literatur review: penerapan posisi semi fowler …
TRANSCRIPT
i
LITERATUR REVIEW: PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER SEBAGAI
TERAPI UNTUK KEPATENAN JALAN NAPAS
PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA
LITERATUR REVIEW
Disusun dan Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
ERMAWATI
P00320017013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2020
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ermawati
NIM : P00320017013
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul Literatur
Review
: Penerapan Posisi Semi Fowler Sebagai Terapi
Untuk Kepatenan Jalan Napas Pada Anak
Dengan Pneumonia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 23 Juni 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Ermawati
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS
1. Nama Lengkap
2. Tempat/Tanggal Lahir
3. Jenis Kelamin
4. Agama
5. Suku/Kebangsaan
6. Alamat
: Ermawati
: Rantelimbong, 17 September 1999
: Perempuan
: Islam
: Luwu,Bulukumba/Indonesia
: Dusun III Salumeja,Desa Rantelimbong,
Kec.Lasusua,Kab.Kolaka Utara
7. No. Telp/Hp : 082296370292
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Rantelimbong Tahun Tamat 2010
2. SMPN 2 Lasusua Tahun Tamat 2013
3. SMK Opu Mapata Tahun Tamat 2016
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2017-2020
vi
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.(Qs.AlBaqarah :286)
Kesuksesan tidak akan mendatangimu,tetapi kamulah yang harus menjemputnya
Karya tulis ilmiah ini ku persembahkan untuk ayah,ibu dan kakak-kakaku yang selalumemberikanku
motivasi,doa,nasehat dan keikhlasan hati kalian menunjang keberhasilanku.
(Ermawati )
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan Rahmat
dan Hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Literature Review dengan
judul “Penerapan Posisi Semi Fowler Sebagai Terapi Untuk Kepatenan Jalan Napas
Pada Anak Dengan Pneumonia”.
Berkat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-nya serta kenyakinan
pada kemampuan diri sendiri, sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat
teratasi. Terimakasih tak ternilai Kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai,
Ayahanda Rasidin dan Ibunda Sudarti dengan penuh kasih sayang telah
melahirkan,membesarkan,mendidik serta telah banyak membantu dan memberikan
dorongan dan do’a yang tulus demi keberhasilan saya.
Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
pembimbing saya Bapak Taamu,A.Kep,SPd.,M.Kes selaku Dosen pembimbing I dan
Bapak Akhmad, SST,M.Kes selaku Dosen pembimbing II yang telah membimbing
saya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan penuh dan membantu saya sehingga
tercapainya Literatur review ini.Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga
mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada yang
terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Bapak Muslimin, L., A.Kep.,S.Pd, M.Si selaku Dosen penguji I ,Ibu Reni
Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB selaku Dosen penguji II,Bapak Muhaimin
viii
Saranani, S.Kep,.Ns.,M.Sc selaku Dosen penguji III yang telah membimbing
saya dan memberikan masukan-masukan sehingga Literatur review ini dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya.
4. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasanya serta ilmu yang bermanfaat kepada saya selama kuliah.
5. Kedua Kakak saya selalu menjadi pendengar terbaik Edi Kurniadi dan Eka
Fitriani yang telah memberikan dukungan,motivasi dan do’a untuk
menyelesaikan Literatur review ini
6. Untuk semua keluarga saya yang tidak bisa saya sebut satu persatu terimakasih
atas dukungan do’anya
7. Sahabat tercinta saya Nur yasmin, Evi, Hasnani, Wanda Wardhani, Hajerah
Padly, Halfia dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terkhusus kelas A, yang kurang lebih selama 3 tahun ini bersama dalam susah
senang,saling membantu,saling memotivasi
Semoga Literatur review ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik yang telah
disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Literatur review ini kiranya
mendapat balasan dari Allah SWT,Aamiin.
Kendari, 23 Juni 2020
Penulis
Ermawati
ix
Literatur Review: Penerapan Posisi Semi Fowler Sebagai Terapi Untuk
Kepatenan Jalan Napas Pada Anak Dengan Pneumonia
Ermawati
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia
Email :[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Pneumonia merupakan suatu penyakit obstruksi saluran napas
yang memberikan gejala–gejala batuk, mengi, dan sesak napas. Masalah utama pada
pasien asma yang sering dikeluhkan adalah sesak napas. Untuk mengurangi sesak
napas yaitu antara lain dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling
efektif bagi pasien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi semi fowler
dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan
penerapan posisi semi fowler untuk kepatenan jalan napas pada anak dengan
pneumonia. Metode: penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi literatur. Hasil: jurnal pertama :secara statistic ada hubungan antara
posisi semi fowler dengan kebaikan napas dengan nilai p =0,000 artinya ada sebuah
peningkatan laju pernapasan pada posisi semi fowler. Jurnal kedua: posisi semi
fowler yang di lakukan selama 3 hari memberikan pengaruh terhadap
kepatenan jalan napas klien hasil kepatenan jalan napas dengan hasil
frekuensi dan irama napas klien normal.Jurnal ketiga: Ada perbedaan sesak
napas antara sebelum dan sesudah pemberian posisi semi fowler, dapat penelitian
diperoleh hasil T-test sebesar -15,327 dengan p = 0,006. Jurnal ke empat: evaluasi
pada hari ke 3 setelah diberikan terapi semi fowler di dapatkan hasil masalah teratasi
sebagian dibuktikan dengan kedua pasien sama-sama mengatakan sesak berkurang.
