liberaisme tomysatriaw

24
8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 1/24 TUGAS LIBERALISME (Disusun sebagai Tugas pada Mata Kuliah Pemikiran Politik barat ) Dosen : Bpk Ma‘mun Murad Albarbasy Oleh: Tomy Satria Wardhana NPM : 2011130007 Ade Putra NPM 2011130028 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

Upload: tosawa

Post on 02-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 1/24

TUGAS

LIBERALISME

(Disusun sebagai Tugas pada Mata Kuliah Pemikiran Politik barat )

Dosen : Bpk Ma‘mun Murad Albarbasy 

Oleh:

Tomy Satria Wardhana

NPM : 2011130007

Ade Putra

NPM 2011130028

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 2: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 2/24

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Wr.Wb 

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, serta karunianya Kita berdua

dapat menyelesaikan makalah dengan tema ( Liberalisme).Makalah ini Kami susun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemikiran Politik Barat. Dengan segenap kerendahan

hati tidak lupa Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen mata kuliah Pemikiran

Politik barat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempuran, maka dari itu, Kami

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah dan

 pembelajaran bagi Kami dan Teman-temans semua.

Demikian atas perhatianya saya dan rekan saya ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat

 bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Penulis

Tomy Satria Wardhana

Page 3: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 3/24

ABSTRAK

Liberal berasal dari kata ―liberty‖, yang berarti kebebasan. dalam arti kemerdekaan

 pribadi, hak untuk mendapatkan perlindungan, dan kebebasan dalam menentukan sikap.

Liberalisme adalah suatu aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan dalam berbagai bidang

atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas

mungkin. Istilah ini baru digunakan pada abad ke-19 dan berasal dari kaum pemberontak

Spanyol yang menamakan dirinya ―liberalisme‖, kendatipun liberalism sebetulnya telah

 berkembang pada masa sebelumnya.

Liberalisme telah dimulai sejak era Renaissance, yang memperjuangkan kebebasan manusia dari

dominasi gereja atau agama, politik dan ekonomi. Kebebasan dalam bidang politik melahirkan

konsep tentang negara yang demokratis. Dalam bidang ekonomi, liberalisme menentang campur

tangan pemerintah yang terlalu banyak dalam usaha, sebisa mungkin peranan swasta

diutamakan.1 

Berdasarkan pada keyakinan bahwa semua sumber kemajuan terletak dalam

 perkembangan pribadi manusia yang bebas. Aliran ini memperjuangkan kedaulatan rakyat dan

kebebasan individu terhadap berbagai bentuk kekuasaan mutlak. Langkah pertama

 perjuangannya telah dilakukan oleh gerakan reformasi. Dalam abad ke-17 dan 18 timbul

 perlawanan terhadap absolutisme dan perjuangan menuju kebebasan jiwa dan bernegara. Tokoh

liberalisme antara lain John Locke, Voltaire, Montequieu, J.J. Rousseau. Sementara itu tokoh-

tokoh liberalisme dalam bidang ekonomi adalah Adam Smith, David Ricardo, dan Robert

Malthus.

Beberapa tokoh yang bisa dianggap sebagai penganut dan yang mengembangkan paham

liberalisme, yaitu:

(a) John Locke. Menurut pendapatnya, negara terbentuk dari perjanjiann sosial antara individu

dengan yang hidup bebas dengan penguasa.

(b) Montesquieu. Dalam bukunya spirit the law, terdapat pemisahan kekuasaan dalam

 pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tujuannya agar terdapat pengawasan

antar lembaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang.

1  http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=42:liberalisme-dari-

ideologi-menjadi-teologi-&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi  (Diakses pada pukul 12:00 AM 20

September 2012)

Page 4: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 4/24

Pemerintahan Inggris telah menerapkan paham liberalisme, yaitu dalam Magna Chartatahun

1215, tentang penjaminan hak individu oleh hukum. Dalam peristiwa Revolusi Prancis tahun

1789, berhasil menjatuhkan monarki absolut dan digantikan dengan mendirikan negara liberal

 berdasarkan Konstitusi.

Liberalisme memperjuangkan berbagai kebebasan yang hendaknya dijamin dalam undang-

undang dasar, di antaranya kebebasan agama, kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan

menyatakan pendapat. Kebebasan yang diperjuangkan itu hanya terjamin dalam negara hukum

yang mengindahkan Trias Politika.

Bentuk negara yang diidamkan adalah demokrasi parlemen dengan persamaan hak bagi seluruh

rakyat di depan hukum dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Cita-cita liberalisme

telah mencetuskan Revolusi Industri di Inggris (1688), Revolusi Amerika (1776), dan Revolusi

Prancis (1789).

Liberalisme tumbuh dari korterks masyarakat Eropa pada abad pertengahan, ketika itu

masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut, Anggota masyarakat terikat satu sama lain

dalam suatau system dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini bersifat

statis dan sukar berubah.

Kaum Aristokrat saja yang diperkenankan memiliki tanah, Golongan feudal ini pula yang

menguasai proses-proses ekonomi dan politik, Sedangkan para petani berkedudukan sebagai

 penggarap tanah yang dimiliki oleh pelindungnya (bangsawan). Mereka harus membayar pajak

dan menymbangkan pajak bagi si pelindung.Di beberapa tempat di Eropa, para petani malahan

tidak diperkenankan pindah ke tempat yang lain yang dikehendaki tanpa persetujuan si

 pelindung. Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai milik pribadi sang pelindung.Industri dikelola

dalam bentuk gerakan-gerakan yang mengatur secara ketat bagaimana suatu barang diproduksi,

 berapa jumlah dan distribusinya, Kegiatan itu dimonopoli oleh kaum aristokrat. Maksudnya,

 pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak istimewa gereja, Peranan politik raja dan kamu

 bangsawan, dan kekuasaan gerakan-gerakan dalam ekonomi merupakan bentuk-bentuk dominasi

yang melembaga atas individu.

Dalam konteks perkembangan masyarakat itu muncul industri dan perdagangan dalam

usaha besar, setelah ditemukan beberapa tekologi baru. Untuk mengelola industri dan

 perdagangan dalam skala besar-besaran ini, jelas dibutuhkan buruh yang bebas dan dalam

 jumlah yang banyak, ruang gerak yang leluasa,, mobilitas yang tinggi dan kebebasan berkreasi.

