lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/10751/4/bab_ii (32).pdf · 11...
TRANSCRIPT
-
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Animasi
Animasi merupakan proses dari pengolahan gambar sehingga menghasilkan
gambar yang bergerak. Kata animate berasal dari kata kerja Latin animare, yang
berarti “membuat jadi hidup atau mengisi dengan nafas”. Pada animasi kita benar-
benar bisa merestrukturisasi realitas. Animasi menjadikan semuanya exaggerated
atau dilebih-lebihkan yang umumnya tidak dapat dicapai pada film live action.
Walaupun sekarang ini banyak special effect untuk menghasilkan adegan yang
tampak tidak mungkin dilakukan secara nyata, adapun hal yang dapat diselesaikan
pada animasi yang tidak dapat dihasilkan dari live action (Wright, 2005, 1).
Pada awalnya, animasi dibuat dengan digambar secara tradisional/manual
pada kertas lalu di rangkai sedemikian rupa, animasi ini disebut animasi 2D (dua
dimensi) secara konvensional. Dalam pembuatan animasi terdapat tiga tahap,
yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi yang disertai prinsip-prinsip
dasarnya. Thomas dan Johnston (1981) menjabarkan 12 prinsip animasi meliputi;
Squash & Stretch; Anticipation; Staging; Straight Ahead Action & Pose to Pose;
Follow Through & Overlapping Action; Slow In and Slow Out; Arcs; Secondary
Action; Timing & Spacing; Exaggeration; Solid Drawing; dan Appeal.
2.1.1. Animasi 3D
Animasi 3D merupakan bagian bidang yang lebih besar dari 3D computer graphic
yang menggunakan perangkat software dan hardawre komputer animasi 3D pada
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
7
berbagai tipe produksi animasi. Animasi 3D merujuk ke berbagai jangkauan luas
grafis 3D, termasuk gambar statis atau bahkan model padat yang sesungguhnya.
Animasi 3D digunakan di dalam tiga (3) industri utama yaitu entertainment atau
hiburan, scientific atau ilmiah, dan other atau lainnya. Tiap dari industri tersebut
memakai animasi 3D dengan cara yang berbeda dan menghasilkan hasil akhir
yang berbeda, termasuk film, video, visualisasi, rapid prototyping, dan sebagainya.
(Beane, 2012 ,1-2)
Beane (2012) menyatakan bahwa industri animasi 3D entertainment
(hiburan) merupakan industri dikenali secara luas termasuk film, televisi, video
game, periklanan, dan lainnya. Ada dua (2) tipe utama film yang dibuat di
realisme animasi 3D yaitu fully animated film dan visual effect film. Fully
animated film merupakan film yang segala elemen visualnya dibuat dengan
software 3D animation dan dirender, sedangkan visual effect film adalah film
dengan gabungan shot live action dengan latar atau efek lainnya yang merupakan
buatan komputer (hlm. 2).
2.1.2. Animation 360-degree
Animation 360-degree merupakan animasi dengan pergerakan kamera untuk
memutar ke segala arah (360 derajat) sehingga dapat memvisualisasikan informasi
cerita secara luas. Dasar pergerakan kamera untuk menciptakan animation 360-
degree adalah roll movement yang melibatkan perputaran kamera ke kiri-kanan
atau atas-bawah. (Beane, 2012, 126-127).
Output dari animasi 360 adalah 360-degree virtual reality yang merupakan
sebuah simulasi audiovisual yang diubah, lingkungan tiruan yang mengelilingi
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
8
penggunanya yang memperkenankan pengguna untuk melihat sekelilingnya dari
seluruh arah, seperti yang dapat dilakukan di kehidupan asli. Ada berbagai jenis
tipe dari 360-degree virtual reality, termasuk secara live, video yang telah
direkam sebelumnya, real-time rendered 3D games, maupun pre-rendered
compuier graphic imagery (CGI) yang berarti gambar grafis komputer yang telah
dirender sebelumnya. Animasi 360 merupakan 360-degree virtual reality dengan
tipe pre-rendered compuier graphic imagery (CGI). (Haughn , 2015)
Gambar 2.1. 360 video
(What's the difference between 360° video and VR video?, 2017)
Ullman (seperti yang dikutip Brown, 2017) menyatakan bahwa mobilitas
pergerakan 360-degree video terbatas oleh perspektif kamera yang telah dibatasi
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
9
oleh pembuat filmnya. Selain itu, alur ceritanya juga sudah ditentukan melalui
pergerakan kamera yang diarahkan oleh pembuat film sehingga pembuat film
harus menyakinkan pergerakan kamera yang menangkap perhatian penontonnya
dalam mengikuti alur cerita.
2.2. Mise-en-Scene
Bordwell & Thompson (2006) menjelaskan bahwa mise-en-scene adalah ‘putting
into the scene’ yang berarti ‘menaruh dalam sebuah adegan’. Menurutnya, mise-
en-scene termasuk kedalam aspek dalam film antara lain adalah setting, kostum &
tata rias, pencahayaan, dan tingkah laku & aksi pemain. Mise-en-scene melibatkan
perencanaan, tetapi seorang pembuat film mungkin terbuka terhadap peristiwa
yang tidak direncanakan sebelumnya. Menurutnya, ada empat (4) area umum
mise-en-scene yaitu setting atau pengaturan, kostum & tata rias, pencahayaan, dan
staging (hlm.112-115).
