leukemia dalam kehamilan (ki)

17
Kanker dalam kehamilan Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak pada usia reproduksi, 0,02 – 0,1% diantaranya terjadi dalam masa kehamilan. Pada masa kini terdapat kecenderungan untuk menunda kehamilan sampai akhir periode reproduksi, hal ini menyebabkan lebih banyaknya ditemukan kasus kanker pada kehamilan dibandingkan sebelumnya. Adanya kanker pada kehamilan memberikan keadaan yang berbeda, dimana banyak tindakan diagnostic dan terapi yang rutin digunakan pada penderita kanker namun dikontraindikasikan bagi wanita hamil. Terapi definitif biasanya membutuhkan pengorbanan kehamilan atau menyebabkan risiko yang buruk bagi janin. Hal ini mungkin tidak dapat diterima oleh sebagian pasien, menyebabkan terlambatnya pemberian terapi karena menunggu sampai berakhirnya kehamilan dengan persalinan. Pedoman (guidelines) untuk evaluasi dan penatalaksanaan pasien hamil dengan kanker harus mempertimbangkan usia kehamilan termasuk alternatif lain untuk mengakomodir harapan/keinginan pasien mengenai kehamilannya. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan kanker pada kehamilan, yaitu efek kehamilan terhadap kanker, efek kanker terhadap kehamilan dan efek modalitas penatalaksanaan kanker terhadap kehamilan. Efek kehamilan terhadap kanker

Upload: agung-muhammad-rheza

Post on 23-Jun-2015

1.430 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

Kanker dalam kehamilan

Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak pada usia reproduksi, 0,02 – 0,1%

diantaranya terjadi dalam masa kehamilan. Pada masa kini terdapat kecenderungan untuk

menunda kehamilan sampai akhir periode reproduksi, hal ini menyebabkan lebih banyaknya

ditemukan kasus kanker pada kehamilan dibandingkan sebelumnya.

Adanya kanker pada kehamilan memberikan keadaan yang berbeda, dimana banyak

tindakan diagnostic dan terapi yang rutin digunakan pada penderita kanker namun

dikontraindikasikan bagi wanita hamil. Terapi definitif biasanya membutuhkan pengorbanan

kehamilan atau menyebabkan risiko yang buruk bagi janin. Hal ini mungkin tidak dapat diterima

oleh sebagian pasien, menyebabkan terlambatnya pemberian terapi karena menunggu sampai

berakhirnya kehamilan dengan persalinan. Pedoman (guidelines) untuk evaluasi dan

penatalaksanaan pasien hamil dengan kanker harus mempertimbangkan usia kehamilan

termasuk alternatif lain untuk mengakomodir harapan/keinginan pasien mengenai

kehamilannya.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan kanker pada

kehamilan, yaitu efek kehamilan terhadap kanker, efek kanker terhadap kehamilan dan efek

modalitas penatalaksanaan kanker terhadap kehamilan.

Efek kehamilan terhadap kanker

Kehamilan normal dan kanker merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana antigen

jaringan ditoleransi oleh sistem imun yang baik. Toleransi ini mungkin dapat terjadi karena

adanya penekanan (supresi) sistem imun pada 20 minggu usia kehamilan, karena adanya efek

estrogen, progesteron dan HCG. Diketahui hormon-hormon yang mirip dengan estrogen dan

progesteron mampu mengaktifkan kembali sel-sel kanker pada karsinoma mamae laten selama

periode imunosupresi. Namun diketahui bahwa jaringan kepala dan leher tidak memiliki

reseptor terhadap hormon ini, sehingga mereka tidak memberikan andil terhadap timbulnya

keganasan primer. Bagaimanapun pada keganasan tiroid, penelitian in vitro menunjukkan

bahwa estrogen mampu meningkatkan ekspresi gen tgb yang meningkatkan produksi

Page 2: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

thyroglobulin pada kanker tiroid berdiferensiasi baik tanpa menstimulasi proto onkogen c-myc

dengan demikian tidak menstimulasi proliferasi sel. Hal ini dapat berakibat peningkatan

produksi sel kanker selama kehamilan. Penurunan jumlah sel T menunjukkan adanya

penekanan system imunitas seluler. Selama periode toleransi imun ini, factor penghambat

serologi, terutama IgG immunoglobulin, membantu bertoleransi terhadap antigen jaringan.

