literasi media

15
LITERASI MEDIA Oleh: Simon Juliansa Simangunsong 080903554 Bagus Dwi S 100904030 Selly Reinelda br. Ginting 140905413 Shahnaz Athiyyah 140905463 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Upload: wolter-sirandan

Post on 08-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LITERASI MEDIA

Oleh:Simon Juliansa Simangunsong 080903554Bagus Dwi S 100904030Selly Reinelda br. Ginting 140905413Shahnaz Athiyyah 140905463

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA2015Di era globalisasi saat ini, pemahaman generasi muda tentang realitas kehidupan sehari-hari bisa dicapai melalui media massa, termasuk informasi atau pemahaman tentang konflik dalam masyarakat. Media massa memiliki kemampuan untuk membangun pencitraan dalam benak generasi muda serta membentuk pendapat dan persepsi mereka. Media melalui isi pesan melaksanakan strategi pembingkaian, yang menyoroti aspek-aspek tertentu dan mengabaikan aspek-aspek lain dalam memandang kenyataan. Isi pesan media massa sangat tergantung pada ekonomi mereka serta kepentingan ideologis mereka. Strategi media diimplementasikan secara halurs agar tidak disadari oleh publik khususnya generasi muda.

Kekuatan komunikasi media massa tidak ada tandingannya. Tidak seorang pun di dunia ini mampu menghindar media, walau sesibuk apa pun individu yang bersangkutan. Tak pelak lagi, media massa menjadi soko guru yang patut digugu dan ditiru. Kehebatan lain dari media massa ini adalah terjadinya pergeseran arus budaya massa dari proces socitey menjadi instant society dalam pengambilan keputusan baik ideologi, politik maupun budaya.

Media massa mampu membangkitkan rasa duka sekaligus suka bagi seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia dengan berbagai alasan yang jelas. Media massa lahir atas kreativitas dan intelektualitas manusia. Salah satu elemen penting yang mengiringi media massa adalah pesan komunikasi massa budaya manusia.

Kenyataan bahwa isi pesan media massa sering begitu halus sehingga tidak disadari khususnya oleh generasi muda, mendorong munculnya kebutuhan akan Literasi Media sebagai metode atau langkah-langkah untuk memecahkan masalah ini. Literasi Media adalah kemampuan untuk mengkritik isi media dan memiliki pemahaman penuh tentang realitas.

Untuk mengembangkan keterampilan generasi muda agar menjadi kritis terhadap isi media massa serta mengembangkan pemahaman tentang konsep keberagaman dan toleransi dalam masyarakat. Salah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media. Dari definisi itu dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan media.

Di Indonesia, kegiatan literasi media lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa media dapat menimbulkan pengaruh negatif. Mereka yang prihatin dengan pola interaksi anak dengan media dan prihatin dengan isi media yang tidak aman dan tidak sehat biasanya berasal dari kalangan orangtua, guru, tokoh agama, LSM yang peduli dengan perlindungan anak, perguruan tinggi, kelompok mahasiswa, dan sebagainya. Mereka berusaha keras menemukan cara-cara yang bisa diterapkan dalam mengurangi jam anak menonton TV, memilih tayangan, melakukan pendampingan yang benar, dan melakukan sosialisasi melalui berbagai forum.Media massa memiliki kemampuan untuk membangun pencitraan dalam benak generasi muda serta membentuk pendapat mereka. media melalui isi pesan melaksanakan strategi pembingkaian yang menyoroti aspek-aspek tertentu dan mengabaikan aspek-aspek lain dalam memandang kenyataan. Isi pesan media massa sangat tergantung pada ekonomi mereka serta kepentingan ideologis mereka. Strategi media diimplementasikan secara halus agar tidak disadari oleh publik (generasi muda). Bila literasi media terutama muncul sebagai akibat perkembangan televisi, literasi digital muncul karena perkembangan media baru. Walau paling tidak, ada tiga jenis media baru: handphone, internet, dan games, biasanya kita mengidentikkan media baru dengan internet.