Page 5: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 5/24

Kebutuhan-kebutuhan baru itu terbentur oada aturan-aturan yang diberlakukan secara

melembaga oleh golongan feudal. Yang membantu golongan ekonomi baru terlepas dari

kerusakan itu ialah munculnya paham Liberal.Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan

intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah ( rasa ingin tahu dan keinginnan untuk mencari

 pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu.2 

John Locke dan Hobbes; konsep State of Nature yang berbeda (di buku ramlan subakti)

Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang dinamakan

konsep negara alamiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep State of Nature. Namun dalam

 perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali bertolak belakang

satu sama lainnya. Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu

sesungguhnya berbeda. Hobbes (1588  –  1679) berpandangan bahwa dalam ‗‘State of Nature‘‘,

individu itu pada dasarnya jelek (egois) –  sesuai dengan fitrahnya. Namun, manusia ingin hidup

damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru  –   suatu masyarakat politik

yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain

dimana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa). Sedangkan John Locke (1632  –  

1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik, namun karena adanya

kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil oleh

orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak

 penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti ‗membeli kucing dalam

karung. Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara),

dimana Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke,

Monarkhi Konstitusional. Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama

menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme. Inti dari terbentuknya

 Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun

 baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara. Sedangkan Locke

 berpendapat, keberadaan Negara itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara

menjadi terbatas  –   hanya sebagai ―penjaga malam‖ atau hanya bertindak sebagai penetralisasi

konflik.3 

2 Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 2010. Hlm 43-45.

3 Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 1999. Hlm 34 

Page 6: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 6/24

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasuki enlighment ages atau abad

 pencerahan ( sekitar abad ke 16 sampai abad awal 19). Pada saat itu mulai muncul Industri dan

 perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru. Untuk mengelola kedua hal

tersebut munculah kebutuhan-kebutuhan baru sepert buruh yang bebas dalam jumlah banyak,

ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi, dan kebebasan berkreasi.

 Namun kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh

 pemerintahan yang feodal , Maka golongan intelektual yang mengutamakan rasionalitas

memunculkan paham liberal. Golongan intelektual itu merasakan keresahan ilmiah (rasa ingin

tau dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu.

Selain hal-hal diatas. Liberalisme juga dilatarbelakangi oleh terjadinya Reformasi Gereja yang

memuncak pada 31 Oktober 1517. Reformasi Gereja ini membawa dampak pada munculnya

 paham sekularisme yang akan berujung pada revolusi dalam segala bidang.Termasuk di

dalamnya adalah bidang politik. Selain oleh revormasi gereja, paham liberalism juga di

latarbelakangi oleh terjadinya revolusi industri dan Glorious Revolution di Inggris.

Permasalahan liberalisme klasik membawa pandangan-pandangan baru kepada masyarakat itu

sendiri. Liberalisme seolah telah member jawaban pada permasalahan yang ada pada masyarakat

 pada masa itu, yaitu dibutuhkannya pengakuan atas individu dan kebebasan bagi individu

tersebut.4 

4 Surbakti Ramlan. Memahami ilmu Politik.Grasindo , Jakarta 1999. Hlm 34

Page 7: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 7/24

Permasalahan

Liberalisme klasik membawa pandangan-pandangan baru kepada masyarakat tentang

 bagaimana melihat nilai individu dalam masyarakat serta nilai masyarakat itu sendiri.

Liberalisme seolah telah memberi jawaban pada permasalahan yang ada pada masyarakat pada

masa itu, yaitu dibutuhkannya pengakuan atas individu dan kebebasan bagi individu tersebut.

Peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan hubungan internasional yang selama ini

terjadi di dunia tentu memunculkan pemahaman- pemahaman yang berbeda- beda sehingga teori

yang akhirnya ada juga sangat bervariasi. Salah satu teori yang ada dalam hubungan

internasional adalah liberalisme. Liberalisme memandang manusia secara positif. Kaum

liberalisme beranggapan bahwa manusia cenderung memiliki keinginan untuk mengadakan

kerjasama dalam penyelesaian masalah dan selalu percaya pada kemajuan individu dan

kelompok. Liberalis mengklaim bahwa manusia memiliki akal pikiran, dan ketika mereka

memakainya pada masalah- masalah internasional, kerjasama yang lebih besar adalah hasil akhir.

Sehingga liberalisme memiliki suatu prinsip yang sangat fundamental yaitu Kompleksitas dn

interdependensi. Salah satu contoh kasus yang berkaitan dengan asumsi dasar yang dimiliki oleh

liberalisme adalah proses modernisasi. Proses modernisasi bagaimanapun mengakibatkan

 peningkatan teknologi dan menemukan cara yang lebih efisien dalam memproduksi barang-

 barang- barang. Proses modernisasi didorong oleh revolusi intelektual kaum liberal yang

memiliki keyakinan besar terhadap perkembangan akal pikiran dan rasionalitas manusia. . Inilah

yang menjadi dasar optimism kaum liberal terhadap kemajuan. Kaum liberal umumnya

memandang manusia secara positif. Kaum liberal menyatakan bahwa manusia memiliki sifat

untuk selalu mengutamakan menyelesaikan masalah dengan akal pikiran dan strategi untuk

menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru dan akhirnya mendapatkan

kerugian..Mereka memiliki keyakinan besar terhadap akal pikiran manusia dan mereka yakin

 bahwa rasionalitas dapat diimplementasikan di dalam penyelesaian masalah-masalah

internasional. Mereka sependapat dengan kaum realis yang menyatakan bahwa manusia sebagai

individu yang mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap suatu hal. Jika realis percaya

 bahwa untuk memperjuangkan kepentingan itu harus dengan jalan konflik, mana disini kaum

liberal percaya bahwa pemenuhan kepentingan bisa dilakukan dengan jalan damai. Jika kita

telaah lagi tentang pandangan realis yang beranggapan bahwa tidak ada cara yang efektif untuk

menyelesaikan masalah yang ada selain melaui perang dan negara sebagai aktor utamanya, maka

Page 8: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 8/24

menurut liberalisme hal ini bukanlah suatu penyelesaian masalah. Ketika suatu negara

menyelesaikan masalah dengan ―menghalalkan‖ segala cara demi keperntingannya sendiri, maka

yang ada justru pengorbanan dan penghamburan biaya yang besar- besaran terjadi. Seperti

karakteristik manusia pada umumnya bhawa tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Semua

manusia tentu saling membutuhkan satu sama lain karena tidak ada manusia yang dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Begitu pula dengan negara- negara yang ada di dunia

ini. Menurut liberalis, tidaklah mungkin suatu negara kemudian melakukan apapun yang

dseiranya dapat mereka lakukan dengan powernya demi mencapai national interest. Apa yang

sesungguhnya negara perlukan adalah kerjasama dari berbagai pihak dan penggunaan strategi

yang matang demi kebaikan bersama Artinya bahwa cara-cara kooperatif dan kolaboratif adalah

 bentuk pemenuhan kepentingan pribadi tersebut. Hal tersebut berimplikasi pada hubungan

internasional, dimana kaum liberalis berasumsi bahwa hubungan internasional berada pada titik

kooperatif.

