lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5273/5/lampiran.pdfbahan kayu...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber II : Yohanes Nenes
Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 4 Juni 2017
Waktu Wawancara : 15.00
Tempat Wawancara : Jl. Wonobaru No. 8B
Cynthia Novella (C)
Yohanes Nenes (Y)
C: Sudah berapa lama Pak aktif dalam kegiatan ini?
Y: Sudah sejak 2004, berarti sudah 13 tahun ya kira-kira.
C: Berapa banyak suku Dayak Kanayatn yang ada di Pontianak dan apa makna
dari kata Dayak?
Y: Dayak Kanayatn disebut juga sebagai Dayak Ahe. Ahe yang artinya Apa.
Karena bahasa Dayak Kanayatn merupakan bahasa paling mudah dan mirip
dengan bahasa asli Indonesia, jadinya bahasa Dayak Kanayatn dipakai sebagai
bahasa persatuan suku Dayak di seluruh Kalimantan Barat. Kalo di Kalimantan
Barat, sudah terdapat 450 bahasa Dayak dan 250 subsuku yang tersebar luas.
C: Mengapa rumah orang Dayak berbentuk persegi panjang?
Y: Rumah masyarakat Dayak disebut juga dengan Rumah Panjang atau Rumah
Radankg. Rumah tersebut memiliki fungsi untuk menghindari binatang buas,
menghindari dari musuh. Jadi ketika mereka akan diserang musuh, mereka
bersama-sama bergotong-royong melawan musuh.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
C: Ritual Naik Dango itu sendiri, makna nya apa ya?
Y: Jadi, naik dango itu biasa disebut dengan Gawai Dayak. Itu tuh acara pesta nya
orang Dayak Kanayatn sebagai tanda bahwa masa panen sudah selesai. Biasanya
kegiatan ini pasti di lakukan di semua daerah khususnya Kalimantan Barat,
termasuk di Pontianak seperti kemarin kan itu selama seminggu tanggal 20 Mei
sampai 27 Mei.
C: Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum upacara adat Naik Dango
kemarin?
Y: Jadi pertama-tama, padi pertama yang di ambil, disimpan dan digunakan
sebagai bibit untuk tahun depan. Padi tahun lalu di ambil di Pahuman dan
Pahayaman nama tempatnya. Padi tersebut dimasukkan dalam satu lumbung,
lumbung itu dari masing-masing orang Dayak itu berbeda. Dayak Kanayatn itu
menyebutnya Baluh, Gadoponkg, atau Langko. Ada juga yang disebut Pante’. Itu
kayak sebuah wadah yang terbuat dari bambu atau kayu yang dibuat seperti rumah
tanpa atap. Fungsinya untuk menjemur padi. Padi yang mau disimpan untuk bibit
berikutnya, dipersembahkan juga kepada Sang Pencipta agar bibit tidak rusak dan
dapat menghasilkan lebih bagus. Nah, setelah itu barulah ada ritual lain lagi,
namanya Ngampar Bide. Baru terakhir itulah Naik Dango sebagai persembahan
kepada Jubata (Tuhan), ucapan syukur lah. Makanya banyak sekali acara-acara
lomba dan kesenian di Pekan Gawak Dayak kemarin.
C: Saat acara kemarin, banyak sekali orang Dayak yang memakai baju khas dan
corak yang menarik. Apa saja makna dari simbol-simbol tersebut?
Y: Corak yang dipakai suku Dayak Kanayatn itu simbolnya paku/pakis dan cucur,
artinya ada kehidupan berkelanjutan atau terus menerus. Lebih bermakna generasi
yang berkembang. Lalu, warna dominan yang biasa dipakai itu sudah pasti warna
merah, hitam dan kuning. Kalo untuk Dayak Kanayatn khususnya, Dayak
Kanayatn itu bajunya menggunakan rompi, tidak ada manik-manik, dasarnya
warna hitam dan merah. Kalau untuk laki-laki biasa disebut dengan Kapoak.
