminidiIndonesiaakanmencakup:

• Pengelolaandanperlindunganhutanberbasismasyarakat.• Mempromosikan tata pemerintahan (governance), transparansi dan

akuntabilitasdibidangkehutanan.• Memusatkanperhatianpadapembalakan liaryangmenggangguhabitat

orangutan.• MenindaklanjutihasildariKonferensitingkatmenteriAsiaTimuruntuk

PenegakanHukumKehutanandanPemerintahan (East Asia Ministerial Conference on Forest Law Enforcement and Governance).12

3.1.3 JepangKepedulian lingkungan di Jepang dikenal lebih rendah dibandingkan denganEropabaratdanAmerikaserikat,tetapibeberapaprosesmengindikasikanbahwapasarJepangmenjadilebihpekaterhadapisu-isukelestarian.BerdasarkanITTO,terdapat suatu “Pergerakan Hijau” (Green Movement) dari LSM lokal tentangpenipisan sumberdaya hutan tropis yang diliput oleh media.13 Hal terpentingterjadi setelah perusahaan terkemuka di Jepang menerima sertifikasi dari FSCForest Management (FM) pada tahun 2002, yang mengakibatkan terjadinyaperubahanbesardiJepang.Padaawaltahun2006,terdapat24perusahaandengansertifikasi dariFSCFMdan jumlah jaringanSertifikasiFSCChain of Custody(CoC)mencapaiangka288,yangmerupakanlimatertinggididunia.14

Beberapa perusahaan besar di Jepang termasuk Canon Group, Nippon PaperGroup,FujiXerox,Ricoh,ASKUL,OjiPaperdanMitsubishiPaperMilltelahmenerapkan kebijakan bertanggung jawab dalam pembelian kertas. WWFmembantuRicoh,ASKUl(pemasokutamauntukalattulisdanperkantorandiJepang) dalam merencanakan kebijakan bertanggung jawab dalam pembeliankertas mereka. Ricoh telah menghentikan pembelian dari pemasok Indonesiakarena tidak memenuhi standar yang mereka terapkan, dan ASKUL sebagaipembeli terbesardariAPP telahmengalihkankeperkebunan serat.MitsubishiPaperMilldanFujiXeroxadalahanggotadariWWFFTNJepang.

12http://www.whitehouse.gov/infocus/illegal-logging/piail.html13ITTO1999.14http://www.certified-forests.org/data/coc3.htm

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Pada tahun 2003, pemerintah Jepang dan Indonesia melakukan PeluncuranBersamauntukKerjasamadalamMemerangiPembalakanLiardanPerdaganganKayu Ilegal dan Produk Perkayuan (Joint Announcement on the Cooperation in Combating Illegal Logging and the Trade in Illegally Logged Timber and Wood Products).Secaraterincirencanakegiatanyangdilakukanadalahuntukmenyusun,ujicobadanimplementasisistemuntukverifikasikebutuhanlegal,dankolaborasiefektif antara institusi terkait dan jaringan yang akan mempengaruhi legalitasprodukyangdihasilkandandiperdagangkan.Meskipundemikian,implementasidari kegiatan yang terkait dengan kesepakatan dilaporkan bergerak denganlambat.15

Jepang sedang mempersiapkan kebijakan pengadaan produk perkayuan untukkeperluandomestikdanimporberdasarkanhasilamandemendariRencanaDasarKepedulian Hukum untuk Promosi Pengadaan Barang dan jasa yang RamahLingkungan(Basic Plan of the Law Concerning the Promotion of Procurement of Eco-Friendly Goods and Services)olehnegaradanpihak terkait (HukumdalamPromosiPembelianHijau–Law on Promoting Green Purchasing).Sebagaibagiandariproses ini,InstitusiKehutananJepangtelahmenerbitkan“PanduanuntukVerifikasi Legalitas dan Kelestarian Kayu dan Produk Perkayuan” (Guideline for Verification on Legality and Sustainability of Wood and Wood Products).16 16Rencana dasar ini bertujuan bahwa kayu yang berasal dari hutan alam harus“melalui pemanenan yang legal atau diproduksi dari pengelolaan hutan yanglestari”dandiaplikasikandalampenggunaankayuuntukkertas,perkakaskantordanrumahtangga,danmaterialkonstruksi.Melaluipanduanini,buktilegalitasdankelestariandapatdiberikanolehsalahsatudaritigainstitusiyangada,yaitu:

• Petugasdibidangsertifikasipengelolaanhutan.• Institusi yang diakreditasi oleh asosiasi kehutanan atau perusahaan

perkayuan;atau• Perusahaanitusendiri(deklarasisendiri).17

3.1.4 CinaImporkayukeCinameningkatcukuptajamdanhaliniterusberlanjutseiringdengan berlebihnya permintaan untuk kebutuhan domestik dan ekspordibandingkan dengan produksi kayu domestik. Eksploitasi hutan alam yangberlebihanpadabeberapawilayahtelahmenghabiskanvolumetegakan,sedangkan

1515RIIA2004.16http://www.rinya.maff.go.jp/policy2/ihou/eiyaku.pdf17http://www.forestandtradeasia.org/posting/japan/english/498/

Emile Jurgens   |  ��

padasisilainpenerapanlarangantebangdanpenetapanbatasproduksidilakukanpadabeberapaareayangmasihmemilikipotensiyangcukuptinggi.Konsumsidomestik meningkat cukup tajam seiring dengan pertumbuhan ekonomidanpeningkatan standarhidupdiCina,18 begitupuladengan eksporprodukperkayuandengannilaitambahyangmengalamipeningkatansecarasignifikan.

PasarCinamemilikiperanpentingdalampasaryangberpotensimeningkatkankondisipengelolaanhutandiIndonesia.Meskipundemikian,pembeli-pembelidariCinasangatlambatdalammelakukanimplementasikewajibandalamprogrampembelian,danditengaraibahwaCinaadalahtujuanterbesarperdagangankayuilegaldariIndonesia.SeiringdengansemakinselektifnyapasarEropadanAmerikaUtara,akansangatberbahayaapabilaprodusenkayudiIndonesiamengalihkanpenjualannya ke Cina sebagai upaya untuk menghindari kriteria pasar akankepedulian lingkungan. Pada akhirnya beberapa faktor diharapkan dapatmeningkatkankepedulianpasarCinauntuk lebihsensitif terhadap lingkungandimasamendatang.

JaringanpasarkeEropadanAmerikaSerikat secara terus-menerusmendorongperkembangan sertifikasi hutan di Cina. Institusi pemerintah, akademisi danpraktisikehutanandiCinaberupayauntukmenyusunstandarsertifikasinasionaldansistemyangakanmemenuhikebutuhanpasarinternasional.ProsesinisecaraaktifdidukungolehbeberapaorganisasiinternasionalsepertiWorldbank/AliansiWWFyangtelahbekerjauntukmeningkatkankemampuansertifikasihutandiCinamelaluibeberapapelatihandanseminar.

Pada Juni 2006, empat unit pengelolaan hutan memperoleh sertifikasipengelolaanhutandariFSCdan150perusahaanmendapatkansertifikasiCoCFSC.WWFFTNCinayangdibentukpadaMaret2005berhasilmendapatkanlima perusahaan dari Cina dan tiga perusahaan Hong Kong sebagai anggotapertamanya.TermasukdalamperusahaantersebutadalahduapemegangkonsesipengusahaanhutanterbesardiCina,tigaperusahaanbesardibidangperkayuandiCinadaratandantigaperusahaanperdagangandiHongKong.

Sertifikasi di Cina selama ini dipicu oleh adanya kebutuhan akan kayu yanglestariuntukpasarekspor.Padatahun2002,seluruhperusahaandiCinayangmendapatkansertifikasiCoCdariFSCadalahpengeksporprodukfurniturkayu.19

18ChunquanZhu,et al.2004.19Wenminget al.2002.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Padasaatyangbersamaan,seluruhanggotaFTNCinayangmemilikihubungandenganIndonesiatelahmelebarkanpemasarannyakeEropadanAmerikaUtara.SebagaicontohKingsfieryangmerupakanpedagangyangmembeliprodukkayuuntukB&QIyingbinInggris,yangbekerjasamadenganWWFuntukmelakukanidentifikasisumberkayuyanglegaldiIndonesiajugamemilikihubunganpasardenganAmerikaUtaradanEropa.

Pada Desember 2002, Cina dan Indonesia melakukan penandatanganankesepakatan dalam bidang pembalakan liar. Kesepakatan tersebut mencakupaturan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak untukmelawanpembalakan liardanperdaganganprodukkayudaripembalakan liar.Perkembangan dari kegiatan tersebut sampai saat ini dirasakan cukup lambatkarenakesepakatanyangdibuatadalahdenganBagianKehutananNegaraCina(Chinese State Forest Administration) yang memiliki tanggung jawab terhadapisu-isukehutanandomestik.Kesepakataninidiperkirakanakanberjalandenganlebih baik apabila dilakukan dengan Instansi Umum Cina (China Custom Agency)yangmemilikikewajibandalamhalpenyaringanproduk-produkimpor.Walaupundemikian,selamapertemuanbisniskepemimpinan(Business Leadership Meeting)untukpembalakanliardiHongKong,IndonesiadanCinamengadakanpertemuan terpisah untuk membicarakan kesepakatan-kesepakatan yang harusdiambil sebagai bentuk kerjasama lebih lanjut. Sebagai upaya tindak lanjut,TNCmengambilinisiatifuntukmemfasilitasikunjunganinformalolehSFAkeIndonesia pada akhir 2006, yang akan dilanjutkan dengan konferensi tentangpembalakanliardiBeijingpadatahun2007mendatang.

PengaruhCinaterhadapkondisikehutanandiIndonesiamungkinakansangatbergantung pada besarnya porsi impor Cina terhadap produk perkayuan dariIndonesia, yang nantinya akan diolah dan di ekspor kembali ke pasar denganlebih memperhatikan kebutuhan pasar akan pelestarian lingkungan. AmerikaSerikat,JepangdanHongKongadalahimportirutamaprodukperkayuanCina,dengandukunganUniEropayangterusmeningkatkanperanpentingnya.EksporkeAmerikaSerikatdannegara-negaraanggotaUniEropamengalamipeningkatanyangcukupberartisejaktahun1997.20Sejak,hampirkeseluruhankayumerantidengankualitasutamayangberasaldariIndonesiadiolahdiCinadanproduknyadipasarkankepasarinternasional,sebagianbesarkayuIndonesiayangdatangkeCinabaiksecaralegalmaupunillegaldiperuntukkanuntuktujuaneksporulang.

20Whiteet al.2006.

