lm soikiometri makalah
TRANSCRIPT
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1. Latar Belakang Percobaan
Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan kepada percobaan, dengan
mempelajari ilmu kimia seseorang dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa
kimia. Selain dapat menuliskan rumus senyawa tersebut, tentu saja harus dapat
membuktikan melalui eksperimen. Stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia
yang menghubungkan besaran atau satuan atom dengan besaran yang dapat diukur
secara laboratorium (gram atau volume).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan hasil reaksi kimia dari
percobaan selain itu agar praktikan dapat dengan mudah menuliskan rumus dari
suatu senyawa dan mempelajari stoikiometri.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah berdasarkan metode variasi kontinyu, dimana
dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas molar totalnya sama.
Tetapi masing-masing kuantitas pereaksi berubah-ubah. Salah satu sifat fisika
dipilih dan diperiksa seperti: massa, volum, suhu, dan daya serap. Oleh karena itu
kuantitas pereaksi berlainan, perubahan hanya sifat fisika dari sistem ini dapat
digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.
59
II TINJUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Stoikiometri Reaksi, (2) Stoikiometri
Larutan, dan (3) Stoikiometri Gas.
2.1. Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri reaksi yaitu persamaan reaksi kimia yang menyatakan jumlah
atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi. Banyaknya atom yang terlibat dapat
diungkapkan dalam persamaan kimia, yakni ditunjukan oleh koefisien reaksinya.
Koefisien reaksi pada persamaan kimia menunjukan perbandingan jumlah mol
zat-zat yang bereaksi dan zat hasil reaksi. Perbandingan koefisien ini dinamakan
juga sebagai nisbah stoikiometri (NS).
Pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang habis bereaksi, dan karenanya
menjadi pembatas bagi keberlangsungan reaksi. Untuk menentukan pereaksi mana
yang merupakan pembatas, perlu dihitung nisbah stoikiometri pereaksi yang
terdapat pada persamaan kimia. Setelah ditentukan mana yang merupakan
pereaksi pembatas, maka dapat dihitung hasil reaksinya (Sunarya, 2000).
2.2. Stoikiometri Larutan
Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berbentuk dalam larutan. Jumlah zat
terlarut yang dapat dilarutkan dalam suatu pelarut sagat beragam. Oleh sebab itu,
perlu mengetahui komposisi atau konsentrasi yang tepat dari suatu larutan jika
harus berhubungan dengan perhitungan stoikiometri dalam larutan. Untuk
60
menyatakan konsentrasi atau kepekatan suatu larutan pada umumnya
menggunakan konsep mol.
Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol
zat terlarut per liter larutan, dilambangkan dengan huruf M (Sunarya, 2000).
2. 3. Stoikiometri Gas
Perilaku gas dapat dikarakterisasi karena hampir semua sifat-sifat gas tidak
bergantung pada jatidiri gas. Perilaku gas relatif sederhana dan dapat diuraikan
hanya dengan satu teori. Terdapat beberapa hokum dasar yang mempelajari
perilaku gas yaitu Hukum Boyle, Hukum Gay-Lussac, dan Hukum Charles
(Sunarya, 2000).
61
III ALAT, BAHAN, DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Alat-Alat yang Digunakan, (2) Bahan
yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
3. 1. Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat-alat yang sering kita
gunakan di laboratorium diantaranya seperti gelas kimia, termometer, batang
pengaduk, gelas ukur, dan kertas grafik.
3. 2. Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan stoikiometri adalah NaOH 2
M, HCl, dan CuSO4 1 M.
3. 3. Metode Percobaan
3. 3. 1. Percobaan 1
Metode yang digunakan pada percobaan stoikiometri ini adalah gunakan
larutan HCl 1 M dan NaOH 1 M. Masukan 5 ml NaOH 1 M kedalam gelas kimia
dan catat temperaturnya. Aduk dan tambahkan 25 ml larutan HCl 1 M yang
diketahui temperatur awalnya. Amati temperatur dari campuran tersebut, lalu
catatlah.
Ulangi percobaan tetapi gunakan 10 ml NaOH dan 20 ml HCl, 15 ml NaOH
dan 15 ml HCl, 20 ml NaOH dan 10 ml larutan HCl, serta 25 ml NaOH dan 5 ml
HCl.
62
25ml HCl + 5 ml NaOH
20 ml HCl + 10 ml NaOH
15 ml HCl + 15 ml NaOH
10 ml HCl + 20 ml NaOH
5 ml HCl + 25 ml NaOH
Gambar 4. Metode Percobaan Stoikiometri NaOH-HCl
3. 3. 2. Percobaan 2
Metode yang digunakan pada percobaan stoikiometri ini adalah gunakan
larutan CuSO41 M dan NaOH 2 M. Masukan 25 ml NaOH 2 M kedalam gelas
kimia dan catat temperaturnya. Aduk dan tambahkan 5 ml larutan CuSO4 yang
diketahui temperatur awalnya. Amati temperatur campuran tersebut. Lalu catatlah
temperatur tersebut.