Dalam Perspektif Liberalisme, aktor negara dipandang tidak terlalu dominan. Paham ini

menyatakan bahwa negara justru menjadi instrument yang menjamin hak-hak kebebasan

individu. Jadi dapat dipahami bahwa Liberalisme lebih menekankan pada aspek individu. Negara

sebagai sebuah institusi yang sah dan memiliki kedaulatan, diharapkan mampu melindungi

individu, maupun kelompok-kelompok di dalamnya dalam melakukan interaksi internasional.

Bahkan menurut paham liberal institusional, terdapat beberapa peranan yang tidak dapat

dijalankan suatu negara, dan hanya dapat dijalankan oleh lembaga-lembaga internasional, rezim

maupun MNC‘S. Ditambah lagi dengan munculnya globalisasi yang menuntut sebuah negara

 berperan lebih terhadap isu-isu yang sangat luas. Sehingga mau tidak mau, negara harus

―membagi‖ peranannya dalam bentuk lain, seperti misalnya kerjasama. Jadi, negara bukanlah

merupakan satu- satunya aktor hubungan internasional menurut liberalis. Menurut mereka,

hubungan internasional dapat berjalan dengan baik dan lancar jika ada keikutsertaan dari aktor-

aktor non-negara yang bekerja secara sinergis dengan negara- negara. Peran negara menurut

kaum liberal adalah membentuk dan menjalankan aturan hukum yang menghormati hak warga

negara untuk hidup, bebas, dan sejahtera. Sehingga tercipta hukum internasional yang dicetuskan

Jeremy Bentham. Hukum internasional ini dipercaya dapat mengatur hubungan antar aktor- aktor

dunia internasional, sehingga aktor- aktor tersebut dapat menghargai satu sama lain dan

terciptanya perdamaian abadi.

Page 9: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 9/24

 

Perbedaan tentang sistem internasional pada realist yang dikemukakan oleh Waltz dan Kegley

adalah Waltz melihat bahwa anarki terletak pada level internasional, sehingga anarki tersebut

menjadi penyebab timbulnya perang, sedangkan Kegley berpendapat bahwa perang tidak terletak

 pada level internasional, karena menurutnya perang dapat dihilangkan atau dihindarkan dengan

membangun international society (Weber, 2001). Selain itu, kaum liberal menganggap sistem

anarki dunia yang dicetuskan kaum realis tidaklah permanen. Kaum liberal juga percaya bahwa

sistem pemerintahan dunia dapat menjaga stabilitas dunia karena negara- negara liberal lebih

memilih untuk bekerjasama. Namun, kaum realis bersikap secara kritis terhadap pandangan

kaum liberal. Menurut realis, jika liberalis ingin mematahkan konsep realisme selama ini, maka

liberalis harus mengembangkan konsep security community yang dimilikinya untuk menegaskan

 bahwa damai lebih penting daripada absennya perang (absence of war) (Jackson & Sorensen,

1999). Sementara itu, liberalisme dan realisme juga memiliki kesamaan pandangan, yaitu sama-

sama menganggap bahwa negara tetap memiliki kedaulatan dan tetap tidak ada kekuasaaan yang

lebih tinggi diatasnya..5 

5 Jackson, Robert & Sørensen, 1999. Introduction to International Relations, Oxford, Chap 4, pp.

107-138.

Page 10: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 10/24

BAB II

PEMBAHASAN

Liberalisme adalah paham yang menempatkan kebebasan individu pada level tertinggi

diatas segalanya. Agenda utama liberalisme adalah pembentukan kepentingan bersama dari

setiap individu dan dapat dikatakan bahwa fokus utama dari paham liberal terletak pada manusia

secara individual. Liberalis memfokuskan agenda utamanya pada perdamaian, demokrasi, dan

Human Rights. Liberalisme pada intinya berkonsentrasi pada kebahagiaan dari setiap manusia,

sedangkan tugas negara adalah memastikan kebebasan dari penduduknya serta memungkinkan

mereka untuk hidup dan mengejar harapan tanpa gangguan dari pihak lain ( Jackson & Sorensen,

1999). Menurut kaum liberalisme, konflik dan perang bukanlah satu- satunya solusi untuk

memecahkan masalah, ketika orang- orang bisa memberikan dan mempersuasi pihak lain dengan

alasannya, mereka dapat saling bekerjasama untuk sama- sama mendapatkan keuntungan. Bukan

hanya dengan negara, tapi juga dengan seluruh aktor non- negara dalam hubungan internasional

(Smith, 1992 : 204). Negara saling berperang dan beronflik karena adanya miskomunikasi atau

kesalahan kalkulasi, info yang tak lengkap, dan spekulasi sehingga dibutuhkan adanya

komunikasi yang terkoodinir dan keterbukaan melalui sebuah institusi. Liberalis percaya bahwa

komunitas internasional, dalam bentuk formal maupun informal antarnegara, bisa menjadi

sebuah alternatif bagi pemerintahan dunia dan anarki internasional (Weber, 2001: 38).

Kestabilan internasional dapat diciptakan dengan menegakkan human right, free trade, tidak

adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan negara, dan pentingnya aktor- aktor non- state.