Sedangkan menurut LoBrutto (2002), mise-en-scene merupakan
perencanaan komposisi kamera baik lensa, ukuran shot, & pergerakan kamera,
lalu segala ruang, bentuk, tekstur, lampu pencahayaan serta lingkungan dan
dekorasi yang divisualisasikan menjadi simbol dan metafora yang menjadi bagian
dari bahasa sinematik. Menurutnya, gambar visual mengaitkan dan
mengkorelasikan ide, konsep, dan makna ke sebuah cerita (hlm.7).
2.2.1. Setting
Bazin (seperti yang dikutip Bordwell & Thompson, 2006) menyatakan bahwa
‘Keberadaan manusia merupakan keseluruhan yang penting dalam teater. Sebuah
drama dapat ada tanpa seorang aktor. Benturan pintu, dedaunan yang terbang,
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
10
ombak pada pantai dapat meningkatkan efek dramatis. Beberapa karya film
masterpiece hanya menggunakan seseorang sebagai aksesoris, seperti tambahan
ekstras atau sebagai tandingan kepada alam yang merujuk kepada karakter.’
Cinema setting atau pengaturan sinema dapat menjadi garis terdepan; tidak
hanya menjadi wadah bagi kejadian seseorang manusia, tetapi dapat memulai aksi
naratif secara dinamis (Bordwell & Thompson, 2006, 115).
Gambar 2.2. Replikasi newsroom dalam film All the President's Mell
(Film art an introduction, 2006, 116)
Menurut Bordwell & Thompson (2006), seorang filmmaker dapat
mengatur setting dalam berbagai cara yaitu dengan memilih lokasi yang sudah ada
yang menjadi sebuah stage. Alternatifnya, seorang filmmaker dapat
mengkonstruksikan setting tersebut dengan segala kemungkinan untuk
menciptakan dunia buatan pada film untuk mencapai sebuah pendekatan setting.
Menurutnya, sebagian sutradara juga menekankan sebuah keaslian setting, dengan
cara melakukan penelitian mengenai detail lokasi hingga menduplikasikannya
kedalam sebuah setting filmnya (hlm. 115).
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
11
2.3. Environment
LoBrutto (2002) menyatakan bahwa sebuah desain film melalui arsitektural,
bentuk, ruang, warna, dan tekstur mengekspresikan sebuah cerita dan mendukung
karakter. Menurutnya, sebuah environment atau lingkungan dari sebuah cerita
dapat merefleksikan sebuah karakter dan memberikan sebuah efek metafisik
kepada penonton sehingga mempersepsikan sebuah cerita & karakter. Sebuah
cerita dapat diinterprestasikan secara visual yang bertujuan untuk menyampaikan
berbagai kondisi psikologi yang dihasilkan secara naratif dari sudut pandang
seorang sutradara. Sebuah environment atau lingkungan yang berupa arsitektur,
perabotan, dan dekorasi harus memberikan sebuah komunikasi mengenai waktu,
space, lokasi, dan kehidupan masyarakat dalam cerita tersebut (hlm.1-27).
2.3.1. Konsep dan Perancangan Environment
White (2006) menyatakan bahwa perancangan environment menjadi bagian proses
yang penting. Menurutnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, penonton
melihat tiap adegan dengan latar lingkungan (environment), setidaknya 95 persen.
Berdasarkan environment yang menginspirasi dan berkualitas tinggi dapat
mempengaruhi sebuah film sehingga dapat memberikan ilusi dari kualitas emosi
dan mood dalam film secara spesifik Bahkan, hanya dengan latar yang
berkualitas, penonton tetap mendapat pengalaman sinematik yang luar biasa.
2.3.2. Hubungan environment dengan Karakter
LoBrutto (2002) menyatakan bahwa environment harus meinterpretasikan
karakter secara visual sehingga menciptakan gaya visual lingkungan yang sesuai
dengan karakter. Tridimensional karakter akan mempengaruhi visual lingkungan
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
12
yang diciptakan sehingga diperlukan sebuah breakdown tokoh didalamnya sesuai
apa yang screenwriter buat dan memfokuskan kepada beberapa aspek yang
diartikan secara visual, antaralain: (hlm.30)
