lima dasar pokok ajaran mu
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 Lima Dasar Pokok Ajaran Mu
1/1
Lima Dasar Pokok Ajaran Mu'tazilah/Al Usul al Khomsa lil mu'tazilah
Berikut ini lima dasar pokok ajaran Mu'tazilah:
At Tauhid Pengertian tauhid bagi mereka adalah meniadakan sifat-sifat Allah
swt. Alasannya, jika dikenai sifat, maka Allah akan berbilang, tidak lagiAhad sebagaimana orang-orang musyrik yang menyembah patung dengan
berbagai nama dan sifatnya.
1. Adil/Al 'AdlAdil adalah meletakan sesuatu sesuai dengan yangseharusnya. Akan tetapi bagi mereka, pengertian adil adalah
mengingkari takdir Allah swt pada manusia. Ketika berbuat baik, maka
itu karena dari manusia itu sendiri, bukan karena Allah swt. Demikianjuga orang yang berbuat jahat adalah karena manusia itu sendiri. Allah
tidak ikut campur dalam perbuatan manusia. Dinamakan prinsip adil
karena dengan usaha manusia-lah seorang manusia mendapat ganjaran
berupa surga atau neraka.
2. Al Wa'du wal wa'idMeyakini bahwa Allah swt harus melaksanakansemua janji dan ancaman-ancamannya, karena Allah "laa yu'liful mii
'aad", tidak pernah mengingkari janji. Maka semua orang yang pernah
terkena ancaman Allah maka akan mendapatkan ancaman tersebut.
Jadi, semua orang yang telah berbuat dosa-yang-ada-ancamannya, akanmendapatkan ancaman tersebut. Dalam paham ahlussunnah wal
jama'ah, kita tidak mewajibkan Allah swt untuk melaksanakan janji dan
ancaman-Nya. Kita berharap agar semua janji-Nya terjadi dan berharap
agar Allah menghentikan ancaman-Nya dengan sifatRahman danRahiim serta Pengampun-Nya.
3. Satu tempat di antara dua tempat/Al Manzilah bainal manzilatain Adasatu keadaan diantara dua keadaan. Ada satu posisi diantara dua posisi.Maka seorang muslim yang berdosa besar ada di antara surga dan
neraka, bukan islam dan bukan kafir.
4. Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar/Al Amru bil ma'ruf wa nahyu 'anilmunkarKhusus dalam hubungannya dengan kepemimpinan, maka
dalam pengertian mereka salah satu implementasi amar ma'ruf dan
nahi mungkaradalah melawan pemimpin ketika pemimpin tersebutsudah menyimpang dari sunnah Rasul. Seorang pemimpin yang salah
harus diingatkan dengan pedang. Dalam hal ini mereka memiliki
pemikiran yang sama dengan khawarij. Dalam pemahaman ahlus
sunnah wal jama'ah, pemimpin harus ditaati selama ia tidakkufur.
Corak pemikiran khawarij dalam memahami nash (al-Quran dan hadis)
cenderung tekstual dan parsial, sehingga dalam menetapkan suatu hukumterkesan dangkal dan sektarian. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi millieu para
penganut aliran khawarij yang mayoritas berasal dari suku Badwi yang rata-
rata dalam kondisi kehidupan keras dan statis. Keimanan yang kuat tanpa
disertai wawasan keilmuan yang luas menimbulkan fanatisme dan radikal,
sehingga mudah memvonis bersalah terhadap setiap orang yang tidaksepaham dan sejalan dengan alirannya. Diantara pendapat aliran khawarij :
1. Semua permasalahan harus diselesaikan dengan merujuk kepadahukum Allah berdasarkan Q.S.5 : 44 : Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang kafir. Dengan berpedoman pada ayat tersebut, maka Ali,Muawiyah dan semua orang yang terlibat dan menyetujui arbitrase
(tahkim) dianggap telah kafir karena memutuskan masalah tidak merujuk
kepada al-Quran. Menurut pandangan aliran khawarij arbitrase tidak
mempunyai dasar dalam al-Quran
Memang benar dan tepat bahwa umat Islam dalam segala aktivitas hidup dan
kehidupan termasuk memutuskan suatu permasalahan harus berdasarkan padaal-Quran, akan tetapi di dalam aplikasinya tidak dibenarkan menggunakan al-
Quran secara parsial dan sektarian sehingga mengaburkan pesan inti al-
Quran, karena kandungan al-Quran itu ada yang mantuq (tekstual) dan ada
yang mafhum (kontektual), sehingga tidak begitu saja mudah memvonis
bahwa sesuatu itu tidak ada dalam al-Quran sebagaimana faham khawarij diatas.