Istilah literasi media diciptakan untuk menggabungkan literasi lainnya dengan visual (Ofcom, 2004). Ofcom mengatakan literasi adalah keterampilan untuk mengakses, menganalisa, mengevaluasi dan sekaligus mengkomunikasikannya dalam berbagai macam format. Lebih daripada itu adalah mampu mengenali dan mengerti informasi secara komprehensif untuk mewujudkan cara berpikir kritis, seperti tanya jawab, menganalisa dan mengevaluasi informasi itu.literasi media adalah kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat.

Inti dari literasi media adalah pemberdayaan masyarakat untuk kritis atas tayangan media, terutama televisi. Literasi adalah seperangkat kemampuan mengolahinformasi, jauh di atas kemampuan mengurai danmemahami bahan bacaan sekolah. Melalui pemahaman ini, literasi tidak hanya membaca dan menulis, tetapi jugamencakup bidang lain, seperti matematika, sains, sosial, lingkungan, keuangan,bahkan moral (moral literacy). Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan, sehingga dapat memilih mana media yang baik dan mana yang buruk.

Elemen utama di dalam literasi media adalah sebagai berikut:1. Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat2. Sebuah pemahaman akan proses komunikasi massa3. Pengembangan strategi-strategi yang digunakan untuk menganalisis dan membahas pesan-pesan media4. Sebuah kesadaran akan isi media sebagai teks yang memberikan wawasan dan pengetahuan ke mporer manusia dan diri manusia sendiri5. Peningkatan kesenangan, pemahaman dan apresiasi terhadap isi media. (Silverblatt, 1995)

Berdasarkan definisi dan elemen utama literasi media tersebut kita dapat mengklasifikasikan beragam tipe literasi media. 1. berdasarkan media yang dituju, literasi media terdiri dari literasi, literasi media (dalam arti sempit), dan literasi media baru. 2. berdasarkan tingkat kecakapan yang berusaha dimunculkan literasi media dapat dibedakan ke dalam tingkat awal, menengah, dan lanjut.

Tingkat awal di dalam literasi media biasanya berupa pengenalan media, terutama efek positif dan negatif yang potensial diberikan oleh media. Literasi media tingkat menengah bertujuan menumbuhkan kecakapan dalam memahami pesan. Sementara tingkat lanjut dalam literasi media melahirkan output kecakapan. memahami media yang lengkap sampai produksi pesan, struktur pengetahuan terhadap media yang relatif lengkap, dan pemahaman kritis pada level aksi, misalnya memberi masukan dan kritik pada organisasi dan menggalang aksi untuk mengritik media. Selain itu, literasi media berdasarkan lokasi kegiatan dilakukannya paling tidak muncul di tiga tempat, yaitu di rumah/tempat tinggal, sekolah, dan di kelompok-Kelompok masyarakat.

Setelah seseorang dianggap dapat memahami media secara lebih dalam, proses selanjutnya adalah bagaimana dapat menumbuhkan kecakapan individu dengan tujuan sebagai sebuah aktifitas yang bersifat melek media. Tujuan ini rasanya menjadi jauh lebih penting dibandingkan dengan tujuan mengenalkan media atau pun menumbuhkan pemahaman kritis pada media. Ketika seseorang memiliki kemampuan berkaitan dengan kegiatan literasi media, ada beberapa karakteristik yang dapat memberi gambaran tentang apa yang perlu dipikirkan dan dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan tersebut, seperti memiliki keterampilan untuk memilah setiap informasi yang diperoleh dan mengaturnya. Keterampilan itu mencakup analisis, evaluasi, pengelompokan, induksi, deduksi, sintesis, dan abstraksi (Potter, 2004: 124) sebagai berikut: 1. Analyze/MenganalisaSeseorang diharapkan mampu menganalisa struktur pesan, yang dikemas dalam media, memahami konteks pesan pada media tertentu. Misalnya, mampu menyaring dan membandingkan informasi-informasi, dsb.