1. Berapa umur karakter?
2. Apa etnis dan latar belakang sosial karakter?
3. Apa kelas sosial karakter?
4. Apa peran karakter dalam cerita?
5. Apa gaya pribadi karakter?
6. Seperti apakah bentuk fisik dari karakter?
Menurutnya, hubungan antara karakter dan lingkungan (environment)
dapat mendasari kekuatan kebebasan, dan berbagai emosi, mood, hingga atmosfir
dalam film sehingga karakter dalam film dapat nyata dalam konteks dari
lingkungan dimana karakter tersebut muncul. (hlm.99)
2.4. Klasifikasi Sosio-Ekonomi
Nielsen Admosfere (2016) menjelaskan bahwa klasifikasi sosio-ekonomi didasari
dari perspektif gaya hidup atau pengeluaran, pekerjaan, pendapatan, status
pendidikan dan profesional, dan biaya konsumsi operasional lainnya. Klasifikasi
ini terkategorikan dalam lima kategori yang disebut ABCDE categories. Kategori
kelompok A merupakan kelompok dengan sosio-ekonomi tertinggi. Menurutnya,
kelompok A mayoritas aktif secara ekonomi, profesional, dan memiliki perabotan
rumah yang lengkap dan tersedia. Kelompok B merupakan kategori kelompok
sosio-ekonomi kedua tertinggi dan dapat dikatakan diatas rata-rata. Kelompok C
merupakan kelompok sosio-ekonomi dengan pendapatan rata-rata, setidaknya
memiliki pekerjaan yang stabil. Kelompok D masuk kedalam kategori sosio-
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
13
ekonomi dibawah rata-rata, memiliki pendidikan yang tergolong rendah dan
kelompok E merupakan kategori sosio-ekonomi terendah serta umumnya
kelompok ini tidak memiliki penghasilan. (hlm. 8)
Berdasarkan data survei Bekraf (2018), profil spesifik perilaku
konsumen e-commerce Indonesia baik perempuan maupun laki-laki dengan rentan
umur 15-45 tahun dan ke atas terdata kelompok A sebesar 26.6% yang memiliki
pengeluaran 4 juta perbulan. Lalu, kelompok B sebesar 26.3% yang memiliki
pengeluaran sebesar 2.5 juta hingga 4 juta. Dan kelompok C yang terbagi menjadi
C1 sebesar 19.7% dengan pengeluaran 1.75 hingga 2.5 juta dan kelompok C2
dengan pengeluaran dibawah1.75 juta. (hlm.23)
2.5. Proses Perancangan Environment
LoBrutto (2002) menjelaskan proses perancangan sebelum memasuki produksi
dalam buku The Filmmaker’s Guide to Production Design seperti concept
drawing, storyboard, script breakdown, research, dan plans. (hlm. 57)
2.5.1. Concept Drawing
Menggambar sebuah konsep merupakan tahapan awal proses perancangan yang
memperlihatkan gambaran ide visual. Konsep gambar dapat dimulai dari bentuk
dalam sketsa sederhana. (LoBrutto, 2002, 57)
2.5.2. Script Breakdown
LoBrutto (2002) sebelumnya menyatakan bahwa sebuah film dimulai dari
screenplay untuk mengetahui konten dan isi secara keseluruhan, lalu menjabarkan
isi naskah yang berisikan daftar detail mengenai tiap lokasi yang diciptakan.
Daftar detail juga berisi informasi seperti:
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
14
2.5.3. Research
Setelah menjabarkan daftar detail dari script breakdown, tahap selanjutnya adalah
melakukan observasi mengenai tampilan dari lokasi sehingga dapat memberikan
visual yang sesungguhnya, khas, dan benar. Menurut LoBrutto (2002), desain
harus memberikan visualisasi yang dapat penonton percaya baik secara surealistik,
fantasi, atau imaginasi sehingga riset membantu menjadi indikator sebuah visual.
(hlm.20)
2.5.4. Plans
Sebuah staging plan digunakan untuk memvisualisasi penataan set pada adegan
yang mencakup dimensi, ruang, penataan tembok, platform, tangga,
penggambaran perabotan & dekorasi, floor plan, platform plan, detail konstruksi
& material, bukaan lantai set, segala dimensi, radius lengkung platform, platform
bergerak, jalur, turntables, dan kontrol untuk menggerakan elemen dalam set.
Penggambaran ketinggian menunjukan sudut tertentu dari bagian floor plan untuk
memperlihatkan gambaran yang datar dari tampak depan, samping, atau belakang
dari set sehingga ketinggian digambarkan tanpa pandangan perspektif.
Hernandez (2013) menyatakan bahwa penggunaan floor plan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik dari segi visual. Menurutnya, tiap ruang
diobservasi dan dikembangkan untuk memahami dasar dari ruangan. Awalnya,
perlu dipahami detail dari environment yang mempengaruhi pemilihan properti.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
15
Gambar 2.3. Floor plan
(Set the action! Creating backgrounds for compelling storytelling in animation, comics,
and games, 2012, 116)
2.6. Property
Properti adalah sebuah objek yang dapat digerakan dan digunakan oleh seorang
aktor yang melengkapi sebuah cerita. Properti termasuk perhiasan, kacamata,
buku, dan senjata (Rea & Irving, 2010, 128). LoBrutto (2002) menyatakan bahwa
setiap elemen visual harus melengkapi, mendukung, dan mengembangkan sebuah
naratif cinematik dan sesuai dengan keseluruhan rencana desain. Hal ini
digabungkan, didesain, atau dibeli oleh seorang property master yang
bertanggung jawab atas penempatan dan perawatan elemen visual tersebut ketika
masa shooting sebuah film (hal. 21).
LoBrutto (2002) mengkategorikan properti kedalam enam (6) kategori
yaitu:
1. Personal props merupakan properti yang dipakai atau digunakan secara
langsung oleh aktor/pemeran, seperti kacamata, cincin, dan sebagainya.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
16
2. Non-practical props merupakan properti peralatan yang tidak perlu dalam
kondisi berfungsi atau dapat digunakan tapi terlihat berfungsi dan properti
tersebut tidak perlu terlihat dalam kamera.
3. Hand props merupakan properti yang dipakai oleh aktor/pemeran, seperti
gelas wine, rokok, korek api, telepon, dan sebagainya.
4. Practical props merupakan properti yang dapat beroperasional secara
optimal dan berfungsi saat dipakai.
5. Any props merupakan properti yang secara tidak langsung digunakan atau
dioperasikan dan tidak harus praktis oleh aktor/pemeran.