Sebagai tambahan, Nampak adanya faktor peningkatan migrasi leukosit dan penurunan

imunitas sel darah merah. Dengan demikian, sebuah mekanisme imunologi yang disesuaikan

untuk pertahanan janin, juga membantu dalam perkembangan keganasan.

Efek kanker terhadap kehamilan

Jaringan tumor ganas memiliki kecepatan metabolism yang tinggi dan dapat menjatuhkan

pasien ke dalam status katabolic, yang dapat berakhir pada status kakheksia. Sistem

metabolisme wanita hamil berada di bawah tekanan, untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan janin yang aktif dan cepat. Kehadiran kanker dalam kehamilan akan

menyebabkan akibat yang merugikan bagi ibu dan janin. Kanker ke[ala dan leher , termasuk

faring dan esophagus, dapat memperkuat efek ini dengan mengambil intake nutrisi.

Pengurangan asupan makanan dan status katabolic akan berpengaruh terhadap apapun

modalitas terapi yang diberikan pada pasien kanker.

Salah satu sifat keganasan adalah kemampuan bermetastasis. Apakah dimungkinkan bahwa

keganasaan pada ibu dapat bermetastasis kepada janin? Transmisi visceral dari sel-sel kanker

biasanya jarang, meskipun sel-sel ibu memang dapat menjangkau janin. Tumor yang muncul

bersamaan dengan kehamilan sangat jarang terlibat dengan hasil konsepsi (plasenta dan janin).

Jalan yang paling sering untuk memperbanyak diri adalah secara hematogen. Bagaimanapun

barier plasenta dan system imun janin turut berpengaruh dalam hal ini. Tumor yang paling

banyak bermetastasis ke plasenta adalah melanoma maligna, termasuk 30% tumor dalam

kehamilan. Jumlah tersering kedua adalah leukemia dan limfoma diikuti karsinoma payudara

dan paru-paru.

Efek modalitas penatalaksanaan kanker dalam kehamilan

Page 3: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

Penanganan kanker yang yang diperberat dengan kehamilan pada prinsipnya adalah

mengurangi ancaman terhadap janin, atau pengobatan optimal dapat diberikan , namun

dengan konsekuensi dapat berakibat risiko terhadap janin. Dalam hal ini, terminasi kehamilan

dapat dipertimbangkan dalam langkah pertama. Bagaimanapun diperlukan pertimbangan

moral, etika yang kompleks. Pengarh terhadap janin tergantung pada usia kehamilan.

Kemoterapi dikontraindikasikan selama trimester pertama untuk mencegah teratogenesis,

Selama kehamilan akhir, kemotherapi dapat digunakan bila dibutuhkan.

Tidak ada bukti bahwa kehamilan dapat memberi dampak buruk bagi leukemia, namun

leukemia dapat mengancam kehamilan dengan cara infeksi, aborsi dan perdarahan. Leukemia

kronik jarang pada kehamilan namun bila terdiagnosis maka tidak membuthkan pengobatan

apapun selama periode kehamilan. Diagnosis leukemia selama kehamilan biasanya terllambat

Karena gejala yang tidak spesifik dan dapat dirancukan dengan gejala yang muncul karena

kehamilan. Leukemia akut , bila terdiagnosis, biasanya membutuhkan terapip agresif, berbeda

dengan bentuk kronik dari penyakit ini. Hampir 23% wanita hamil dengan leukemia akut

terdiagnosis dalam trimester pertama kehamilannya, 37% selama trimester kedua dan 37%

selama trimester ketiga. Kehamilan awal harus diterminasi dan memulai kemoterapi sesegera

mungkin. Slema trimester kedua dan ketiga, penggunaan kemoterapi kombinasi dapat

digunakan secara relative aman. Dengan penatalaksanaaan demikian, kematian ibu dapat

ditekan dan daya tahan janin dapat meningkat sampai 90%.