Emile Jurgens   |  ��

3.2 Pembelajaran dari kondisi permintaan terhadap produk kayu yang lestari dari Indonesia

Kebutuhan pasar akan produk hutan yang bersertifikat dan legal dipicu oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya adalah kebijakan pembelian dari perusahaan dan kebijakan pemerintah terkait dengan peraturan impor. Berdasarkan pengalamanyangdiperolehdarihasilkegiatanAliansimenyatakanbahwa proses di pemerintahan mengambil peran yang sangat penting dalampeningkatankebutuhanakanprodukhutanyanglestaridariIndonesia.Proses-prosesinimemilikipengaruhyangbesarterhadappermintaanbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsung:

• Pengaruh langsung terhadap kebijakan pembelian publik yangmempengaruhi penggunaan kayu pada proyek konstruksi publik.Pada beberapa negara, hal ini menggambarkan besarnya imporproduk perkayuan dari Indonesia. Kebijakan pembelian publik yangmensyaratkanpenggunaankayulegalataukayudengansumberyanglestariuntuk kontrak-kontrak konstruksi publik mengakibatkan banyaknyaperusahaanmencarisumberkayuyanglegaldanberasaldarisumberyanglestari. Pemerintah Inggris, Belanda dan Belgia memiliki persyaratanyangketatuntukdalamaspeklegalitasdankelestariandariprodukkayuyangdigunakanpadakontrak-kontrakmereka.HalinimenggambarkanadanyapersyaratanpembelianpubliktelahberpengaruhbesarterhadappasarkayuIndonesiadansangatmungkinuntukberkembang.

• Pengaruh tidak langsung terhadap larangan perdagangan produk kayudari sumber ilegal, dimana peraturan-peraturan tersebut berpengaruhterhadap pembeli swasta dan publik secara bersamaan. Sebagai usahauntukmeresponkebijakanpembangunandanmempromosikankegiatanlebih lanjut, Aliansi telah bekerja sama dengan pemerintah di negara-negaraimportir.

Tidak ada keterangan mengenai kebijakan pembelian dari perusahaan-perusahaan selain pemenuhan terhadap persyaratan kontrak pengadaan oleh publik. Para pembeli mencari kayu yang dapat memberikan bukti legalitas atau kelestarian sumbernya dapat juga dialihkan pada pemasok kayu dengan resiko yang lebih rendah, atau melakukan tekanan terhadap para pemasok mereka untuk melakukan sertifikasi atau verifikasi legalitas.BeberapaperusahaanEropadanAmerikaUtaratelahmemilihuntukmengalihkanpembelian dari Indonesia sebagai akibat dari tekanan LSM lokal. Mengingat

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

sebagianbesarprodukperkayuandariIndonesiadapatdigantikandenganprodukperkayuandarinegara lain,banyakperusahaanmemelihara reputasimerekadibidanglingkungandenganmemilihpemasokdarinegara-negarayangmemilikikontroversi rendah. Sebagai contoh,berkaitandengan skorsingFSC terhadapPerhutani,banyakpedagangJermanmengalihkanpembelianfurniturkebahanEucalyptus yang memiliki sertifikasi dari FSC di Amerika Latin. Hal ini jugaterjadi setelah kampanye Greenpeace di tahun 2004, empat pembeli besarproduk perkayuan dari Indonesia di Inggris menghentikan pembelian kayudariIndonesia.21SaatiniB&Qmembelimelakukanpembelianplywooddalamskala besar dari Brasil dan Travis Perkins, pembeli utama untuk kayu tropis,mengalihkanpembeliannyadariIndonesiakeGhanayangmemilikisumberkayulegalyangterverifikasi.22

Meskipun demikian, beberapa perusahaan memilih untuk tetap berhubungandengan pemasok dari Indonesia. WWF dan TFT telah membantu beberapaperusahaan melalui jaringan pemasaran perusahaan-perusahaan di Indonesiaguna mendapatkan sertifikasi dari FSC untuk produk dasar yang merekahasilkan.Sebagaicontoh,WWFtelahbekerjasamadenganBlueLinkdanLowe’sCompaniesdiAmerikaSerikatuntukidentifikasiHPH-HPHdiIndonesiayangmemilikipotensiuntukmendapatkansertifikasidariFSC,sementaraTFTaktifmembangunjaringanyangmenghubungkanantaraanggotapemasokIndonesiadananggotaprodusennya.

3.3 Hubungan Permintaan dan Penawaran

3.3.1 Pengiriman sinyal pasar ke perusahaan pengelolaan hutanSalahsatuhalanganterbesardalampengirimansinyalpasarkepengelolahutandapat dilihat dari kondisi perdagangan kayu yang terkadang tidak menentudan melibatkan perantara menengah dan perantara atas dalam jumlah yangcukup banyak. Adanya struktur yang berlapis-lapis dalam perdagangan kayumengakibatkanperusahaansulituntukmengetahuiapakahpasokankayumerekaberasaldarisumberyanglegaldanhalinimemberikanimplikasiterhadappedagangyangpeduliterhadapaspeklegalitasdankelestariansumberkayumereka.

21RIIA2004.22SteveCrewe,personalcommunication.

Emile Jurgens   |  ��

Bisnis perdagangan kayu bulat, kayu gergajian, industri lanjutan, agen ataupedagang produk kayu jadi, secara agresif menjaga informasi aliran pasokanmereka supaya tidak tersisih dari pasar. Hal ini mengakibatkan pembeli sulituntukmengubahpersyaratanpasarmerekasecaralangsungkesumberPerusahaanPengelolaanHutan(Forest Management Enterprise–FMEs)dansebagaidampaklangsung terbesar dari kondisi pasar tersebut mereka alihkan ke perusahaan.Berkaitan dengan kondisi tersebut, perusahaan menjadi jaringan yang sangatpenting dalam rantai penyediaan selama mereka mampu melakukan kontrolterhadappenggunaankayupadaprodukmerekadanmemberikanisyaratpasardaripembelikepemasokmaterialdasar.

Banyaknya Perusahaan Pengelola Hutan Indonesia yang beroperasi secaramandiri/terpisahdariperusahaanhilir,mengakibatkan tidakcukupnya insentifuntukPerusahaanPengelolaHutandalammemenuhikebutuhanpasar.Meskipunperusahaan tersebut terintegrasi secara vertikal, FME akan tetap mencaripenawaran tertinggidaripadamenjual secara eksklusif ke industri asosiasinya.FME memilih untuk tidak melakukan investasi sertifikasi hingga perusahaanmemberikaninsentiflangsunguntukkegiatantersebut.

Lebih lanjut, terdapat beberapa jaringan dalam rantai pasokan kayu di luarperusahaan dari pedagang pengecer. Sebagai contoh, hubungan perdaganganinternasionalyangumumdilakukandibidangperkayuanadalah:

• Penjualan dengan kontrak langsung ke pelanggan (customer), meskipunmelaluikantorpemasaranatauagen:haliniumumterjadipadaperdaganganuntukpenjualankeEropadaratan;

• Penjualankeparapedagang(trader),sebagianbesarterjadidiSingapuradanHongKong;dan

• Penjualanuntukperwakilanperusahaanasingyangmelakukanpembeliansecaralangsung.23

DiInggris,tidaksepertidinegaraEropalainnya,agenperkayuanmemilikiperanpentingdalampenentuanperaturanimporkayu.Agen-agentersebutmenanganipemesanan dari perusahaan dan pedagang dan melakukan pencarian terhadappemasok kayu yang dapat membuktikan bahwa kayu tersebut sesuai denganpersyaratanyang telahditentukan. Hingga tahun1980an, agen-agen tersebutmelakukanimporuntuksebagianbesarkebutuhankayudiInggristetapikemudian

23ITTO2003.

�0  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

sebagianbesarperusahaanmulaimelakukanimporlangsungdarisumber-sumbermerekasendiri.24

WilayahperdaganganJepangatauSogoSoshas,memilikiperanpentingdalamdistribusikayutropis. SogoSoshasmelakukanpembelianpaneldomestikdanimpor hingga 70%. Mereka berkeinginan untuk mencapai skala global danmendominasiseluruhindustrieksporimpor.BeberapaSogoSoshasterintegrasisecara vertikal terhadap beberapa aspek perdagangan kayu tropis.25 CabangperusahaandariMarbeni, Itochu,SumitomoCorporation,SumitomoForestrydanSojitzumengambilperandalampembelianplywooddariIndonesia.26Merekamembeliplywooduntukdijualkembalikepenjualyangmenjualkembalihampir95%produktersebutuntukproseslanjutandandistribusiulang.27

Seiring dengan runtuhnya jaringan pemasaran APKINDO pada tahun 1998,perusahaanplywoodharusmelakukanpencarianpasarmerekasendiridanuntukkepentinganpemasaranlangsungdariparapedaganberkembangdengansangatbaik. Penjualan ke pedagang mungkin hanya mengambil seperempat bagiandari ekspor plywood Indonesia. Penjualan ke Timur Tengah sebagian besardimonopoli oleh pedagang dari Singapura, penjualan ke Cina kadang-kadangdiambil oleh pedagang-pedagang yang berpusat di Hong Kong dan penjualankeAmerikakadang-kadangdilakukanmelaluirumahdagangJepang.Beberapapengguna akhir, seperti perusahaan konstruksi dan perusahaan furniture besardiJepangdanEropa,meningkatkanperanmerekadalammenciptakanjaringanpasar langsungkeprodusenuntukmemotongalirandariperusahaan importertradisional.28

Hasildarirantaipasokanyangtidaktransparanmengakibatkanimportir-importirmelakukan pengkajian kembali terhadap sumber kayu mereka dan mencobamenjembatani kekosongan informasi antara mereka dengan hutan (sumberbahanbaku).Kondisiinisangatberartibagiperusahaan-perusahaandiIndonesiayang telahbekerja samadenganorganisasi sepertiWWFFTN,TropicalForestFoundation(TFT)danTropicalForestTrust(TFT)untukmelakukanidentifikasiterhadapsumberkayuyanglegaldanlestari.

24Gale1998.25Cashoreet al.2004.26MutaiHashimoto,personalcommunication.27ITTO2005.28ITTO2005.

Emile Jurgens   |  ��

3.3.2 Insentif untuk perusahaan-perusahaan IndonesiaSeiringdenganhadirnyaprodukpenggantiyangmurahuntukprodukkayudariIndonesiadalamskalabesar,halinimemungkinkanbahwakebanyakandaribiayatambahan untuk legalitas dan pengelolaan kayu yang lestari sepertinya harusditanggungolehFMEsdengandukunganperusahaandanindustrihilirlainnyadalamrantaipenyediaan.BerdasarkanpernyataanITTO,“kondisipasardimanakayu-kayutropistidakdapatdigantikandanuniksangatterbatas,dankarenanyahargaprodukharusdiaturpadatingkatyangtepatuntukmenjagakompetensinyadenganprodukyanglain,tidakhanyaprodusenkayutropisyanglain.”29Adanyapenggantianprodukkayukeproduknonkayusepertiplastikdanbaja,yangterusmeningkat,menjadikanpasartidakmemungkinkanmenyerapsetiappeningkatanhargayangberarti.

