liana proposal metolid
DESCRIPTION
lianaTRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2013-2014)
Oleh
Nama : Liana Dewi
NPM : 1211031053
Jurusan : S1 Akuntansi
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG2015
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan di Bursa Efek Indonesia kini berkembang pesat, dapat dilihat dari
banyaknya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bagi perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di BEI atau perusahaan yang go
public wajib menyampaikan laporan keuangan perusahaan secara berkala.
Laporan keuangan merupakan laporan yang disusun sesuai dengan Satndar
Akuntansi Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Oleh karena adanya
peraturan yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal(Bapepam) tersebut,
dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan akan audit laporan
keuangan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Peraturan Bapepam dan LK Nomor. X.K.2 tentang “Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala” yang tertuang dalam angka 1 huruf b dan angka 2 huruf a
memuat peraturan dan ketentuan mengenai kewajiban menyampaikan laporan
keungan secara berkala. Di dalamnya memuat peraturan bahwa setiap perusahaan
go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Laporan
keuangan tahunan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan dan memuat pernyataan pertanggungjawaban atas laporan
keuangan sebagaimana diatur dalam peraturan VIII.G.11 tentang tanggung jawab
direksi atas laporan keuangan atau X.E.1 tentang kewajiban penyampaian laporan
berkala oleh perusahaan efek.
Dalam hal ini, akuntan publik memiliki tanggung jawab yang besar untuk bekerja
secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme akuntan publik
tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya (Imam Subekti dan
Novi Wulandari, 2004 dalam Supriyati, 2007:109). Ketepatan waktu penyusunan
atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa
mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi
akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena informasi
yang dihasilkan dianggap tidak relevan lagi. Laporan keuangan yang telah diaudit
didalamnya memuat informasi penting seperti laba yang dihasilkan perusahaan
dan besarnya kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan. Informasi penting
tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak internal maupun
eksternal perusahaan.
Penyampaian laporan keuangan audit ke publik dapat mengakibatkan adanya
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
dalam laporan keuangan yang dapat mengindikasikan lamanya waktu
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor, kondisi ini sering disebut sebagai
Audit Delay. Kartika (2003) memiliki opini mengenai audit delay yaitu rentang
waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai
dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Semakin cepat publikasi laporan
keuangan auditan maka opini publik terhadap suatu perusahaan tersebut akan
semakin baik.
Pentingnya publikasi laporan keuangan yang telah diaudit sebagai informasi yang
sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis, jarak waktu penyelesaian audit laporan
keuangan mempengaruhi manfaat informasi laporan keuangan audit yang
dipublikasikan. Sampai saat ini masih belum ada konsistensi dari penelitian
terdahulu terhadap beberapa variabel yang mempengaruhi keterlambatan audit,
maka judul yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Faktor
Internal dan Faktor Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay” (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2014).
Penelitian ini mereplikasi penelitian sebelumnya yaitu dalam penelitian Ani
Yuliyanti dengan judul skripsi “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit
Delay” (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2007-2008) dari Universitas Negeri Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, peneliti akan mengemukakan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang masalah diatas, yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
2. Apakah umur perusahaan perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
3. Apakah ukuran KAP perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
4. Apakah ruang lingkup pemeriksaan berpengaruh terhadap audit delay?
5. Apakah internal audit perusahaan berpengaruh terhadap audit delay?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian adalah:
1. Mengetahui pengaruh tingkat profitabilitas perusahaan terhadap audit delay.
2. Mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay.
3. Mengetahui pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap audit
delay.
4. Mengetahui pengaruh ruang lingkup pemeriksaan terhadap audit delay.
5. Mengetahui pengaruh internal audit terhadap audit delay.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay serta bagi pihak-pihak
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dapat menjadi perbandingan dalam
melakukan penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi pihak internal perusahaan diantaranya manajemen perusahaan, selain itu
juga pihak internail yaitu investor, analisis laporan keuangan, dan kreditur hasil
penelitian ini akan memberikan informasi dan gambaran serta menampilkan
temuan-temuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay.
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Landasan Teori
2.1.1 Agency Theory
Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu
perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang
memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal,
sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen
bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan
principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2010). Dalam
penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor
independen merupakan agen.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat membantu
menggambarkan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode
tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen
mendapatkan informasi yang bermanfaat (Kartika, 2009 dalam Saputri,2012).
Setiap perusahaan go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik.
Tuntutan tersebut diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan
selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996,
yang mewajibkan setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan
laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor
independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat
(120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Namun, sejak
tanggal 30 September 2003, Bapepam memperketat peraturan dengan
dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa
laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat
lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Pentingnya ketepatan
waktu terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri, apabila terdapat
penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya (Saputri,2012).