1. Iman tidak cukup hanya dengan pengakuan Tidak ada tuhan
selain Allah dan Muhammad utusan Allah melainkan harus disertai amal
saleh. Dengan kata lain iman tidak hanya sekedar tashdik (pembenaran
dan pengakuan) akan tetapi juga amal perbuatan.
KATA, FRASA, KLAUSA, dan KALIMAT
Keempat istilah yang menjadi judul tulisan ini sering membingungkan
orang yang belum sempat mempelajari linguistik: termasuk saya. Definisi
yang diperoleh pada KBBI seperti yang tercantum di bawah ini pun tidakmenolong menyembuhkan kebingungan tersebut.
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri
atas klausa.
Jadi apa bedanya?
Dari definisi yang diberikan, terlihat bahwa urutan satuan tersebut, dari yang
terkecil sampai yang terbesar, adalah (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4)kalimat. Agar lebih jelas, ada baiknya kita bedah suatu contoh seperti di
bawah ini.
Pejabat itu pernah mengatakan bahwa Indonesia dapat berperan aktif dalam
perdamaian dunia.Kalimat dan kata paling mudah dikenali. Contoh tersebut adalah satu kalimat
yang relatif berdiri sendiri dan memiliki intonasi final. Kalimat tersebut
tersusun dari 12 kata yang dikenali sebagai satuan yang dipisahkan oleh
spasi.
Klausa dikenali dari bagian yang memiliki subjek dan predikat sertamemiliki potensi menjadi kalimat. Kalimat itu memiliki 2 klausa yang
dihubungkan dengan kata bahwa, yaitu (1) pejabat itu pernah mengatakan
dan (2)Indonesia dapat berperan dalam perdamaian dunia.
Menguraikan frasa sedikit lebih sulit. Frasa paling sedikit harus terdiri dari
dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat. Kalimat tersebut memiliki 4frasa: (1) pejabat itu, (2) pernah mengatakan, (3) dapat berperan aktif,
(4)perdamaian dunia. Kata bahwa, Indonesia, dan dalam tidak dimasukkan
dalam frasa karena memiliki fungsi sendiri dalam bentuk tunggal.
Pengertian Klausa
A. Dalam Bahasa IndonesiaKlausa merupakan tataran didalam sintaksis yang berada di atas tataran frase
dan di bawah tataran kalimat. Dalam berbagai karya linguistik mungkin ada
perbedaan konsep karena pengunaan teori analisis yang berbeda.
Sebagaimana para ahli saling berbeda dalam mendefinisikan klausa. Di
dalam makalah ini kami akan mencoba menghadirkan beberapa pengertianklausa menurut para ahli, sebagai penambah wawasan kita:
badudu
klausa adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian daripada kalimat yang
lebih besar
Prof. Drs. M. Ramlanklausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari P (predika), baik disertai oleh
S (subjek), O (objek), Pel(aku), dan ket(erangan) ataupun tidak.
Jos Daniel Parere
Klausa adalah sebuah kalimat yang memenuhi salah satu pola dasar kalimatinti dengan dua atau lebih unsur pusat. Kridalaksana
Klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk
menjadi kalimat.
TariganKlausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (p).
Pada pengertian-pengertian klausa yang dikemukakan para ahli diatas, kita
bisa membandingkan antara satu pengertian dengan pengertian lainnya.
Badudu mengatakan bahwa kalau klausa dilepaskan dari kalimat, makabagian yang dipisahkan masih nampak sebagai kalimat. Antara pengertian
yang dikemukakan Ramlan dengan Parere memiliki titik perbedaan. Pada
definisi yang dikemukakan Ramlan jabatan predikat sebagai unsur kalimat
sangat menentukan, sedangkan menurut Parere, kalimat yang dianggap
klausa haruslah memenuhi salah satu dasar pola kalimat inti. Dengandemikian, satuan melompat bukanlah klausa menurut Parere tapi, menurut
Ramlan merupakan sebuah klausa.Pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli memang sedikit berbeda
namun, kita masih dapat menarik benang merah dari definisi-definisi diatas,
yaitu klausa adalah satuan gramatik yang bersifar predikatif. Berikut kamisediakan contoh :
Nenek mandi
Contoh diatas merupakan sebuah kluasa sebab bersifat predikatif. Namun,
akan timbul kembali pertanyaan, kalau begitu apa perbedaan klausa dengan
kalimat? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul linguistic umummenjelaskan, bahwa sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada
konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat (Abdul Chaer :
2007).
http://h2rimuly.blogspot.com/2011/03/kata-frasa-klausa-dan-kalimat.htmlhttp://h2rimuly.blogspot.com/2011/03/kata-frasa-klausa-dan-kalimat.html