Insentif yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan Indonesia untukpengelolaanhutanlestariakanmemungkinkanmerekauntukmempertahankanatau memelihara akses ke pasar yang lebih stabil yang menawarkan kondisiperdaganganyangcukupbaik.FaktamenunjukkanbahwapasarEropadanJepangadalah pasar yang sangat penting bagi eksportir produk perkayuan Indonesia.Pada April 2004, Uni Eropa mengeluarkan persyaratan struktur plywooduntukkekuatandanperaturankeselamatan(”CE marking”),danmengacupadaketeranganAPKINDO,banyakperusahaanplywoodIndonesiabersediauntukmemenuhipersyaratantersebutsebagaiusahauntukmemeliharaaksespasarkeUniEropa.30AdanyakenyataanbahwasebagianbesarHPHtelahberupayauntukmendapatkan sertifikasi mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan untukmeningkatkan keuntungan dari akses pasar yang berkelanjutan.Terdapat jugaanekdot yang menyatakan bahwa Cina sepertinya bukan pasar yang menarik,seiring dengan rendahnya harga dan kurangnya praktisi bisnis yang ramahdibandingkandenganEropadanJepang.

KelanjutanakseskepasarEropadanAmerikaUtarasangatpentingbagiprodusenIndonesia karena pencarian pasar baru dapat meningkatkan biaya yang cukupsignifikan. Produser Indonesia berusaha untuk memelihara hubungan bisnisjangka panjang dengan dua alasan. Pertama, transaksi bisnis Indonesia terkaiteratdenganhubunganpersonalyangmemerlukanwaktuuntukmembangunnya.Kedua, nilai dari hubungan-hubungan tersebut akan terus meningkat selamaperusahaan dapat menyesuaikan teknologi prosesing yang digunakan untuk

29ITTO1999.30APKINDO,personalcommunication.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

memenuhikebutuhanspesifikdaripembeli,danmembuatmerekamemproduksiprodukdengannilaitambahyangtinggi.

Potensi keuntungan finansial lain yang diperoleh produsen dari pemenuhanpersyaratan pasar akan aspek lingkungan adalah bahwa hal ini mungkin akanmemperpendekrantaipasokanolehpasar.HasilpekerjaanyangdilakukanolehWWFGFTNtelahmembuktikanbahwapembeliprodukperkayuanIndonesiadiEropadanAmerikaUtaraseringmenemuirantaipasokanyangcukupkompleksdanterkadangtidakpedulidengansumberkayuyangmerekabeli.Kepedulianpembeli terhadap aspek lingkungan meningkatkan pemahaman akan perlunyabiayaterhadaprantaipasokanmerekauntukmenghindariresikodarikayuillegalatau kayu dengan sumber yang meragukan masuk ke dalam rantai pasokanmereka. Padabeberapakondisi,pembeliberusahauntukmengadakankontakdenganFMEs IndonesiayangmemilikipotensiuntukmengeluarkanverifikasilegalataukayudengansertifikasidariFSC.Halinimenjadipotensibesaruntukmendapatkan keuntungan bagi perusahaan, selama mereka dapat menangkappendapatanyangselamainimenjadibiayatransaksiyangdiambilolehperantaradalamrantaipasokan.HalinisangatrelevanuntukFMEsdalamskalakecilyangtidakmemilikiakseslangsungkepasarluarnegeri.

Insentif untuk Jaringan Pasar Langsung: Hutan Jati RakyatPadaprodusenjatiskalakecil,kemungkinanuntukakseslangsungkepasarakanmenjadiinsentifterbesaruntuksertifikasi.Produsenskalakecilyangmengelolablokjatidenganukuranantarasatuhinggasepuluhhektarmemilikiaksespasaryang terbatas secara individu di bawah pedagang perantara yang mengambiluntung jauh lebih besar. WWF bersama dengan partner sedang membangunjaringan pemasaran antara masyarakat diWonogiri dan pembeli dari Belanda,yangmemilikiketertarikancukupkuatdalamkemitraanjangkapanjangdengandua kelompok masyarakat. Melalui kegiatan ini dilaporkan bahwa Wonogiriseharusnya dapat memperoleh harga lebih dari dua kali lipat dari harga yangmerekaterimasebelumnya.

Pada skema yang sama dengan dukungan dariTFT di Sulawesi Selatan, kayujati dari hutan yang mendapatkan sertifikasi pengelolaan hutan oleh koperasimasyarakat dari FSC akan dijual langsung ke perusahaan anggota TFT diIndonesiayangmembatukeuanganproyek.31

31FSCPressRelease,Geneva,May24th2005.http://www.tropicalforesttrust.com

Emile Jurgens   |  ��

Insentif untuk PT. Sumalindo Lestari Jaya untuk Mengikuti SertifikasiPT Sumalindo Lestari jaya (SLJ) adalah produsen plywood dan mixed density fiberboard(MDF)terintegrasiyangberlokasidiKalimantanTimur.KonsesiSLJunitIItelahmendapatkansertifikasidariLEI-FSCpadaJanuari2006.Wilayahkonsesi mereka terletak di kabupaten Kutai Barat dan kabupaten Malinau dipropinsiKalimantanTimurdengantotalarea269.660ha.PadaFebruari2006,SLJIImenjadiHPHpertamayangbergabungdenganWWFFTNIndonesia,NusaHijau.

Sumalindo memiliki beberapa alasan untuk melakukan sertifikasi. Sebagaiperusahaan publik Sumalindo diharuskan untuk beroperasi dalam kondisitransparandanpraktekbisnis yang legal. Hal ini jugaberkaitandengannilaipersediaan SLJ dan kapasitas pinjaman yang tergantung pada kemampuanpengembalian keuntungan di masa mendatang, yang sangat bergantung padakelestarian ketersediaan kayu yang dapat disediakan oleh SFM. Sumalindobersaing dengan empat perusahaan publik lain yang terkait dengan sektorkehutanan di Indonesia dan strategi yang diterapkan telah mengantarkannyamenjadiperusahaanglobaldengancitrayangterkenal.BagianinimenjelaskanmengapaSumalindoberusahauntukmengambilbagianutamadalamkelompokkelestarian.Perusahaaninitelahmendapatkantekanandaripemerintahuntukmeningkatkankinerjanyadanlolosatasaudityangdilakukanpemerintahpadatahun2004.PotensikeuntungantambahandarisertifikasidiSumalindoadalahkemungkinanuntukmenjualkayudengansertifikasikeperusahaanfurnituryangsedang mencoba untuk menggunakan bahan baku dari kayu rimba campuransebagaipenggantikayujatibersertifikat.

SertifikasiSumalindotelahmeningkatkanketertarikanbeberapaimportirplywoodutamadiInggrisyangmelihathalinisebagaivalidasiuntuktetapberhubungandengan sektor perkayuan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini telahmenyatakankeinginannyauntuktetapmelakukanpembeliandariSumalindodimasamendatang.32

32GeorgeWhite,personalcommunication.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

3.4 Pembelajaran pada ketersediaan produk kayu yang lestari dari Indonesia

Perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki respon yang kurang terhadap kebutuhan pembeli yang tidak melakukan perdagangan dengan mereka karena adanya biaya yang cukup besar dan resiko terkait dengan pengalihan pasar dan perolehan keuntungan yang belum jelas. Meskipunapabilapembelimenawarkanhargayangcukuptinggi,perusahaantidakdapatmerespondenganmudah. WWF dan TNC mendapatkan pengalaman bahwa sebagian besarprodusen plywood, termasuk Sumalindo, telah memiliki hubungan jangkapanjangdenganpembeliyangtidakakanmenimbulkanresikoterhadapmereka.Hal ini dikarenakanbiaya yangdikeluarkanuntukmembentuk jaringanpasarbaruakanberpengaruhterhadappasokankepembeliyangadadalamhubunganbisnissaatini.Saranyangdiberikandalamhaliniadalah,bahwaterbentuknyapasar berdasarkan pendekatan konservasi akan berjalan dengan sukses apabilapembeliterusmelakukanhubunganbaikdaripadamemboikotprodukperkayuanIndonesia.

Beberapa anggota WWF GFTN telah menghentikan pembelian kayu dariIndonesiadanhaltersebutsepertinyaakanmenjadipenghalangbagiNusaHijauuntuk mempromosikan sertifikasi. Aliansi telah merespon hal tersebut denganmendorong perusahaan-perusahaan yang masih memiliki hubungan bisnisdengan Indonesia untuk tetap berhubungan. Sebagai contoh, WWF melaluiGFTN,telahmendukungperusahaansepertiBlueLinkdanLowe’sCompaniesuntuktetapbekerjasamadengansuppliermerekasaatini.Padasisilain,TNCtelahbekerjasamadenganfederasiperdagangankayudiEropauntukmendorongmerekaagartetapberhubungandenganIndonesia.Pendekatanyangdilakukanoleh Aliansi untuk sertifikasi, termasuk didalamnya adalah verifikasi legalitas,menjadikomponenkuncidaristrategiuntukmenghadapitantangansertifikasidiIndonesiadenganmengajakpembeliyangsensitifterhadapisulingkunganuntukmendukungperkembanganprogramtersebut.

Faktor lain, selain dari harga dan kerangka waktu yang ingin diketahui olehperusahaan dalam jaringan pasar adalah kelas produk yang diakomodir dalamkemitraan.Seiringdengansemakinbanyaknyapabrikyangberoperasidibawahkapasitasindustrikarenaketerbatasanbahanbaku,merekaperlumemaksimalkankeuntunganuntuksetiapmeterkubikkayubulat.Haliniberartibahwapabrikmemerlukan pasar untuk produk dengan kualitas kelas dua dan kelas tiga,dan lebih memilih untuk memperoleh pembeli yang kurang spesifik dengan

Emile Jurgens   |  ��

keperluannya.Berdasarkanhaltersebut,faktor-faktoryangmungkinmembatasirespon permintaan pembelian pasar berdasarkan yang disediakan oleh WWFGFTN adalah kecenderungan dari kelas spesifikasi yang rendah. Beberapapermintaan pembelian tersebut sesuai untuk pedagang besar dan broker kayuyangmelakukankesepakatandenganpembelitradisionaldiEropadanAmerikaUtara, yang kemungkinan mereka tidak sesuai untuk pabrik palywood yangsedangmencaripasaruntukkeseluruhanproduknya.

Pilihan pembeli terhadap kayu legal dan lestari seringkali “tidak terinformasikan dengan baik” dari konsumen di rantai pasokan akhir melalui perantara terhadap sumber FME. Sepertipadadiskusi sebelumnyadibagian3.2 dan 3.2.2 adanya lapisan dalam struktur perdagangan kayu menyulitkanperusahaanuntukmengetahuiapakahbahanbakumerekaberasaldari sumberyanglegaldanlestari.

