lmn umn refleks dan kelumpuhan jump 3

9
REFLEKS Refleks adalah aktivitas motorik spontan spesifik yang merupakan jawaban atas rangsangan yang adekuat pada reseptor saraf yang tak disadari (bukan atas perintah pusat kesadaran). Hukum Bell Magendi “Radiks dorsal medula spinalis adalah sensorik dan radiks ventral adalah motorik.” Lengkung refleks adalah unit dasar kegiatan saraf terpadu yang terdiri dari reseptor, neuron aferen, satu sinaps atau lebih, neuron eferen dan efektor. Lengkung refleks yang paling sederhana disebut monosinaptik, yang hanya mempunyai sinaps tunggal antara neuron aferen dan neuron eferen. Masukan ke dalam sitem saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali bermacam-macam rangsangan sensorik. Terdapat lima jenis reseptor sensorik yang ada dalam tubuh.: (1) Mekanoreseptor, yang mengenali kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau jaringan yang berdekatan dengan reseptor (2) Termoreseptor, dipakai untuk mengenali perubahan-perubahan suhu, beberapa reseptor mengenali suhu dingin dan lainnya suhu panas (3) Nosiseptor (reseptor nyeri), dipakai untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi, apakah kerusakan fisik atau kerusakan kimiawi (4) Reseptor elektromagnetik, dipakai untuk mengenali cahaya yang sampai pada retina mata (5) Kemoreseptor, yang dipakai untuk mengenali rasa/pengecapan dalam mulut, bau-bauan dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida, dan mungkin juga faktor-faktor lainnya yang menyusun keadaan kimiawi tubuh.

Upload: azaliavirsa

Post on 26-Sep-2015

45 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

neurologi

TRANSCRIPT

REFLEKS Refleks adalah aktivitas motorik spontan spesifik yang merupakan jawaban atas rangsangan yang adekuat pada reseptor saraf yang tak disadari (bukan atas perintah pusat kesadaran).

Hukum Bell Magendi

Radiks dorsal medula spinalis adalah sensorik dan radiks ventral adalah motorik.

Lengkung refleks adalah unit dasar kegiatan saraf terpadu yang terdiri dari reseptor, neuron aferen, satu sinaps atau lebih, neuron eferen dan efektor. Lengkung refleks yang paling sederhana disebut monosinaptik, yang hanya mempunyai sinaps tunggal antara neuron aferen dan neuron eferen.

Masukan ke dalam sitem saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali bermacam-macam rangsangan sensorik. Terdapat lima jenis reseptor sensorik yang ada dalam tubuh.:

(1) Mekanoreseptor, yang mengenali kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau jaringan yang berdekatan dengan reseptor

(2) Termoreseptor, dipakai untuk mengenali perubahan-perubahan suhu, beberapa reseptor mengenali suhu dingin dan lainnya suhu panas

(3) Nosiseptor (reseptor nyeri), dipakai untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi, apakah kerusakan fisik atau kerusakan kimiawi

(4) Reseptor elektromagnetik, dipakai untuk mengenali cahaya yang sampai pada retina mata

(5) Kemoreseptor, yang dipakai untuk mengenali rasa/pengecapan dalam mulut, bau-bauan dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida, dan mungkin juga faktor-faktor lainnya yang menyusun keadaan kimiawi tubuh.

Sinaps merupakan titik penghubung dari satu neuron ke neuron lainnya. Sinaps menentukan arah penyebaran sinyal saraf melalui system saraf. Beberapa sinaps dapat dengan mudah menjalarkan sinyal dari satu neuron ke neuron lainnya, sedangkan neuron yang lain lebih sukar. Sinyal yang bersifat mempermudah atau menghambat yang berasal dari daerah sistem saraf lain dapat juga mengatur penjalaran sinaps, kadangkala membuka sinaps itu untuk dapat dijalari dan pada saat lain akan tertutup. Selain itu, beberapa neuron post-sinaps dapat memberi respon bila mendapat impuls dari luar dalam jumlah yang besar, sedangkan yang lain sudah dapat memberikan respon walaupun impuls yang datang itu lebih sedikit. Jadi, kerja sinaps itu bersifat selektif, dapat menghambat sinyal yang lemah sedangkan sinyal yang lebih kuat dijalarkan, namun pada saat lain menyeleksi dan memperkuat sinyal lemah tertentu, atau juga meneruskan sinyal-sinyal ini ke segala arah dan tidak hanya ke satu arah.