Sumber:

Bradley PJ, Raghavan U, Cancers presenting in the head and neck during pregnancy, Current

Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery 2004, ©2004 Lippincott Williams &

Wilkins12:76–81.

Leukemia dalam kehamilan

Secara umum, terdapat dua jenis leukemia. Leukemia yang berasal dari jaringan disebut

leukemia limfositik atau limfoblastik atau limfoid. Sedangkan yang berasal dari sumsum tulang,

disebut leukemia myeloid. Menurut onset-nya, leukemia dapat terbagi lagi menjadi akut atau

Page 4: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

kronis. Meskipun leukemia lebih umum ditemukan setelah usia 40 tahun, mereka masih dapat

merupakan salah satu keganasan yang paling umum dari wanita muda.1

Leukemia selama kehamilan adalah suatu kejadian yang cukup jarang. Moloney pada

tahun 1964 berhasil menemukan 267 kasus yang membandingkan leukemia akut dan kronik

pada kehamilan. Leukemia akut merupakan kejadian yang amat sangat tidak diharapkan bagi

ibu, pengaruhnya ke janin bergantung kepada munculnya apakah penyakit tersebut

bermanifestasi di awal atau di akhir kehamilan. Leukemia kronik pada kehamilan lebih

mempunyai prognosis yang baik. Meskipun begitu, pada leukemia masih terdaat risiko

leukostasis yang dapat mengakibatkan insufisiensi uteroplasenta sehingga akan meningkatkan

kejadian: pertumbuhan janin yang terhambat, kelahiran prematur dan meningkatkan kematian

perinatal.2

Sumber:

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams obstetrics.

23rd edition. The McGraw-Hill Companies. 2010.

2. Ali R, Özkalemkas F, Özkocaman V, Özçelik T, Ozan U, Kimya Y, et al. Successful pregnancy

and delivery in a patient with chronic myelogenous leukemia (CML), and management of

CML with leukapheresis during pregnancy: a case report and review of the literature. Jpn J

Clin Oncol. 2004;34(4)215–217.

Penatalaksanaan LGK dalam kehamilan

Sebelum 1970, laju kematian maternal pada leukemi sebesar 100 persen. Namun dengan terapi

kontemporer, remisi selama kehamilan menjadi umum ditemukan. Kemoterapi induksi diikuti secara

agresif dengan tujuan meraih remisi sempurna. Setelahnya, terapi postremisi diharuskan untuk

mencegah relaps, yang bila terjadi, biasanya diobati dengan transplantasi sel punca (Wetzler dkk, 2005).

Pada beberapa leukemia kronik kemungkinan terapi dapat ditunda hingga setelah persalinan (Fey dan

Surbeck, 2008). Kombinasi rejimen kemoterapi merupakan hal yang kompleks, dan toksisitas umum

terjadi. Biasanya dipertimbangkan eksposur terhadap janin. Baru baru ini antibodi monoklonal

digunakan untuk mengobati beberapa leukemia. Ault dkk (2006) menggambarkan 19 kehamilan terjadi

Page 5: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

pada pasangan yang salah satu atau keduanya dalam terapi Imatinib untuk leukemia myeloid kronik.

Efek fetal obat ini saat ini belum diketahui.

Tidak ada bukti bahwa terminasi memperbaiki prognosis. Abortus dapat dipertimbangkan pada

kehamilan awal untuk mencegah efek teratogenik kemoterapi. Dan karena dapat menyederhanakan

managemen akut penyakit ini pada wantia, abortus tetap dipertimbangkan pada usia sebelum janin

viabel. Infeksi dan perdarahan adalah komplikasi signifikan yang harus diantisipasi terjadi pada wanita

dengan penyakit akut, terutama infeksi purpural. Greenlund dkk (2001) mengulas adanya

kesintasan/harapan hidup membaik pada wanita dengan leukemia mielogenik kronik.

Sumber:

Copyright © 2010, 2005, 2001 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Printed in the

United States of America

Ch. 57: Neoplastic Disease. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, et. al. editors.

Williams Obstetric. 23rd ed.

