limbah etanol
TRANSCRIPT
BAB III. PEMBAHASAN
Industri bioetanol atau ethanol diperkirakan akan terus berkembang di
masa-masa yang akan datang. Ethanol memiliki beragam manfaat, seperti
pelarut dan bahan bakar (biofuel). Ethanol dimanfaatkan oleh berbagai macam
industri, misalnya industri farmasi, makanan, minuman, dan lain-lain.
Pertumbuhan permintaan ethanol cenderung meningkat.
Seperti halnya industri-industri yang lain, industri ethanol juga
menghasilkan limbah. Salah satu problem industri antara lain adalah
pengelolaan limbahnya. Semakin besar inustrinya akan semakin besar pula
limbah yang di hasilkan.
Untuk industri ethanol, limbah industri ini cukup memberikan masalah.
Sebagai contoh, industri ethanol di daerah Cirebon pernah tidak berproduksi
karena masalah pengelolaan limbah. Di daerah Bekonang Solo, limbah dari
industri ethanol kecil di alirkan ke selokan dan irigasi. Limbah ini cukup berbau
dan mengganggu lingkungan.
Masalah pengelolaan dan pemanfaatan limbah industri ethanol ini perlu
mendapatkan perhatian untuk mengantisipasi problem limbah ethanol di masa
depan. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang kurang tepat bisa merusak
lingkungan dan bisa menelan biaya yang tidak sedikit.
Limbah cair pada industri ethanol atau alkohol dibedakan antara limbah
cair vinasse dan stillage. Limbah cair industri ethanol disebut vinasse jika bahan
bakunya adalah juice, green syrup, cane molasses dan beet molasses.
Sedangkan stillage jika bahan bakunya adalah wheat, barley, corn substrat,
whole grain dan starch.
Limbah ini tidak memiliki nilai ekonomi, berupa cairan, kandungan gulanya
sangan rendah, sangat sulit di buang ke lingkungan karena COD dan BOD nya
sangat tinggi.
Secara fisik kualitas limbah cair industri ethanol vinasse ini adalah :
1. Cairan kurang lebih 85 – 89 %
2. Padatan kurang lbih 11 – 15 %
Padatan yang terkandung dalam limbah cair vinasse 11 – 15 % ini terdiri
atas padatan tersuspensi 1 – 2 % , padatan berupa garam 2 – 3 %, bahan
organik yang mempunyai nilai ekonomi 4 – 5 % dan bahan-bahan lainnya 4 – 5
%.
Kandungan air limbah vinasse mencapai 85 89 %, pengelolaannya
dilakukan untuk menghasilkan air. Air yang diambil dapat dipergunakan kembali
sebagai air proses dalam industri ethanol. Pengambilan air dapat dilakukan
dengan proses evaporasi, nanofiltrasi, reverse osmosis, dan membran-
bioreactor.
Padatan tersuspensi dalam limbah cair vinasse mencapai 1 – 2 %,
pengelolaan yang dilakukan adalah mengambil padatan tersuspensi untuk di
pergunakan sebagai pakan ternak (animal feed). Pengambilan padatan
tersuspensi ini dapat dilakukan dengan proses klarifikasi dan filtrasi.
Kandungan garam-garam dalam limbah cair vinasse mencapai 2 – 3 %,
pengelolaan yang dilakukan adalah mengambil garam-garam tersebut untuk
menghasilkan pupuk. Proses pengambilan garam untuk menjadi pupuk dilakukan
dengan proses kristalisasi.
Bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah cair vinasse ini
mencapai 4 – 5 %, pengelolaan yang dilakukan adalah untuk mengambil bahan
organik seperti betaine, glycerol, raffinose. Proses pengambilan bahan-bahan
organik tersebut adalah dengan proses chromatography.
Bahan-bahan lain yang terkandung dalam limbah cair vinasse sebesar 4 –
5 % dapat langsung dipergunakan sebagai bahan makan ternak (animal feed).
Vinasse merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan
ethanol. Dalam proses pembuatan 1 liter ethanol akan dihasilkan limbah
(vinasse) sebanyak 13 liter (1 : 13). Dari angka perbandingan diatas maka
semakin banyak ethanol yang di produksi akan semakin banyak pula limbah
yang dihasilkannya. Jika limbah ini tidak tertangani dengan baik maka di
kemudian hari, limbah ini akan menjadi masalah yang berdampak tidak baik bagi
lingkungan.
