lesi malignansi pada lidah
DESCRIPTION
refrat bedah onkologi, mengenai lesi malignansi pada lidahTRANSCRIPT
REFRAT BEDAH ONKOLOGI
LESI MALIGNANSI PADA LIDAH
Oleh:
Nadhira Puspita Ayuningtyas G99122081
Pembimbing:
dr. Joko Purnomo, Sp. B Onk
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH THORAK
KARDIOVASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker oral merupakan masalah kesehatan di beberapa negara terutama di
negara berkembang. Di seluruh dunia, terdapat 3 juta kasus baru dari kanker oral
setiap tahunnya(1). Lidah merupakan tempat yang paling sering dari kanker oral.
Keganasan pada lidah merupakan masalah yang serius dengan tingkat mortalitas
dan morbiditas yang signifikan. Di Amerika, terdapat 10.530 kasus baru pada
tahun 2009 dengan jumlah kematian 1.900(2).
Diagnosa dari kanker lidah sangat penting untuk ditegakkan secara dini.
Mengenali lesi malignan pre-kanker dapat membantu untuk mendeteksi kanker
lidah secara dini sebelum kanker berkembang dan mengalami metastase.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dilaporkan bahwa
karsinoma pada lidah sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit syphilis dan
lesi prekanker seperti: leukoplakia dan erythroplakia(2).
Identifikasi dini lesi malignan pre-kanker dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas secara signifikan pada kanker intra oral, terutama
kanker pada lidah (1).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lidah
Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni :
1. Apek linguae (ujung lidah)
2. Corpus linguae (badan lidah)
3. Radix linguae (akar lidah).
Lidah adalah satu organ dengan kekenyalan otot yang baik sekali sewaktu
bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Otot-otot yang terdapat
pada lidah terbagi kedalam otot instrinsik dan otot ekstrinsic. Otot-otot Instrinsik
lidah yaitu: M. Longitudinalis superior, M. Longitudinalis inferior, M.
Transversus linguae, M. Verticalis linguae. Sedangkan otot-otot ekstrinsik lidah
yaitu: M. Genioglossus, M. Hyoglossus, M. Chondroglossus, M. Palatoglossus,
M. Styloglossus
Pada membrana mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah,
dipinggir kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-kecil
disebut dengan papillae. Pada dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup
pengecap sehingga kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam
papillae, yaitu: papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae circumvallatae
dan papillae foliatae.
Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat
licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini
mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat papillae. Dasar
mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut yang insertionya
disebelah dalam mandibula. Disebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar-
kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.
Arteria utama ke lidah ialah a. lingualis cabang a. carotis externa. Cabang-
cabang yang mensuplai lidah terutama rr. Dorsales linguae untuk dorsum linguae
(menuju ke pars pharyngealis) dan a. profunda lingua ke apex linguae,
a.sublingualis ke glandula sublingualis.
Pembuluh darah balik dari lidah melalui: (1) venae dorsalis lingua yang
mengikuti a.lingualis (2) v. profunda linguae, yang berasal diujung lidah berjalan
ke belakang disebelah frenulum lingua untuk bersatu dengan vena sublingualis.
Semua vena ini berakhir langsung atau tidak langsung kedalam vena jugularis
interna.
Aliran limfa pada lidah sangat penting karena berhubungan dengan
penyebaran dini carcinoma lidah. Penyaluran limfe pada lidah terjadi melalui 4
jalur :
1. Limfe dari bagia 1/3 posterior lingua disalurkan ke nodi lmfenodi cervikalis
profunda superior dikedua sisi.
2. Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke nodi
limfenodi cervicalis profunda inferior.
3. Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke nodi limfenodi
submandibularis
4. Limfe dari ujung lingua disalurkan kenodi limfe nodi submentalis(3).
B. Lesi Prekanker
1. Leukoplakia
Leukoplakia termasuk lesi prekanker yang disebabkan iritasi kronis
dari membran mukosa yang menyebabkan peningkatan proliferasi jaringan
epitelial. Leukoplakia biasanya terdapat pada usia diatas 40 tahun, dan
lebih banyak terdapat pada pria dibanding wanita(2).
Menurut WHO, leukoplakia didefinisikan sebagai plak atau bercak
putih yang tidak dapat dikarakteristikan secara klinis atau secara patologis
sebagai suatu penyakit. Leukoplakia awal tampak sebagai plak putih abu-
abu yang tampak disekitar mukosa yang normal. Lesi kemudian akan
bertambah tebal dan tampak lebih putih(4).
Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu homogenous
leukoplakia, erosif leukoplakia, speckled atau verocuos leukoplakia.
Homogenous leukoplakia merupakan bercak putih yang kadang-kadang
berwarna kebiruan, permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada
tahap ini, tidak dijumpai adanya indurasi.
Erosif leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan
pada umumnyasudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan
lesi mulai terasa kasar dan dijumpai juga permukaan lesi yang erosive.
Speckled atau verocuos leukoplakia merupakan stadium leukoplakia
dimana permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi
tidak mengkilat.