2.1.3 Auditing
Berdasarkan ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts), Halim
(2008:1) mendefinisikan auditing adalah suatu proses sistematis untuk
menghimpun dan mengavaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-
asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaiaan antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
2.1.4 Audit Delay
Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31) mendefinisikan audit
delay sebagai lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga
tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Panjangannya masa audit delay ini
berbanding lurus dengan lamanya masa pekerjaan lapangan diselesaikan auditor
sehingga semakin lama pekerjaan lapangan maka semakin lama audit delay yang
terjadi. Selanjutnya menurut Subekti dan Widiyanti (2004), audit delay adalah
lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
dalam laporan keuangan.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
2.1.5.1 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Na’im (1998) memperlihatkan bahwa
tingkat profitabilitas yang rendah memacu kemunduran publikasi laporan
keuangan. Selain itu, Owusu-Ansah (2000) juga menunjukan bahwa perusahaan
yang memiliki prestasi yang tinggi (good news) akan melaporkan lebih tepat
waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news).
Return on asset (ROA) digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat
profitabilitas dalam penelitian ini. ROA merupakan rasio yang mengukur
efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. (Widyantari dan
Wiryakusuma, 2012)
2.1.5.2 Umur Perusahaan
Teori keagenan menyatakan bahwa semakin cepet dalam publikasi laporan keuangan
akan menghilangan kesalahan asimetri informasi. Perusahaan yang telah lama berdiri
umumnya telah melakukan ekspansi dengan membuka cabang-cabang atau usaha di
beberapa daerah, Hal ini berarti bahwa perusahaanyang lama listing di Bursa Efek
Indonesia memiliki lebih banyak stakeholder dan telah banyak menjadi perhatian
stakeholder sehingga mendorong manajemen mengenai pentingnya informasi dan
menginginkan laporan keuangan audit lebih cepat untuk dipublikasikan Lianto dan
Kusuma (2010). Rachmaf Saleh dalam Luciana dan Lucas (2006:8) menemukan
bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil
dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki umur lebih muda, karena perusahaan
yang memiliki umur lebih tua telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan
demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu. Berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh umur perusahaan
terhadap audit delay,yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini,
penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas(2006) menunjukan bahwa umur
perusahaan sigifikan mempengaruhi audit delay.
2.1.5.3 Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri
Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaanya.
Pengukuran Kantor Akuntan Publik dibagi menjadi dua yaitu KAP the big four
dan KAP non the big four.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) dalam Yulianti (2011) Kantor Akuntan
Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik
non the big four.
Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia
adalah:
a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan
Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan.
b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang
bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya.
c. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor
Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo.
d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama
dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. Menurut Supriyati Yuliastri
Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal
dengan the Big Four dianggap dapat
melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih
tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik
yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan
auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya.
2.1.5.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan
Ruang lingkup pemeriksaan yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian intern,
pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian
internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan. Ruang lingkup pemeriksaan menunjukan seberapa luasnya lingkup
yang menjadi pemeriksaan bagi auditor terhadap perusahaan. Ruang lingkup
dapat dilihat dari berapa banyak anak dan cabang perusahaan sebagai entitas yang
saling melaporkan laporan keuangan kepada induk perusahaan dan digabung ke
dalam satu laporan keuangan konsolidasian.
2.1.5.5 Internal audit
Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan audit internal sebagai berikut
(Sawyer’s et al.;2003;9): “Audit internal adalah aktivitas independen, keakinan
objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan operasi organisasi. Audit membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan
pengelolaan organisasi.”
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan berkaitan serta menjadi
acuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Jurnal “Analisis Faktor Yang mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan
Food and Bevergades tercatat di BEI 2009-2011” oleh Mantik dan Sujana.
Terpilih 12 sampel perusahaan dengan variabel independen ukuran
perusahaan, solvabilitas dan reputasi auditor. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara signifikan ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap audit delay, solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap audit delay,
reputasi auditor mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) berfokus pada perusahaan
yang terdaftar di LQ 45. Hasilnya adalah bahwa total asset, laba rugi
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Opini dari
auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay.
Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit
delay dan secara bersama-sama seluruh variabel berpengaruh.
3. Dalam jurnal yang disusun oleh Saputri dan Yuyeta (2011), hasil penelitian
secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara
serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun,
berdasarkan hasil pengujian secara parsial, reputasi KAP memiliki pengaruh
negatif terhadap audit delay, sedangkan laba/rugi, opini auditor dan
kompleksitas operasi perusahaan memliki pengaruh positif signifikan
terhadap audit delay. Dan selanjutnya untuk variabel ukuran perusahaan, dan
jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.