Kaum liberalis juga percaya bahwa cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah adalah

dengan menyelenggarakan kerjasama yang berdasarkan keuntungan bersama akan berhasil.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini dikarenakan liberalisme beranggapan bahwa proses

modernisasi yang terjadi di dunia akan meningkatkan ruang lingkup dan keperluan atau

 permintaan untuk menyelenggarakan kerjasama (Zacher and Matthew, 1995 : 119). Terdapat

 beberapa dimensi dalam liberalisme, antara lain : sociological liberalism, interdependence

liberalism, institutional liberalism, dan republican liberalism. Dari beberapa dimensi tersebut,

 perdamaian dan kestabilan dunia juga dijelaskan dengan beragam pebdapat, namun tetap

mengarah kepada kecendrungan untuk mengadakan kerjasama antarnegara dan aktor- aktor

negara lainnya. Seperti misalnya pendapat dalam dimensi sociological liberalism bahwa

Hubungan Internasional bukanlah studi yang hanya mempelajari tentang hunbungan antara

Page 11: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 11/24

 pemerintahan nasional saja, tapi juga hubungan antara individu, kelompok, dan masyarakat.

Sehingga saling keterkaitan ini akan menghasilkan suatu jaringan transnasional yang akan

menjaga kestabilan dan perdamaian dunia dalam suasana yang kooperatif dan kondusif. Lalu

interdependence liberalism bahwa dalam suatu sistem internasional pasti ada ketergantungan

karena tidak mungkin semua negara dapat memenuhi kebutuhannya masing- masing. Sehingga

ketergantungan inilah yang akan memicu terjadinya kerjasama yang akhirnya akan mengurangi

kecendrungan konflik dan kekerasan antarnegara. Lalu dalam dimensi institutional liberalism,

mereka berpendapat bahwa suatu institusi internasional seperti rezim dapat menjaga kestabilan

 perdamaian dunia. Karena melalui rezim pula, kerjasama dapat terpromosikan untuk

diselenggarakan. Bahkan institusi internasional memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan

kekuatan suatu negara yang dianggap paling kuat sekalipun. Kemudian menurut republican

liberalism, perdamaian dan kestabilan dunia dapat tercipta jika adanya demokrasi. Argumen

tersebut bukannya mengarah pada anggapan bahwa demokrasi tidak pernah mengakibatkan

 perang, tapi mereka berpendapat bahwa demokrasi tidak pernah saling perang. Demokrasi

menurut Immanuel Kant justru akan memberikan resolusi untuk menyelesaikan masalah tanpa

 perang dan pemecahan masalah tanpa melalui kekerasan serta perang tentu saja jauh lebih baik

secara moral dan demokrasi lah jawaban dari semua masalah tersebut. Perdamaian antara

demokrasi makin diperkokoh melalui kerjasama ekonomi dan ketergantungan antar pihak dalam

hubungan internasional. Liberalis menekankan bahwa perdamaian juga memiliki tingkatan

tersendiri. Pertama adalah ―warm peace‖ yaitu ketika adanya suasana yang kondusif dalam

komunitas demokrasi liberal. Kedua adalah ―cold peace‖ yaitu perdamaian yang tidak

sepenuhnya damai, misal : Keadaan antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet saat perang dingin

(Jackson & Sorensen, 1999). Jadi, dapat disimpulkan bahwa liberalisme mengutamakan

kebaikan bersama melalui cara yang kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Liberalis juga

menekankan bahwa negara bukanlah satu- satunya aktor dalam hubungan internasional.

Hubungan internasional digambarkan sebagai jarring- jaring yang sangat luas dan rumit. Semua

 pihak yang saling berkaitan dapat saling berkaitan dan memperkokoh satu sama lain melalui

kerjasama dan menghindari konflik yang ada. Karena menurut liberalis, konflik hanya akan

makin mengusutkan benang, bukan meluruskan.6 

6 Mises,Ludwig & Spadaro, Louis. 1985. Liberalism. Cobden Press and The Foundation of Economic Education, Inc.

Page 12: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 12/24

Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang berpusat pada individu, dianggap

sebagai memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi

dan bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford

Dictionary of Philosophy). Dalam konteks sosial liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika

sosial yang membela kebebasan (liberty) dan persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J.

Distributive Justice). Menurut Alonzo L. Hamby, PhD, Profesor Sejarah di Universitas Ohio,

liberalisme adalah paham ekonomi dan politik yang menekankan pada kebebasan (freedom),

 persamaan (equality), dan kesempatan (opportunity) (Brinkley, Alan. Liberalism and Its

Discontents). Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen

terpenting peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215, ketika

Raja John di Inggris mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak yang

diberikan raja kepada bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah membatasi

kekuasaan Raja John sendiri dan dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early

liberalism).Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang

terjadi pada tahun 1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of

1688. Revolusi ini berhasil menurunkan Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari

Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini,

 parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang hak rakyat (Bill of Right) yang memuat

 penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan

masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke, mengajarkan

 bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas. Hak-

hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat opini,

 beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John Locke

menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika

ia tidak menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi. Singkatnya

 pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918, beberapa negara

Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak kaum perempuan untuk menyampaikan

 pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan diberikan. Menjelang tahun 1930-an, liberalisme

mulai berkembang tidak hanya meliputi kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup

kebebasan-kebebasan di bidang lainnya; misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun

1941, Presiden Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk

Page 13: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 13/24

 berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of

religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan

(freedom from fear). Pada tahun 1948, PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human

Rights yang menetapkan sejumlah hak ekonomi dan sosial, di samping hak politik. Jika ditilik

dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang saling bersaing

dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik atau early liberalism

yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang menekankan pada kebebasan dalam usaha

individu, dalam hak memiliki kekayaan, dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan

kontrak serta menentang sistim welfare state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini

menekankan peran negara yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam pengertian

yang luas), seringkali dalam bentuk hukum anti-diskriminasi.

Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi dan politik

dan sosial terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran keagamaan. Liberal

dalam konteks kebebasan intelektual berarti independen secara intelektual, berfikiran luas, terus

terang, dan terbuka. Kebebasan intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari liberalisme

sosial dan politik atau dapat pula disebut sisi lain dari liberalisme sosial dan politik. Kelahiran

dan perkembangannya di Barat terjadi pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak

seabad sebelumnya (abad ke 17). Di saat itu dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri

mereka dalam bidang intelektual, keagamaan, politik dan ekonomi dari tatanan moral,

supernatural dan bahkan Tuhan.Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan

mutlak dalam pemikiran, agama, etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah

dicanangkan. Prinsip-prinsip Revolusi Perancis itu bahkan dianggap sebagai Magna Charta

liberalisme. Konsekuensinya adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan segala otoritas yang

diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya bersifat

individual. Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi lembaga

hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol adalah

 pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam pandangan

liberal menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral.

Ini sejalan dengan doktrin nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat

 postmodern yang telah disebutkan diatas.