Simpulan: Hasil literature review ini menunjukkan keefektifan penerapan posisi
semi fowler sebagai terapi untuk kepatenana jalan napas pada anak dengan
pneumonia.
Kata Kunci: bersihan jalan napas, semi fowler, pneumonia, anak
x
AS THERAPY FOR AIRWAY COMPLIANCE IN CHILDREN WITH
PNEUMONIA
Ermawati
Department of Nurse, Polytechnic of Ministry of Health, Kendari
(Author’s Correspondence E-mail: [email protected])
ABSTRACT
Background: Pneumonia is an airway obstruction disease that provides symptoms of
coughing, wheezing, and shortness of breath. The main problem in asthma patients
who are often complained of is shortness of breath. To reduce shortness of breath,
among others, by setting the position at rest. The most effective position for patients
with cardiopulmonary disease is the semi-fowler position with a slope of 45 °,
namely by using the force of gravity to help the development of the lungs and reduce
pressure from the abdomen on the diaphragm. Objective: This study aims to identify
the effectiveness of applying the semi-fowler position for airway patency in children with
pneumonia. Method: This research uses descriptive method with literature study approach.
Result: first journal: there is a statistical relationship between the semi-Fowler's
position and the goodness of breath with a value of p = 0,000 meaning that there is an
increase in the respiratory rate in the semi-Fowler's position. Second journal: semi-
fowler position which is carried out for 3 days has an influence on the client's airway
patency of the results of airway patency with the results of normal client's breathing
frequency and rhythm. T-test results obtained by -15,327 with p = 0.006. Fourth
Journal: Evaluation on Day 3 after being given semi-Fowler therapy in which the
results of the problem were partially resolved, as evidenced by both patients saying
the shortness was reduced. Conclusionn: The results of this review literature indicate the
effectiveness of applying the semi-Fowler position as a therapy for patenting airway in
children with pneumonia
Keywords: cleaning of the airway, semi-fowler, pneumonia, children
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................ 5
BAB II. METODE PENELITIAN ................................................................ 6
BAB III. HASIL PENELITIAN .................................................................. 9
A. Hasil Analisis ................................................................................... 12
B. Pembahasan ....................................................................................... 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 2. Surat Keterangan Bebas Administrasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian yang sering menyerang anak-anak.Salah satu penyakit saluran pernapasan
pada anak adalah pneumonia.Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru yang
bersifat akut, penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru. Penyakit pneumonia bersifat endemik dan merupakan
salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara
berkembang termasuk indonesia dan menjadi masalah yang sangat penting
(Widagdo, 2012).
Pneumonia merupakan penyakit infeksi pernapasan yang banyak menyerang
bayi dan anak balita. Pneumonia yang terjadi pada masa balita akan berdampak
jangka panjang pada masa dewasa karena akan terjadi penurunan fungsi paru. Maka
dari itu perlu dilakukan pencegahan sejak dini agar tidak terjangkit penyakit
pneumonia pada anak melalui pencegahan faktor risiko pneumonia pada balita
(Adawiyah & Duarsa, 2016)
Berdasarkan data World Health Organization (2018) menunjukan bahwa dari
6,6 juta balita yang meninggal di dunia, 1.1 juta meninggal akibat pneumonia pada
tahun 2012. Menurut WHO (2016), prevalensi kematian pneumonia pada anak balita
di dunia sebesar 16% dengan jumlah kasus kematian sebanyak 920.136 pada tahun
2015. Menurut UNICEF (2018), pneumonia menyumbang sekitar 16% dari 5,6 juta
2
kematian balita dan menewaskan sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (WHO,
2018)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi, atau jumlah penderita pneumonia dibandingkan pada tahun
2013. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan jumlah orang yang mengalami
gangguan penyakit ini pada 2018 yaitu sekitar 2%, sedangkan pada tahun 2013
adalah 1,8 %. Pneumonia menyebabkan 15 % kematian balita yaitu sekitar 922.000
balita tahun 2015.Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada
anak-anak dibawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun (Kemenkes, 2020).
