legal drafting 3 4

24

Upload: fredy-yandi

Post on 22-Apr-2015

835 views

Category:

Education


42 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Legal drafting 3 4
Page 2: Legal drafting 3 4

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan Bahwa Indonesia adalah Negara Hukum

Hukum akan sangat menentukan dalam pelaksanaan kenegaraan dan pemerintahan. Segala sesuatu di Indonesia harus senantiasa berdasarkan pada hukum

Roscoe pounds

Page 3: Legal drafting 3 4

Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan pelaksanaan dariperintah Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakanbahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih lanjut dengan undang-undang.” Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini diperluas tidak saja Undang-Undang tetapi mencakup pula Peraturan Perundang-undangan lainnya, selain Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Page 4: Legal drafting 3 4

Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan didasarkan pada pemikiranbahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalambidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atashukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yangberlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalamrangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

Page 5: Legal drafting 3 4

Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan dalam Undang-UndangNomor 10 Tahun 2004, yaitu antara lain:

a. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan kerancuan ataumultitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;

b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan

perkembangan atau kebutuhan hukum dalamPembentukan Peraturan Perundang-undangan;

d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan sistematika.

Page 6: Legal drafting 3 4

UU NO. 12 TAHUN 2011 MERUPAKAN PEDOMAN BAKU

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN KEPUTUSAN

Beberapa Pengertian • Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses

pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang pada dasamya dimulai dari :- perencanaan, - penyusunan, - pembahasan, - pengesahan, - pengundangan, dan - penyebarluasan.

• Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Keputusan sebagaimana dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 54 adalah : Ketentuan yang menyangkut keputusan di bidang administrasi di berbagai lembaga yang ada sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan dikenal dengan keputusan yang bersifat tidak mengatur.

6

Page 7: Legal drafting 3 4

Program Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut Prolegnas adalah instrumen perencanaan programpembentukan Undang-Undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.

Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrumen perencanaan programpembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secaraterencana, terpadu, dan sistematis.

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnyaterhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturanmasalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atauRancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhanhukum masyarakat.

Page 8: Legal drafting 3 4

Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia,Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, atauBerita Daerah.

Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundangundangansesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.

Page 9: Legal drafting 3 4

Pasal 5Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:a. kejelasan tujuan;b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;d. dapat dilaksanakan;e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;f. kejelasan rumusan; dang. keterbukaan.

Page 10: Legal drafting 3 4

Pasal 6(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus

mencerminkan asas:a. pengayoman;b. kemanusiaan;c. kebangsaan;d. kekeluargaan;e. kenusantaraan;f. bhinneka tunggal ika;g. keadilan;h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atauj. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangantertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yangbersangkutan.

Page 11: Legal drafting 3 4

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai

dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 7)

Page 12: Legal drafting 3 4

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN PER-UU-ANPENYUSUNAN PER-UU-AN

Kualitas SDM;Kualitas SDM; Politik;Politik; Dominasi Kelompok;Dominasi Kelompok; Improvisasi;Improvisasi; Kontrol.Kontrol.

Page 13: Legal drafting 3 4

1. ASAS TINGKAT HIERARKI

a. Peraturan Per-UUan yang rendah derajatnya, tdk dpt mengubah menyampingkan ketentuan-ketentuan perat. Per-uu-an yg lebih tinggi.

b. Perat. Per-UUan hanya dpt dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dgn perat per-UU-an yg sedrajat atau lebih tinggi.

c. Ketentuan-ketentuan perat per-UU-an yg lebih rendah tingkatannya tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat sekaliohus tidak boleh bertentangan dgn perat per-uu-an yg lebih tinggi tingkatannya.

d. Materi yg seharusnya diatur oleh perat per-uu-an yg lebih tinggi tingkatannya tdk dapat diatur oleh perat per-uu-an yg lebih rendah.

2. UU TDK DPT DIGANGGU GUGATa. Hak menguji secara materiil.b. Hak menguji secara formal.

3. LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALIS

Page 14: Legal drafting 3 4

MATERI MUATAN

Materi muatan UU :• HAM;• Hak dan kewajiban warga negara;• Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan

negara serta pembagian kekuasaan wilayah;• Wilayah negara dan pembagian daerah;• Kewarganegaraan dan kependudukan;• Keuangan negara.

Materi muatan UU juga bisa berasal Materi muatan UU juga bisa berasal dari suatu UU untuk diatur dengan dari suatu UU untuk diatur dengan UU.UU.