Page 14: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 14/24

Kronologi Liberalisasi dalam Teologi

Di Barat yang mula-mula muncul adalah liberalisme intelektual yang mencoba untuk bebas dari

agama dan dari Tuhan, namun dari situ lahir dan tumbuh liberalisme pemikiran keagamaan yang

disebut juga theological liberalism. Perkembangan liberalisme pemikiran kaagamaan ini dapat

diklasifikasikan menjadi tiga fase perkembangan:

a.  Fase pertama dari abad ke 17 yang dimotori oleh filosof Perancis Rene Descartes yang

mempromosikan doktrin rasionalisme atau Enlightenment yang berakhir pada

 pertengahan abad ke 18. Doktrin utamanya adalah a) percaya pada akal manusia b)

keutamaan individu c) imanensi Tuhan dan d) meliorisme (percaya bahwa manusia itu

 berkembang dan dapat dikembangkan).

 b.  Fase kedua bermula pada akhir abad ke 18 dengan doktrin Romantisisme yang

menekankan pada individualisme, artinya individu dapat menjadi sumber nilai.

Kesadaran-diri (self-consciousness) itu dalam pengertian religious dapat menjadi

Kesadaran-Tuhan (god-consciousness). Tokohnya adalah Jean-Jacques, Immanuel Kant,

dan Friedrich Schleiermacher dsb.

c.  Fase terakhir bermula pada pertengahan abad ke 19 hingga abad ke 20 ditandai dengan

semangat modernisme dan postmodernisme yang menekankan pada ide tentang

 perkembangan (notion of progress). Agama kemudian diletakkan sebagai sesuatu yang

 berkembang progressif dan disesuaikan dengan ilmu pengetahuan modern serta di

harapkan dapat merespon isu-isu yang diangkat oleh kultur modern. Itulah sebabnya

maka kajian mengenai doktrin-doktrin Kristen kemudian berubah bentuk menjadi kajian

 psikologis pengalaman keagamaan (psychological study of religious experience), kajian

sosiologis lembaga-lembaga dan tradisi keagamaan (sociological study of religious

institution), kajian filosofis tentang pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan (philosophical

inquiry into religious knowledge and values).7 

7  http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=42:liberalisme-dari-

ideologi-menjadi-teologi-&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi 

Page 15: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 15/24

TOKOH LIBERALISME

Tokoh-tokoh liberalisme selain Adam Smith diantaranya adalah John Locke,

Montesquieu, Thomas Jefferson, John Stuart Mill, Lord Acton, T. H. Green, John Dewey dan

 pemikir kontemporernya seperti Isaiah Berlin dan John Rawls. Pandangan mereka terhadap

liberalisme sering dikmaksudkan bahwa kepercayaannya akan kebebasan individu maupun

institusi adalah nilai tertinggi dalam politiknya. Maka kemudian, terjadi pembabakan

leberaliisme ke dalam dua bagian, yaitu kebebasan individu dan kebebasan institusi serta praktik

 politik. Keduanya dilakukan dengan tujuan untuk mendukung kebebasan-kebebasan individu itu

sendiri. Sehingga untuk membela nilai tersebut, harus dilakukan upaya perlindungan terhadap

tiga hal yang pada saat ini lebih dikenal dengan tiga hak dasar (kehidupan, kebebasan, dan hak

milik).

Adam Smith seorang tokoh yang paling dikenal dalam liberalisme dan dijuluki bapak

ekonomi. Menurut pandangannya, individu itu harus dibebaskan dalam melakukan kegiatan

aktifitasnya, baik ekonomi maupun politik. Hal ini diperkuat dengan sebuah ―kata sakti‖ yang

sangat terkenal di dalam pemikiran liberalisme, yaitu Liasez-faire atau biarkan saja segala

sesuatunya terjadi, bahkan dalam hal ini, posisi negara sangat minimal (minimal state) dan harus

membiarkan kebebasan individu tersebut. Lebih bekembang lagi, dalam kegiatan ekonomi,

individu menempati posisinya yang istimewa menurut Adam Smith. Setiap individu dianggap

memiliki self interestmasing-masing. Keuntungan pribadi tersebut yang diperoleh ketika aktifitas

ekonomi dilakukan tanpa peran dominan dari Negara bisa diperoleh oleh siapa pun. Hal ini

 bukan berarti bahwa individu-individu yang lain (yang berhasil dalam kegiatan ekonominya)

merasa kasihan dengan individu yang lain sehingga biasa sama-sama merasakan dan

mendapatkan keuntungan. Tapi aktivitas ekonomi yang terjadi melalui mekanisme pasar telah

menciptakan sebuah keteraturan ―ajaib‖ tanpa ada yang menggerakannya sama sekali dan terjadi

 begitu saja. Inilah yang disebut dengan konsepinvicible hand (mekanisme dan keteraturan pasar

tersebut terjadi karena adanya permintaan dan penawaran). Seorang sosiolog, bernama Herbert

Spencer membenarkan dan mendukung pandangan Adam Smith tentang individu dalam aktivitas

ekonomi dan benegara. Dia memperkenalkan sebuah konsep yang disebut dengan negative

liberty — hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh negara terhadap individu — sebagai lawan dari

 positive liberty yang menganggap bahwa negara perlu berperan aktif dalam mengatur

individunya. Contoh negative liberty yang dikemukakan Spencer misalnya peraturan dalam

Page 16: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 16/24

 berlalu lintas yang mewajibkan para pengguna kendaraan bermototr roda dua untuk

menggunakan helm. Hal tersebut diberlakukan bukanlah untuk mengekang dan megatur

individu, namun semata-mata dalam rangka untuk melindungi hak hidup individu.

Kedua tokoh yang telah disebutkan diatas itulah yang kemudian dikenal teori-teorinya sebagai

liberalisme klasik yang menjadikan individu sebagai perhatian utama pembahasannya, dan

mengecilkan peran negara karena dianggap peraturan yang akan dibuatnya nanti — terhadap

individu — hanya akan mengakibatkan perubahan yang besar dan tidak menguntungkan lagi bagi

individu. Meskipun dalam liberalisme klasik ini individu sangat diutamakan dan menjadi pusat

kajiannya, Adam Smith dan Herbert Spencer juga membicarakan bagaimana posisi negara yang

seharusnya di dalam sistem liberalisme. Smith mengatakan bahwa negara memiliki fungsi atau

 peran diantaranya adalah melindungi warga negaranya dari intervensi atau agresi kelompok atau

 pun bangsa asing, dan merawat institusi publik (bendungan, jalan, maupun jembatan).