Timbulnya indurasi menyebabkan permukaan menjadi kasar dan
berlekuk-lekuk. Saat ini, lesi telah dianggap berubah menjadi ganas.
Karena biasanya dalam waktu yang relatif singkat akan berubah menjadi
tumor ganas seperti squamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat
dilidah dan dasar mulut(5).
2. Eritroplakia
Eritroplakia didefinisikan sebagai plak berwarna kemerahan yang
terdapat di mukosa oral dan tidak dapat dideskripsikan sebagai penyakit
lain. Eritroplakia jarang ditemukan pada lidah bila dibandingkan dengan
lokasi lain pada rongga mulut. Eritroplakia tanda awal dari kanker yang
asimptomatik(2).
Lesi eritroplakia terkadang tersamarkan dengan mukosa normal
pada rongga mulut, dan beberapa lesi dapat memiliki sebagian area putih
(eritroleukoplakia). Walaupun eritroplakia lebih jarang didapatkan
dibandingkan dengan leukoplakia, tetapi eritroplakia lebih besar
kemungkinannya untuk menunjukkan displasia dan berkembang menjadi
karsinoma(4).
3. Oral Submucous Fibrosis (OSF)
Oral Submucous Fibrosis adalah suatu kondisi kronis yang
dikarakteristikan oleh fibrosis pada mukosa saluran pencernaan atas
termasuk kavum oral. Presentasi klinis yang didapatkan adalah fibrosis
dari lamina propria dan submukosa dengan penurunan mobilitas jaringan.
OSF merupakan suatu kelianan yang memiliki potensi malignansi.
Pada pasien dengan OSF pada lidah akan terdapat kesulitan
menggerakkan lidah dan juga dapat mengalami kesulitan untuk membuka
mulut. Terdapat hubungan antara insidensi OSF dengan kanker oral (6).
C. Squamous Cell Carcinoma
Squamous cell carcinoma adalah malignansi yang paling sering ditemukan
pada lidah. Squamous cell carcinoma memiliki 3 pola pertumbuhan morfologi :
exophytic, ulcerative, dan infiltrative(2).
Karsinoma tipe eksofitik adalah suatu bentuk masa lesi yang berbentuk
seperti nodul, jamur, papilla dan verruciform. Warnanya bervariasi dari merah
sampai putih, tergantung pada jumlah keratinisasi permukaan epitel dan juga
berdasarkan fibrosis pada jaringan ikat dibawahnya sebagai respon invasi tumor.
Masa terasa keras (indurated), dan jika kanker telah menyebar ke jaringan otot
ataupun tulang, masa tumor terasa cekat kepada jaringan sekitar, gambaran ini
umumnya terjadi pada mukosa bukal dan tepi lateral lidah.
Squamous cell carcinoma sering tampak pada fase awal sebagai
leukoplakia atau eritroleukoplakia. Lesi dapat berkembang dan menjadi masa
yang exophytic dengan permukaan yang berpapil, atau menjadi lesi yang
ulcerative dengan batas yang meninggi. Gejala yang sering muncul pada pasien
yaitu kesulitan menelan, nyeri saat menelan, dan nyeri yang menjalar hingga ke
telinga(4).
Karsinoma tipe ulseratif pada bagian bawah lidah
Squamous cell carcinoma muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian
molekular yang menyebabkan kerusakan genetik yang mempengaruhi kromosom
dan gen, yang akhirnya menuju kepada perubahan DNA. Akumulasi perubahan-
perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel pada batas dimana
terjadinya pertumbuhan otonom dan perkembangan yang invasif. Proses
neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat membran dasar
sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi pertumbuhan klonal keratinosit sel
yang berubah secara berlebihan, menggantikan epitelium normal. Setelah
beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi membran dasar jaringan epitel
menandakan awal kanker invasif. Penyebaran utama karsinoma ini melalui getah
bening. Kelenjar getah bening leher terkena dini. Metastasis melalui pembuluh
darah terjadi pada fase lanjut(7).
Metastasis sering terdapat pada kelenjar limfe cervical yang ipsilateral.
Namun, metastase pada kelenjar limfe yang kontralateral juga didapat pada tumor
di basis lidah dan tumor yang sudah stadium lanjut. Kelenjar limfe yang terkena
biasanya membesar, mengeras, terfiksasi, immobile saat dipalpasi. Metastasis jauh
yang paling sering ditemukan adalah metastasis ke paru, namun bagian tubuh lain
juga dapat terkena(4).
Prosedur pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa squamous cell
carcinoma antara lain:
1. Biopsi lesi
2. Fine Needle Aspiration pada kedua limfonodus servikal
3. Radiografi rahang (seringnya pantomografi putar), walaupun tidak adekuat
untuk mengetahui adanya invasi sampai ke tulang.