Page 15: Legal drafting 3 4

LANDASAN PEMBENTUKANLANDASAN PEMBENTUKANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. LANDASAN YURIDIS

FORMAL

MATERIAL

L. FORMAL

BAGI PRESIDEN Ps. 5 ayat (1) UUD. NRI 1945

Ps. 5 ayat (2) UUD. NRI 1945

2. LANDASAN FILOSOFIS

3. LANDASAN SOSIOLOGIS

Page 16: Legal drafting 3 4

CONTOH :

UU NO. ... TAHUN .... TENTANG ......

PASAL ....

SUAMI ISTRI WAJIB SALING CINTA MENCINTAI HORMAT MENGHORMATI, SETIA DAN MEMBERI BANTUAN LAHIR BATIN YANG SATU KEPADA YANG LAIN.

RUMUSAN YANG LEBIH BAIK :

SUAMI ISTRI WAJIB SALING MENCINTAI, MENGHORMATI, SETIA DAN MEMBERI BANTUAN LAHIR BATIN.

Page 17: Legal drafting 3 4

UU NOMOR UU NOMOR 1212 TAHUN 20 TAHUN 201111

KERANGKAKERANGKA

JUDUL PEMBUKAANPEMBUKAAN PENUTUPPENUTUPBTG TBHBTG TBH

PENJELASAN LAMPIRAN

JIKA DIPERLUKAN

PEMBENTK PERATURAN PER-UU-AN

Page 18: Legal drafting 3 4

DASAR PEMBENTUKANDASAR PEMBENTUKANPERATURAN PER-UU-ANPERATURAN PER-UU-AN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANGPEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

* JENIS DAN HIERARKI :A. UUD NRI TH. 1945.B. TAP MPRC. UU / PERPU.D. PP.E. PERATURAN PRESIDEN.F. PERATURAN DAERAH.

* JENIS PERATURAN PER-UU-AN SELAIN TSB DI ATAS DIAKUI KEBERADAANNYA DAN MEMP. KEKT. HK. IKAT SEPANJANG DIPERINTAHKAN OLEH PERAT. PR-UU-AN YG LEBIH TINGGI.

Page 19: Legal drafting 3 4

BAHASA PERUNDANG-UNDANGAN

• PEMBENTUKAN KATA• PENYUSUNAN KALIMAT• PENGEJAAN• TEKNIK PENULISAN

ADALAH BHS INDONESIA YG TUNDUK PADA KAIDAH BHS INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR.

BERCIRIKAN :

KEJERNIHAN PENGERTIAN KELUGASAN KEBAKUAN KESERASIAN

Page 20: Legal drafting 3 4

SISTEMATIKA TEHNIK PENYUSUNAN SISTEMATIKA TEHNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANBAB I KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANA. JUDULA. JUDULB. PEMBUKAANB. PEMBUKAAN

1. Frase dengan 1. Frase dengan Tuhan Yang Maha EsaTuhan Yang Maha Esa2. Jabatan pembentukan peraturan peruu-an2. Jabatan pembentukan peraturan peruu-an3. Konsiderans3. Konsiderans4. Dasar hukum 4. Dasar hukum 5. Diktum5. Diktum

C. BATANG TUBUHC. BATANG TUBUH1. Ketentuan Umum1. Ketentuan Umum2. Materi Pokok yang Diatur2. Materi Pokok yang Diatur3. Ketentuan Pidana(jika diperlukan)3. Ketentuan Pidana(jika diperlukan)4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)5. Ketentuan Penutup5. Ketentuan Penutup

D. PENUTUPD. PENUTUPE. PENJELASAN (Jika diperlukan)E. PENJELASAN (Jika diperlukan)F. LAMPIRAN (Jika diperlukan)F. LAMPIRAN (Jika diperlukan)

BAB II HAL-HAL KHUSUSBAB II HAL-HAL KHUSUSA. PENDELEGASIAN KEWENANGANA. PENDELEGASIAN KEWENANGANB. PENYIDIKANB. PENYIDIKANC. PENCABUTAN C. PENCABUTAN D. PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAND. PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANE. PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-E. PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-

UNDANG MENJADI UNDANG-UNDANGUNDANG MENJADI UNDANG-UNDANGF. PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONALF. PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Page 21: Legal drafting 3 4