Celana dan baju terbuat dari kayu yang namanya Tarap, tidak ada manik, dari
kerang-kerangan laut. Lonceng kecil yang digunakan di kaki hanya digunakan
saat mereka ingin berdukun. Beda dengan perempuan, celana dan rok terbuat dari
bahan kayu yang disebut Tarap, pernak-pernik yang digunakan karang laut
dengan lonceng kecil yang digunakan di kaki. Masyarakat Dayak juga wajib
menggunakan ikat kelapa berwarna merah dalam keadaan apapun. Jaman dulu
memang digunakan untuk sehari-hari. Ketika zaman semakin berkembang,
pakaian dan pernak-pernik hanya digunakan saat akan melakukan ritual adat
tertentu, misalnya pengobatan, upacara, dll. Makna ikat kepala berwarna merah
itu disebut dengan Rinyuakng. Kalau untuk pakaian adat di Gawai Dayak
kemarin, sudah banyak yang dikostum sendiri sebagai pelengkap. Jadi, pernak
pernik kalung yang menggunakan taring binatang itu untuk menunjukkan bahwa
dia pernah membunuh binatang tersebut. Sebagai bukti sekaligus simbol bahwa
masyarakat Dayak berburu. Simbol tengkorak pada masyarakat Dayak Kanayatn
biasanya tidak digunakan bersama pakaian adat. Tengkorak tersebut disimpan di
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
dalam suatu rumah, pada waktu itu ada budaya Ngayau. Hasil kepala Ngayau
disimpan disitu. Ngayau dilaksanakan salah satu syarat seorang laki-laki apakah ia
sudah dewasa. Saat laki-laki akan meminang perempuan, syarat yang diajukan
untuk membuktikan itu adalah dengan mendapatkan tengkorak dari kampung
yang berbeda selain Kanayatn. Laki-laki tersebut harus keluar dari kampungnya
untuk mengayau. Makna ngayau adalah sebagai identitas bahwa laki-laki sudah
mampu berumah tangga dan berhak mengikuti atau berpartisipasi dalam perang
antar suku.
C: Dari lomba-lomba yang diadakan, mengapa suku Dayak Kanayatn menerapkan
budaya memahat patung? Apa aritnya?
Y: Bagi masyarakat Dayak Kanayatn, patung disebut juga dengan Pantak’.
Pantak’ memiliki banyak bentuk, seperti wajah manusia, binatang misalnya
burung enggang gading, harimau, burung elang, beruang, orang utan dan
sebagainya yang biasanya dipakai sama suku Dayak lain sebagai pakaian khas
mereka, sebagai simbol pelengkap sajalah. Binatang yang dibentuk itu dianggap
harus memiliki kekuatan fisik. Fungsi memahat patung sebagai pengingat dan
penggambaran situasi masa lalu. Orang Dayak Kanayatn sampai saat ini masih
percaya bahwa untuk mengambil suatu roh, bisa melalui patung itu. Dihidupkan
melalui ritual-ritual tertentu. Bagi kami, patung berfungsi sebagai media interaksi
untuk berdialog atau berkomunikasi dengan roh-roh yang dianggap masih ada,
khususnya roh nenek moyang dari dunia tidak nyata ke dunia nyata. Ritual
menghidupkan patung ini biasanya harus menggunakan darah babi hitam, darah
ayam merah jatan, darah anjing hitam, sesajian makanan seperti nasi, garam,
tumpik.
C: Sebenarnya apa yang membedakan Dayak Kanayatn dengan Dayak lainnya
yang ada di Kalimantan?
Y: Jadi ada beberapa hal yang membedakan kami dengan Dayak lainnya.
Pertama, ada yang namanya budaya Ngayau dan mangkok merah. Itu tidak ada di
suku Dayak lain, hanya diterapkan oleh suku Dayak Kanayatn. Kedua, budaya
Matok, itu maksudnya menandai tempat-tempat yang akan diserang dengan
kekuatan roh dari jarak jauh. Ketiga, budaya Tariuh, sejenis ritual memanggil roh
nenek moyang, tapi ritual-ritual dengan jarak minimal 100km sudah bisa
terdengar. Sebelum menghadapi genderang perang, masyarakat biasanya orang
Dayak Kanayatn sudah mencuci dirinya agar kebal dari serangan. Dikarenakan
kepercayaan yang kuat terhadap alam, segala jenis tumbuh-tumbuhan dapat
dijadikan ilmu kekebalan, tapi hanya berlaku pada masyarakat Dayak Kanayatn
asli. Ketika Matok dan Tariuh ini sudah dijalankan, masyarakat Dayak berjalan
sudah seperti kaki Kancil, cepat sekali dan tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Lalu, kalo mangkok merah itu biasanya digunakan dalam suasana genting, karena
waktu dulu tidak ada alat komunikasi. Jadi, mangkok merah inilah sebagai alat
komunikasi seperti saat ini yaitu SMS atau telegram. Hanya saja, mangkok merah
ini mengandung kekuatan roh yang sudah dimantra. Di dalamnya terdapat darah
ayam, bulu ayam, beras kuning, dan cangkarok (biji beras). Sebenarnya mangkok
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
merah ini tidak dijalankan oleh setan, hanya mengandung kekuatan megis dan
berjalan dari kampung A ke kampung B, berlanjut ke kampung C dan seterusnya.