6. Key props merupakan properti yang sering dipakai atau diperlihakan dan
selalu memiliki back up atau cadangan sebagai pegganti apabila diperlukan
saat produksi. Properti cadangan harus sama persis dan cocok agar tidak
mengganggu kontinuitas film.
2.7. Warna
Tmarks (2006) menyebutkan bahwa “warna dapat menyampaikan goresan secara
luas atau dapat dihubungkan dengan dalamnya makna di luar dari komposisi atau
serangkaian kata” (hlm. 25). Sedangkan menurut LoBrutto, warna merupakan
sebuah alat desain kuat yang tak jarang memberikan efek subliminal yang berarti
makna dan pesan tersembunyi. Dalam production design, warna melaksanakan
berbagai fungsi yang tidak hanya digunakan untuk mencapai sebuah kebenaran
pada gambar. Menurutnya, warna dapat mengkomunikasikan waktu & tempat,
menegaskan karakter, dan membentuk emosi, suasama, keadaan, atmosfir, dan
kepekaan psikologis (hlm. 77)
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
17
Feisner (2006) menyatakan ada empat (4) dimensi pada warna antara lain
hue, value, intensity, dan temperature. Menurutnya, warna merupakan kombinasi
dari empat dimensi tersebut (hlm. 33). Sedangkan menurut Munsell (1905)
menyatakan ada tiga (3) kualitas pada warna antara lain hue, value, dan chroma
(hlm.19). Permaknaan dan maksud keduanya, baik dimensi atau kualitasnya
memiliki pengertian sama, hanya berbeda dalam istilahnya.
Gambar 2.4. Dimensi pada warna(Colour: How to use colour in art and design, 2006, 67)
Chijiwa (1987) menyatakan hue merupakan warna sesungguhnya (nama
warna) yang menyerupai atau dapat disamakan dengan warna vivid (warna jelas).
Sedangkan menurut Feisner (2006), hue merupakan warna murni tanpa campuran
warna lain seperti putih, hitam, abu-abu, atau warna komplementer yang berarti
warna yang berlawanan dalam color wheel. Dan menurut Munsell (1905), hue
merupakan kualitas warna yang tidak menyebutkan bahwa warna tersebut terang
atau gelap, dan juga lemah atau kuat. Menurut LoBrutto (2002), hue merupakan
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
18
sensasi utama dari sebuah warna yang merupakan persepsi dari seseorang yang
melihatnya, contohnya adalah kualitas dari sebuah warna.
Gambar 2.5. Hue(Colour: How to use colour in art and design, 2006, 35)
2.8. Chinese Culture / Kebudayaan Tionghoa
Budaya Tionghoa merupakan salah satu budaya tertua dan kompleks di dunia dan
keturunan Tionghoa tersebar luas dapat ditemui hampir diseluruh penjuru negara,
termasuk Indonesia dengan membawa budaya aslinya sejak ratusan tahun lalu.
Agama buddha dan karya seninya menjadi posisi penting dalam kebudayaan dan
masyarakat Dinasti Tang (era tahun 618-907) yang umumnya merujuk pada masa
emas peradaban Tionghoa. Banyaknya monumen Buddha mempersediakan
kesempatan untuk mengerti mulia dan kompleksnya visual budaya disaat masa
terkenalnya di sejarah Tionghoa (Qiang, 2004, 1)
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
19
2.9. Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Gungwu (seperti yang dikutip Suryadinata, 2004) menyatakan bahwa konsep etnis
dan kebangsaan merupakan hal yang berbeda. Menurutnya, konsep etnis sudah
berlangsung lama, bersejarah, dan konsep evolusioner yang telah di alami oleh
manusia serta setiap kelompok etnik memiliki kebudayaannya tersendiri atau
mengerti identifikasi kebudayaannya. Sedangkan, konsep kebangsaan merupakan
fenomena modern yang mendeskripsikan sesuatu yang telah dikonstruksi dari
waktu ke waktu dan dapat diciptakan . Konsep tersebut dibentuk dan dikontrol
oleh institusi seperti birokrasi & politikal dan sistem legal sehingga apabila
terstruktur dengan baik mungkin akan dikenali sebagai hukum international
sebagai organisasi negara (hlm.3)
Menurut Ongkowijaya (2013), migrasi orang Tionghoa ke Indonesia
memberikan peranan penting dalam berbagai aspek seperti pendidikan, seni-
budaya, sastra, perdagangan dan lain-lain. Menurutnya. Menurut Tan (2008),
masyarakat Tionghoa sudah berada sejak abad 19 di Indonesia, akan tetapi pada
masa orde baru masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang signifikan
mulai dari kepercayaan, tradisi, kebudayaan hingga aktivitas masyarakat
Tionghoa di batasi bahkan ditiadakan. Masyarakat Tionghoa dianggap tidak
berstatus berdasarkan lima (5) agama yang diakui di Indonesia oleh pemerintah.
2.10. Religi Masyarakat Tionghoa
Taylor (2005) menyatakan bahwa dalam kehidupan religi masyarakat Tionghoa,
terdapat san chiao atau tiga (3) agama/ajaran yang terdiri dari Taoisme, Buddha,
dan Kong Hu Cu (Konfusianisme). Dalam arti yang sebenarnya, chiao merupakan
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
20
ajaran, akan tetapi ajaran memungkinkan sebuah konotasi religius. Di Tiongkok,
San chiao lebih mengacu kepada filosofi atau arah pemikiran dibandingkan
dengan agama. Di Indonesia istilah san chiao umumnya disebut sebagai
Tridharma.