2. Evaluate/MenilaiSetelah mampu menganalisa, maka selanjutnya seseorang perlu membuat penilaian (evaluasi). Jika seseorang yang mampu menilai, artinya ia mampu menghubungkan informasi yang ada di media massa itu dengan kondisi dan fakta lapangan yang terjadi sehingga tingkat relevansi informasi media dengan kondisi kehidupan yang sebenarnya bisa dikomparasikan secara akurat.

3. Grouping/pengelompokan Mengelompokkan makna dalam kriteria tertentu dengan menentukan setiap unsur yang sama/menentukan setiap unsur yang berbeda dalam beberapa cara.

4. Induction/Induksi Membuat suatu kesimpulan dari sedikit petunjuk dengan kata lain menerapkan pola generalisasi untuk semua elemen dalam himpunan tersebut .

5. Deduction/deduksiMenggunakan prinsip-prinsip umum untuk menjelaskan khusus yang lebih spesifik.

6. Synthesis/sintesis Menggabungkan unsur-unsur tersebut ke dalam struktur baru

7. Abstracting/ abstrak Menciptakan gambaran singkat, jelas, dan akurat untuk menangkap esensi dalam pesan yang disampaikan media itu sendiri.

Akan tetapi jika dibalik keterampilan literasi media yang kuat tersebut seseorang tidak berusaha mengekspos diri terhadap berbagai pesan media dan pengalaman dunia nyata, maka struktur pengetahuannya terhadap isi media justru akan menjadi sangat terbatas dan tidak seimbang. Bidang utama dari pengetahuan yang dimaksudkan disini mencakup pengetahuan tentang industri media, isi media, efek media, informasi/fakta lapangan, dan pengetahuan tentang diri kita sendiri sebab literasi media adalah sekumpulan perspektif dimana kita membuka diri kita pada media dan menafsirkan makna dari pesan yang dibawanya. Struktur pengetahuan ini membentuk dasar untuk melihat fenomena media yang memiliki banyak sisi, yaitu organisasi media, konten media, dan pengaruhnya terhadap individu dan lingkungan sosial.

Orang yang memiliki kemampuan literasi media menunjukkan pemahaman bahwa manfaat literasi media adalah untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas hantaman proses pemaknaan media. Kumpulan struktur pengetahuan tidak dengan sendirinya menunjukkan tingkat literasi media. Orang tersebut harus secara aktif dan penuh kesadaran menggunakan informasi dalam struktur pengetahuannya selama dia terpapar pesan media. Dengan demikian, orang-orang yang lebih tinggi tingkat literasi medianya menghabiskan lebih sedikit waktu untuk memproses pesan secara Mereka lebih sadar terhadap paparan media dan secara sadar membuat keputusan tentang penyaringan pesan dan membangun pemaknaan. Sedangkan orang-orang yang beroperasi pada tingkat literasi media yang rendah cenderung memiliki perspektif yang lemah dan terbatas tentang media. Mereka memiliki struktur pengetahuan yang lebih kecil, lebih dangkal, dan kurang terorganisir, yang tidak memadai untuk digunakan dalam menafsirkan makna pesan media.

Perkembangan Literasi Media di IndonesiaSalah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media. definisi itu dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan media. Di Indonesia, kegiatan literasi media lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa media dapat menimbulkan pengaruh negatif. Mereka yang prihatin dengan pola interaksi anak dengan media dan mprihatin dengan isi media yang tidak aman dan tidak sehat biasanya berasal dari kalangan orangtua, guru, tokoh agama, LSM yang peduli dengan perlindungan anak, perguruan tinggi, kelompok mahasiswa, dan sebagainya. Mereka berusaha keras menemukan cara-cara yang bisa diterapkan dalam mengurangi jam anak menonton TV, memilih tayangan, melakukan pendampingan yang benar, dan melakukan sosialisasi melalui berbagai forum.