A Patricia,K Hagop, O Susan, F Stefan, B Miloslav, R Mary Beth, et all. Pregnancy Among Patients With

Chronic Myeloid Leukemia Treated With Imatinib. Journal of Clinical Oncology. Vol 24. No 7. March

2006. Diunduh dari http://jco.ascopubs.org/cgi/reprint/24/7/1204.pdf

Tatalaksana terapi LGK selama kehamilan memiliki beberapa dilema dikarenakan

potensi efek teratogenic terapi. Beberapa tipe terapi yang sudah digunakan pada pasien LGK

selama kehamilan meliputi obat-obat sitotoksik, interferon alpha, dan leukafaresis.

Hydroxyurea (HU) merupakan agen csitotoksik yang memiliki potensi mutagenik terendah

dibandingkan obat sitotoksik lainnya. Pada beberapa tempat dimana leukafaresis dan

interferon tidak tersedia, dan terminasi kehamilan tidak dapatditerima, mayoritas pasien LGK

ditangani dengan pemberian HU. Literatur rview menunjukkan hanya pada beberapa pasien

yang diberikan terapi HU.pada pasien tersebut tidak ditemukan konsekuensi teratogenik dan

hematologik terhadap janin.(1,2,3,4,5)

a. -Interferon telah digunakan sebagai terapi LGK dengan kesuksesan yang beragam.(6,7).

Bukti laboratorium menunjukan bahwa interferon da[at melewati sawar plasenta dan

Page 6: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

meningkatkan insiden abortus pada monyet rhesus (8,9), efek samping pada kehamilan

dan pertumbuhan janin belum dilaporkan, tetapi ada laporan bayi yang lahir normal dari

ibu yang diberikan terapi interferon selama kehamilan (10,11,12,13). Namun terapi

dengan interferon alpha dapat menimbulkan fertilitas sebagai akibat penurunan kadar

estradiol dan progesterone serum.(9)

b. Leukafaresis telah sukses digunakan pada leukemia akut dan kronik untuk menurunkan

sel darah putih yang tinggi pada pasienancaman hambatan vaskularisasi.terapi

leukofaresis yang telah dilakukan pada pasien hamil dengan LGK dapat ditoleransi

dengan baik oleh ibu dan janin, dan tidak ditemukan efek samping yang berarti.

Leukafaresis dapat dipertimbangkan sebagai terapi pada LGK pada trimester pertama

kehamilan dan dapat dilanjutkan selama kehamilan berlangsung. Oleh karena efek

samping dan efek teratogenik yang rendah, terapi ini merupakan terapi yang optimal

pada pasien hamil dengan LGK yang dapat mentolerir dan merespon terhadap prosedur

ini.

c. Hydroxyurea

Terapi LGK meliputi pencgahan terhadap insufusiensi plasenta dan komplikasi lainnya

akibat dari hiperleukositosis dengan mengontrol sel darah putih pada kehamilan.,

dengan cara menghindari paparan obat2 yang bersifat sitotoksik terhadap janin.

Busulphan dan Hydroxyurea menghambat sintesis DNA dan dapat menyebabkan aborsi ,

malformasi dan retardasi pertumbuhan janin. Malformasi kongenittal telah ditemukan

selama pemberian Busulphan selama kehamilan (14). Preeklampsi , pertumbuhan janin

terhambat, bayi lahir mati ditemukan selama terapi HU selama kehamilan.meskipun

tidak dapat diketahui bahwa HU sebagai penyebabnya secara pasti.

Pemberian terapi HU pada wanita hamil usia 27 minggu, tidak memiliki efek samping

pada ibu dan janin. Meskipun begitu pertumbuhan dan perkembangan bayi harus tetap

dipantau, karena potensi dan resiko jangka panjang obat ini masih belom

diketahui.hingga saat ini terapi HU yang diberikan setelah trimester2 kehamilan terbukti

aman dan efektif untuk terapi LGK selama kehamilan, data tambahan tetap masih

Page 7: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

dibutuhkan sebelum HU ditetapkan sebagai terapi pilihan pada pasien yang sedang

hamil. HU berguna dan merupakan alternatif yang lebih murah dibandingkan dengan

interferon pada pasien hamil dengan LGK, dalam situasi dimana leukopharesis tidak

tersedia.