WWFmerekomendasikanpembeliuntukmemintapemasokmerekamenyertakaninformasi terverifikasi mengenai sumber kayu dalam produk mereka. Apabilapemasokhendakmenghindarikesalahanpemberianinformasiterhadappembelimereka,makamerekaperlumelakukanpemeriksaanlebihlanjutterhadaprantaipasokanmerekasendiri.Berdasarkanteori,haliniharusnyamenjadihasildarikegiatanlacakbalakkesumberkayudihutanseiringdenganadanyakesamaanpertanyaanyangdilontarkanolehrantaipasokansecaraberturut-turutmengenaisumber kayu, apakahberasal dari hutan yangdikelola dengan baik atau legal.Meskipundemikian,padaprakteknyapedagangperantaraseringkalimenutup-nutupiinformasimengenaihaltersebutkarenaketakutanakankompetisi,ataubahkanmemberikaninformasiyangberlebihankepadakonsumententangresikoapabila terjadi pemutusan terhadap rantai pasokan mereka. Hasilnya adalahbahwaspesifikasiterkaitdengankewajibanterhadapsumberpadabagianakhirrantaipasokanseringkalitidakdikomunikasikandenganbaikpadasebagianbesarpermulaanrantai.

Perusahaanmemerlukantransparansidasardalamrantaipasokanmerekasebagaidasar untuk mencari integrasi vertikal terbesar untuk mengurangi jumlahjaringanyangharusdilaluiolehsumberkayu.Apabilakecenderunganiniterusberlangsung,agenkayuakanmenghadapiresikotekanan,ataumungkininventoriulang terhadap diri mereka sendiri sebagai agen dengan “kewajiban pencarikayu”.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Kelemahan pemerintah di bidang kehutanan merupakan penghalang bagi investasi pengelolaan hutan lestari di Indonesia. Pada sebagianbesarHPHterdapatkesenjanganyangcukupbesarantarapraktekkehutananyangsaat inidilakukandenganhal-halyangmenjadipersyaratandalamskemasertifikasiLEIatauFSC.TidaksepertipraktekkehutanandiEropadanAmerikaUtaradimanasertifikasi pengelolaan hutan lestari lebih diutamakan pada norma industri,sebagian besar praktek kehutanan di Indonesia dilakukan dengan tidak lestaridan bahkan ilegal. Karenanya, perubahan yang signifikan di bidang praktekoperasional sangatdiperlukanuntukmencapai sertifikasidi Indonesia,dengankebutuhanwaktuyangsignifikansertainvestasimodal.

Praktek pembalakan liar dalam skala luas juga memiliki implikasi pentingdalampelaksanaansertifikasi.Ketersediaankayuyangdipanentanpadilengkapidenganpembayaranroyaltidanpajakakanmemicuterjadinyapenurunanhargakayu di pasar dan mengurangi investasi jangka panjang di bidang kehutanandanpengelolaanhutan. Adanyapembalakan liar yang tidak terkontrol dalampengusahaanhutanjugadapatmenjadipenghalangpengusahaanhutantersebutuntuk mendapatkan sertifikasi. Hal ini dapat menimbulkan masalah apabilapenebangliarataumasyarakatterlibatdalamkegiatanpembalakanliartersebut.Isu-isu di pemerintahan lainnya yang dapat menghalangi perkembangansertifikasi adalah ketidakpastian iklim bisnis di sektor kehutanan. Setelahera Soeharto kehilangan kekuasaannya, pemerintahan di bidang kehutananmengalamiperubahandrastisdarisentralisasimenjadidesentralisasidankembalilagi pada kontrol sentralisasi. Sektor inimasihdalamproses pengaturan, danperusahaan perkayuan banyak mengajukan keberatan mengenai kesenjangandalamhaltransparansidanprediksimengenaikebijakankehutananyangsaatinidijalankan.Sebagaicontoh,padakebijakan‘soft landing’,DepartemenKehutananmemutuskan jatah tebang tahunan untuk skala Indonesia dalam jumlah yangsangat rendah dibandingkan dengan kebutuhan material kayu legal yang ada.Perusahaan-perusahaanmitrakerjaTNCmenghadapipermasalahandalamhalperpanjangan ijin tebang dengan alasan yang tidak jelas. Sebagai contoh PTDaisyTimberharusdikeluarkandariujipercontohanlacakbalakkarenaadanyajedawaktudalampersetujuanRencanaPengelolaanTahunan(RKT)dariDinasKehutananpropinsi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, insentif utama untuk mencapai sertifikasidi Indonesia mungkin dapat dicapai dengan mengurangi kuota tebang danpendampingan lainnya atau insentif dari Departemen Kehutanan untuk

Emile Jurgens   |  ��

perusahaanpengusahaanhutanyangmemperolehsertifikasi.Berdasarkanhal-haltersebut,SumalindotelahmemperolehperpanjanganijinpengelolaanpengusahaandiluarkebiasaanuntukkembalimendapatkansertifikasidariFSC.InsentifdaripemerintahdiberbagaisisidapatmenjadipemicuutamasertifikasidiIndonesia,berdasarkankasusSumalindoyangmemperolehperpanjanganijinpengusahaandiluarkebiasaan,dantidakberhubungandenganusahamerekauntukmencapaisertifikasi.Walaupundemikian,AliansimenemukanadanyadukunganpentingdaripemerintahuntuksertifikasidanWWFNusaHijauberharapuntukmelakukanfasilitasilobiuntukmendapatkaninsentifdaripemerintahbagiparaanggotanya.Terkaitdenganhaltersebut,TNC,WWFdanOrganisasiKeuanganInternasional(IFC)sedangmelakukanstudimengenaiaturandalaminsentifpemerintahuntukmempromosikansertifikasi. StudidilakukandenganidentifikasikemungkinaninsentifyangdilakukanolehAliansikeDepartemenKehutanan.

�� 

4. Pembelajaran dalam Promosi Verifikasi Kayu Legal

4.1 Penentuan ‘Kayu Legal’Beberapa importer kayu Indonesia memiliki perhatian lebih pada sisi legalitaskarenamerekamelihathal ini sebagai langkahawalmenujukelestarian sumberbahanbakukayudaripadasebagai sebuahtujuanakhir.Padabeberapapemainpasarbesardi sektor swasta,motivasiuntukmencaripemasokkayu legal lebihdipengaruhi oleh kampanye yang dilakukan oleh LSM yang melawan merekadan/atau mitra kerjanya. Hal ini menjadikan perusahaan-perusahaan tersebutsecara prinsip memiliki perhatian terhadap konsesi standarisasi legalitas yangdiadopsi oleh LSM tersebut. Peran penting dalam perencanaan standar yangmemilikikonsensusantaraparapihakdiIndonesiadilakukanolehTNCmelaluikoordinasidenganUK-RIMoUsebagaiprosesuntukmelawanpembalakanliar.Berdasarkan pada komunitas aktivis para pihak, keberadaan kayu legal dariIndonesiamenjadisangatsulit.Halinikarenaprodukhukumyangdirencanakanuntuk melindungi hak masyarakat di sekitar hutan diabaikan pada saat hakpengusahaan hutan diberikan kepada perusahaan perkayuan. Sebagian besararea hutan di Indonesia didiami oleh masyarakat adat dan atau lokal, dansebagianbesarperusahaanperkayuanmenyertakanmasyarakattradisional,atauadat, menuntut areal hutan tersebut. Hasil studi yang dilakukan ICRAF danWALHImenunjukkanadanyasedikit,jikaada,HPHyangdapatmembuktikankeberadaannyaberdasarkanpersyaratanhukumyangada.Khususnyaberdasarkanketentuan yang terkait dengan deliniasi hutan negara dan areal HPH, sertaketerlibatankonsultasimasyarakat yang jarangdiikutsertakandalamdokumenyangada.Padakenyataannya,diperkirakanhanya10%dariarealhutannegarayang dideliniasi dengan baik dan benar oleh Departemen Kehutanan, danpenebanganyangdilakukanpada90%areallainnyasecarateknikdilakukansecaraillegal.PersentasedariHPHyangadaberdasarkanlembaranresmiDepartemenKehutanandenganzonahutannegarabahkanmungkinlebihrendah.

Berdasarkanalasan-alasantersebut,fokuslegalitaskayudariIndonesiamasihkontra-produktif.Merekaberpendapatbahwakayulegalterverifikasiakanditerimaoleh

Emile Jurgens   |  ��

kalanganluassamasepertikayuyanglestari.Merekamengutiphasilpenelitianyangmenunjukkanbahwa sistemTPTI tidak cukupuntukmelindungi fungsilingkungan yangdiberikanolehhutan.Mereka jugamemberikan argumentasibahwadarisisisosial,penerimaanlegalitaskayuyangdipanendenganmengikutiaturandanketetapanyangada,berartimengesahkankerangkalegalitasyangtelahmemarjinalkanmasyarakatdi sekitarhutan,danmungkinmemilikikontribusidalam pelanggaran hak asasi manusia, terutama untuk produk hukum dalamproses reformasi yang diawali dengan jatuhnya era Soeharto. Secara kebetulanketetapan-ketetapanyangdibuat antara strukturpemerintahmengenai standarlegalitasmendukungperubahanprosesdansecaraaktifmendorongpemeliharaanstandartersebutsesuaidenganreformasihukum/peraturan.

4.1.1 Inggris-RI MoU Standar LegalitasSertifikasi hutan, seperti yang dipromosikan oleh FSC dan institusi lainnya,dilakukan untuk menyediakan informasi prinsip mengenai kelestarian kepadakonsumen,denganberdasarpadapemenuhanpersyaratanlegaldariperusahaanpengelolaanhutan.TNC telahmelakukanusaha selama lebihdari tiga tahun,denganberkolaborasidenganDFiD,untukmerancangstandarlegalitasbersamauntukIndonesia,sepertikemungkinanpenerapansistemlacakbalakdanverifikasiyangdapatdiaplikasikandilapangan.

MoU antara Inggris-RI untuk melawan pembalakan liar, yang ditandatanganipadaApril2002,dilengkapidenganrencanakegiatanyangmencakuppenegasanmengenaipembalakanliarsebagaiagendautama.Butirpertamadanketiga(A1danA3)padarencanakegiatandalamMoUmemilikihubunganlangsungdengandefinisidaripembalakanliar:

• Adopsidefinisikerjatentangpembalakanliar.• Mengkajiulangmengenaihutandankehutananterkaitdenganperundang-

undangan, termasuk peraturan desentralisasi, konstitusi, perundangankehutanan,peraturan,regulasi,ketetapan-ketetapan,peraturanperdagangandantransportasi.

Sebagai hasilnya, DfID Inggris melalui tim konsultan melakukan pengkajianulangmengenaipenerapanhukumdi Indonesia,dan selanjutnyabekerja samadengan TNC untuk menyusun standar legalitas dan sistem lacak balak kayuuntukIndonesia.TNCdengantimkonsultanURS/SGSmelakukankonsultasidengan para pihak dari berbagai kalangan melalui wawancara, kuisioner danworkshopberkaladi tingkatkabupaten,provinsidannasional,parapengusaha

�0  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Box 1. Prinsip Legalitas untuk Praktek Kehutanan dan Industri Perkayuan di Indonesia

“Kayu disebut legal apabila validitas asalnya, ijin tebang, sistem dan prosedur pemanenan, dokumentasi administrasi dan transportasi, proses, dan perdagangan atau pengirimannya dapat memenuhi persyaratan legal yang diperlukan”.