Angka prevalensi Pneumonia pada balita di Provinsi Sulawesi Tenggara
mengalami kenaikan dan penurunan, kasus tertinggi pada tahun 2017 yaitu sebesar
9.91% (1.127 kasus), tahun 2018 yaitu sebesar 9,86% (1.018 kasus) dan pada tahun
2019 kembali mengalami kenaikan sebesar `10.28% atau 1.323 kasus (Dinkes
Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020). Pneumonia juga selalu berada pada daftar 10
penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan.Hal ini menunjukkan bahwa
pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama
dan berkontribusi tinggi terhadap angka kematian balita di Indonesia (Kemenkes,
2020).
Penyebab pneumonia adalah organisme seperti virus dan bacterial yang
masuk kedalam tubuh sehingga kuman pathogen mencapai bronkioli terminalis lalu
merusak sel epitel basilica dan sel goblet yang menyebabkan cairan edema dan
leokosit ke alveoli sampai terjadi konsolidasi paru yang menyebabkan kapasitas vital
dan kompleasnce menurun dan menyebabkan meluasnya permukaan membrane
3
respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi sehingga suplai O2 dalam tubuh
terganggu. Salah satu tanda dari reaksi infeksi ini adalah dengan meningkatnya
produksi sputum sehingga bersihan jalan napas menjadi tidak efektif. Ketidak
efektifan bersihan jalan napas menjadi masalah utama yang selalu muncul pada
pasien pneumonia. Ketidak mampuan untuk mengeluarkan secret juga merupakan
kendala yang sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan usia prasekolah.
Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut reflek batuk masih sangat lemah.
Apabila bersihan jalan napas ini tidak ditangani secara cepat maka dapat
menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang
hebat bahkan bisa menimbulkan kematian
Ketidakefektifan kebersihan jalan napas adalah suatu kondisi pernapasan
yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, dan
batuk tidak efektif (Hidayat dan Musrifatul, 2015). Di rumah sakit kasus inefektif
bersihan jalan napas masih banyak terjadi akibat beberapa faktor diantaranya adanya
riwayat gangguan pernapasan yang pernah dialami oleh pasien atau akibat adanya
infeksi di saluran pernapasan. Menurut Jefferson, (2016) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa ketidak efektifan (inefektif) bersihan jalan napas dapat
ditanggulangi dengan pemberian tindakan semi fowler.
Tujuan dari tindakan semi fowler adalah untuk menurunkan konsumsi o2 dan
menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan.
Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat
sehingga memperingan sesak napas dan mempatenkan jalan napas.posisi ini akan
4
mengurangi kerusakan membrane alveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2 menjadi optimal, sesak napas akan
berkurang dan perbaikan kondisi pasien lebih cepat (Fakhruddin, 2010).
Posisi semi fowler yang paling efektif untuk pasien pneumonia adalah dengan
derajat kemiringan 30-45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma (Burner dan Suddart, 2011). Pemberian posisi semi fowler pada pasien
pneumonia telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi
sesak napas. Keefektifan dari tindakan tersebut dapat dilihat dari Respiratory Rates
yang menunjukkan angka normal yaitu <40 kali per menit pada anak usia 1-5 tahun
dan 16-26 kali per menit pada usia dewasa. Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
pemberian posisi semi fowler itu sendiri dengan menggunakan tempat tidur
orthopedik dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah punggung,
sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak
napas pada pasien pneumonia (Ruth, 2005). Penelitian Febraska, 2014, menyatakan
bahwa posisi semi fowler membuat oksigen dalam paru-paru semakin meningkat
sehingga memperingan kesukaran napas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menggali
lebih dalam mengenai “Penerapan Posisi Semi Fowler Sebagai Terapi Untuk
Kepatenan Jalan Napas Pada Anak Dengan Pneumonia.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi keefektifan penerapan posisi semi fowler untuk kepatenan
jalan napas pada anak dengan pneumonia.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui keefektifan posisi semi fowler terhadap kepatanan jalan
napas pada anak dengan pneumonia
6
BAB II
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan literatur review.Tipe study yang direview adalah semua
jenis penelitian yang menggunakan teknik semi fowler untuk mempatenkan jalan
napas pada anak dengan pneumonia. Intervensi yang masuk dalam kriteria inklusi
adalah manajemen bersihan jalan napas dengan semi fowler terhadap kepatenan jalan
napas pada anak pneumonia.
Sebelum melakukan Literature Review, langkah pertama untuk melakukan
Literature Review yaitu menentukan topik, topik yang diangkat mengenai penyakit
menular yaitu penyakit pneumonia pada anak.Selanjutnya, menentukan intervensi
terbaru mengenai pneumonia dan didapatkan beberapa terapi salah satunya adalah
melakukan manajemen pemberihan jalan napas dengan semi fowler. Setelah
menentukan topik yang akan dicari literaturenya. Langkah selanjutnya adalah
mencari bahan yang akan di review, bahan tersebut berupa jurnal ilmiah yang didapat
dari Google Scholar dengan kata kunci “manajemen pembersihan jalan napas”. Hasil
pencarian pada google scholar diperoleh 327 jurnal. Kemudian kata kunci di
spesifikkan kembali menjadi “teknik semi fowler pada anak pneumonia” hasil
pencarian melalui google scholar diperoleh 196 jurnal, lalu dispesifikan kembali
dengan kata kunci metode dan didapatkan 24 jurnal. Dan terakhir di spesifikkan
kembali dalam 5 tahun terakhir di dapat 4 jurnal .