Salah satu cara pemanfaatan limbah ini yaitu dengan merubah vinasse
menjadi pupuk organik cair dengan menggunakan metode tertentu. Hal ini
mungkin dilakukan karena kandungan unsur kimia dalam vinasse sebagian
besar merupakan unsur organik yang berguna dan di butuhkan bagi
pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pupuk organik cair (POC) ini bisa digunakan untuk semua jenis
tanaman, semua komoditas, dan semua iklim atau tempat. Pemanfaatan POC
bisa mengurangi ataupun mensubtitusi penggunaan pupuk kimia. POC dari
limbah industri ethanol ini tergolong pupuk organik, sehingga relatif lebih ramah
lingkungan.
Dalam skala nasional pemanfaatan POC ini bisa mengurangi konsumsi
pupuk kimia dan menghemat anggaran negara. Jika dilihat dari sudut industri,
pengolahan ini bisa memberi income tambahan bagi industri.
Pengolahan limbah ethanol menjadi POC cukup sederhana dan tidak
terlalu rumit. POC bisa dibuat dengan biaya yang cukup murah dan tidak
memerlukan peralatan yang rumit. Namun proses pembuatannya memerlukan
ketelitian dan kehati-hatian.
POC dari vinasse bisa juga dikombinasikan dengan pupuk lain yang
sudah beredar di pasaran, seperti pupuk hayati, atau POC lainnya. POC yang
dibuat juga harus dibuktukan terlebih dahulu sebelum dipakai dalam skala yang
luas.
Kegunaan limbah vinasse dalam lahan pertanian yaitu :
1. Sebagai sumber ion P yang di butuhkan oleh lahan pertanian
2. Sebagai sumber ion K yang dibutuhkan oleh lahan pertanian
3. Sebagai sumber ion Ca yang dibutuhkan oleh lahan pertanian
4. Sebagai sumber ion Mg yang dibutuhkan oleh lahan pertanian.
Limbah Vinasse tidak lagi menjadi limbah, tetapi menjadi produk samping.
Limbah cair dari pabrik ethanol terutama dihasilkan dari proses
pengeringan kultur dan proses pengendapan stillage. Limbah cair ini mempunyai
kandungan BOD yang cukup tinggi yaitu 18000 – 22000 ppm. Nilai BOD yang
tinggi ini terutama disebabkan oleh kandungan karbohidrat, glukosa dan lemak
disamping kandungan mineral dan kultur. Pengolahan limbah cair ini dilakukan
secara fisika, kimia dan biologis. Limbah cair yang dihasilkan terlebih dahulu
disimpan dalam bak penampung untuk kemudian dilakukan pengolahan sebagai
berikut :
a. Pengolahan Secara Fisika
Limbah dari bak penampung dilewatkan melalui fine screen untuk dipisahkan
dari pengotor-pengotor kadar seperti tanah dan pasir. Setelah itu limbah
dilewatkan melalui air extraction limbah memasuk grit removal untuk
mengendapkan kembali padatan-padatan kasar. Padatan-padatan ini dialirkan
ke grit clarifier, sedangkan limbah cair yang terdapat dibagian atas grit removal di
alirkan ke dalam primary settling yang berfungsi untuk mengendapkan lumpur
(sludge). Sludge yang mengendap di pompa ke dalam sludge thickener,
sedangkan limbah cairnya di alirkan ke unit pengolahan biologis.
b. Pengolahan Secara Biologis
Proses ini terutama untuk mengurangi kandungan BOD yang tinggi. Pengolahan
secara biologis ini menggunakan bakteri (mix culture) untuk mendegradasi
bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah. Pada proses ini nutrien (urea
& TSP) ditambahkan untuk menjaga kelangsungan hidup bakteri dalam tangki
aerasi. Pertama-tama limbah di alirkan ke dalam tangki aerasi yang dilengkapi
dengan impeler-impeler pada permukaannya untuk memasok udara untuk
melancarkan proses biologis, di daerah ini limbah membentuk lumpur aktif yang
selanjutnya di alirkan ke dalam secondary clarifier untuk memekatkan lumpur
yang dapat digunakan sebagai sumber bakteri untuk proses biologi selanjutnya.
c. Pengolahan Secara Kimia
Dalam secondary clarifier ditambahkan super flokulan untuk mengendapkan
lumpur yang terbentuk. Air limbah yang berada di permukaan di alirkan ke
sungai. Air ini dapat digunakan untuk pengairan lahan pertanian. Lumpur yang
mengendap dimasukka ke dalam sludge thickener sedangkan sisanya di
sirkulasi untuk mengisi tangki aerasi. Pada sludge thickener lumpur kembali
dipekatkan dengan cara memisahkan lumpur dengan kandungan air yang masih
ada. Lumpur dari sludge thickener dipadatkan dengan menggunakan sludge
press dan siap dibuang.