Proses persalinan pada pasien dengan LGK, dari beberapa laporan kasus, pasien dapat

melahirkan secara pervaginam, dengan syarat selama kehamilan berlangsung pasien telah di

beri terapi baik dengan interferon alpha, leukafaresis dan hydroxyurea, sehingga angka sel

darah putih terkontrol dengan baik.(13) Persalinan perabdominam dipilih apabila terdapat

indikasi obstetrik lainnya.

Sumber:

1. Delmier A, Rio B, Bauduer F, Ajehenbaum F, Marie JP, Zittoun R. Pregnancy during

myelosuppressive treatment for chronic myelogenous leukaemia. Br J Haematol 1992;

82: 783-784.

2. Patel M, Dukes IAF, Hull JC. Use of hydroxyurea in chronic myeloid leukemia during

pregnancy: a case report. Am J Obstet Gynecol 1991; 165: 565-566.

3. Tertian G, Tchernia G, Papiernik E, Elefant E. Hydroxyurea and pregnancy. Am J Obstet

Gynecol 1992; 18: 68-74.

4. Jackson N, Shukri A, Kamaruzaman A. Hydroxyurea treatment for chronic myeloid

leukaemia during pregnancy. Br J Haematol 1993; 85: 203-204.

5. Kuroiwa M, Gondo H, Ashida K, Kamimura T, Miyamoto T, Niho Y, Tsukimori K,

Nakano H, Ohga S. Interferon-alpha therapy for chronic myelogenous leukemia during

pregnancy. Am J Hematol 1998; 59: 101-102.

6. Faderl S, Talpaz M, Estrov Z, Kantarjian HM. Chronic myelogenous leukemia: biology and

therapy. Ann Intern Med 1999;131:207–19

7. 2 Mughal TI, Goldman JM. Chronic myeloid leukaemia: STI 571 magnifies the

therapeutic dilemma. Eur J Cancer 2001;37:561–8. 27 Baer MR, Ozer H, Foon KA.

Page 8: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

Interferon- therapy during pregnancy in chronic myelogenous leukaemia and hairy cell

leukaemia. Br J Haematol 1992;81:167–9.

8. 28 Baer MR. Normal full-term pregnancy in a patient with chronic myelogenous

leukemia treated with -interferon. Am J Hematol 1991;37:66. Reichel RP, Linkesch W,

Schetitska D. Therapy with recombinant interferon alpha-2c during unexpected

pregnancy in a patient with chronic myeloid leukaemia. Br J Haematol 1992;82:472–8.

9. Szczepanski T, Langerak AW, Dongen JJM. Interferon-alpha therapy for chronic

myelogenous leukemia during pregnancy. Am J Hematol 1998;59:101–2.

10. Kuroiwa M, Gondo H, Ashida K, Kamimura T, Miyamoto T, Niho Y, et al. Interferon-alpha

therapy for chronic myelogenous leukemia during pregnancy. Am J Hematol

1998;58:101–2.

Pengaruh Pengobatan LGK Terhadap Kehamilan

Terapi ditujukan untuk mencapai remisi lengkap, baik remisi hematologi,remisi

sitogenetik,maupun remisi biomolekuler. Begitu mencapai remisi hematologis dilanjutkan

dengan terapi interferon dan atau cangkok sumsum tulang.

Untuk mencapai remisi hematologis digunakan obat-obat yang bersifat mielosupresif,

misalanya Hydroxyurea. Hydroxurea merupakan obat terpilih karena efektif dan relative singkat

menyebabkan mielosupresi (beberapa hari sampai seminggu). Dosis 30 mg/kgBB/hari diberikan

sebagai dosis tunggal atau dibagi 2-3 dosis. Apabila leukosit > 300.000/mm³,dosis boleh

ditinggikan sampai 2,5 mg/hari. Penggunaan dihentikan bila leukosit < 8.000/mm³ atau

trombosit < 100.000/mm³. Hati-hati bila digunakan bersama 5-FU karena dapat timbul

neurotoksisitas.