2.3 Kerangka Pemikiran
Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay. Dalamn hal ini, peneliti akan melakukan penelitian
lanjutan dengan menggunakan variabel dari beberapa peneliatan sebelumnya
untuk membuktikan apakah variabel-variabel berikut ini berpengaruh terhadap
audit delay. Serta ada pengujian terhadap variabel lain yang belum pernah diteliti
sebelumnya berdasarkan saran peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti
mencoba menguji kembali beberapa variabel yaitu tingkat profitabilitas, umur
perusahaan, ukuran KAP, ruang lingkup pemeriksaan dan internal audit
perusahaan. Skema kerangka pemikiran dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Profitabilitas (X1)Umur Perusahaan (X2)Ukuran KAP (X3)
Ruang Lingkup Pemerik
saan (X4)
Audit Delay
(Y)Internal Audit (X5)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 dan 2014. Oleh karena perlunya
beberapa kriteria untuk pemilihan data sampel maka dipilih pendekatan purposive
sampling yaitu pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu, diantaranya:
1. Termasuk perusahaan yang bergerak di sektor Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun
2013 dan 2014 secara lengkap sesuai dengan data yang diperlukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian.
2. Menerbitkan laporan tahunan beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor yang dipublikasikan selama tahun 2013 dan 2014 secara berturut-turut.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa
laporan keuangan tahunan beserta laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Data tersebut meliputi data laporan keuangan
dan laporan tahunan perusahaan, rasio profitabilitas, laporan komite audit dan
laporan auditor independen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
yang merupakan pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian yaitu dengan metode dokumenter yaitu dengan
mempelajari, mengklasifikasi dan menganalisis data sekunder berupa laporan auditor
independen, laporan keuangan tahunan. Metode sampel yang diterapkan adalah
metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Independen (X)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen yang akan digunakan dalam penulisan ini terdiri dari :
profitabilitas (X1), umur perusahaan (X2), ukuran KAP (X3), ruang lingkup
pemeriksaan (X4) dan internal audit (X5).
3.4.1.1 Profitabilitas (X1)
Untuk menilai tingkat profitabiltas perusahaan dilihat dari laba bersih sebelum pajak
dengan jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Tingkat profitabilitas dapat
dihitung dan dilihat dari besarnya rasio Return on Asset (ROA) yang dirumuskan
sebagai berikut:
Profitabilitas (ROA )=Laba BersihTotal Aktiva
×100 %
3.4.1.2 Umur Perusahaan (X2)
Umur perusahaan dapat dihitung mulai dari tanggal perusahaan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal dilaksanakannya
penelitian. Pada umunya umur perusahaan dihitung ke dalam jumlah
harian sejak perusahaan listing dan pengukuran terhadap variabel umur
perusahaan menggunakan skala data rasio.
3.4.1.3 Ukuran KAP (X3)
Pada penelitian ini Ukuran KAP diukur dengan melihat KAP yang mengaudit
laporan keuangan perusahaan. Ukuran KAP dalam diklasifikasikan menjadi
dua yaitu perusahaan yang menggunakan jasa KAP the big four diberi kode 1
dan perusahaan yang tidak menggunakan jasa KAP the big four diberi kode
0.
3.4.1.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan (X4)
Ruang lingkup dapat dilihat dari berapa banyak anak dan cabang perusahaan
sebagai entitas yang saling melaporkan laporan keuangan kepada induk
perusahaan dan digabung ke dalam satu laporan keuangan konsolidasian.
3.4.1.5 Internal Audit (X5)
Fungsi di dalam internal audit dapat diukur dengan menggunakan jumlah aktivitas
audit internal, yaitu berapa banyak jumlah obyek audit yang diaudit oleh unit audit
internal selama 1 periode yang pada umumnya tahunan.
3.4.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Penelitian ini
menggunakan variabel dependen audit delay. Audit delay merupakan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan berdasarkan lamanya hari
yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas laporan audit
laporan keuangan tahunan perusahaan. Audit delay dihitung dari tanggal penutupan
buku sampai tanggal auditor mengeluarkan laporan audit atas laporan keuangan. Data
variabel dependen yang berupa lamanya hari tersebut dapat diukur ke dalam skala
data yaitu berupa data rasio.
3.5 Definisi Operasional dan pengukuran
Berikut ini adalah tabel dari definisi operasional dan pengukuran dalam penelitian ini:
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel
Variabel yang diukur Indikator Skala Sumber data
1. Variabel Indpenden
Tingkat Profitabilitas Nilai laba bersih dibagi
dengan total aktiva
dikalikan 100%.
Rasio Sekunder
Umur Perusahaan Lamanya perusahaan
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sampai dengan
tanggal pelaksanaan
penelitian
Rasio
Sekunder
Ukuran KAP Big four dan non big
four.