Sedangkan menurutnagtive libertynya Spencer, fungsi dan tugas negara diantaranya tidak boleh

mengurusi masalah agama, negara juga tidak boleh mengatur mekanisme pasar, tidak boleh

mendukung kolonialisasi, dan ngara tidak boleh membantu orang miskin.

Pasca liberalisme klasik, pada tahun 1930an, terjadi peristiwa besar yang melanda sistem

ideologi liberalisme dengan kapitalisme sebagai paham yang dianut di bidang ekonomi. Di

negara-negara besar dan yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis tersebut mengalami depresi

 besar atau disebut krisis Malaise. Kegiatan eonomi runtuh dan fondasi ekononomi yang

 berlandaskan pada kebebasan individu yang telah dibangun sekian lama tersebut tidak mampu

menanggulangi pengangguran, kemiskinan, dan kompetisi yang lemah di dalam pasar. Di sinilah

kegagalan laissez-faire dalam memberikan keuntungan pada setiap individu, rupanya sistem

yang ada tidak mampu melakukan pembinaan pada kehancuran ekonomi masyarakat, ekonomi

dalam keadaan genting, dan solusi harus segera dicari. Paham liberalisme ternyata bertentangan

dengan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia pada krisis ekonomi 1930an, setidaknya

meliputi liberalisme dalam ekonomi (kapitalisme) dengan memahami proses panjang

 pertumbuhan, dan kritikan yang dialami oleh liberalisme sampai akhirnya terjadi koreksi besar

 pascakrisis kejadian tersebut. Liberalisme telah mengabaikan peran negaranya sendiri, pasar

mengalami kebingungan pada saat pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan pengangguran

menunjukan tren yang terus meningkat. Seorang pemikir yang yang juga mendukung paham

tersebtu seperti John Locke pun mengalami kontradiksi saat ia berbicara tentang tujuan

Page 17: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 17/24

dibentuknya negara dan kenapa manusia hidup bermasyarakat untuk tunduk pada suatu peraturan

yang disepakati dan dengan rela sebelumnya menyerahkan seagaian kedaulatan yang dimiliki.

Sampi di sini Locke dibenturkan bahwa negara ternyata harus tetap punya peran dan tidak bisa

lagi menganggapnya sebagai ―penjaga malam‖. 

Dari penjelasan sebelumnya dapat diasumsikan sekarang bahwa meskipun pasar sampai saat ini

merupakan salah satu elemen yang penting dalam pembangunan ekonomi, namun tidak boleh

mengabaikan posisi negara. Sebab yang terjadi nanti adalah semakin banyaknya tercipta

 pengangguran dan kemiskinan sebabagi akibat proses pembiaran kepada individu yang kalah

dalam bersaing dalam kerimbaan sebuah pasar. Disinilah posisi pasar yang sudah tidak rerlevan

lagi sebagi aktor tunggal kegiatan ekonomi, bahwa ternyata pada kenyataannya pasar tidak bisa

sepenuhnya self regulated (mengatur dirinya sendiri dan mengakomodasi setiap individu, bahkan

yang tidak memiliki modal). Akhirnya, di tengah fase kegentingan ekonomi tersebut munculah

seorang yang bernama John M. Keynes. Seorang tokoh ekonomi yang juga masih terpengaruh

oleh marxisme, namun sesungguhnya adalah pendukung tetap liberalisme itu sendiri. Dia

menawarkan perlunya welfare state dalam pengelolaan sebuah negara yang baik, yaitu negara

kesejahteraan yang dapat menjamin keadilan sosial dan peran negara lebih diatifkan lagi dalam

rangka mengontrol jalannya kegiatan ekonomi yang dapat menguntungkan individu. Dia juga

menilai bahwa persoalan ekonomi yang terjadi pada saat itu disebabkan oleh sistem pasar yang

tidak mampu melakukan efisiensi, hal ini dikarenakan tidak adanya otoritas yang mengatur

 jalannya pasar dan sistem ekonomi tersebut.

Menurut Keynes faktor lain ketidakefisiensian pasar adalah tidak terjadinya keadilan

sosial, dan terakhir disebabkan oleh keadaan bebas itu sendiri yang menghinggapi setiap

individu. Maka menurut asumsi Keynes, negara sebenarnya dibolehkan untuk melakkan ikut

campur dalam rangka menunjang kebaikan individu. Setidaknya untuk menanggulangi kerugian

yang dialami oleh individu dalam aktivitas ekonominya, negara perlu melakukan kontrol

terhadap kredit dan kurs mata uang (perlu adanya insitusi terpusat). Skala investasi juga perlu

ditentukan oleh negara, dan selanjutnya, negara perlu ikut terlibat mengotrol pertumbuhan

 jumlah penduduk. Fase ekonomi pascamalaise tersebut dengan tokoh terkenalnya yang bernama

John M. Keynes inilah yang kemudian dikenal dengan liberalisme baru.

Rupanya kritik terhadap liberalisme belum berhenti sampai dengan munculnya konsep

negara kesejahteraan. Marxisme yang memiliki cita-cita agar tidak terjadinya kelas sosial di

Page 18: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 18/24

dalam masyarakat, sedikit juga dalam hal ekonomi terpengaruh oleh pandangan-pandangan

Smith dan David Ricardo. Pemikirnya, Karl Marx terang-terangan menentang sistem liberalisasi.

Hubungan antar base dan superstruktur yang sering dimaknai dengan cara produksi yang

dilakukan oleh masyarakat, terjadi pada lapisan bawah (base) akan menentukan bagian di

atasnya seperti masalah politik, budaya, dan ideologi (superstruktur). Hubungan struktural

seperti inilah yang menurut karl Marx hanya akan menciptakan terjadinya proses akumulasi

modal oleh kelas-kelas berkuasa dalam ekonomi, dan dampaknya para buruh atau kelas pekerja

akan semakin teralienasi dari hasil-hasil produksinya sendiri. Maka keadaan seperti ini pula — 

yang terjadi di dalam masyarakat —  perlu dirubah secara mendasar dan hanya melalui revolusilah

 perubahan tersebut dapat tercipta, guna merubah keadaan hubungan anatarabase dan

superstruktur tersebut, yang pada akhirnya pada akhirnya tidak ada lagi pembagaian kelas dalam

masyarakat. Individu, pasar, dan negara akan selalu bergelut sampai saat ini dan nanti.