Gambar 2.6. San chiao ‘Tridharma(http://tamanbuddhist.blogspot.com/2012/02/agama-tridharma-buddha-tao-dan-konghucu.html)
2.11. Altar Sembahyang
Menurut Mitchell & Gunning (2013), altar merupakan tempat tersuci. Untuk
membangun altar, dimulai dari penempatan lalu pemilihan warna kain, warna
lilim, warna permata, bunga, patung, dan simbol lainnya yang dapat meningkatan
ruang suci yang akan beresonansi dengan kepribadian (hlm. 13). Menurutnya,
penempatan altar sembahyang dapat ditempatkan di area yang dikehendaki
pemilik rumah, namun harus diindentifikasi dan memperhatikan tujuan yang ingin
didapatkan. Selain itu, altar sembahyang juga dapat ditentukan lebih privat atau
terbuka menghadap ke luar rumah.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
21
Altar sembahyang Buddha umumnya terdapat patung Shakyamuni Buddha
atau Manjushri Bodhisattva, bunga, lilin, dan dupa/kemenyan. Altar
merepresentasikan ‘Tiratana’ atau umumnya di Indonesia disebut ‘Tiga Mustika’,
yang merupakan objek utama penghormatan dan perlindungan antara lain Buddha,
Dharma, Sangha (Landaw & Bodian, 2002, 158).
Gambar 2.7. Altar Sembahyang(http://kebajikandalamkehidupan.blogspot.com/2014/01/tradisi-membersihkan-altar-dan-
rupang.html)
2.12. Karakteristik Desain Tionghoa
Evelyn (seperti yang dikutip Widiastuti & Oktaviana, 2015), dalam kepercayaan
orang Tionghoa, segala sesuatu mempunyai makna seperti model atau bentuk dari
desain rumah. Menurutnya, setiap simbol memiliki maksud pada sebuah harapan
kebahagiaan hidup. Keberadaan simbol dalam sebuah bangunan merupakan upaya
meminta peruntungan atau memastikan penghuni terhindar dari bahaya atau
kesialan. Selain itu, Feng Shui juga menjadi bagian penting dalam arsitektur
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
22
Tionghoa dimana prinsip ini mengenai penempatan objek di tempat yang tepat
sehingga harmonis dan seimbang bagi penghuni.
Menurut Mitchell & Gunning (2013), feng shui pada rumah seperti ruang
tamu tidak boleh menaruh ornamen gelap. Selain itu, dapur dianggap tempat
penting yang merupakan inti secara fisik dan emosional penghuni rumah serta
penempatan elemen Api dan Air yang tidak boleh ditaruh bersebelahan karena
kedua elemen tersebut berlawan sehingga pengaruh elemen Air dapat
menghilangkan pengaruh dair elemen Api. Lalu, penempatan kompor juga tidak
terlihat dari pintu karena dianggap tidak baik. Pada bagian ruang makan dianggap
sebagai tempat intim dimana seluruh anggota keluarga terhubung dengan berbagi
makanan. Menurutnya, ruang makan harus selalu bersih dan terlihat menarik.
Selain itu, menurutnya meja makan bundar meningkatkan kenyamanan dan
hubungan komunikasi yang baik serta kursi makan harus menutupi bagian
punggung agar lebih nyaman.
2.12.1. Elemen Warna
Tampilan warna bangunan arsitektur Tionghoa umumnya menggunakan warna-
warna berani seperti merah, biru, hijau, dan kuning karena memiliki arti tersendiri,
misal warna merah mengartikan kemakmuran. Menurut Evelyn (seperti yang
dikutip Widiastuti & Oktaviana, 2015) warna emas diartikan sebagai kekayaan
dan kemakmuran. Namun untuk warna material, umumnya menggunakan material
alami sesuai warna aslinya sehingga tidak dicat, dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan untuk menunjukan kejujuran, seperti warna kayu alami dan warna
tanah pada genting. (Widiastuti & Oktaviana, 2015, 247)
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
23
Menurut Mitchell & Gunning (2013), elemen warna memberikan respon
terhadap tubuh dan pikiran seseorang sehingga mempengaruhi seseorang dalam
bertindak, berpikir, dan perasaan sehingga menciptakan dampak yang signifikan
terhadap kehidupan. Warna-warna yang hangat cenderung memberikan efek
stimulasi dan warna-warna dingin cenderung menenangkan. Berikut unsur dan
efek dari warna: (hlm. 72-74)
1. Warna merah memberikan efek gairah, romansa, kekuasaan, aktivitas,
kegembiraan, ketenaran, mencerahkan, dan meningkatan stimulasi energi
sehingga mewakili unsur Api.
2. Warna merah muda memberikan efek menenangkan, aman, dan
memelihara. Umumnya digunakan untuk mengurangi depresi dan rasa
kesepian
3. Warna orange memberikan efek kreativitas, komunitas, kepercayaan diri,
hangat, dan bahagia.
4. Warna kuning menstimulasi intelek, kreativitas, dan mencerahkan suasana
hati sehingga berdampak positif terhadap konsentrasi dan prestasi akademik.
Warna kuning mewakili unsur Bumi.