Artikel yang di temukan di analisa dengan cermat untuk mengetahui apakah
artikel yang didapat tersebut memenuhi kriteria inklusi atau tidak.Artikel yang masuk
7
dalam kriteria inklusi di analisa, kemudian di temukan evidancenya. Dari hasil
analisa di harapkan akan di temukan sebuah kesimpulan yang dapat di jadikan dasar
dalam melakukan intervensi keperawatan.
Berikut hasil analisa yang perlu di ambil dari penelitian yang berupa: judul
penelitian, nama peneliti, tahun publikasi, metode, jumlah sampel, alat yang di
gunakan, hasil dan kesimpulan peneliti. Kemudian semua itu di masukan ke dalam
tabel agar hasilnya mudah untuk dibaca.
Untuk mencari artikel penulis melakukan pencarian menggunakan kata kunci
yang sudah di susun dan setelah di lakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi di
dapat 4 jurnal ,4 jurnal tersebut kemudian di analisis. Berikut yang menjadi kriteria
inklusi dan eksklusi dalam pengambilan jurnal
a. Kriterian inklusi
1) Populasi studi terdiri dari pasien anak yang menderita penyakit pneumonia
2) Penelitian, yang memuat hasil penerapan posisi semi fowler untuk membantu
kepatenan jalan napas
3) Penelitian dengan metode penelitian eksperimen dan studi kasus
4) Penelitian dari tahun 2015 sampai tahun 2020
5) Penelitian berbahasa Inggris dan Indonesia
8
b. Kriteria eksklusi
1) Populasi studi adalah pasien anak pneumonia dengan komplikasi penyakit
lain
2) Memuat hasil penerapan posisi semi fowler dengan tetapi dipadukan dengan
teknik/posisi lain
Untuk lebih jelasnya, cara penelusuran jurnal dapat dijelaskan pada gambar
berikut ini:
Penelusuran menggunakan google scholar
Memasukan kata yang ada pada judul literatur review
di spesifikan menggunakan kata kunci sesuai
MESH (medical subject heading)
Di spesifikkan kedalam 5 tahun terakhir
(2015-2020)
Hasil dengan kriteria inklusi
Hasil artikel literature untuk analisis
Gambar 1.Artikel berdasarkan kriteria Inklusi dan Ekslusi
327 hasil
196 hasil
24 hasil
7 hasil
4 hasil
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel sintesis
No Nama/Tahun
Judul/Penuli
/tahun
Tujuan Disain
penelitian
Jumlah
responden/
sampel
Hasil
1 Mariam Yousif
Omer
Elhussain1* ,
Huda Khalaf Al
Ahmed masaad2
and Suhair Salah
Mohammed3
(2018)
Comparison of
Respiratory Status
between Semi
Fowler and
Elevated Prone
Position among
Under 5 Years Old
Children with Acute
Respiratory Tract
Infection in Ibrahim
Malik Hospital
Sudan
Untuk menilai laju
pernapasan (RR)
dengan pemberian
posisi semi fowler
pada pasien anak
dengan pneumonia
Metode
penelitian ini
adalah studi
banding
sampel dalam
penelitian ini
sebanyak 401
anak
secara statistik ada hubungan
antara posisi semi fowler
dengan kebaikan napas pasien.
Ada sebuah peningkatan laju
pernapasan pada posisi semi-
fowler. Karena itu,
menyebabkan peningkatan
status pernapasan pada pasien.
Posisi semi fowler lebih baik
diterapkan pada anak-anak
muda dari pada yang tua, tidak
hanya di pernapasan status
tetapi semi fowler juga
membantu pembersihan jalan
napas. Sebagian besar pasien
anak lebih banyak terjadi pada
pria dibandingkan pada
10
wanita, dan kondisi klinisnya
adalah pneumonia dan
kekurangan gizi yang terkait
dengan pneumonia.