Penyampaian pesan ini berjalan sangat cepat dan menandakan bahwa situasi
benar-benar sedang genting menandakan adanya perang. Berjalannya mangkok
merah ini bukan berjalan sendiri, melainkan disampaikan juga oleh masyarakat
Dayak. Ketika seseorang sudah mendapatkan Mangkok Merah, maka mereka
harus segera melanjutkan pesan ke masyarakat lainnya. Terakhir yang paling unik
itu, orang Dayak Kanayatn mampu membedakan suku dalam bentuk bau.
Misalnya orang Madura, Jawa, dan Dayak kan mirip-mirip ya. Ini salah satu
kelebihan orang Dayak Kanayatn mampu mengetahui suku lain dari jarak 400km
dengan waktu kurang dari 1 (satu) jam. Tapi hanya berlaku untuk orang Dayak
asli, kalo perkawinan campuran itu sudah tidak bisa.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber I : Feridiana Janiam
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 5 Juni 2017
Waktu Wawancara : 19.00
Tempat Wawancara : Jl. Wonobaru No. 8B
Cynthia Novella (C)
Feridiana Janiam (J)
C: Apa makna upacara adat Naik Dango bagi Ibu sebagai tokoh masyarakat
Dayak Kanayatn?
J: Naik Dango itu kan upacara adat orang Dayak ya, sebagai bentuk sukacita lah
gitu. Menandakan untuk penutupan tahun berladang.
C: Apa saja tahap-tahap yang dilakukan sebelum ritual adat Naik Dango?
J: Melanjutkan dari Pak Yohanes ya. Jadi, pertama itu pergi ke suatu tempat
disebut Nabo’ Panyugu. Artinya kita pergi ke suatu tempat namanya Nabo’.
Tanah dibuka dengan bentuk lingkaran atau segiempat dan dipasang bambu yang
dinamakan sarungkang. Nyangahatn menggunakan 1 ayam bepinta, buka lahan
besar2 lalu dibakar. Adat untuk meminta agar lahan bisa menghasilkan dan tidak
diganggu oleh hama. Saat akan menjatuhkan benih pertama, ada ritual lagi. Benih
pertama ditaruh di Jangkek itu benih tahun lalu, lalu taruh di lahan bambu. Benih
tersebut di ambil bersama-sama yang dinamakan Alean, maksudnya bekerja
secara gotong royong, jadi ramai-ramai 1 kampung. Nanti ketika padi tumbuh,
mulai matang sedikit, namanya Matahatn (ngambil 1 padi). Daun-daun diambil,
masukkan dalam 1 rumah-rumahan, dihanyutkan ke sungai. Jadi semua hama
(penyakit padi) hanyut bersama air, minta sama Sang Pencipta. Ketika padi sudah
matang, diambil lagi disebut dengan Ritual Matahatn. Nanti setelah itu, ritual lagi
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
di Panyugu terdapat Pantak’ (patung) yang tangannya membentang, tempayan,
dan daun Rinyuakng. Nabo’ itu berarti berkunjung dengan tujuan bebilang dan
minta restu kepada nenek moyang untuk melakukan acara. Mereka juga
melakukan Nyangahatn. Nyangahatn Nabo’ Panyugu pakai tali tarap (saat
bermantra) di lumbung padi, beras banyu, tampukng tawar (menawari/penawar),
ayam, beras ketan tanpa ragi dalam bambu namanya Sole Tareng. Biasanya
memang di dekat Panyugu pasti selalu ada pohon Rinyuakng, karena pohon
Rinyuakng itu selalu di tanam di tempat yang ada Pantak’ dan dianggap suci.