Gelombang arus neoliberalisme yang mulai bertiup di dekade tahun 1980an yang dimotori oleh

Margareth Thatcher dan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan telah menjadi wacana yang

saat ini sedang hangat berlangsung. Kekhawatiran timbul dimana-mana, tidak terkecuali di

Indonesia, sebab salah satu paham yang diusungnya adalah ingin mengembalikan leberalisme

ekonomi seperti dahulu, yang kalsik dan menjadikan individu sebagai fokus utamanya dengan

meminimalkan peran negara (menolak konsepwelfare state dari Keynes). Bagi negara kita yang

sedang masa reformasi ini, jelas-jelas tidak hanya mencuatkan kekhawatiran akan para kaum

 pemiliki modal yang kemudian sepak terjangnya kembali lebih dominan ketimbang pasa birokrat

di jajaran pemerintahan (menguasai aset negara dan sebagian besar modal ekonomi), namu juga

mencederai konstitusi negara. Dalam UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 dikatakan jelas bahwa fakir

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, dan di Ayat ke-2 ditambahkan jika negara

itu mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat

yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dari dua pasal tersebut

dengan jelas dapat dilihat bahwa seharusnya sistem ekonomi dan pemerintahan negara adalah

sitem yang dapat menjamin kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya, bukan membiarkan

individu dan masyarakat tersebut masuk dalam hukum rimba ekonomi yang sangat bersifat homo

homini lupus.8 

8  Surbakti, Ramlan. 2007. Memahami ilmu politik (cet. ke-6). Jakarta: Grasindo 

Page 19: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 19/24

Kritik Kami terhadap Liberalisme

Kita dapat mengambil pelajaran dari perjalanan liberalisme itu sendiri pada saat menemui

ajalnya di pertengahan tahun 1930an sebelum diselamatkan kembali oleh sistem ekonomi

welfare state dari Keynes. Keterjamiann individu tetap jadi yang diperioritaskan, namun

 paradigmanya saat ini harus berubah, bahwa mereka (individu) bukanlah sosok yang resisten

terhadap perubahan, dan pasar sebagai arena yang katanya dapat dikontrol oleh tangan yang

tidak terlihat, rupanya tidak benar-benar dapat mengatur dirinya sendiri. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa liberalisme dan kapitaslisme walaupun sebagai pemenang dalam pertarungan

ideologi saat ini seperti yang dikatakn oleh Francis Fukyama, tetaplah memiliki kelemahan dan

kekurangan. Ada sisi-sisi yang ternayata perlu mendapatkan perhatian dari negara dan tidak bisa

dilakukan oleh pikah swasta dan individu (pasar). Maka jawaban terhadap hak-hak individu yang

selama ini terabaikan di dalam sistem liberalisme adalah tetap pula menjadikan negara bagian

dari kegiatan dan kehidupan ekonomi. Negara tidak lagi diposisikan bernegasi dengan pasar,

negara juga arus ada di pasar dan mengontrol jalannya aktifitas transaksi, meski individulah yang

menjalankannya. Dengan regulasi dan proteksi yan dlakukan maka akan jelas kenapa manusia

 berhimpun bersama memberikan kedaulatannya kepada sebagian orang guna diatur dan dapat

hidup secara teratur.

Demokrasi yang mengagungkan liberalisasi politik yang dihembuskan oleh negara-

negara maju ke berbagai belahan dunia, terutama ke negara-negara berkembang atau non

demokrasi, bermimpi akan melahirkan kesejahteraan bersama (collective wellfare), melahirkan

tatanan politik yang demokratis bagi kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa sebagaimana

yang terjadi di negara-negara maju. Namun kenyataanya yang terjadi jusru pemeliharaan

kemiskinan, pengangguran, kerusakan lingkungan, konflik-perpecahan, sosial-politik, dan

 bahkan melahirkan semangat dan kesadaran politik separatisme di berbagai negara (misalnya;

Indonesia). Selain itu Sosialisme memandang bahwa kompetisi bebas seperti yang dibayangkan

oleh kaum liberal memang tidak terjadi, hal ini disebabkan karena ketidak adilan basis material

dan struktur, yang akhirnya pasti menghasilkan yang kalah dan yang menang, bahkan sebelum

 berkompetisi yang menang sudah bisa ditebak karena mereka yang memegang kekuasaan.

Page 20: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 20/24

 

Jadi menurut saya ciri-ciri ideologi liberal ialah sebagai berikut :

Pertama,demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik dalam.

Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan

 berbicara, kebebasan beragama, dan kebebasan pers.

Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.Keputusan yang

dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat bisa belajar membuat keputusan untuk dirinya

sendiri.

Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena

itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat

dicegah.pendek kata kekuasaan dicurigai sebagai cenderung disalahgunakan, dan oleh karena itu

sejauh mungkin dibatasi.

Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar

individu berbahagia. Kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian

 besar individu belum tentu maksimal.

Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari beberapa tinggi

indiviu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Paham ini

dianut Inggris dan koloni-koloninya, termasuk Amerika serikat.

Dapat disimpulkan dari pandangan itu bahwa locke membenarkan tirani mayoritas walaupun

tindakan mayoritas mungkin saja melanggar hak-hak individu kalangan minoritas.

Pada dasarnya manusia adalah makluk yang bebas tidak mau diikat, adapun pilihan untuk

mengikatkan diri karena dorongan nilai dan kebutuhan untuk dipenuhi, pilihan tersebut didasari

oleh pilihan yang rasional atas dasar pertimbangan yang matang/sudah difikirkan sebelumnya

 bukan atas paksaan. Sehingga manuisa memiliki kebebasan untuk memilih apa yang terbaik

untuknya agar mencapai kebahagiaan yang optimal.

Page 21: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 21/24

Manusia bebas memilih alternatif yang menurutnya baik bagi dirinya sehingga manusia

ketika telah menentukan pilihannya maka setiap pilihan itu menuntut adanya sebuah identitas

 bersama dan akhirnya membentuk komunitas, setiap pilihan tersebut pasti ada dampak positif

dan negatifnya pada kelompok masyarakat lain selama dampak negatif tersebut tidak

mengganggu kepentingan umum/kelompok masyarakat yang lain tidak jadi maslah; yang

dibutuhkan adalah sebuah kesadaran toleransi antar kelompok/komunitas satu dengan yang lain

sebab aktifitas setiap komunitas pasti ada dampak positif dan negatifnya. Contoh: menjadi

 pelacur di doli adalah sebuah pilihan yang terbaik sehingga dampak negatif dari komunitas doli

harus ditoleransi oleh kelompok masyarakat diluarnya selama aktifitas tersebut tidak

mengganggu kepentingan umum begitu juga sebaliknya kelompok yang ada tidak mengganggu

komunitas yang ada di doli.