63
Ulangi percobaan tetapi dengan menggunakan 20 ml NaOH dan 10 ml Cu
SO4, 15 ml NaOH dan 15 ml CuSO4, 10 ml NaOH dan 20 ml larutan CuSO4, serta
5 ml NaOH dan 25 ml CuSO4.
5ml CuSO4 + 25 ml NaOH
10 ml CuSO4 + 20 ml NaOH
15 ml CuSO4 + 15 ml NaOH
20 ml CuSO4 + 10 ml NaOH
25 ml CuSO4 + 5 ml NaOH
Gambar 5. Metode Percobaan Stoikiometri CuSO4-NaOH
64
IV HASIL PENGAMATAN
Bab ini menerangkan tentang: (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Stoikiometri NaOH – HCl
Tabel 3. Hasil Pengamatan stoikiometri NaOH-HCl
NaOH 1M HCl 1MTM
(°C)
TA
(°C)
∆T
(°C)
mmol
NaOH
mmol
HCl
mmol NaOH
mmol HCl
5 ml 25 ml 26,5 28,5 2 5 mmol 25 mmol 0,2
10 ml 20 ml 27 31 4 10 mmol 20 mmol 0,5
15 ml 15 ml 27 31 4 15 mmol 15 mmol 1
20 ml 10 ml 26,75 30 3,25 20 mmol 10 mmol 2
25 ml 5 ml 26,75 28 1,25 25 mmol 5 mmol 5
(Sumber: Hilda Rani Dwitama, Meja 3, Kelompok II, 2010)
∆T
mmol NaOH
mmol HCl
Gambar 6. Grafik Stoikiometri NaOH-HCl
4.1.2. Stoikiometri CuSO4 – NaOH
65
0 1 2 3 4 5 60
0.51
1.52
2.53
3.54
4.5
Tabel 4. Hasil Pengamatan stoikiometri CuSO4-NaOH
CuSO4 2M NaOH 1MTM
(°C)
TA
(°C)
∆T
(°C)
mmol
CuSO4
mmol
NaOH
mmol CuSO4
mmol NaOH
5 ml 25 ml 27 29 2 10 mmol 50 mmol 0,2
10 ml 20 ml 27 31 4 20 mmol 40 mmol 0,5
15 ml 15 ml 27 31 4 30 mmol 30 mmol 1
20 ml 10 ml 27 29 2 40 mmol 20 mmol 2
25 ml 5 ml 27 28 1 50 mmol 10 mmol 5
(Sumber: Cut Rifafitri Hanifah, Meja 8, Kelompok II, 2010)
∆T
mmol CuSO4
mmol NaOH
Gambar 7. Grafik Stoikiometri CuSO4-NaOH
4.2. Pembahasan
Dalam stoikiometri menguraikan tentang hukum-hukum dalam reaksi
kimia yaitu: Hukum kekekalan massa (Lavoiser), hukum perbandingan tetap
(Proust), hukum perbandingan setara, hukum perbandingan timbal balik (Richter),
hukum kelipatan perbandingan, hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro.
Dalam stoikiometri terdapat dua titik yaitu titik maksimum stoikiometri
dan titik minimum stoikiometri. Titik maksimum stoikiometri adalah titik pada
saat perubahan suhu (∆T) tertinggi. Sedangkan titik minimum stoikiometri adalah
titik pada saat perubahan suhu (∆T) terendah.
66
0 1 2 3 4 5 60
1
2
3
4
5
Aplikasi stoikiometri dalam bidang pangan adalah digunakan untuk
mengetahui kadar zat yang terkandung dalam suatu bahan. Dapat pila digunakan
untuk memperkirakan temperatur yang terdapat dalam bahan pangan hingga
produk yang siap untuk dikonsumsi agar tidak adanya kerusakan pada produk
pangan tersebut.
Pada grafik dapat diketahui bahwa Tmax titrasi pada percobaan NaOH-HCl
adalah 4°C dan Tmin adalah 1°C. Tmax dari percobaan CuSO4-NaOH adalah 4°C dan
Tmin adalah 1°C.
V KESIMPULAN DAN SARAN
67
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan stoikiometri maka praktikan dapat menentukan
hasil reaksikimia dan dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa serta dapat
mengetahui temperatu suatu senyawa. Variasi Kontinyu dilakukan sederet
pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama dan ada salah satu sifat fisika
tertentu yang dipilih untuk diperiksa seperti : massa, volume, suhu dan daya serap.
Pada grafik dapat diketahui bahwa Tmax titrasi pada percobaan NaOH-HCl adalah
4°C dan Tmin adalah 1°C. Tmax dari percobaan CuSO4-NaOH adalah 4°C dan Tmin
adalah 1°C.
5.2. Saran
Saran dari penulis adalah pada penggunaan pipet gondok yang kotor
sehingga mempersulit praktikan untuk bekerja secara maksimal. Diharapkan
praktikan harus benar-benar memahami dan juga teliti karena dalam variasi
kontinyu ada beberapa perhitungan dan juga hukum-hukum reaksi kimia.