Jadi, tempat suci itu biasanya dipegunungan, di bawah pohon besar tetapi harus
ada patung dari kayu itu. lalu, lanjutlah ada kegiatan ritual lagi namanya Ngampar
Bide. Itu kegiatan setelah Nabo’ Panyugu, yaitu berpinta kepada roh nenek
moyang untuk mengadakan suatu pesta atau acara. Ritual ini dijalankan di rumah
yang dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan acara. Mereka menjiwai dan
memasukkan roh dalam rumah tersebut agar pesta atau acara yang dilakukan tidak
diganggu dan meminta maaf kepada roh nenek moyang jika ada kekurangan
dalam acara tersebut. Maka ada pepatah masyarakat Dayak Kanayatn dalam ritual
nyangahatn yaitu, “Jika ada kekurangan janganlah dicari, inilah yang kami punya
maka lengkapilah.” Bide merupakan peraga adat seperti lamin. Barulah terakhir
itu acara Naik Dango ya, biasanya orang Dayak itu siimpan makanan di sudut-
sudut atas rumah-rumahan (kasih makan untuk roh) namanya Tumpakng. Di
dalam Tumpakng ada tumpik, sekapur sirih, suwiran daging ayam & babi.
Nyangahatn gak pake babi, tapi pestanya bole pake babi.
Apa saja yang dibutuhkan dalam ritual Nabo’ Panyugu dan Ngampar Bide?
J: Kalo dalam Nabo’ itu sifatnya mentah atau mantak, jadi ada tumpik (cucur)
tidak boleh warna merah, harus putih. Lalu ayam di potong atau bekipis namanya.
Ayamnnya harus yang masih hidup, tunggu sebentar, kemudian di rebus, diambil
semua ramuan di dalam, baru namanya Nyangahatn masak. Kalau udah masak,
Nyangahatn masak boleh ada cucur merah pakai gula merah. Ayam 2 ekor,
tempayan, parang, sekapur sirih lengkap, pahar, uang sebagai mata, beras pulut
dan beras biasa masing-masing 1kg, piring putih 2, telur kampung 2, bontokng
(beras yang dimasak dengan daun, daun pisang/pinang), pelita, baliung. Dalam
pahar biasanya ada ayam, nasi, baliung, sekapur sirih, uang, beras, bontokng,
tumpik poe’ itu semacam cucur putih dan nasi ketan. Trus, ada piring putih
berfungsi untuk menaruh beras, seperti kita mengirim surat, sebagai bukti bahwa
kita telah melakukan ritual adat. Makna mantra memohon kepada Jubata agar saat
Pekan Gawai tidak terjadi malapetaka, tidak terjadi keruntuhan, tidak terjadi hal-
hal yang menimpa orang baik pekerja seni ataupun orang yang membantu saat
gawai. Mantra diucapkan dalam bahasa Dayak oleh roh nenek moyang. Terakhir,
barulah kegiatan makannya setelah ritual selesai, makan bersama. Dimasak
bersama babi ayam dan lain-lain. Itulah bentuk syukurannya.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
C: Apa saja makna-makna dari bahan-bahan yang digunakan sebagai peraga
dalam upacara?
J: Babi
Babi itu sebagai salah satu bahan pelengkap dalam upacara adat Dayak
Kanayatn. Babi itu penting dalam ritual ini, karena memang digunakan sebagai
lambang berkurban. Kan ingin meminta restu kepada Jubata, makanya babi
sebagai makanan pokok masyarakat Dayak pun dipersembahkan. Tanpa babi,
upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Masyarakat Dayak Kanayatn
menggunakan babi karena melambangkan hukum adat yang perlu ditegakkan,
ketika babi sudah ada dalam ritual adat, maka upacara tersebut sudah siap
untuk dilaksanakan. Babi dianggap hewan yang sakral dan memiliki kekuatan,
keberanian, dan kehidupan dalam tradisinya. Selain itu, babi juga dianggap
sebagai syarat untuk memasuki kehidupan baru. Pada saat pembacaan
mantra/doa Nyangahatn, babi dilambangkan sebagai pengorbanan masyarakat
Dayak Kanayatn yang bertujuan untuk dipersembahkan kepada Jubata (Tuhan)
sebagai rasa balas budi, membayar kesalahan dan sebagai ucapan terima kasih
(syukur) kepada Jubata (Tuhan). Jika tidak ada seekor babi yang dikurbankan,
maka masyarakat Dayak Kanayatn dianggap memiliki hutang kepada Jubata
(Tuhan) sehingga babi hitam jantan sebesar 30-40kg yang diiris-iris harus
dikurbankan.
- Ayam
Ayam memiliki arti dan tujuan agar segala sesuatu yang sudah dilarutkan.