4. Radiografi toraks. Hal ini penting sebagai pemeriksaan pra-anastesi,
khususnya pasien yang diketahui mempunyai penyakit paru dan saluran
pernapasan serta untuk menunjukkan saluran lymph, tulang rusuk dan juga
tulang belakang.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography (CT)
kepala dan leher serta tempat yang dicurigai metasatase jauh dan MRI leher
untuk menggambarkan luas metastase nodus servikal. Beberapa unit
pemeriksaan rutin dada dan abdomen. MRI khususnya berguna untuk
menentukan penyebaran tumor, keterlibatan tulang, metastase nodus
6. Elektrokardiografi
7. Pemeriksaan darah
Penatalaksanaan squamous cell carcinoma rongga mulut adalah dengan
pembedahan radikal, radioterapi, dan kemoterapi. Keganasan ini sensitif terhadap
radioterapi. Baru-baru ini, manfaat tambahan telah diperoleh radioterapi yang
dikombinasikan dengan kemoterapi (kemoradioterapi). Namun, nilai
kemoradioterapi diimbangi oleh toksisitas yang meningkat dan sering terlalu
tinggi, khususnya di antara pasien dengan kondisi medis yang kurang baik.
Prognosis tergantung pada stadium penyakit dan cukup baik bila tidak didapatkan
pembesaran kelenjar getah bening(8).
D. Verrucous Carcinoma
Verrucous carcinoma adalah jenis karsinoma oral yang jarang ditemukan.
Verrucous carcinoma sering diasosiasikan dengan perokok jangka panjang.
Kanker ini lebih sering ditemukan pada pria usia lanjut. Kanker ini tampak
sebagai plak yang tebal dan difus, atau massa dengan permukaan yang tidak rata.
Lesi biasanya putih, walau terdapat juga lesi yang berwarna pink pada lesi dengan
tingkat keratinisasi yang lebih rendah.
Karena verrucous carcinoma tumbuh lambat, dan berdiferensiasi lebih
baik, maka kanker ini memiliki prognosis yang lebih baik daripada squamous cell
carcinoma. Pengobatan biasanya terdiri atas eksisi tanpa perlu diseksi dari leher
karena metastasis jarang ditemukan. Namun, pertumbuhan kembali sering
ditemukan dan membutuhkan eksisi kembali(4).
Verrucous carcinoma
E. Staging
Staging sangat penting untuk penatalaksanaan yang tepat dan juga untuk
menentukan prognosis dari kanker tersebut. Staging dilakukan dengan sistem
TNM, dimana T melambangkan ukuran tumor, N mengindikasikan status dari
limfonodi regional, dan M mengindikasikan ada atau tidaknya metastasis jauh(4).
BAB III
PENUTUP
Kanker lidah merupakan jenis kanker oral yang paling sering ditemukan
dan merupakan jenis kanker yang berbahaya dengan tingkat mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. Mengenali dan mengidentifikasi lesi malignansi pada
lidah adalah cara yang tepat untuk mendeteksi dini kanker lidah dan
meningkatkan prognosis penderita.
Lesi prekanker pada lidah yang sering dijumpai adalah leukoplakia, yaitu
bercak putih pada lidah. Selain itu lesi lain yang dapat ditemukan adalah
eritroplakia, dan oral submucous fibrosis. Lesi-lesi tersebut memilik potensi untuk
berkembang menjadi kanker yang ganas.
Kanker pada lidah yang sering ditemukan adalah squamous cell
carcinoma. Kanker ini sangat ganas dan sering bermetastasis. Selain itu, terdapat
juga verrucous carcinoma yang memiliki prognosis lebih baik dibandingkan
squamous cell carcinoma.
Penatalaksanaan untuk kedua jenis kanker tersebut berbeda, dan
tergantung kepada staging dari kanker tersebut serta kondisi dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mehrotra, Ravi, Shruti Pandya, Ajay Kr Chaudhary, Mahendra Kumar,
Mamta Singh. 2008. Prevalence of Oral Pre-malignant and Malignant Lesions
at a Tertiary Level Hospital in Allahabad, India. Asia Pacific Journal of
Cancer Prevention. vol: 9, pp. 263-266
2. Gosselin, Benoit J. Malignant Tumors of the Mobile Tongue. Cited: 2013
June 30. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/847428-
overview
3. Liod M Nyhus, Robert J Baker. Anatomy of the Tongue and Lip, Mastery of
surgery, volume I, Little, Brown and Company, Boston, Toronto, 109-110
4. Neville, Brad W, Terry A. 2002. Oral cancer and precancerous lesions. CA A
Cancer Journal dor Clinicians. vol: 52(4), pp. 192-215
5. Adams G. 1997. Leukoplakia, dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
EGC. Jakarta, pp: 389-390
6. Souza, Chris de, Uday Pawar, Pankaj Chaturvedi. 2009. Precancerous lesions
of oral cavity. Otorhinolaryngology Clinics: An International Journal. Vol:
1(1), pp. 7-14
7. Partogi, Donna. 2008. Karsinoma Sel Skuamosa. Departemen Ilmu kesehatan
Kulitdan Kelamin FK USU. Medan
8. Chandrasoma, Parakrama. 2006. Rongga mulut dan kelenjar liur. Dalam:
Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. EGC. Jakarta, pp: 436-437