Kesimpulannya, bahwa setiap manusia bebas memilih hal yang terbaik didalam hidupnya

terlepas pilihan itu menurut masyarakat baik atau tidak yang terpenting pilihan tersebut atas

dasar pertimbangan yang rasional sebab tanpa pertimbangan yang rasional maka pilihan tersebut

tidak berdasarkan kesadaran tetapi paksaan sehingga pilihan tersebut tidak akan membawa

kebahagiaan yang optimal menurut individu tersebut. Selama pilihan tersebut tidak mengganggu

kepentingan umum kelompok lain didalam masyarakat dan saling menghargai antar kelompok

dimasyarakat hal tersebut tidak menjadi masalah.

Page 22: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 22/24

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kata-kata liberal diambil dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau

suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Makna bebas kemudian

menjadi sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan

 berfikir (The old Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang

sehingga mempunyai berbagai makna. Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang

 berpusat pada individu, dianggap sebagai memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk

 persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama

dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy). Dalam konteks sosial

liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika sosial yang membela kebebasan (liberty) dan

 persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J. Distributive Justice). Menurut Alonzo L.

Hamby, PhD, Profesor Sejarah di Universitas Ohio, liberalisme adalah paham ekonomi dan

 politik yang menekankan pada kebebasan (freedom), persamaan (equality), dan kesempatan

(opportunity) (Brinkley, Alan. Liberalism and Its Discontents).

Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen terpenting

 peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215, ketika Raja John di

Inggris mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja

kepada bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah membatasi kekuasaan Raja John

sendiri dan dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early liberalism).

Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi

 pada tahun 1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of 1688.

Revolusi ini berhasil menurunkan Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari

Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini,

 parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang hak rakyat (Bill of Right) yang memuat

 penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan

masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke, mengajarkan

 bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas. Hak-

hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat opini,

Page 23: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 23/24

 beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John Locke

menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika

ia tidak menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi.

Kelemahan liberalisme terletak pada konsepnya yang ternyata diinterpretasikan secaraberbeda

oleh individu yang berbeda dalam kelompok yang memiliki kekuatan yang berbedapula. Hal ini

akhirnya menyebabkan ketidakadilan dan kemerosotan moral karena tidak adakekuatan negara

untuk mencegah ketidakadilan. Liberalisme menjadi tidak humanis, dari yangawalnya bertujuan

untuk membawa kemajuan bagi masyarakat, tapi ternyata kemajuan ituberlangsung secara tidak

seimbang dan ini menyebabkan kemerosotan moral dan eksploitasikelas bawah oleh kelas yang

 berkuasa.

Individu dianggap perlu untuk mengembangkan potensi semaksimal mungkin

sehinggapaham individualisme dianggap sebagai hal yang terpenting karena akan menjamin

kemerdekaanindividu untuk melakukan pengembangan potensi dalam rangka menghadapi proses

seleksi. Tapiternyata proses seleksi berlangsung tidak seimbang karena tidak setiap individu

memiliki aksesuntuk dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Akses ini masih

hanya dinilikioleh sebagian kecil golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Proses seleksi ini

 pada akhirnyaberubah menjadi ketidakadilan saat negara tidak memiliki kekuatan apapun untuk

mengintervensi jika terjadi hal-hal yang merugikan salah satu atau beberapa pihak yang ikutserta

dalam proses seleksi tersebut. Ketidakadilan ini akhirnya menjadi sumber masalah

dalammasyarakat yang ditimbulkan oleh kelemahan konsep liberalisme klasik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa liberalisme mengutamakan kebaikan bersama melalui cara

yang kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Liberalis juga menekankan bahwa negara

 bukanlah satu- satunya aktor dalam hubungan internasional. Hubungan internasional

digambarkan sebagai jarring- jaring yang sangat luas dan rumit. Semua pihak yang saling

 berkaitan dapat saling berkaitan dan memperkokoh satu sama lain melalui kerjasama dan

menghindari konflik yang ada. Karena menurut liberalis, konflik hanya akan makin mengusutkan

 benang, bukan meluruskan.

Page 24: LiberaisMe Tomysatriaw

8/10/2019 LiberaisMe Tomysatriaw

http://slidepdf.com/reader/full/liberaisme-tomysatriaw 24/24

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 1999

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta. 2010

Ebenstein, William dan Edwin Fogelman. Isme-isme Dewasa Ini. Swada. Jakarta.

1963.Ebenstein, William. Great Political Thinkers (Third Edition). USA. 1960

Jackson, Robert & Sørensen, 1999. Introduction to International Relations, Oxford, Chap 4, pp.107-138.

Mises,Ludwig & Spadaro, Louis. 1985. Liberalism. Cobden Press and The Foundation of

Economic Education, Inc.

Honer, Stanley M. dan Thomas C. Hunt, 2003, Metode dalam Mencari Pengetahuan:

Rasionalisme, Empirisme dan Metode Keilmuan, dalam Jujun S. Suriasumantri (penyunting),

Ilmu dalam Perspektif: SebuahKumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu, Yayasan obor

Indonesia,Jakarta

Internet

  http://zetira_kania-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-43173-

Teori%20Hubungan%20Internasional-Liberalisme%20(Group).html  (diakses pada pukul

12:21 AM 20 Oktober 2012)

  http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=42:liberalisme-

dari-ideologi-menjadi-teologi-&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi  (Diakses pada pukul

12:00 AM 20 Oktober 2012)

  http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=42:liberalisme-

dari-ideologi-menjadi-teologi-&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi  (Diakses pada pukul

12:49 AM 23 Oktober 2012)

 

http://sitemaker.umich.edu/daphna.oyserman/files/sorensen_oyserman_2009_individualism_1_.pdf

  http://www.laissezfaire.com/ 

  http://yamaco.wordpress.com/2008/11/26/enam-tokoh-pemikiran-politik-klasik/