Ayam juga berfungsi sebagai bentuk kurban dan biasanya menggunakan seekor
ayam jantan dan seekor ayam betina berwarna putih. Ayam juga dilambangkan
sebagai kehidupan dan kemakmuran karena ayam itu kan bisa terbang bebas,
lalu bisa mencari makan sana sini (sendiri).
- Salapa Singsorongan
Di dalam nya berisi pinang, daun sirih, kapur sirih. Jadi, orang dahulu para
leluhur itu setiap kali ada pesta, pasti akan makan siirh. Makanya selalu ada
kapur sirih, bahkan biasa rokok karena dipercayai masyarakat suku Dayak
Kanayatn para leluhur akan datang pada saat pesta berlangsung.
- Tali, parang
Benda tersebut dikenali sebagai alat atau media untuk menjaga roh manusia.
- Pelita
Melambangkan lilin, sebagai cahaya dan penerangan masyarakat Dayak
Kanayatn untuk mencari jalan kepada Jubata (Tuhan), agar dalam ritual
berjalan dengan lancar.
- Air bunga kemangi
Air kemangi dipercayai orang Dayak untuk membersihkan diri baik secara
rohani maupun secara fisik.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
- Pelantaran
Di wadah ini biasanya berisi beras pulut (poe’) dan beras gunung, telur, buah
tengkawang, dan uang koin yang dipersembahkan kepada Jubata (Tuhan)
sebagai tanda penghormatan.
- Pahar
Tempat menaruh sesajian biasanya terbuat dari tembaga.
- Tempayan manyanyi
Tempat untuk menyimpan beras saat sedang mengadakan ritual sebagai bentuk
padi yang akan dipersembahkan kepada Jubata (Tuhan) dan para nenek
moyang.
- Tampukng tawar
Berisi kunyit dan beras dan dibuat dalam pesta agar jangan sampai ada hal-hal
buruk yang terjadi.
- Tumpi poe’
Biasa tumpi ini dikenal dengan cucur dan pulut, itu adalah makanan ciri khas
suku Dayak Kanayatn.
- Air pencuci yang sengaja dibuat untuk menyambut kedatangan Jubata (Tuhan)
dan menandakan awal datanya Jubata. Air pencuci ini dibuat dengan
menggunakan air biasa.
Itulah benda serta syarat-syarat yang digunakan oleh suku Dayak Kanayatn
dalam melakukan ritual adat dalam menyambut upacara adat Naik Dango.
Biasanya kalau dalam Nabo’, ada dua jenis bahan yang digunakan, tapi hanya
pilih salah satu ya. Ada yang disebut Nyangahatn mantak (mentah) dan
Nyangahatn masak. Sebenarnya tidak ada perbedaan khusus, hanya saja untuk
kegiatan Naik Dango kemarin itu menggunakan bahan mentah (mantak) karena
ada ritual memanggil roh. Dalam Nyangahatnnya, sesajian itu semua disimpan
di atas pahar. Untuk babi itu selalu ada dan selalu digunakan dalam ritual adat,
ayam, dan anjing itu hanya dipakai saat-saat tertentu, biasanya dipakai saat
genting atau saat akan perang. Jadi meminta kekuatan dari roh leluhur dengan
menggunakan darah anjing karena dipercaya bahwa roh memakan darah.
Semua sesajian yang dipersembahkan ini sebagai bentuk rasa penghormatan
kepada Jubata (Tuhan) dan roh nenek moyang agar mendapat berkat agar
melimpah dan perladangan akan meningkat setiap tahunnya.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Upacara Pembukaan Pekan Gawai Dayak XXXII
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Lomba Pahat Patung dan Melukis Kanvas
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Para finalis Bujang Dara Gawai Dayak XXXII
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Kampanye Gawai Dayak XXXII pada Sabtu, 20 Mei 2017 pkl. 13.00.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Foto bersama Joseph Odillo Oendoen, S. Sn selaku Ketua Sekretariat Bersama
Kesenian Dayak Kalimantan Barat (SEKBERKESDA).
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Foto bersama narasumber yaitu Feridiana Janiam dan Yohanes Nenes
selaku tokoh Dayak Kanayatn dan merupakan pasangan suami istri.
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Patung Pantak’ yang terdapat dalam Panyugu
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017
Pemaknaan Ritual Setelah..., Cynthia Novella, FIKOM UMN, 2017