Penampang melintang medula spinalis

Keterangan:

1. Reseptor

5.Neuron eferen

2. Neuron aferen

6.Efektor

3. Radiks dorsal

7.Kornu posterior

4. Radiks ventral

8.Kornu anterior

Kesadaran dalam bidang kedokteran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasikan impuls eferan dan aferen. Semua impuls aferen dapat disebut input, dan semua impuls eferen dapat dinamakan output SSP. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal dengan komposmentis. Sedangkan kesadaran yang sangat terganggu, tidak terdapat aksi dan reaksi disebut koma. Segala aktivitas SSP yang dapat dilihat, didengar, direkam, dan diperiksa berwujud gerak otot.

Otot dan tendonnya memiliki dua reseptor sensorik yang khusus, yakni: (1) kumparan otot (muscle spindle) yang tersebar di seluruh bagian perut (belly) otot dan mengirimkan informasi mengenai panjang otot atau perubahan kecepatan panjang otot menuju sistem saraf, dan (2) organ tendon golgi, yang terletak di tendon otot dan menjalarkan informasi mengenai tegangan atau kecepatan perubahan tegangan.

Bila suatu otot rangka dengan persarafan utuh diregangkan, otot akan kontraksi, respon ini disebut refleks regang (stretch reflex). Kapan pun otot diregang secara tiba-tiba, eksitasi yang timbul pada kumparan menyebabkan refleks kontraksi serabut otot rangka yang besar dari otot yang teregang dan otot-otot sinergisnya. Secara klinis, ada suatu metode yang dieprgunakan untuk menentukan kepekaan refleks regang yakni dengan cara menimbulkan sentakan lutut dan sentakan otot lainnya. Sentakan ini dapat ditimbulkan dengan cara memukul pelan-pelan tendo patella dengan palu refleks, pukulan ini akan secara tiba-tiba meregangkan otot kuadriseps dan merangsang terjadinya refleks regang dinamik yang kemudian akan menyebabkan tungkai bawah menyentak ke depan. Refleks regang merupakan refleks monosinaps, karena sebuah neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi regangan di otot rangka langsung berakhir di neuron eferen yang mempersarafi otot rangka yang sama untuk menyebabkan kontraksi dan meniadakan peregangan.

Refleks menarik dan semua refleks lainnya bersifat polisinaps (banyak sinaps), karena banyak antarneuron ditempatkan pada jalur refleks, sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat. Misalnya seseorang menginjak sebuah paku dan bukan menyentuh benda panas dengan tangannya. Timbul lengkung refleks untuk menarik kaki yang tertusuk dari rangsangan nyeri, sementara tungkai yang berlawanan secara bersamaan mempersiapkan diri untuk secara mendadak menerima seluruh beban tubuh, sehingga orang yang bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut tungkai yang tertusuk tanpa hambatan dilaksanakan melalui stimulasi refleks otot-otot yang menyebabkan fleksi lutut dan inhibisi otot-otot yang menyebabkan ekstensi lutut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut tungkai yang berlawanan terjadi karena pengaktifan jalur-jalur yang menyilang ke sisi korda spinalis yang berlawanan untuk secara refleks merangsang ekstensi lutut dan menghambat fleksinya. Refleks ekstensor menyilang (crossed extensor reflex) ini memastikan bahwa tungkai yang berlawanan akan berada dalam posisi untuk menerima beban tubuh sewaktu tungkai yang tertusuk ditarik dari rangsangan.

Sesungguhnya refleks adalah suatu aksi yang tidak disadari tetapi akhirnya akan disadari juga sebab stimuli tersebut ada sebagian yang menuju ke pusat kesadaran. Rangsangan/stimuli (organ/zat yang peka terhadap rangsangan) akan menimbulkan impuls dan impuls ini diteruskan melalui neuron aferen menuju ke atas (ascenderen) melalui traktus spinothalamus, ganti neuron di nucleus lateralis thalami, melalui kapsula interna sampailah pada gyrus centralis posterior (pusat kesadaran). Tetapi ada sebagian impuls dari kornu posterior tersebut menuju ke kornu anterior terus ke otot melalui neuron eferen dan akan menimbulkan gerakan pada otot yang bersangkutan. Gerakan ini disebut sebagai refleks spinal.