DAFTAR PUSTAKA
68
Achmad, Haskia, (1993), Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia, Bandung: Depdikbud ITB.
Anonim, Kimia, http://id.wikipedia.org, Acessed : 11 Oktober 2010.
Brady. E. James, (1998), Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sunarya, Yayan, (2000), Kimia Umum, Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Sutrisno, Ella Turmala dan Ine Siti N, (2010), Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: UNPAS.
Tim Kimia Analitik, (2000), Dasar-Dasar Kimia Analitik, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Underwood A. dan Day JR. A, (1983), Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN INTERNET
69
Stoikiometri Larutan
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Menulis persamaan reaksi2. Menyetarakan koefisien reaksi3. Memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan
perbandingan mol. Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentu larutan, maka mol larutan dapat dinyatakan sebagai:
n = V . M
Keterangan:
n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan
LAMPIRAN PERHITUNGAN
70
1. Stoikiometri NaOH-HCl
∆T = TA - TM
1.1. 5 ml NaOH 1 M dengan HCl 25 ml 1 M
TM = 26,5 °C
TA = 28,5 °C
∆T = TA - TM
∆T = 28,5 – 26,5
= 2 °C
mmol = M . V
mmol NaOH = 1. 5 = 5 mmol
mmol HCl = 1 . 25 = 25 mmol
mmol NaOH 5 mmol=
mmol HCl 25 mmol
= 0,2 mmol
1.2. 10 ml NaOH 1 M dengan HCl 20 ml 1 M
TM = 27 °C
TA = 31 °C
∆T = TA - TM
∆T = 31 – 27= 4 °C
mmol = M . V
mmol NaOH = 1. 10 = 10 mmol
71
mmol HCl = 1 . 20 = 20 mmol
mmol NaOH 10 mmol=
mmol HCl 20 mmol
= 0,5 mmol
1.3. 15 ml NaOH 1 M dengan HCl 15 ml 1 M
TM = 27 °C
TA = 31 °C
∆T = TA - TM
∆T = 31 – 27= 4 °C
mmol = M . V
mmol NaOH = 1. 15 = 15 mmol
mmol HCl = 1 . 15 = 15 mmol
mmol NaOH 15 mmol=
mmol HCl 15 mmol
= 1 mmol
1.4. 20 ml NaOH 1 M dengan HCl 10 ml 1 M
TM = 26,75 °C
TA = 30 °C
∆T = TA - TM
∆T = 30 – 26,75 = 3,25 °C
72
mmol = M . V
mmol NaOH = 1. 20 = 20 mmol
mmol HCl = 1 . 10 = 10 mmol
mmol NaOH 20 mmol=
mmol HCl 10 mmol
= 2 mmol
1.5. 25 ml NaOH 1 M dengan HCl 5 ml 1 M
TM = 26,75 °C
TA = 28 °C
∆T = TA - TM
∆T = 28 – 26,75
= 1,25 °C
mmol = M . V
mmol NaOH = 1. 25 = 25 mmol
mmol HCl = 1 . 5 = 5 mmol
mmol NaOH 25 mmol=
mmol HCl 5 mmol
= 5 mmol
1. Stoikiometri CuSO4 - NaOH
∆T = TA - TM
73
1.1. 5 ml CuSO4 2 M dengan NaOH 1 M 25 ml
TM = 27 °C
TA = 29 °C
∆T = TA - TM
∆T = 29 – 27
= 2 °C
mmol = M . V
mmol CuSO4 = 1. 5 = 5 mmol
mmol NaOH = 1 . 25 = 25 mmol
mmol CuSO4 5 mmol=
mmol NaOH 25 mmol
= 0,2 mmol
1.2. 10 ml CuSO4 2 M dengan NaOH 1 M 20 ml
TM = 27 °C
TA = 31 °C
∆T = TA - TM
∆T = 31 – 27= 4 °C
mmol = M . V
mmol CuSO4 = 1. 10 = 10 mmol
mmol NaOH = 1 . 20 = 20 mmol
74
mmol CuSO4 10 mmol=
mmol NaOH 20 mmol
= 0,5 mmol
1.3. 15 ml CuSO4 1 M dengan NaOH 15
TM = 27 °C
TA = 31 °C
∆T = TA - TM
∆T = 31 – 27= 4 °C
mmol = M . V
mmol CuSO4 = 1. 15 = 15 mmol
mmol NaOH = 1 . 15 = 15 mmol
mmol CuSO4 15 mmol=
mmol NaOH 15 mmol
= 1 mmol
1.4. 20 ml CuSO4 1 M dengan NaOH 1 M 10
TM = 27 °C
TA = 29 °C
∆T = TA - TM
∆T = 29 – 27 = 2 °C
mmol = M . V
mmol CuSO4 = 1. 20 = 20 mmol
75