2 Tri Suci
Melati (2018)
Penerapan
Manajemen
Bersihan Jalan
Napas (Semi
Fowler) Sebagai
Terapi Untuk
Kepatenan Jalan
Napas Pada
Pasien
Pneumonia Di
Ruang Lambu
Barakati Anak
RSU Bahteramas
Kendari
Untuk
mengetahui
efektifitas
Penerapan
Manajemen
Bersihan Jalan
Napas (semi
fowler) Sebagai
terapi untuk
kepatenan Jalan
Napas
Studi kasus
deskriptif
1 orang
responden
Hasi studi kasus diperoleh
bahwa dengan adanya
pemberian
posisi semi fowler yang
dilakukan selama 3 hari
memberikan pengaruh
terhadap kepatenan jalan
napas klien hasil kepatenan
jalan napas dengan hasil
frekuensi dan irama napas
klien normal
3 Refi Safitri1,
Annisa
Andriyani2
(2017)
Keefektifan
pemberian posisi
semi fowler
terhadap penurunan
sesak nafas pada
pasien Pneumonia
di ruang rawat inap
Untuk mengetahui
keefektifan
pemberian posisi
semi fowler pada
pasien pneumonia
guna mengurangi
sesak napas
Quasi
Eksperiment
dengan
rancangan One
Group Pre test-
Post tets
Populasi
dalam
penelitian ini
sebanyak 220
pasien.
Sampel dalam
penelitian ini
Ada perbedaan sesak napas
antara sebelum dan sesudah
pemberian posisi semi fowler,
hasil analisis bivariat diperoleh
hasil T-test sebesar -15,327
dengan p = 0,006 yang artinya
posisi semi fowler efektif
11
kelas iii RSUD dr.
Moewardi surakarta
adalah 33
onak
untuk digunakan sebagai terapi
guna mempatenkan jalan napas
pada anak dengan pneumonia
4 Mamik
Ratnawati1,
Zainul Arifin2
(2018)
Asuhan
Keperawatan Pada
Pasien Pneumonia
Dengan
Ketidakefektifan
Pola Napas Di
Paviliun Cempaka
RSUD Jombang
Untuk melakukan
asuhan keperawatan
pada pasien
pneumonia dengan
ketidakefektifan
pola napas
Deskriptif
kualitatif
2 orang
pasien
penelitian pada pasien 1 dan 2
pneumonia dengan
ketidakefektifan pola napas,
evaluasi pada hari ke 3 setelah
diberikan terapi semi fowler di
dapatkan hasil masalah teratasi
sebagian dibuktikan dengan
keduan pasien sama-sama
mengatakan sesak berkurang
12
A. Hasil Analisis Data
Jurnal pertama oleh Elhussain (2018) dengan judul “Comparison of
Respiratory Status between SemiFowler and Elevated Prone Position among
Under 5 Years Old Children with Acute Respiratory Tract Infection in Ibrahim
Malik Hospital Sudan” penelitian ini bertujuan untuk menilai laju pernapasan (RR)
dengan pemberian posisi semi fowler pada pasien anak dengan pneumonia. Metode
penelitian yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif dengan studi banding. Hasil
penelitian menunjukan secara statistik ada hubungan antara posisi semi fowler
dengan kebaikan napas pasien dengan nilai p-value = 0,000. Ini artinya ada sebuah
peningkatan laju pernapasan pada posisi semi-fowler. Karena itu, menyebabkan
peningkatan status pernapasan pada pasien. Posisi semi fowler lebih baik diterapkan
pada anak-anak muda dari pada yang tua, tidak hanya di pernapasan status tetapi
semi fowler juga membantu pembersihan jalan napas. Sebagian besar pasien anak
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dan kondisi klinisnya
adalah pneumonia dan kekurangan gizi yang terkait dengan pneumonia.
Jurnal ke dua Oleh Melati (2018) dengan judul “Penerapan
Manajemen Bersihan Jalan Napas Sebagai Terapi Untuk
Kepatenan Jalan Napas Pada Pasien Pneumonia Di Ruang Lambu
Barakati Anak Rsu Bahteramas Kendari” tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Penerapan Manajemen Bersihan Jalan Napas Sebagai
terapi untuk kepatenan Jalan Napas dengan memberikan posisi semi fowler.
Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah
sampel yang digunakan sebanyak 1 pasien pneumonia. Hasil penelitian
13
Penerapan pemberian posisi semi fowler di lakukan selama 3 hari, dengan
frekuensi latihan 2 kali dalam sehari, menunjukan hasil sebagai berikut: pada
hari pertama, frekuensi napas sesi pertama adalah 48/menit dan sesi kedua
44/menit. sedangkan irama napas sesi pertama tidak tetap dan sesi kedua
tetap tidak tetap. Hari kedua sesi pertama, frekuensi napas adalah 42/menit,
dan sesi kedua 39/menit. Sedangkan irama napas sesi pertama tidak tetap dan
sesi kedua sudah tetap.Hari ketiga sesi pertama, frekuensi napas sebanyak
40/menit, dan sesi kedua 38/menit.Sedangkan irama napas, sesi pertama
sudah tetap dan sesi kedua tetap.
Dari hasil penelitian di atas dapat kita simpulkan bahwa pada saat
dilakukan penerapan pemberian posisi semi fowler di hari pertama frekuensi
dan irama napas klien tidak normal. Karena produksi secret yang berlebih
pada jalan napas mengakibatkan klien sesak. Setelah hari kedua dan ketiga
pemberian posisi semi fowler pada An. R frekuensi dan irama napas klien
dalam batas normal.