Prinsip 1. Kepemilikan Lahan dan Hak PenggunaanStatus legal dan hak kepemilikan unit pengelolaan hutan dapat didefinisikan secara jelas dan batasnya telah disahkan dengan jelas melalui dokumen negara. Perusahaan yang terdokumentasi, memiliki hak secara legal untuk melakukan pemanenan hutan dalam batas-batas yang telah ditentukan, dan hanya melakukan pemanenan pada batas-batas tersebut.

Prinsip 2. Dampak Fisik dan Sosial LingkunganPerusahaan memiliki Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang mencakup unit pengelolaan hutan yang disusun pada proses perencanaan, dan secara umum dapat memenuhi persyaratan legal, fisik, sosial dan lingkungan dalam AMDAL, seperti persyaratan yang diperlukan dalam kegiatan pengawasan dan pelaporan dari pelaksanaan AMDAL.

Prinsip 3. Hubungan Kemasyarakatan dan Hak KetenagakerjaanPerusahaan dilengkapi dengan kewajiban legal dalam menjamin peningkatan kualitas hidup masyarakat yang terkena dampak kegiatan dalam cakupan unit pengelolaan hutan, sebagai persyaratan untuk pelayanan terhadap masyarakat lokal, dan tingkat kehidupan serta keselamatan kerja dari para pekerja dalam unit pengelolaan hutan.

Prinsip 4. Peraturan dan Perundangan Pemanenan HutanPerusahaan melakukan perencanaan hutan, pemanenan dan kegiatan lain dalam unit pengelolaan hutan memenuhi semua persyaratan dalam peraturan-peraturan pemerintah.

Prinsip 5. Pajak KehutananPerusahaan membayar seluruh kewajiban, royalti, pajak-pajak dan biaya-biaya legal lainnya terkait dengan unit pengelolaan hutan dan daerah asal kayu yang dipanen.

Prinsip 6. Identifikasi kayu, Pemindahan dan PengirimanPerusahaan memastikan bahwa transportasi kayu dari unit pengelolaan hutan dapat diidentifikasi secara jelas, memiliki dokumen terkait yang benar dan dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah yang ada.

Prinsip 7. Proses dan Pengiriman KayuFasilitas prosesing kayu dan perusahaan pengiriman memiliki ijin yang jelas dan dijalankan dengan berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku.

Emile Jurgens   |  ��

kehutanan dan masyarakat sekitar hutan, seperti perwakilan LSM, organisasikemasyarakatan,akademisidanpengamatkehutanansertainstitusiinternasionallainnya.Berdasarkanhasilkonsultasitersebut,draftlaporantentangpenentuandefinisilegalitasdisajikanolehtimURS/SGSkepadaTNCpadaNovember2003.Definisi legalitas inikemudiandijabarkandalamtujuhprinsipyangmencakupkriteriadanindikatorsepertiterteradalamBox1.

Berdasarkan publikasi draft standar legalitas, jelas bahwa standar kepemilikansangatdiperlukandiIndonesiasehinggaTNCmemutuskanuntukmengadopsiperanyangkurangpentingdalamproses.StandartersebutsecaraumumdiambilaliholehLEIuntukdikembangkandenganfasilitasdarikomitepengarah(steering committee) untuk pengembangan standar lebih lanjut, yang secara khususdiserahkanpadakelompokkerjauntukmelakukaninterpretasiprofessionaldariperaturanyangadauntukpengembanganstandardalamversiselanjutnya.

4.1.2 Manual “Penetapan legalitas” dari WWFPadaprosespenyusunanmanual“Penetapanlegalitas”,WWFmenemukanbahwaperusahaan-perusahaanperlumenyeimbangkankerangkaisuperhatianlegalitasolehparapihakdengankeperluanbiayaaudit.Pendekatankomprehensifuntukpenentuanlegalitasprodukkehutanandapatmencakupbeberapaisudiluarsektorkehutanan(sebagaicontoh,ketaatandalambidanghukumterkaitdenganpajak,ketenagakerjaan, kesehatan, korporasi/badan hukum, transportasi, adat, polusiataupencucianuang);hal-hallaindiluarperkayuan(penyelesaianakhir,material-materiallain,pengepakan)danbeberapafaseproduksi(pemanenan,pemuatan,pengiriman, pengolahan, perdagangan dan penggunaan akhir). Secara khusus,pendekatanlebihdalamdapatdilakukanuntukmencapaiprosedurpendapatanijin pengusahaan hutan, termasuk di dalamnya ketaatan untuk perencanaanhukum,persyaratandalamAMDAL,prosedurtender,persyaratan“keterbukaan”tenderdantidakadanyakecurigaankorupsidankolusi.

Sebagaiusahauntukmenjauhkanpembelianlangsungdariprodukyangberasaldaripembalakan liardanbantuandarioperator legal,perusahaansangatperluuntukmengetahuiartidari“legal”atausumberyangterpercaya.WWFGFTNmenyusunduatingkatpendekatanuntukpenetapandankelengkapanverifikasilegal(lihatTabel1dibawah).Pendekataninidisusununtukmemastikanbahwainvestasiperusahaandalampengawasanlegalitasmerupakanproporsiresikodariprodukyangmengandungsumberkayuillegal.WWFmerekomendasikanbahwapemasokyanggagalpadakategoriresikorendah(berdasarkantingkatpenilaian

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

resiko) untuk diverifikasikan dengan menggunakan pengawasan kelengkapanlegalitasdasar.Sumberresikotinggimemerlukantingkatanalisisyanglebihbesar,sepertiditetapkandalampengawasankelengkapan legalitaspenuh.Pendekataninimengasumsikanbahwapengawasanlegalitasmerupakanresponutamauntukpermasalahan pembalakan liar dan berdasarkan hal tersebut difokuskan padakegiatanrantaipenyediaanyangterkaitdenganpembalakanliar.

Pada penentuan legalitas sumber kayu, kategori dasar dikenal sebagai ‘sumberdenganijinyangdiketahui’(‘known licensed source’).Verifikasibahwakayupadaprodukperkayuanberasaldarisumber dengan ijin yang melibatkanpengawasanbahwa kayu yang digunakan benar-benar berasal dari unit pengelolaan hutan

Tabel 1. Sumber dengan ijin yang dikenali dan kayu legal terverifikasi

Pemeriksaan kelengkapan dasar legalitas

Sumber dengan ijin terkenali

• Pembeli mengetahui dimana pohon tersebut tumbuh dan dapat mengidentifikasi pihak pemanen.

• Pihak pemanen memiliki ijin legal untuk melakukan pemanenan (memiliki ijin pemanenan dan wewenang dari pemilik hutan).

• Rantai pemeliharaan (Chain of Custody) tidak rusak.

Pemeriksaan menyeluruh terhadap kelengkapan legalitas

Kayu legal terverifikasi

• Kayu dipanen secara legal.

• Seluruh biaya dibayarkan.

• Kayu diperdagangkan secara legal (termasuk kelengkapan dalam hukum CITES).

• Audit kelengkapan legalitas oleh pihak ketiga dilakukan dan rantai pemeliharaan (CoC) terverifikasi.

• Memenuhi persyaratan dalam Prinsip 1.1 dan 1.2 dari FSC serta pemeriksaan legalitas impor dan ekspor.

Emile Jurgens   |  ��

yang memiliki ijin legal untuk melakukan pemanenan. Pada hal ini pembelisangat perlu untuk (a) mengetahui lokasi geografi dari sumber kayu, dan (b)melakukan konfirmasi bahwa pelaku pemanenan memiliki hak legal untukkegiatanpemanenan.Halinitidakmelibatkanprosesverifikasibahwakayuyangdigunakan pada produk perkayuan benar-benar dipanen dan diperdagangkansecara legal. Sebagai contoh,kayuyangdigunakanmungkinditebangdenganmelanggar ijin tebang, royalty yang mungkin tidak dibayar, atau kayu yangmungkindieksporsecaraillegal.Halinijugatidakmelibatkanverifikasipihakketigapadarantaipemeliharaan(Chain of Custody - CoC).

Pada kategori kedua, keperluan untuk analisis pada tingkat yang lebih tinggi,dideskripsikansebagai‘legalitasterverifikasi’.Padakategoriinipembelidimintauntuk membuktikan bahwa, sebagai bukti kepemilikan ijin legal untukpemanenan,pihakpemanenmelengkapipersyaratanhukumpadasaatpemanenankayusertaeksporimporkayusecaralegal.Kategoriinijugamensyaratkanadanyapenelitianpadatingkatyanglebihtinggimengenairantaipemeliharaan.WWFmerekomendasikan kepada para pembeli untuk melakukan pemeriksaan padatingkatyanglebihtinggipadasaatkayuillegaldenganresikoyanglebihtinggimemasukirantaipersediaanmereka.Sistemsertifikasipengelolaanhutanyangmemerlukan adanya audit rantai pemeliharaan (CoC) yang independen dapatjugadigunakanuntukmembuktikankeberadaankelengkapanlegalitasnya.

4.2 Pembelajaran dari Penentuan Kayu “Legal”Peraturan pemerintah dalam verifikasi kayu ’legal’ sangat penting dilakukan mengingat pemerintah merupakan pemegang wewenang dalam hal legalitas. Hal ini sekaligus menjadi suatu dilema saat beberapa pihak yang mengajukan sertifikasi biasanya menjadi kurang percaya dengan sistem pemerintahan yang ada. PemerintahIndonesiamembuathukum-hukumdanperaturan-peraturanuntuk mengatur kehutanan di Indonesia. Hukum-hukum tersebut kemudiandiaplikasikan dan diinterpretasikan oleh pejabat pemerintah serta institusipemerintahterkait.Padalangkahselanjutnya,hukumdibidangkehutananhanyadapatdiperbaikiataudisusunulangoleh legislatifdenganmempertimbangkanmasukandariDepartemenKehutanansertainstitusipemerintahterkaitdengankeberadaanarealhutan.

Padasisipengaturan,ataunon-voluntary,pendekatanolehinstitusipubliksepertirencanakegiatanEUFLEGT,yangjugadimotivasipenuholehkeinginanuntuk

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari, sepertinya akan dihalangi olehperaturan WTO terkait dengan batas-batas pembebasan tarif. Terkait denganhalangan-halangantersebut,EUdananggotaindividuWTOmenyatakanbahwamerekaterpaksamenerimastandarlegalitasyangdipromosikanolehpemerintahIndonesia.Sebagaicontoh,skemalegalitasijindidalamrencanakerjaEUFLEGTdirancanguntukbekerjadenganlegalitasijinyangdikeluarkanolehpemerintahdarinegara-negarapengekspor.

Padasaatsebuahaturanmainuntukauditorpihakketigadanverifikasilegalitassukarelamemenuhipersetujuanpemerintah,kondisiiniakanmemerlukansistemyangsecaraadministrasidikelolaolehpemerintah.Berdasarkanpadahaltersebut,StandarLegalitassangatpentinguntukdiadopsiolehpemerintah.