Agen lain yang dapat digunakan untuk mencapai remisi adalah Busulfan. Dosis

4-8mg/hari dapat dinaikan sampai 12mg/hari hentikan njika leukosit 10-20.000/mm³,dimulai

kembali setelah leukosit > 50.000/mm³. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Bila hitung

leukosit sangat tinggi, berikan alopurinol dan hidrasi yang baik. Waspadai risiko fibrosis paru

dan supresi sumsum tulang berkepanjangan.

Page 9: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

Selain itu Imatinib Mesylate juga dapat dipilih. Imetinib Mesylate untuk fase kronik dosis

400mg/hari setelah makan,dapat ditingkatkan sampai 600mg/hari bila tidak mencapai respon

hematologic setelah pemberian selama 3 bulan atau memberikan respon baik tetapi setelah itu

terjadi perburukan secara hematologic. Segera turunkan dosis jika terjadi netropenia berat ( <

500/mm³) atau trombositopenia berat ( < 50.000/mm³) atau peningkatan SGOT/SGPT dan

bilirubin. Pada krisis blas dapat diberikan langsung 800mg/hari. Waspadai risiko

hipersensitivitas, dan jangan gunakan pada ibu hamil. Imatinib dapat menghasilkan remisi

sitogenetik.

Interferon Alfa -2a Atau Interferon Alfa-2b tidak dapat menghasilkan remisi biologic

walaupun dapat mencapai remisi sitogenetik. Dosis 5 juta IU/m²/hari subkutan sampai

mencapai remisi sitogenetik, biasanya setelah 12 bulan terapi

Cangkok Sumsum Tulang merupakan terapi definitive untuk LGK, tidak dialkukan pada LGK

dengan kromosom Ph negative atau BCR-ABL negative. Cangkok tulang dilakukan bila usia <60

tahum, ada donor, dan termasuk golongan risiko rendah menurut perhitungan sokal.

Terapi Leukemia Granulositik kroonik (LGK) pada kehamilan dapat dilakukan berupa

kemoterapi dengan menggunakan golongan tirosin kinase inhibitor dan terapi interferon alfa.

Golongan tirosin kinase inhibitor seperti imanitib dan dasanitib digunakan sebagai terapi

leukemia granulositik kronik. Penelitian-penelitian yang ada belum jelas menerangkan adanya

efek samping bila golongan tirosin kinase inhibitor ini digunakan pada wanita hamil. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa golongan ini dapat diberikan walaupun efeknya belum jelas jika

diberikan pada kehamilan trimester pertama dimana masih berlangsung proses organogenesis.

Tetapi pada Bagaimanapun, pengobatan terapi keganasan dengan kemoterapi menggunakan

golongan tirosin kinase inhibitor merupakan protokol standar yang banyak diberikan. Laporan

menyebutkan bahwa terapi dengan menggunakan agen-agen untuk pengobatan leukemia

granulositik kronik tidak menyebabkan terjadinya efek sitotoksik pada kehamilan. Satu kasus

pengobatan menggunakan dasanitib dan interferon alfa berhasil melahirkan bayi pada usia 33

minggu dengan seksio sesar tanpa adanya kelainan pada bayinya.

Page 10: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

Untuk mengevaluasi potensial teratogenik pada pengobatan kanker, termasuk LGK,

dilihat pada 43 anak yang ibunya menerima kemoterapi pada masa kehamilan karena

keganasan hematology. 19 dari anak tersebut menerima kemoterapi pada trimester pertama,

ternyata didapatkan bahwa kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan . Status imunologi,

hematology dan citogenetik juga dievaluasi. Usia anak-anak tersebut antara 3-19 tahun.

Pada anak-anak tersebut dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hati-hati

untuk mendeteksi tanda-tanda atau gejala-gejala abnormal dan riwayat kemoterapi ibu dicatat

dengan baik. Pada semua anak tersebut, fisik, neorologis, psikososial dan hematology serta

system imun dan sitogenetik didapatkan normal.