5. Warna hijau memberikan efek penyembuhan, stabilitas, alam, keluarga,
dan kekayaan. Hijau memberikan energi yang lembut dan menyejukan
sehingga meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan. Warna ini
mewakili unsur Kayu.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
24
6. Warna biru membangkitkan perasaan damai dan ketenangan. Selain itu,
warna ini juga terkait dengan pengetahuan diri dan devosi spiritual. Warna ini
mewakili unsur Air.
7. Warna ungu merupakan warna kekayaan, kemakmuran, dan kelimpahan.
8. Warna coklat merupakan warna tanah yang menghubungkan ke Bumi
termasuk tanaman dan hewan. Warna coklat merupakan simbol dari
pertumbuhan akar dan stabilitas sehingga baik untuk memberikan efek
membumi. Warna ini mewakili unsur Bumi
9. Warna hitam membangkitkan kekuatan, kesuksesan, pengetahuan, misteri,
dan hubungan dengan ‘dark realms‘ atau alam gelap dari dunia batin. Warna
hitam mewakili unsur Air.
10. Warna abu-abu memiliki efek independen dan mandiri. Dalam
konteks negatif, istilah ‘area abu-abu‘ digunakan karena tidak mengacu pada
hitam atau putih sehingga memilik efek tidak berkomitmen. Apabila terlalu
banyak elemen warna abu-abu maka akan mengurangi energi vital.
11. Warna putih merupakan keseluruhan warna yang digabungkan dan
menyimbolkan kemurnian, kepolosan, kebersihan, dan penyempurnaan yang
dikaitkan dengan cahaya roh serta penyelarasan spiritual. Warna ini mewakili
unsur Logam.
2.12.2. Ornamen
Menurut Widiastuti & Oktaviana (2015), arsitektur Tionghoa juga memiliki
ornamen hiasan yang khas, baik pada dinding, pintu, dan jendela. Hal ini didasari
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
25
oleh mitos dan kepercayaan bangsa Tionhoa. Ormanen ini memiliki makna dan
terdiri dari bentuk geometris, motif binatang, dan sebagai berikut: (hlm.246-247)
1. Penolak bala (Pa Kua) yang merupakan hiasan pada pintu utama
yang berfungsi sebagai pengetuk pintu, selain itu juga dimaksudkan
untuk mengusir roh jahat dan pengaruh buruk/ancaman dari luar
2. Jamur linchi merupakan hiasan pada penutup pintu masuk utama
yang menjadi bagian dari ormanen Pa Kua yang memiliki arti umur
panjang.
3. Buku, papan catur, kecapi, dan gulungan kertas yang terletak di
bawah balok kuda-kuda yang memiliki arti pemilik rumah
cendekiawan atau kaya dan makmur.
4. Naga (liong) terdapat pada kuda-kuda yang menghadap utara-selatan
yang terletak di panel atas pintu ruang sembahyang.
5. Burung Hong yaitu simbol dewa api yang melambangkan kesuburan
dan kehidupan baru.
2.13. Elemen dalam Tradisi Tionghoa
Mitchell & Gunning (2013) menyatakan bahwa dalam feng shui, segala sesuatu di
dunia merupakan kombinasi dari lima (5) elemen yang di temukan di alam. Lima
elemen tersebut adalah Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air. Menurutnya, setiap
elemen menggambarkan lambang yang spesifik dari chi, seperti warna, bentuk,
arah, mood, dan berbagai gabungan lainnya. Elemen Kayu merepresentasikan
pertumbuhan dan perkembangan. Elemen Api merepresentasikan panas dan
pemuaian. Elemen Bumi merepresentasikan keseimbangan dan keteguhan.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
26
Elemen Logam merepresentasikan kekuatan dan elemen Air sebagai simbol
perubahan dan pergerakan (hlm. 69).
Gambar 2.8. Lima Elemen Tradisi Tionghoa(http://ilmu-spiritual.blogspot.com)
Kennedy (2011) menyatakan bahwa kelima energi unsur elemen memiliki
siklus saling memberikan pengaruh yaitu menghasilkan dan
menghancurkan/menghalangi. Dalam siklus menghasilkan, elemen Kayu yang
terbakar akan menghasilkan energi untuk elemen Api, lalu elemen Api akan
menghasilkan abu yang merupakan bagian dari elemen Bumi, setelah itu elemen
Bumi menghasilkan elemen Logam yang dimanfaatkan oleh manusia, lalu elemen
Logam dipanaskan dengan baik akan menjadi cair seperti elemen Air, dan terakhir
elemen Air akan menutrisi pohon yang merupakan elemen Kayu, dan begitu
seterusnya. Dalam siklus menghancurkan, elemen Kayu diibaratkan terpotong
oleh kapak yang merupakan elemen Logam, lalu elemen Logam terbakar oleh
elemen Api, namun elemen Api dipadamkan oleh elemen Air, setelah itu elemen
Air dapat terserap dan terevaporasi oleh elemen Bumi, dan terakhir elemen Bumi
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
27
terkonsumi untuk menumbuhkan pohon yang merupakan elemen Kayu. (hlm. 85-
86).
Ada dua hal yang merupakan dasar penggunaan lima (5) elemen di tempat
tinggal yaitu menyeimbangkannya dan memanfaatkan perbedaan kualitasnya
untuk mengerahkan pengaruh khusus pada lingkungan tempat tinggal. Pertama,
dengan cara menyeimbangkan maka akan tercipta harmonis, kesehatan, dan
kemurnian. Kemurniaan merupakan hal esensial untuk memfokuskan dan
menyalurkan tujuan. Kedua, dengan pemanfaatan perbedaan kualitas elemen
maka akan memanfaatkan kekuatan produktif setiap elemen dan menghindari
potensi negatif elemen tersebut (Mitchell & Gunning, 2013, 69-70).