Jurnal ke tiga oleh Safitri dan Andriyani (2019), dengan judul Keefektifan
pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada pasien
Pneumonia di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Moewardi Surakarta”
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pemberian posisi semi
fowler pada pasien asma guna mengurangi sesak napas. Metode penelitian
menggunakan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Quasi
Eksperiment dengan rancangan One Group Pre test-Post tets. Hasil penelitian
menunjukan hasil pengukuran sesak napas sebelum dilakukan perlakuan dari 33
14
responden diperoleh data yaitu sebanyak 17 pasien (52%) mengalami sesak napas
berat, 9 pasien (27%) sesak nafas sedang dan 7 pasien (21%) mengalami sesak napas
ringan. Setelah dilakukan perlakuan dari 33 responden selama tiga hari diperoleh
data yaitu sebanyak 18 pasien (55%).Peningkatan sesak napas tersebut dapat
dijelaskan ada pengurangan sesak napas berat ke sesak napas ringan sebanyak 11
pasien (33%) yaitu dari 17 pasien sesak napas berat menjadi menjadi 6 pasien. Jadi,
ada pengurangan pasien sesak napas berat ke sesak napas ringan.
Perbedaan antara nilai rata-rata sesak napas sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan posisi semi fowler dapat dilihat dari hasil T-test sebesar -15,327 dengan p
= 0,006. Karena p = 0,006 < 0,005, maka dikatakan signifikan atau bermakna.
Artinya, ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pemberian posisi semi
fowler.
Selanjutnya jurnal ke empat Ratnawati dan Arifin (2018)dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Pola
Napas Di Paviliun Cempaka Rsud Jombang”. Tujuan untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia dengan ketidakefektifan pola napas.Metode :
Kualitatif dengan pendekatan studi kasus serta melakukan asuhan keperawatan pada
pasien pneumonia dengan ketidakefektifan pola napas di Paviliun Cempaka RSUD
Jombang, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil : pada tahap analisa data pada pasien 1 ditemukan
keluhan sesak napas. RR : 28 kali/menit. Pasien 2 sesak napas RR : 30 kali/ menit 3.
Pada evaluasi hari ke 1 setelah diberikan terapi semi fowler didapatkan pasien 1
mengatakan sesak napas dengan RR 28/menit.Pasien kedua mengatakan sesak napas
15
dengan RR 30/menit.Hari ke 2 pasien 1 mengatakan sesak napas berkurang (RR 26
kali/menit), pasien ke 2 mengatakan sesak napas berkurang (RR 26 kali/menit).Hari
ke 3, pasien 1 mengatakan sesak napas berkurang (RR 25 kali/menit), pasien ke 2
mengatakan sesak napas berkurang (RR 25 kali/menit).Hasil evaluasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah sesak napas teratasi sebagian dibuktikan dengan kedua
pasien sama-sama mengatakan sesak berkurang.
Dari data-data di atas dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
posisi semi fowler terhadap kepatenan jalan napas pada anak pneumonia.
B. Pembahasan
Dari ke empat jurnal yang di dapat memiliki beberapa perbedaan dan
pesamaan contohnya seperti tempat. ke empat jurnal ini melakukan penelitian di
tempat yang berbeda.untuk sampel terbanyak itu berada di jurnal pertama dan ketiga
di mana jumlah sampel pertama berjumlah 401 anak dan jurnal ketiga berjumlah 33
orang dan yang paling sedikit adalah jumlah sampe pada jurnal ke dua dimana
sampel yang di gunakan sebayak 1 orang karena menggunakan desain studi kasus.
metode penelitian yang di gunakan juga memiliki perbedaan dan persamaan untuk
jurnal yang pertama itu menggunakan metode studi banding dan jurnal ke dua
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus, begitu juga dengan
jurnal ke empat. Untuk jurnal ke tiga peneliti meggunakan metode quasi eksperimen
dengan rancangan One Group Pre test-Post tets. Kelima jurnal ini memiliki
perbedaan di tujuan mereka.di mana jurnal satu dan dua hanya melihat pengaruh
teknik semi fowler pada kepatenan jalan napas, sedangkan jurnal empat
16
menambahkan dengan teknik seperti teknik nebulizer dalam melihat kepatenan jalan
napas.