Kesepakatan mengenai kriteria legalitas menimbulkan pertanyaan sulit bagihubungan antara petugas pemerintahan dan auditor disamping standar yangada.Apakahstandaryangdigunakanmurniuntukevaluasipemenuhanlegalitasdalam industri kehutanan, atau hal ini juga digunakan untuk evaluasi apakahhukumyang ada telahdiaplikasikandenganbenar olehpetugaspemerintahanterkait? Pada kasus lain, apakah konsekuensi dari temuan bahwa sebuahpelaksanaanpengelolaanhutanyangdicederaiolehsebuahkegagalan/kerusakanpenatausahaan/administrasi dalam penerapan/pelaksanaan aturan/hukum?Apabilaakibatlaintersebuttimbuldiluarkontroldarimanajerkehutanan,apakahhaliniberartibahwamanajertersebutharusberhentidan/atautidakakandapatmenyediakankayulegal,sampaipihakyangterkaitdenganpenatausahaandapatmemperbaikikerusakantersebut? Statusapayangharusdiberikanpemerintahuntukpenemuanauditorlepasmengenaiparapetugasyangmelanggarperaturan/hukum di bidang pemberian ijin yang relevan atau persetujuan tebang. Hal-hal tersebut di atas adalah pertanyaan sulit yang harus dijawab sebagai prosespengambilankesimpulandalamstandarlegalitas.

Legalitas harus memenuhi satu rangkaian konsep yang panjang dari kewajiban dalam bidang kehutanan dan pembelian kayu. Tidak semuahukumkehutananbagus;beberapadiantaranyajugaburuk,tidakterbuka,ataupetugasnyayangkorup.Halinimengakibatkanpembelitidakdapatfokuspadalegalitasyangdipandangsecarabaikolehpihakluar.MungkintidakadasatupunHPHdiIndonesiayangmemenuhitujuhprinsipdalamdraft legalitasstandar,dandesakan standar padapenataanbatas yangbenar (gazettal)mungkin akanmengurangi kemauan sebagian besar HPH untuk melaksanakan hal tersebut

Emile Jurgens   |  ��

padamasapertengahankerjanya,meskipunjikamerekasedangmelakukanusahauntuk meningkatkan kualitas dari praktek pengelolaan hutan mereka. Prosesdiskusi mengenai hal tersebut saat ini sedang dilakukan untuk menentukanlangkahterbaikdalamhalaplikasistandar,denganmelibatkanparapihaksecaraproporsionalpadapendekatanbertahapuntukmencapailegalitas.

�� 

5. Pembelajaran Umum

Beberapa kebijakan pemerintah telah berperan sebagai hambatan serius atau dis-insentif bagi perusahaan untuk bergabung dalam program pencapaian pengelolaan hutan lestari. Hal ini secara umum diakui bahwa mekanismesukarela,sepertisertifikasidanverifikasilegalitaspihakketigaindependen hanyadapatberperandalammencarisolusipermasalahandeforestasidanbahwacampurtanganpemerintahmemainkanperanpelengkapyangpenting.Bagaimanapunjuga,pengalamandariAliansimenyarankanbahwadi Indonesiapemerintahanataulebihluastatakelola(governance)jugamerupakanfaktorkritisyangdapatmenentukankesuksesanataukegagalandarimekanismesukarelatersebut.

Peraturan-peraturanpadapemanenandanlalu-lintaskayudiIndonesiasekarangini sangat tidak teratur, berpihak pada produser skala besar, dan menciptakanpeluangkorupsi.Prosespenyusunandarikeseluruhanperijinanuntukoperasionalpengusahaanhutandapatberlangsunglamadanmahalterutamabagipengelolaanhutanskalakecil.Prosesbirokrasiyangberbelittelahmenciptakanpeluanguntukmemperolehpendapatansampingan,dimanakegiataniniberpengaruhsignifikanpada ongkos produksi kayu, yang bermuara pada lemahnya transparansi danpemerintahan. Proses desentralisasi kemungkinan telah meningkatkan bebanpengaturan ketika proses dari reformasi sesaat telah mengarah pada konflikhukumdanketidakjelasantanggungjawabatasaktivitasdisektorkehutanan.

Sebuah perkembangan yang menjanjikan sehubungan dengan mekanismeketerkaitanpasarmerupakanhasildariMoUBilateralyangterkaitdenganFLEGantarapemerintahIndonesiadanpemerintahUK,Cina,Jepang,danjugaskemaperijinan legalitas yang diusulkan dibawah inisiatif EU-FLEG. Pengaruh dariperjanjianiniakantergantungpadakemauandankapasitasdariPemerintahRIuntukmengimplementasikannya.Komponenkuncidariupaya-upayapemerintahRIadalahsistemadministrasikayuyangdipakaiuntukidentifikasipembalakanlegal. Sistem yang ada memiliki kelemahan dari aspek kredibilitas di pasartetapi Dephut sedang mengembangkan sebuah sistem yang diperbaharui yangdirencanakandijalankanpadatahun2007.

Emile Jurgens   |  ��

Pemerintah di negara importir produk kayu dari Indonesia juga memilikidukungan peran yang penting untuk sertifikasi hutan dan inisiatif verifikasilegalitas di Indonesia. Sektor publik adalah sebuah segmen pasar kayu, danmendekati20persendaritotalpermintaankayudiEropayangdigunakanolehlembagapemerintah.Lembagapemerintahumumnyamemerlukanprodukkayuyangdapatdigunakanuntukproyek-proyekkonstruksipublik,dankemungkinanbahwasebagianbesardariprodukplywoodIndonesiadanfurniturmurahdijualdipasarEUyangakanjugadipengaruhiolehkebijakanpengadaandanpembelianpublik.PemerintahdarinegaraimportirjugamengimplementasikanpersetujuanbilateralFLEGdanperjanjianbilateraldanmultilaterallainnyayangberdampakpadaperdagangankayu.AliansitelahmenjalinkerjasamaeratdenganpemerintahJepang,CinadanEropa.

Permintaan produk hutan lestari tidak secara langsung menjadi sebuah kemauan untuk membayar harga tambahan dari ongkos produksi secara lestari. Pengalaman Aliansi menunjukkan bahwa pembeli memiliki kemauanuntuk membayar harga premium, tetapi hal ini tidak cukup tinggi untukmeyakinkan para pemasok untuk memperoleh sertifikasi. Pengalaman NusaHijaudenganPT.IrmaSilindo,sebuahHPHdiPapuaadalahsalahsatucontohkasusnya.PerusahaaninimemeganghakkonsesibaruyangmemproduksikayuMerbau(Instia bijuga)yangmemasokperusahaanfurnitureoutdoordiSulawesi.PT.IrmaSulindomenunjukkanminatuntukmencapaistandarsertifikasisebagaipersyaratanpadaparapembeliyangdikoordinirolehWWFbersediamembayarsekitarUS$1.250/m3untukprodukbersertifikat.Hargatersebutlebihdariduakalihargapasar,dimanapembelisepertiitusulituntukdicari.Tidakbegitujelasbagaimana tantangan dari PT Irma Sulindo mewakili jumlah harga premiumyangdibutuhkanuntukmemberikompensasiparaproduserdiIndonesiayangberinvestasi untuk sertifikasi hutan, tetapi sepertinya secara substansi masihdiperlukan harga premium. Fakta anekdot menunjukkan bahwa sebuah hargapremium sampai dengan 15% bahkan telah dibayar oleh para pembeli secaratidaklangsunguntukkayuhutanalamyangbersertifikatFSC.

Kehadiran dari sejumlah besar dari kayu illegal yang murah di pasaran baru-baru inimembuatkayuyangbersumber legaldankayubersertifikatdariFSCsulit untuk berkompetisi. Bagaimanapun juga, jika pembatasan perdagangankayuillegaldilakukanmakaareapersainganmenjadilebihseimbang.MenurutsebuahkomisistudiolehasosiasiAmericanForestandPaper(AF&PA)ditahun2004,terdapatkandungankayuillegalsekitar7%atausekitarUS$5jutadari

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

keseluruhan perdagangan produk kayu primer dunia. Studi ini menghitungadanyapenghilangansumberkayubulatillegaldariperdagangankayuduniayangakanmeningkatkanhargaantaraduasampai4persendarihargakayudomestikdiAmerikaSerikat(US).

Untuk meningkatkan pengaruh sertifikasi pada manajemen hutan alam tropika diperlukan peningkatan adopsi dari sebuah pendekatan bertahap (stepwise approach). Perusahaanyangmemintaprodukbersertifikat adalahperusahaanyangtidakmenginginkanadanyaresikodanmampuuntukmemperolehproduktersebutdariwilayahyangdianggapberesikolebihbagicitraperusahaannyadaripadaIndonesia.BeberapaperusahaanEropadanAmerikaUtaratelahmemilihuntukberpindahdarisumberkayudariIndonesiasehubungandengantekanandaribeberapaLSMdinegaranya.SeiringdenganbanyaknyaprodukperkayuanIndonesia yang juga diolah di negara lain, beberapa perusahaan menolakmengambil resiko terhadap reputasi perusahaannya dengan hanya mengubahpembeliannyakenegara-negarayangmemilikisedikitkontroversi.

PemindahansumberkayudarisumberkayuyangtidakbersertifikatdiIndonesiabukanlahlangkahyangbaik.Langkahtersebutmemberiperingatankepadaparaindustri, tetapi selama terdapat permintaan terhadap kayu tidak bersertifikatdaripasarmakapesantersebuttidakberartibanyakuntukmenekanperusahaanuntuk memperoleh sertifikasi. Pengalaman WWF telah menunjukkan bahwaperusahaan di Indonesia seringkali memiliki kekurangan kapasitas teknikmaupunfinansialuntukmencapai sertifikasi secaramandiri,meskipunmerekaberkeinginan untuk melaksanakannya. Berdasarkan pada hal tersebut, palingtidakdalamjangkapendek,pengaruhdariboikotterhadapsebagianbesardariprodukkayuIndonesiayangtidakbersertifikatkemungkinantidakakanmemilikidampakpositifterhadapmanajemenhutandiIndonesia.

Ketika para pembeli mengalihkan pembeliannya dari kayu tidak bersertifikatIndonesia, dampak positif dari sertifikasi tidak secara langsung berimbas padawilayah lain. Pada beberapa kasus pengalihan ini sepertinya dilakukan untukkayuyangtidaktersubstitusi.Halinikhususnyakasusuntukplywoodyangtelahkehilanganpangsapasarglobalkarenatergantikanolehprodukplastikdanmetal.Pada beberapa kasus, karena sedikitnya persediaan jumlah kayu tropis yangbersertifikatdarihutan alamdipasar global,parapembelibergeserkeprodukhutantanamanbersertifikatdariwilayahlainatausumberkayuyangberasaldarihutantemperate.Padakeduakasustersebut,keuntunganlangsungdarisertifikasi

Emile Jurgens   |  ��

menjadi lebihkecildaripadadihutanalam tropika. Perpindahankewilayahdantipehutandimanasertifikasilebihmudahdiperolehdanlebihmurahtelahmengurangidampakdarisertifikasiyangsebagaimanaterdapatsedikitperbedaandalam kasus-kasus ini antara sistem manajemen hutan sehari-hari (business as usual)danyangmengikutikaidahsertifikasi.Padaakhirnyahalkecilyangdapatdicapai oleh perusahaan melalui pemindahan tersebut adalah penyelamatanreputasiperusahaan.