Periode 1990 2000: Periode Mencari Bentuk Untuk menyederhanakan, perkembangan literasi media di Indonesia dapat dibagi dalam dua periode, yakni periode 1990-2000 dan periode 2000-2010. Tahun 1991, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) menyelenggarakan 6 sebuah workshop tingkat Asia-Pasific, tentang anak dan televisi di Cipanas. Dalam salah satu pasal deklarasinya, dinyatakan bahwa Untuk maksud baik ataupun buruk, televisi ada di sekeliling jutaan anak. Mereka menonton apa saja yang ada di televisi, dan televisi akan terus menerus menimbulkan pengaruh dalam kehidupan anak di Asia baik fisik, mental, emosi, dan perkembangan spiritualnya. Deklarasi itu jugamengakui peran penting yang seharusnya dimainkan oleh televisi dalam membantu tumbuh kembang anak yang baik, dan perlunya dikembangkan media literacy di kalangan anak-anak.Berbagai forum seminar lainnya, lebih menekankan pada dampak televisi pada anak dan bagaimana orangtua harus bersikap. Seminar-seminar ini banyak diselenggarakan oleh berbagai institusi, sekolah, perguruan tinggi, dan lain-lain. Forum seminar tersebut biasanya diselenggarakan selama satu sesi atau setengah hari dengan tema-tema populer yang dibutuhkan oleh orangtua dan guru. Pembahasan dalam forum tersebut dapat dikatakan merupakan sepenggal dari kegiatan literasi media yang utuh.

Periode 2000 2010: Periode PematanganPada periode ini, masih banyak bentuk kegiatan literasi media seperti dalam periode sebelumnya. Namun ada variasi berupa kegiatan kampanye literasi media yang dilakukan oleh LSM maupun organisasi mahasiswa. Kegiatan tersebut dilakukan melalui seminar pendek dan road show dengan melibatkan anak-anak. Sayangnya, gerakan tersebut dilakukan secara insidental dan kurang memikirkan bagaimana agar materi yang dikampanyekan bisa berjalan terus. Selain itu, pada tahun 2002 untuk pertama kalinya dilakukan penerapan literasi media melalui jalur sekolah yang menjadi mata pelajaran tersendiri. Ujicoba ini dilaksanakan di SDN Percontohan Johar Baru 01 Pagi Jakarta Pusat oleh YKAI.Selanjutnya, Yayasan Pengembangan Media Anak sejak 2006 hingga 2010 secara serius melakukan ujicoba dan pengembangan literasi media dengan dukungan UNICEF. Dalam ujicoba tahun 2008, dilakukan evaluasi program melalui pre and post-test yang dilakukan oleh Tim Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Diponegoro.

Perkembangan Yang LambatTidak adanya forum ilmiah yang membahas masalah literasi media, barangkali menjadi penyebab mengapa pemahaman terhadap konsep menjadi sangat beragam, dan hal itu kemudian tercermin dalam program/kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga. Hal lain yang cukup menarik adalah absennya perguruan tinggi dalam mengembangkan isu ini. Program studi Ilmu Komunikasi tentunya memiliki relevansi yang tinggi untuk masalah literasi media ini. Akibatnya, perkembangan literasi media di Indonesia terasa sangat lambat baik dalam pemahaman konsep, ragam kegiatan, maupun cakupannya. Sementara itu, akses anak-anak terhadap media menjadi semakin tinggi dan isi media tetap tidak aman dan tidak sehat.

Sumber :

Potter, W. James. Media Literacy. 21st Century Communication: A Reference Handbook. 2009. SAGE Publications

Ofcom (2004) The Communications Market 2004 London: Ofcom

William H. Gass: Interviewed by Michael Silverblatt, 1995

Dea Julia Ningsih Siregar http://perpustakaandeajulia.weebly.com/uploads/1/8/2/6/18261275/makalh_literasi_median_n_digital.pdf. Medan, Mei 2013. ILMU PERPUSAKAAN & INFORMASI (S1) FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

xiixii