Dari beberapa perbedaan penelitian di atas serta menunjukan hasil yang
beragam, contohnya saja jurnal pertama Elhussain (2018), Hasil penelitian
menunjukan secara statistik ada hubungan antara posisi semi fowler dengan kebaikan
napas pasien dengan nilai p-value = 0,000. Ini artinya ada sebuah peningkatan laju
pernapasan pada posisi semi fowler. Karena itu, menyebabkan peningkatan status
pernapasan pada pasien. Posisi semi fowler lebih baik diterapkan pada anak-anak
muda dari pada yang tua, tidak hanya di pernapasan status tetapi semi fowler juga
membantu pembersihan jalan napas. Sebagian besar pasien anak lebih banyak terjadi
pada pria dibandingkan pada wanita, dan kondisi klinisnya adalah pneumonia dan
kekurangan gizi yang terkait dengan pneumonia
Jurnal ke dua oleh Melati (2018), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
setelah pasien anak pneumonia diberikan terapi semi fowler selama 3 hari,
didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut; hari pertama, frekuensi napas sesi
pertama adalah 48/menit dan sesi kedua 44/menit. sedangkan irama napas
sesi pertama tidak teratur dan sesi kedua tetap tidak teratur. Hari kedua sesi
pertama, frekuensi napas adalah 42/menit, dan sesi kedua
39/menit.Sedangkan irama napas sesi pertama tidak teratur dan sesi kedua
sudah teratur. Hari ketiga sesi pertama, frekuensi napas sebanyak 40/menit,
dan sesi kedua 38/menit.Sedangkan irama napas, sesi pertama sudah teratur
dan sesi kedua teratur. Hasil penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa pada
saat dilakukan posisi semi fowler di hari pertama frekuensi dan irama napas
17
klien tidak normal. Karena produksi secret yang berlebih pada jalan napas
mengakibatkan klien sesak. Setelah hari kedua dan ketiga pemberian posisi
semi fowler pada An. R frekuensi dan irama napas klien dalam batas normal.
Jurnal ke tiga oleh Safitri dan Andriyani (2017), menunjukan hasil pada
pengukuran sesak napas sebelum dilakukan terapi semi fowler, dari 33 responden
diperoleh data yaitu sebanyak 17 pasien (52%) mengalami sesak napas berat, 9
pasien (27%) sesak napas sedang dan 7 pasien (21%) mengalami sesak napas ringan.
Setelah dilakukan terapi semi fowler, dari 33 responden selama tiga hari diperoleh
data yaitu sebanyak 18 pasien (55%) mengalami kebaikan napas menjadi normal.
Peningkatan sesak napas tersebut dapat dijelaskan ada pengurangan sesak napas
berat ke sesak napas ringan sebanyak 11 pasien (33%) yaitu dari 17 pasien sesak
napas berat menjadi menjadi 6 pasien. Jadi, ada pengurangan pasien sesak napas
berat ke sesak napas ringan. Perbedaan antara nilai rata-rata sesak napas sebelum
dan sesudah dilakukan perlakuan posisi semi fowler dapat dilihat dari hasil T-test
sebesar -15,327 dengan p = 0,006. Karena p = 0,006 < 0,005, maka dikatakan
signifikan atau bermakna. Artinya, ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian posisi semi fowler.
Selanjutnya jurnal ke empat oleh Ratnawati1 dan Arifin (2018), menunjukan
Hasil pada evaluasi hari ke 1 setelah diberikan terapi semi fowler didapatkan pasien
1 mengatakan sesak napas dengan RR 28/menit.Pasien kedua mengatakan sesak
napas dengan RR 30/menit.Hari ke 2 pasien 1 mengatakan sesak napas berkurang
(RR 26 kali/menit), pasien ke 2 mengatakan sesak napas berkurang (RR 26
kali/menit).Hari ke 3, pasien 1 mengatakan sesak napas berkurang (RR 25
18
kali/menit), pasien ke 2 mengatakan sesak napas berkurang (RR 25 kali/menit).Hasil
evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah sesak napas teratasi sebagian
dibuktikan dengan keduan pasien sama-sama mengatakan sesak berkurang.
Dari perbedaan dan persamaan hasil penelitian dari keempat jurnal di atas
dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap
kepatenan jalan napas pada anak pneumonia.
Semi fowler yaitu cara berbaring pada pasien dengan posisi setengah duduk
yang bertujuan untuk mengurangi sesak napas dan memberikan rasa nyaman, ajarkan
batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan sekret, dengan keluarnya sekret maka
tidak ada sumbatan atau obstruksi jalan napas, auskultasi suara napas dan catat
adanya suara napas tambahan bertujuan untuk memeriksa suara napas dengan
menggunakan stetoskop agar dapat mengetahui ada atau tidaknya suara napas
tambahan, monitor status pernapasan bertujuan untuk mengawasi atau memantau
terkait ada atau tidaknya keabnormalan pernapasan. Posisi semi fowler adalah
dimana kepala dan tubuh di naikkan 45˚ membuat oksigen di dalam paru-
paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran napas(Supadi,
dkk 2008:98)
Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu
sendiri dengan menggunakan tempat tidur dan fasilitas bantal yang cukup untuk
menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan
dapat mengurangi kondisi sesak napas (Mutaqim, 2008)
Pemberian posisi semi fowler pada pasien pneumonia telah dilakukan sebagai
salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan dari tindakan
19
tersebut dapat dilihat dari Respiratory Rates yang menunjukkan angka normal yaitu <
40 kali per menit pada anak usia 1-5 tahun dan 16-24 kali per menit pada usia
dewasa . Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu
sendiri dengan menggunakan tempat tidur dan fasilitas bantal yang cukup untuk
menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan
dapat mengurangi kondisi sesak napas. Penatalaksanaan gangguan sistem pernapasan
dapat dilakukan pemasangan O2, serta kolaborasi obat adapun pengobatan non
farmakologi pada penderita dengan gangguan sistem pernapasan tuberkulosi dapat
menggunakan latihan pernapasan perut, fisioterapi dada serta posisi semi fowler
(Muttaqin 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri & Andriyani (2019), menunjukan
bahwa ada perbedaan sesak napas antara sebelum dan sesudah pemberian posisi semi
fowler, dapat penelitian diperoleh hasil T-test sebesar -15,327 dengan p = 0,006.