Terkait dengan hal tersebut di atas, perusahaan-perusahaan yang bermaksuduntuk membuat sebuah dampak positif pada lingkungan melalui mekanismepembeliannyaharusbergabungdenganProduserIndonesiadanmenekanmerekaagarmeningkatkankualitasmanajemennya.WWFdanTNCtelahbeberapakalisuksesmembantubeberapapembeliprodukkayudariIndonesiauntukbekerjasamadenganpemasokIndonesiauntukmembantuagarmemenuhistandarhutanlestari. Namun,padabeberapapembeli, ajakan terhadapsupliernya Indonesiamungkinmemerlukaninvestasi lebihbesardarikemauandankemampuannya,apalagifaktamenunjukkanbahwapasaruntukproduksubtitusikayuseringkalilebih murah. Pada beberapa kasus, kerugian terbesar dari perusahaan yangbekerjasamadenganperusahaanyangtidaktersertifikasiadalahbahwahaltersebuttidakakanmemperbaikihubunganbaikdenganLSM-LSMdinegaranyakarenaparaLSMtersebutseringkalimemilikisebuahkebijakan“SertifikasiatautidakSertifikasi”.WWFberencanauntukmeningkatkanupayanyauntukmenjelaskankepada para NGO tersebut mengenai keuntungan dari pendekatan bertahap(stepwise approach)menujusertifikasi.

Perusahaan yang sensitif terhadap lingkungan memiliki kepedulian yang tinggi akan citra perusahaannya, dan memerlukan jaminan bahwa produk yang mereka beli disetujui oleh para aktivis LSM di pasar negaranya. PengalamandariAliansimenunjukkanpentingnyadukunganLSMsebagaidasarinisiatifpasar.PermintaanuntukkayubersertifikatdariIndonesiasebagianbesardidorongolehtekanandariLSMterhadapperusahaandiEropadanAmerikaUtara.Padahalyangsama,terhentinyapasokanprodukdariIndonesiadipengaruhiolehtingkatkesepakatanLSMlokaldannasionalmengenaisertifikasidanverifikasilegalitas.KurangnyadukunganLSMsecaraumumpadamekanismeinimenjadisalah satu faktor yang menghalangi perusahaan untuk memenuhi permintaanpasar.Sebagaikonsekuensidarihaltersebut,pembangunandukunganmerupakanaktivitaspentingyangdilakukanolehAliansi.

�0  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Aktivis lingkungan memainkan peran penting dalam hal permintaan pasaruntuk kayu legal dan bersertifikat di Eropa dan Amerika Utara. Pada pasartersebut, LSM-LSM memiliki pengaruh penting terhadap pembeli kayu danparapembuatkebijakanpemerintah.Perusahaanterkenal,sepertidalamDo-It-Yourself (DIY) industri konstruksi berharap untuk membuat dan memeliharareputasilingkungannyamelaluipraktekbisnisyangbertanggungjawabterhadaplingkungan.AktivisLSMmemberikantekanankepadaperusahaan-perusahaantersebutmelaluikampanyedenganmenggunakanmediakepadasebuahperusahaantertentuyangterkaitdenganpembalakantidaklestariataupembalakanliar.

LSM yang melakukan penekanan terhadap perusahaan untuk hanya membelikayudari sumberyang lestari, jugaefektifdigunakanuntukmenentukankayumanayangmemenuhipersyaratandanyangtidak.HalinimengakibatkanjaringanpasardiIndonesiamenjadisulit,karenaadanyaketerlibatandariLSMnasionalyang memiliki jaringan ke LSM di pasar perkayuan, dan mendorong adanyaboikotterhadapprodukperkayuanIndonesiahinggaterwujudnyapenataanulangdi bidang kehutanan. Beberapa LSM Indonesia percaya bahwa dengan sistemHPHyangsekarangini,pengelolaanhutanyanglestaritidakmungkindilakukandanusahauntukmengenalkansertifikasiatauverifikasilegalitaspadapasardapatmenghalangipenataanulangdibidangkehutanandalamskalaluas.LSMsepertiWALHIdanAMANmerupakanLSMyangmemberikanperhatianpenuhdalamhalhakpenggunaanlahansecaratradisionalpadahutankemasyarakatan.

ContohilustrasidaripengaruhLSMpadajaringanpemasarandiberikanolehTNCmelaluipengalamankerjasamadenganSumalindo.Meskipunperusahaaninitelahmemilikisejarahpanjangdibidangsertifikasi,perusahaaninimenjaditargetdarikampanyeGreenpeacepadaJuni2003.BerdasarkaninformasiyangdiberikanolehkoalisiLSMIndonesia,KelompokKerjaKalimantanTimur(EastKalimantanWorkingGroup–EKWG),GreenpeacetelahmengidentifikasiSumalindosebagaisalahsatupemasokplywoodkebidangkonstruksidipemerintahanInggris,danmeningkatkanperhatiannyadalambidangoperasionalperusahaan.EKWGjugamencatatbahwaSumalindomerupakanperusahaanyangsecaratidaklangsungdimilikiolehmiliterIndonesia.33Pernyataaninimenjadiperdebatan,tetapitidakmencegahrusaknyareputasiSumalindodipasarEropa.

ImplikasidaristrategiAliansiuntukmengikatperusahaanperkayuanadalahbahwaAliansipadabeberapasisimemilikiposisisebagaipelindungantaraperusahaan33EKWG2003.

Emile Jurgens   |  ��

untukmendapatkansertifikasidanLSMyangmenjadioposisipadausaha-usahayangdilakukan. MerujukpadaPerhutani,keuntungan terbesardalambekerjasamadenganWWFNusahijauadalahbahwaWWFdapatmelindungiperusahaantersebutdariseranganLSM.ManajemenPerhutanimemilikikesanbahwaalasanyangdigunakanolehSmartwooduntukmencabutsertifikasiyangdiberikanolehFSCpadatahun2002terkaitdenganadanyatekanandariLSMnasional.MelaluikerjasamadenganWWF,Perhutaniberharapagarhaltersebuttidakterjadilagidikemudianhari.34

WWFdanTNCtidakmenyatakanbahwamerupakankewajibanmerekauntukmelindungi perusahaan-perusahaan dari kampanye LSM dan pada beberapakasusmenggunakantekanandariparaaktivisLSMsebagaikekuatanpositifuntukmelakukanperubahandibidangkehutanan.Halinijugaterkaitdenganpertanyaanmerekamengenaihakuntuksalingmengkritisiantaraorganisasisatudenganyanglain, atau untuk bertahan dan berargumentasi dari kritikan LSM. KeanggotaanGFTN mensyaratkan perusahaan untuk membuat suatu komitmen yang jelasmengenai kewajiban di bidang kehutanan, termasuk di dalamnya target waktupencapaian sertifikasi lebih lanjut, ataumengurangidanmenghilangkan sumberkayuyangtidakjelasdanyangtidakdiinginkan.Penggunaansistemlacakbalak,seperti yangdicontohkanolehTNC, jugadapatmendukungperusahaandalammenghadapituntutanmengenaiketerlibatannyadalampenggunaankayuillegal.

Untuk mencapai sukses, mekanisme berbasis pasar memerlukan tindakan nyata dan menyeluruh, dari pasar utama. ProdukperkayuanIndonesiamemilikipasaryangbersifatglobal,danadanyapilihanpembeliandaripasarEropadanAmerikaUtarahanyaakanmenimbulkanakibatminimumbagiparaprodusenIndonesia,selamamerekamasihmemilikiakseskepasardengantingkatkepedulianlingkunganyanglebihrendah.KondisitersebutmemerlukanikatanjangkapanjangterhadappasarAsiauntukprodukperkayuanIndonesia,khususnyaCina,Jepang,MalaysiadanRepublikKorea.Usahauntukmempromosikanmekanismeberbasispasarjugaperlumempertimbangkankompleksitaspermasalahandanseringkalijugaterkaitdenganjaringanpenyediaan(supply chain),padaskalainternasional.Sebagaicontoh,banyakprodukperkayuanIndonesiayangmasukkeCinayangdiindikasikandieksporkembalikeEropadanAmerikaUtaradengantambahanpemrrosesankayudengankualitasyanglebihbaik.

34Perhutanistaff,personalcommunication.

��  |  Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Adanya peningkatan iklim politik dan bisnis telah mendorong usaha di bidang pemasaran untuk peningkatan pengelolaan hutan di Indonesia. Pada saatAliansimenyusunpromosisertifikasidiIndonesiauntukpertamakali,pendekatanyangdilakukanadalahdenganmenggunakanasumsiyangmenempatkanpembelipotensialdariprodukyangmemilikisertifikatdenganparapengelolaHPH,akanmemberikaninsentiflebihkepadapemegangpengusahaanuntukmendapatkansertifikasi. Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi menjadi lebih sulitseiringdenganadanyarintanganyangcukupberartibagiparaprodusenuntukmendapatkansertifikasidi Indonesia.Sebagianbesar rintangantersebut terkaitdengankesenjangankondisiyangmemerlukanwaktuuntukmengubahnya,danberadadiluarkontrolpembelidanprodusenkayuitusendiri.Meskipundemikian,perubahan terus terjadi dan mekanisme pasar potensial seperti sertifikasi akanmemainkanperananyanglebihbesardalambidangkehutanandiIndonesiapadamasayangakandatang.

HalanganutamapadaadopsisertifikasidiIndonesiaadalahketidakpastiandalamiklimusahayangmengancaminvestasijangkapanjang.AliansimulaimelakukankegiatannyapadasaatIndonesiabarusajamengalamipermasalahanfinansialdankrisispolitikyangberdampakbesarpadasektorkehutanan.Krisisekonomimakroinidilengkapidenganadanyapraktekpenebanganyangdilakukansecara tidaklestari yangdilakukan sebagai usahauntukmemenuhi kebutuhanbahanbakubagi sebagian besar industri perkayuan di Indonesia. Indonesia masih beradapada posisi perbaikan dan sedang melakukan usaha-usaha untuk melakukanrestrukturisasiindustriperkayuan.Selamaprosestersebutberlangsung,halyangharus diingat adalah bahwa perusahaan pengusahaan hutan dan pengolahankayuakanmendapatkankapasitasyanglebihbesaruntukmelakukaninvestasidibidangkelestarianhutan.