Dummy Sekunder
Ruang Lingkup Pemeriksaan Jumlah cabang
perusahaan
Rasio Sekunder
Internal Audit Jumlah obyek audit yang
diaudit oleh unit audit
internal
Rasio Sekunder
2. Variabel Independen
Audit Delay Lamanya waktu
penyelesaian audit dari
tanggal akhir tahun buku
sampai diterbitkannya
laporan auditor.
Rasio
Sekunder
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik dalam menganalisis data merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Riyani
Kusuma pada tahun 2014. Data yang diperoleh akan diolah dengan melakukan
pengujian statistik menggunakan program SPSS versi 19.0. Untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisis data
sebagai berikut:
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisis data dengan menggambarkan
sampel data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menjabarkan jumlah data, rata-
rata, nilai minimum dan maksimum serta standar deviasi.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik untuk menghasilkan suatu
model yang baik. Uji asusmsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidak nya
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam model regresi.
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam sebuah
model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test, bila nilai signifikan semua variabel lebih dari 0,05 maka variabel
tersebut telah terdistribusi normal.
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi
memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien
korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variable bebasnya. Konsekuensi
adanya multikolinearitas adalah koefisen korelasi variable tidak tertentu dan
kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.
Ada beberapa metode uji multikolinearitas, yaitu:
1. Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan
nilai determinasi secara serentak (R2).
2. Dengan melihat nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF) pada
model regresi.
Batas tolerance adalah 0,10 atau nilai VIF adalah 10. Jika VIF > 10 dan nilai
tolerance <0,10, maka terjadi multikolinearitas tinggi antar variable bebas dengan
variable bebas lainnya.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam
penelitian pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada
grafik regresi antara nilai prediksi variable terikat (deepnden) yaitu ZPRED
(Standardized Predicted Value) dengan residualnya SRESID (Studentized Residual).
Uji yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisiitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola
tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemedian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heteroskedasitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini akan di uji
dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut
waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi.
Metode pengujian menggunakana uji Durbin Watson (DW test). Model regresi
dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berkisar 1,55
sampai 2,46 (untuk n<15).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Kriteria
pengujian dengan hipotesis tidak ada autokorelasi adalah sebagai berikut, Menurut
Santoso kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan
hubungan fungsional antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun
bentuk model regresi yang digunakan sebagai dasar adalah bentuk fungsi linear
yakni:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana : a = Konstanta
Y = Audit Delay
X1 = Tingkat Profitabilitas
X2 = Umur Perusahaan
X3 = Kantor Akuntan Publik (KAP)
X4 = Ruang Lingkup Pemeriksaan
X5 = Auditor Internal
b1.. b2.. b3.. b4.. b5 = koefisien regresi masing-masing variabel independen
e = faktor penggangu
3.6.4 Uji Parsial (Uji-t)
Uji t merupakan uji signifikan pengaruh setiap variabel antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Dengan demikian, melalui uji t akan diketahui
bagaimana pengaruh variabel independen secara parsial terhadap audit delay.
1. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima yang artinya tidak ada pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Jika –ttabel > – thitung atau ttabel < thitung maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.6.5 Uji Simultan (Uji F)
Uji F adalah menguji variabel independen secara bersama terhadap variabel
dependen. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yang ditempuh
melalui dua pendekatan, yaitu: membandingkan angka F hitung dengan F tabel.
1. Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho di terima,
2. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak.
Atau bisa dilihat dari nilai p-value yang muncul,
1. Jika p < α, maka Ho ditolak,
2. Jika p > α, maka Ho diterima.
3.7 Hipotesis
H a1: Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay
H a2: Umur perusahaan perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay
H a3: Ukuran KAP perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay
H a4: Ruang lingkup pemeriksaan berpengaruh negatif terhadap audit delay
H a5: Internal audit perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta), Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2009, Hal. 1 – 17
Vol. 16, No.1.
Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi
Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Lianto, N., Kusuma, B. H. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit
Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(2), 97-106, Agustus 2010.
Mantik, I Md Ngr Sudewa dan Edy Sujana,. 2012. Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Food And Beverages Tercatat
Di BEI 2009-2011.Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009) Penyajian Laporan
Keuangan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia,
Jakarta.
Rachmaf Saleh. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VII.(Desember) : pp 897-910.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi Keuanggan, Vol.
10, No. 1, Mei 2008.
Subekti, Imam. 2005. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 6, No. 1, Februari 2005.
Yulianti, Ani. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufakturr yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2007-2008). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/BAS/Bas_9.pdf
http://www.stietrisakti.ac.id/jba/
JBA12.2Agustus2010/3_artikel_JBA12.2Agustus2010.pdf