Kesimpulan; Pemberian posisi semi fowler dapat efektif mengurangi sesak napas
pada pasien pneumonia.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. keefektifan penerapan manajemen bersihan jalan napas dengan teknik semi
fowler sebagai terapi untuk mempatenkan jalan napas pada anak pneumonia.
dimana pasien yang telah di berikan terapi semi fowler mengalami peningkatan
skala kenyamanan pernapasan. selain itu semua hasil penelitian juga
menunjukan bahwa dengan teknik semi fowler pasien merasa sesak napas
dialami karna pneumonia berkurang.
2. Teknik semi fowler pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan tempat
tidur dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah punggung,
dengan posisi kepala dan tubuh dinaikan 30-45o sehingga dapat memberi
kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak napas.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi serta dapat
menambah kepustakaan dan wawasan di Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
D-III Keperawatan.Diharapkan dapat menjadi bahan ajar keperawatan medical
bedah.
2. Bagi pasien dan keluarga
Bagi Pasien dan Keluarga diharapkan klien dan keluarga dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang infeksi saluran pernapasan, disarankan
agar lebih memperhatikan gejala dan kondisi anak atau balita. Supaya tidak
21
terjadi infeksi saluran pernapasan akut dengan ketidakefektifan bersihan jalan
napas.
3. Peneliti selanjutnya
Dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang lain
untuk mengurangi sesak napas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Rosbiatul & Duarsa, A.B.S., (2016).Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Pneumoniapada Balita di Puskesmas Susunan Kota
Bandar Lampung, Jurnal Kedokteran Vol. 24(1): 051-068
Brunner & Suddarth.(2011). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Department Of Statictic Malaysia, (2016).Statistics on Causes of Death; Malaysia.
Dinkes Provinsi Sultra, (2019). Laporan Tahunan. Kendari: Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Fakhruddin, Alfan. (2010). Kontroversi dan Pendekatan Manajemen Jalan
Napas.Vol. 45, No. 03.
Farida, Novita Nur, (2019). Manajemen Airway Terhadap Inefektif Kebersihan
Jalan Napas Pada Pasien Pneumonia. Karya Tulis Ilmiah. Institut
Teknologi Sains Dan Kesehatan Pku Muhammadiyah Surakarta
Hidayat, A &Musrifatul.(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Edisi 2
Buku 1. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Kemenkes RI, (2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Kemenkes RI, Pneumonia Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, 2016; 3.
Ludji, Yuyun Aprilya Dimu, (2019). Asuhan keperawatan pada an. R. F dengan
pneumonia di ruang kenanga rsud prof. Dr. W. Z. Johannes kupang.
Skripsi, Program Studi Diploma Iii Keperawatan Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/. Diakses tanggal 04 Juni 2020
Melati, Tri,Suci.,(2018). Penerapan Manajemen Bersihan Jalan Napas
Sebagai Terapi Untuk Kepatenan Jalan Napas Pada Pasien
Pneumonia di Ruang Lambu Barakati Anak Rsu Bahteramas
Kendari 2018. Karya Tulis Ilmiah. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.
https://www.scribd.com/document/400092097/Penerapan-
Manajemen-Bersihan-Jalan-Napas-Sebagai-Terapi-Untuk-
Kepatenan-Jalan-Napas-Pada-Pasien-Pneumonia-Di-Ruang-
Lambu-Barakati-Anak-2
23
Muttaqin A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika :
Ratnawati, Mamik & Arifin, Zainul., (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Pola Napas Di Paviliun Cempaka
Rsud Jombang.
http://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/40
Safitri, Refi & Andriyani, Annisa.,(2017). Keefektifan Pemberian Posisi Semi
Fowler Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Pneumonia.Gaster,
Vol. 8, No. 2 Hal. 783-792 http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/29
Suriadi, Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi
2.Jakarta: CV.Sagung Seto
Widagdo, (2012).Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto 2012
WHO, (2018).Pneumonia: The Forgetten Killer Of Chhildren. New York: WHO.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Pustaka
26
Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Administrasi