Ketidakseimbangan arena permainan (playing field) yang meningkatkan biayabagi perusahaan pengusahaan hutan untuk mendapatkan kesempatan dalamsertifikasi mungkin dapat disamakan. Departemen Kehutanan telah membuatsuatu kesepakatan yang cukup jelas untuk mengurangi pembalakan liar danmenyatakan untuk meniadakan penggunaan kayu dari hutan alam (MTH)untukproduksipulppadatahun2009mendatang.MelaluimasukandariTNC,DepartemenKehutanansedangmelakukansistemlacakbalakyangdiharapkandapat berfungsi dan digunakan pada beberapa tahun mendatang. Reformasi-reformasi di bidang pemerintahan ini secara umum dipicu oleh tekanan daripembeliuntukmengurangijumlahkayu‘tebangdanlari’dipasar.Padajangka

Emile Jurgens   |  ��

menengah, beberapa hasil pembaharuan tersebut akan mengurangi adanyakesenjangan antara standar praktek pengelolaan hutan dan persyaratan yangdiberikanolehFSCuntuksertifikasi.

Beberapaperusahaan yang tidakmemenuhi persyaratan sertifikasi FSC karenakondisinya di masa lalu (contoh: melakukan konversi hutan alam untukperkebunan di tahun 1994) melakukan investasi pada pendekatan untukverifikasilegalitasdengankombinasideliniasidanperlindunganHCVFdenganpola “yang terbaik di masa mendatang”. APP dan APRIL sebagai perusahaankertas terbesar di Indonesia mendapatkan peningkatan tekanan dari pembelidiEropa,Australia,AmerikaSerikatdan Jepanguntukmelakukan investasidibidangkelestarianhutan.Padasaatperusahaan-perusahaantersebuttidakdapatmemenuhipersyaratansertifikasiFSCkarenamerekaterusmelakukankonversiterhadaphutanalam,merekatelahmelakukanberbagaiusahauntukbekerjasamadenganLSM,termasukWWF,untukmengurangipenggunaankayuillegaldanmelakukanidentifikasiHCVFhutanuntukfungsiperlindungan.

�� 

6. Rekomendasi

1. Menjaga pembeli yang sensitif terhadap isu lingkungan untuk tetapberhubungan dengan produsen perkayuan Indonesia merupakan kegiatanpentingdariTNCdanWWFyangmungkinakanterusdilakukan.Halinimungkin memerlukan identifikasi lebih lanjut mengenai pembeli produkperkayuan Indonesia dan kerjasama untuk menempatkan tekanan daripemasokmerekauntukmelakukaninvestasidiSFM,atauuntukmencapaisertifikasihutan.

2. Bagipembeliyangmelakukanpencarianjaringanpasarsebagaibagiandariusaha untuk promosi investasi di bidang SFM, harus memenuhi kriteriasebagaiberikut:• Hargadan jumlahbarangcukupmemenuhikompensasiuntukbiaya

investasi.• Kesepakatanpembelianuntukjangkapanjang.• Kesepakatan yang dilakukan berdasarkan hubungan personal atau

garansi/jaminanlainyangberlakubagiprodusenIndonesia.• Kesepakatanyangmenjaminoutletdariseluruhjaringanproduksi.

3. StrategiyangharusdiperhatikanolehAliansiuntukmeningkatkanpencarian

pasar, mungkin dilakukan dengan bekerja lebih dekat dengan perusahaanuntuk menemukan tipe kesepakatan yang dapat memicu mereka untukmelakukan investasi di bidang SFM. Sebagai usaha untuk membuat pasaryanglebihterintegrasi,Aliansidapatbekerjalebihfokusdenganbrokeratauperantarakayubesaryangdapatmelakukanpengumpulanpermintaan.

4. Usaha-usahadalampenentuanstandarlegalitasperlumelibatkankompleksitasdarikerangkalegalitaskehutanandiIndonesiauntukmengajakperusahaan-perusahaanyangmemilikikesadaranuntukberpartisipasidalampendekatanlegalitas dan sertifikasi. Kesalahan prosedur perijinan oleh para petugaspemerintahan di masa lampau menempatkan beberapa HPH pada posisilegalitasyangsulityangtidakmemungkinkanuntukmelakukanperubahan.

Emile Jurgens   |  ��

5. Aliansi sebaiknya melanjutkan bekerja pada bidang kebijakan untukmendorong terwujudnya hukum dan peraturan yang mendukung inisiatifFLEG.Padabagianlain,usaha-usahaharusdilakukandiJepangdanAmerikaSerikat.

6. Permintaan pasar yang mempengaruhi pengelolaan hutan di Indonesiamerupakanhalyangkritis.Berdasarkanpadahaltersebut,sangatperluuntukterusmemfokuskanpadapasarAsiasecaraumumuntukprodukperkayuanIndonesia termasuk Cina, Malaysia, Republik Korea dan Jepang. Sebagaibagiandarihalini,sangatdiperlukanadanyaanalisislebihlanjutmengenaieksporulangterhadapprodukperkayuanIndonesiadariCinakepasarEropadanAmerikaUtara.

�� 

Bibliografi

AF&PA 2004. Illegal Logging and Global Wood Markets: The CompetitiveImpacts on the US Wood Products Industry. American Forest & PaperAssociation, Seneca Creek Associates and Wood Resources International,November.(http://www.illegallogging.info/papers/afandpa.pdf ).

Barbier,E.,Burgess,J.,Bishop,J.danAylward,B.1994.TheEconomicsoftheTropicalTimberTrade.Earthscan,London.

Blandon,P.1999.JapanandWorldTimberMarkets.CABIPublishing.Burrows, J. dan Sanness, B. (ed.) 1998. The Competitive Climate for Wood

Products and Paper Packaging: The Factors Causing Substitution, withEmphasisofEnvironmentalPromotions.UNCECE/FAO,Oslo.

Cashore, B., Auld, G., dan Newsom, D. 2004. Governing Through Markets,ForestCertificationandtheEmergenceofNon-StateAuthority.YaleUP,NewHaven.

EKWG2003.AStudyonFSCCertificationand theSumalindoCompany inEastKalimantan.EastKalimantanWorkingGrouponForests.

Virgilio, V., Jamison, E., Donovan, R., Elliot, C. dan Gholz, H. (ed.) 1996.Certification of Forest Products, Issues and Perspectives. Island Press,WashingtonD.C.

Chunquan,Z.,TaylorR.danGuoqiangF.2004.China’sWoodMarket,TradeandtheEnvironment.SciencePressandWWFInternational.

Colchester, M., Sirait, M. dan Wijardjo, B. 2003 Implementation of FSCprinciples.

Eba’aAtyi,R.danSimula,M.2002.ForestCertification:PendingChallengesfor Tropical Timber. Background Paper. ITTO International Workshopon Comparability and Equivalence of Forest Certification Schemes, KualaLumpur,3-4April,2002.

Gale, F. 1998. The Tropical Timber Trade Regime. Macmillan Press Ltd,London.

Grainger,A.1993.ControllingTropicalDeforestation.Earthscan,London.ITTO1999.ReportOnTheImpedimentsToMarketAccessForTropicalTimber.

PreparedbyTanSriDato’WongKumChoonandJ.MichaelGinnings.

Emile Jurgens   |  ��

ITTO. 2003. “Reviving Plywood”. InTropical Forest Update. March 13,2003.

Lu Wenming, et al. 2002. Getting the private sector to work for the publicgood:instrumentsforsustainableprivatesectorforestryinChina.Stevenage,Hertfordshire:Earthprint.

MirandFraser2003.IllegalloggingintheAsia-Pacificregion:anADBperspective.InternationalForestryReview5,278-281.

Peck, T. 2001. The International Timber Trade. Woodhead Publishing,Cambridge.

RIIA 2002. Controlling the International Trade In Illegally Logged TimberAndWoodProducts.DuncanBrack,KevinGrayandGavinHayman.RoyalInstituteforInternationalAffairs,ChathamHouse,London.

RIIA2004.FLEGTandTrade–WhatWilltheImpactsBe?RoyalInstituteforInternationalAffairs,ChathamHouse,London.

RIIA2004b.PublicProcurementOfTimber;EUmember state initiatives forsourcinglegalandsustainabletimber,byDuncanBrackandJadeSaunders.RoyalInstituteforInternationalAffairs,ChathamHouse,London.

Robbins, P. 1995.Tropical Commodities and their Markets. Kogan Page Ltd.London.

Simula,M.;Eba’aAtyi,R.&Nussbaum,R.2003.ThePotentialRoleofPhasedApproachestoCertificationonTropicalTimberProducerCountriesasaTooltoPromoteSustainableForestManagement.ITTO.

UNECE/FAO2005.ForestProductsAnnualMarketReview2004-2005.TimberBulletin-VolumeLVIII(2005).UnitedNations,Geneva.

A.White,X.Sun,K.Canby,J.Xu,C.Barr,E.Katsigris,G.Bull,C.Cossalter,dan S. Nilsson. 2006. China and the Global Market for Forest Products:Trends, Implications, and Steps toTransform theTrade to Benefit ForestsandLivelihoods,WashingtonD.C.:ForestTrends,Center for InternationalForestryResearch,andChineseCenterforAgriculturalPolicy.

WWF 1995. Dudley, N., Jeanrenaud, J.-P., Sullivan, F. 1995. Bad Harvest?TheTimberTrade and the Degradation of the World’s Forests. Earthscan,London.

Yeom,FreezaillahB.C.1984.Lesser-knowntropicalwoodspecies:Howbrightistheirfuture?inUnasylva-No.145Vol.361984/3.

Center for International Forestry Research (CIFOR) adalah lembaga penelitian kehutanan internasional terdepan, yang didirikan pada tahun 1993 sebagai tanggapan atas keprihatinan dunia akan konsekuensi sosial, lingkungan dan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan dan kehilangan hutan. Penelitian CIFOR ditujukan untuk menghasilkan kebijakan dan teknologi untuk pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang yang bergantung kepada hutan tropis untuk kehidupannya. CIFOR adalah salah satu di antara 15 pusat yang didukung oleh Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR). Berpusat di Bogor, Indonesia, CIFOR mempunyai kantor regional di Brazil, Burkina Faso, Kamerun dan Zimbabwe, dan bekerja di lebih dari 30 negara di seluruh dunia.

DonaturCIFOR menerima pendanaan dari pemerintah, organisasi pembangunan internasional, yayasan swasta dan organisasi regional. Pada tahun 2005, CIFOR menerima bantuan keuangan dari Australia, Asian Development Bank (ADB), Belgia, Brazil, Canada, China, Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD), Cordaid, Conservation International Foundation (CIF), European Commission, Finland, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Ford Foundation, France, German Agency for Technical Cooperation (GTZ), German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ), Indonesia, International Development Research Centre (IDRC), International Fund for Agricultural Development (IFAD), International Tropical Timber Organization (ITTO), Israel, Italy, The World Conservation Union (IUCN), Japan, Korea, Netherlands, Norway, Netherlands Development Organization, Overseas Development Institute (ODI), Peruvian Secretariat for International Cooperation (RSCI), Philippines, Spain, Sweden, Swedish University of Agricultural Sciences (SLU), Switzerland, Swiss Agency for the Environment, Forests and Landscape, The Overbrook Foundation, The Nature Conservancy (TNC), Tropical Forest Foundation, Tropenbos International, United States, United Kingdom, United Nations Environment Programme (UNEP), World Bank, World Resources Institute (WRI) dan World Wide Fund for Nature (WWF).