Menurut Mitchell & Gunning (2013), selain dengan penempatan area
spesifik dari bagua map, pemilihan elemen warna yang tepat dengan kolerasi niat
dan tujuan seseorang atau dapat meningkatkan dan memperbesar energi ruangan
suci, altar, atau kuil. Menurutnya, warna sering dikaitkan dengan pemikiran
spesifik. Warna sering dikaitkan dengan perasaan dan emosi tertentu. Arti warna
bervariasi dari budaya ke budaya, waktu ke waktu. Sepanjang sejarah, warna telah
digunakan sebagai media terapeutik dan evokatif oleh berbagai budaya. Warna
memberikan nutrisi dan pengaruk bidang energi di lingkungan tersebut. Warna
dapat diterapkan dalam berbagai cara untuk menciptakan ruangan dengan dimulai
dari warna dinding kemudian warna perabotan dan barang-barang dekoratif
lainnya (hlm. 72).
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
28
2.13.1. Elemen Kayu
Elemen Kayu terkait dengan pohon dan pohon terkait antara surga dan bumi
karena berakar kuat serta memberikan stabilitas, bertumbuh & memperluas, dan
mencapai cabangnya ke langit. Elemen Kayu menyeimbangkan ruang sakral,
meningkatkan energi kreativitas, kerja sama, dan inovasi. Menurut Mitchell &
Gunning (2013), ada delapan (8) cara untuk mengabungkan elemen Kayu di
ruangan melalui: (hlm. 70-71).
1. Benda yang terbuat dari kayu, seperti patung, arca, dan ukiran.
2. Bahan material bangunan dan perabotan dari kayu, seperti kursi, lemari,
dan meja.
3. Pohon, tanaman, semak, dan bunga, baik alami atau buatan.
4. Bahan material dan kain organik dan alami, seperti katun atau rami.
5. Tekstil yang mengambarkan bunga, dedaunan, atau tumbuhan.
6. Karya seni yang merepresentasikan taman, pemandangan, bunga, dan
pohon.
7. Bentuk yang menyerupai batang pohon, seperti tiang.
8. Warna hijau, seperti forest green, Kelly green, hijau lemon, celadon, dan
sage.
2.13.2. Elemen Api
Elemen kayu dapat meningkatkan energi pada tempat sakral dengan
meningkatkan semangat dan antusiasme. Api memiliki efek panas dan
menstimulasi, tetapi dengan jumlah yang tepat, hal ini dapat meningkatkan energi.
Apabila terlalu banyak elemen api, ruangan tersebut dapat menjadi ‘panas’ untuk
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
29
dikendalikan (secara emosi) atau emosi seseorang akan menjadi berapi-api dan
berat. Menurut Mitchell & Gunning (2013), ada tujuh (7) atribut dengan elemen
energi Api yang dapat ditemukan dalam: (hlm. 71).
1. Seni, benda, atau patung yang merepresentasikan matahari atau api.
2. Seni, benda, atau patung yang mengambarkan hewan atau manusia.
3. Hewan hidup, seperti hewan peliharaan atau hewan liar, di sekitar rumah.
4. Benda yang terbuat dari hewan, seperti kulit (leather) dan bulu
(fur/feather).
5. Bentuk yang mengesankan piramida atau kerucut.
6. Benda yang merepresentasikan api dan cahaya, seperti matahari, lampu
yang terang, perapian, lilin, dan segala jenis peralatan elektronik, seperti
televisi dan komputer.
7. Warna merah dan orange.
2.13.3. Elemen Bumi
Elemen Bumi merepresentasikan keseimbangan dan landasan. Energi Bumi dapat
menjadi fondasi untuk menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar aman
dan sehat. Dengan penanganan dan perencanaan yang tepat akan menjadi aman
dan stabil. Apabila terlalu basah akan menjadi licin atau kusam, tidak seimbang,
dan memberikan perasaan terjebak, sedangkan apabila terlalu kering dan panas
akan memberikan pergeseran dan ketidakjelasan akibat angin, debu, dan pasir.
Menurut Mitchell & Gunning (2013), ada enam (6) sumber untuk meningkatan
energi Bumi pada ruangan, antara lain: (hlm. 71).
1. Segala material yang terbuat dari batu bata, plesteran, atau ubin alam.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
30
2. Keramik, seperti benda-benda karya seni, patung, vas bunga, dan peralatan
makan.
3. Tembikar gerabah.
4. Seni, permadani, atau tekstil yang menampilkan gurun atau tebing.
5. Bentuk kotak/persegi
6. Warna coklat, suasana corak bumi, kuning, gading, dan karat.
2.13.4. Elemen Logam
Elemen Logam dapat meningkatkan kesuksesan bisnis dan keuangan. Metal
merupakan simbolik dari koin dan permata. Penambahan elemen Logam dapat
meningkatkan energi kemakmuran. Apabila sebuah ruangan mempunyai energi
Logam secara berlebih, hasilnya akan menjadi konflik dan gangguan yang
dikarenakan Logam juga memiliki resonansi armor dan senjata.Menurut Mitchell
& Gunning (2013), ada sembilan (9) sumber atribut untuk meningkatan energi
Logam pada ruangan, antara lain: (hlm. 71)
1. Logam sesungguhnya, seperti emas, perak, kuningan, tembaga, krom, besi,
timah, dan aluminium.