LanjutanLanjutan

BAB III RAGAM BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANG BAB III RAGAM BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANG A. BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANA. BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANB. PILIHAN KATA ATAU ISTILAHB. PILIHAN KATA ATAU ISTILAHC. TEHNIK PENGACUANC. TEHNIK PENGACUAN

BAB IV BENTUK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANBAB IV BENTUK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANA. BR UNDANG-UNDANG PADA UMUMNYAA. BR UNDANG-UNDANG PADA UMUMNYAB. BENTUK RANCANGAN UU PENETAPAN PP PENGANTI UU B. BENTUK RANCANGAN UU PENETAPAN PP PENGANTI UU

MENJADI UUMENJADI UUC. BR UU PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL YANG TIDAK C. BR UU PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL YANG TIDAK

MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA RESMIMENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA RESMID. BR UU PERUBAHAN UUD. BR UU PERUBAHAN UUE. BR UU PENCABUTAN UUE. BR UU PENCABUTAN UUF. BR UU PENCABUTAN PP PENGGANTI UUF. BR UU PENCABUTAN PP PENGGANTI UUG. BR PP PENGGANTI UUG. BR PP PENGGANTI UUH. BR PPH. BR PPI. BR PERATURAN PRSIDENI. BR PERATURAN PRSIDENJ. BR PERATURAN DAERAHJ. BR PERATURAN DAERAH

(Pedoman teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan ke dalam angka 1 sampai angka (Pedoman teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan ke dalam angka 1 sampai angka 24702470

Page 22: Legal drafting 3 4

Pembukaan perat PER-UU-AN terdiri atas :

Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ;

Pada pembukaan tiap jenis peraturan perundangan-undangan sebelum nama jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan

dicantumkan frase DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakan

ditengah marjin.

Jabatan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ;

Jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakan di tengah marjin

dan diakhiri dengan tanda baca koma.

PEMBUKAANPEMBUKAAN

CONTOH :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Page 23: Legal drafting 3 4

Konsideran diawali dengan kata Menimbang ;Konsideran diawali dengan kata Menimbang ;

Konsideran memuat uraian singkat mengenai Konsideran memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang

dan alasan peraturan perundang-undangan ;dan alasan peraturan perundang-undangan ;

Pokok-pokok pikiran pada konsideran PERDA Pokok-pokok pikiran pada konsideran PERDA memuat unsur filosofi, yuridis dan sosiologis yang memuat unsur filosofi, yuridis dan sosiologis yang

melatarbelakang pembuatannya ;melatarbelakang pembuatannya ;

Jika konsideran memuat lebih dari satu pokok Jika konsideran memuat lebih dari satu pokok pikiran, tiap-tiap pokokpikiran dirumuskan dalam pikiran, tiap-tiap pokokpikiran dirumuskan dalam

rangkaian kalimat yang merupakan kesatuan rangkaian kalimat yang merupakan kesatuan pengertian ;pengertian ;

Tiap-tiap pikiran diawal dengan huruf abjad, dan Tiap-tiap pikiran diawal dengan huruf abjad, dan dirumuskan dalam satu kalimat yg diawali dng dirumuskan dalam satu kalimat yg diawali dng

kata bahwa & diakhiri dng tanda baca titik komakata bahwa & diakhiri dng tanda baca titik koma

Konsideran Konsideran

Page 24: Legal drafting 3 4

Menurut Black's Law Dictionary Seventh Edition, mutatis mutandis berarti: “All necessary changes having been made; with the necessary changes <what was said regarding the first contract applies mutatis mutandis to all the later ones.” Sedangkan menurut buku Terminologi Hukum karangan IPM Ranuhandoko, mutatis mutandis berarti “dengan perubahan yang perlu-perlu”. Dari uraian di atas, maka mutatis mutandis dapat diartikan dengan perubahan-perubahan yang diperlukan atau penting.

Menurut Black's Law Dictionary Seventh Edition, mutatis mutandis berarti: “All necessary changes having been made; with the necessary changes <what was said regarding the first contract applies mutatis mutandis to all the later ones.” Sedangkan menurut buku Terminologi Hukum karangan IPM Ranuhandoko, mutatis mutandis berarti “dengan perubahan yang perlu-perlu”. Dari uraian di atas, maka mutatis mutandis dapat diartikan dengan perubahan-perubahan yang diperlukan atau penting.