Hasil tersebut menunjukan bahwa kemoterapi bias dilakukan selama kehamilan,

meskipun pada trimester tertama, karena tidak berbahaya terhadap fetus. Meskipun demikian,

studi ini tidak cukup untuk menyingkirkan kemungkinan teratogenesis dan masih dibutuhkan

banyak laporan untuk pengobatan terbaik terhadap kanker selama kehamilan.

Sumber:

1. Agustin Avilés, M.D. *, José C. Díaz-Maqueo, Alejandra Talavera, Renaldo Guzmán, Edna L.

García. Chronic Granulocytic Leukemia in Pregnancy: A Case Report and Review of the

Literature 1980 59, :6 , pages 563 - 565

2. Apperley J. CML in pregnancy and childhood. Best Pract Res Clin Haematol 2009;22:455-75.

3. Conchon M, Sanabani SS, Serpa M, Novaes MM, Nardinelli L, Ferreira PB, dkk. Sucessful

pregnancy and delivery in a patient with chronic myeloid leukemia while in dasatinid therapy.

Adv Hematol. 2010;2010:136-

Pemilihan cara kontrasepsi yang tepat bagi pasien LGK

Pilihan terapi konvensional untuk Leukemia granulositik kronik (LGK) meliputi

hydroxyurea, busulfan, regimen dengan interferon serta tranplantasi sel punca,dengan

Page 11: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

tatalaksana menggunakan sel punca sebagai satu-satunya terapi kuratif. Perkembangan

tatalaksana terbaru menggunakan imatinib, Gleevec , sebuah penghambat bcr-abl tyrosine

kinase , memberikan harapan baru untuk pasien dengan LGK. Imatinib meskipun menunjukkan

hasil yang baik dalam hal respon sitogenetik dan hematologik menujukkan efek yang

teratogenik pada tikus percobaan. Karena hal tersebut maka setiap wanita yang ditatalaksana

dengan imatinib harus sadar dengan risiko tersebut dan menggunakan kontrasepsi yang efektif.

Pemilihan kontrasepsi yang tepat menjadi langkah selanjutnya bagi pasien dengan leukemia.

Penggunaan Intra Uterine Device ( IUD) baik yang sederhana (Copper T) maupun yang dengan

levonorgestrel ( Mirena) sebaiknya tidak dilakukan karena kecenderungan seseorang yang lebih

mudah terkena infeksi dalam proses pemasangannya.

Kontrasepsi yang dapat digunakan adalah

1. Dengan menggunakan metode-metode alami seperti sanggama terputus, metode keluarga

berencana alamiah seperti sistem kalender dan metode suhu basal. Meskipun metode-metode

alami tersebut juga memiliki tingkat kegagalan yang cukup tinggi dengan tingkat kegagalan yang

bervariasi.

2. Metode barrier seperti kondom, diafragma, spemisida.

Metode alami dan barrier diatas tentu saja harus dilakukan tidak saja oleh pihak perempuan

melainkan pasangannya.

3. Metode terakhir yang dapat digunakan adalah metode dengan sterilisasi yang beberapa

indikasinya meliputi pasien dengan retardasi mental, skizofrenia, epilepsy atau wanita dengan

leukemia kronikd an kanker payudara.

Tidak terdapat data lain yang menganjurkan atau tidak menganjurkan penggunaan kontrasepsi

hormonal baik dalam bentuk pil maupun suntikan untuk pasien dengan LGK.

Sumber:

Page 12: Leukemia Dalam Kehamilan (KI)

1. Two successful pregnancies in a chronic myeloid leukemia patient treated with imatinib.

Diunduh dari website Haematologica, Vol 92, Issue 1, e9-e10 doi:10.3324/haematol.10935

2. PTK 787 and Gleevec in Patients With AML, AMM, and CML-BP study. Diunduh dari :

http://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT00088231

3. Hensley ML, Ford JM. Imatinib Treatment: Specific Issues Related to Safety,Fertility, and

Pregnancy. Semin Hematol 40(suppl 2):21-25..

4. Birth Control – Everything You Need to Know. Diunduh dari :

http://www.webhealthcentre.com/Healthcorners/women_health_birth.aspx