2. Permukaan batu, seperti marmer, flagstone, travertine, batu kapur, dan
granit.
3. Batuan sungai & beton
4. Batuan alam dan batu kerikil
5. Batuan permata dan kristal
6. Seni dan patung yang terbuat dari logam atau batu.
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
31
7. Benda logam yang bergerak seperti lonceng angin, hiasan dekoratif angin,
atau jam
8. Bentuk bulat dan oval.
9. Warna putih, emas, silver, kuningan, dan pastel
2.13.5. Elemen Air
Elemen Air merepresentasikan emosi, komunikasi, pembelajaran, dan perjalanan.
Air dapat memupuk, merevitalisasi, dan menyemangati pikiran dan tubuh dengan
ion bermanfaat. Dengan jumlah yang tepat dan seimbang bagi ruang, energi
tersebut dapat meningkatkan niat yang melibatkan perjalanan atau studi, serta
hubungan emosional, akan tetapi sebaliknya, apabila tidak seimbang akan menjadi
tak terkendali dan menguras seperti hujan badai.Menurut Mitchell & Gunning
(2013), ada enam (6) benda yang memilki elemen Air antara lain: (hlm. 70-71)
1. Benda atau permukaan yang terbuat dari kaca, seperti cermin, prisma, kaca
potong, dan kristal.
2. Perairan yang alami seperti lautan, danau, dan sungai.
3. Perairan buatan seperti kolam renang, kolam buatan, air mancur, dan
tangki ikan.
4. Seni yang mengambarkan perairan seperti laut, danau, dan sungai
5. Bentuk yang mengalir bebas
6. Warna gelap termasuk hitam, arang, dan biru dongker.
2.14. Cap Go Meh
Johnson (seperti yang dikutip Davis, 2009) menyatakan bahwa Cap Go Meh atau
Chinese Lantern Festival yang diketahui sebagai festival Bulan Pertama yang
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
32
merupakan perayaan dari bulan penuh pertama Tahun Baru Tionghoa.
Menurutnya, festival ini merupakan puncak dari perayaan Tahun Baru yang
diadakan dengan parade lampion yang simbolik di dalam komunitasnya (hlm.
287). Festival Cap Go Meh terjadi disaat 15 hari pertama bulan lunar yang
berkemungkinan berakar dari awal Dinasti Shang yang berarti muncul disaat akhir
tahun 1046 sebelum zaman umum. Cap Go Meh diambil dari konotasi religius
aliran Taoisme yaitu ‘Konsep Tiga Dunia’ yang kemudian berakar didalam
permulaan pemikiran/gagasan Buddha. ‘Konsep Tiga Dunia’ yang dimaksud
merupakan alam surgawi, alam dunia, dan alam manusia. Festival Cap Go Meh
merayakan alam surgawi, sedangkan festival Qi Xi atau Malam Ketujuh
merayakan alam dunia dan festival Chongyang atau Sembilan Kembar merayakan
alam manusia.
Cap Go Meh dirayakan untuk penurunan kegelapan disaat musim dingin
dan kemampuan komunitas untuk bergerak disaat malam dengan cahaya lampu
buatan manusia, yaitu lampion yang merupakan cara populer untuk menerangi
kegelapan. Bahkan, orang-orang memaksimalkan kemampuan artistiknya untuk
membuat lampion dekoratif hingga banyak kuil dan kelompok masyarakat
mengadakan kontes membuat lampion terindah dan paling menarik. Kian waktu,
makna dari festival Cap Go Meh berubah, tetapi hal esensial tetap ada sebagai
cara untuk menegaskan otoritas atas kegelapan dan waktu untuk khalayak umum
untuk mendemonstrasikan lampion dengan kreativitas artistik yang unik dan indah
hingga sering kali diekspresikan dengan kembang api dan tarian barongsai (Wei,
2010, hlm. 25-26)
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
-
33
Gambar 2.9. Chinese Lantern Festival (Cap Go Meh)(Chinese Festivals, 2010)
Perancangan Set dan..., Vergie Wida Astuty, FSD UMN, 2019
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1.Animasi2.1.1.Animasi 3D2.1.2.Animation 360-degree
2.2.Mise-en-Scene2.2.1.Setting
2.3.Environment2.3.1.Konsep dan Perancangan Environment2.3.2.Hubungan environment dengan Karakter
2.4.Klasifikasi Sosio-Ekonomi2.5.Proses Perancangan Environment2.5.1.Concept Drawing2.5.2.Script Breakdown2.5.3.Research2.5.4.Plans
2.6.Property2.7.Warna2.8.Chinese Culture / Kebudayaan Tionghoa2.9.Masyarakat Tionghoa di Indonesia2.10.Religi Masyarakat Tionghoa2.11.Altar Sembahyang2.12.Karakteristik Desain Tionghoa2.12.1.Elemen Warna2.12.2.Ornamen
2.13.Elemen dalam Tradisi Tionghoa2.13.1.Elemen Kayu2.13.2.Elemen Api2.13.3.Elemen Bumi2.13.4.Elemen Logam2.13.5.Elemen Air
2.14.Cap Go Meh