Otot skeletal dan neuron menyusun susunan neuromuskular voluntar yang secara anatomik terdiri dari:

1. Upper Motor Neuron (UMN)

2. Lower Motor Neuron (LMN)

3. Alat penghubung antara unsur saraf dan otot

4. Otot skeletal

Refleks terjadi bila:

a. Rangsangan tersebut sesuai dengan reseptornya

Misalnya refleks tendon di sini rangsangannya harus berupa ketokan. Refleks tendon ini tidak akan terjadi bila rangsangan berupa geseran.

b. Besarnya rangsangan harus melebihi atau sama dengan nilai ambang reseptor tersebut.

Sifat umum refleks:

1. Rangsangan yang ada harus adekuat

2. Mempunyai lintasan akhir yang sama

3. Bersifat eksitasi dan inhibisi terhadap respon refleks

4. Habituasi dan sensitasi terhadap respon reflek

KelumpuhanFisiologi dan patofisiologiSetiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel saraf , salah satunya terdapat pada korteks motorik, serabut serabutnya berada tepat pada traktus piramida yaitu penyilangan traktus piramida, dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis, serat seratnya berjalan menuju otot.Yang pertama disebut sebagai neuron motorik atas ( upper motor neuron ) dan yangterakhir disebut neuron motorik batah ( lower motor neuron ). Setiap saraf motorik yang menggerakkan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf saraf motorik bawah.Jaras motorik dari otot ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak dibentuk oleh UMN. UMN mulai di dalam korteks pada sisi yang berlawanan di otak, menurun melalui kapsul internal, menyilang ke sisi berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. LMN menerima impuls di bagian ujung saraf posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural. Berbeda dengan UMN, LMN berakhir di dalam otot.Ciri ciri klinik pada lesi di UMN dan LMN adalah :UMN : kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak ada atropi otot, reflek hiperaktif dan abnormal.LMN : kehilangan kontrol volunter, penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot, atropi otot, tidak ada atau penurunan reflek.Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan hubungan yang lengkap disepanjang semua motor pathway. Adanya kerusakan pada ujungnya menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan pergerakan otot.Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga disebutparesis. Kehilangan hubungan yang komplit menghalangi adanya keinginan untuk bergerak lebih banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis. Batas antara kelemahan dan paralisis tidak absolut. Keadaan yang menyebabkan kelemahan mungkin berkembang menjadi kelumpuhan. Pada tangan yang lain, kekuatan mungkin memperbaiki lumpuhnya anggota badan. Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan dapat kembali untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan perubahan sifat otot. Lumpuh otot mungkin mebuat ototo lemah, lembek dan tanpa kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan tanpa sifat yang normal ketika otot digerakkan.Tipe paralisis :1. monoplegiayaitu hanya mengenai satu anggota badan2. diplegiayaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi badan, contohnya : kedua lengan atau kedua sisi wajah3. hemiplegiayaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan4. quadriplegiayaitu mengenai semua keempat anggota badan dan batang tubuh

Penyebab kelumpuhanKerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak ( pusat sistem saraf ) atau mungkin di luar batang otak ( sistem saraf perifer ). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah stroke, tumor, truma ( disebabkan jatuh atau pukulan ), multiple sclerosis ( penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf ), serebral palsy ( keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir ), gangguan metabolik ( gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya ).Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dalam atau dengan segera berdekatan pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi ( juga disebut ruptur sendi ), spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple sklerosis.Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain Barre Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.Tanda dan gejalaDistribusi paralisis memberikan syarat yang penting untuk bagian saraf yang rusak. Hemiplegia disebabkan kerusakan otak pada sisi berlawanan dengan paralysis, biasanya dari stroke. Paraplegia terjadi setelah injuri pada bagian bawah batang otak , dan quadriplegia terjadi setelah kerusakan bagian atas batang otak pada tingkat bahu atau lebih tinggi ( saraf yang mengontrol lengan sejajar tulang belakang ). Diplegia biasanya mengindikasikan kerusakan otak, lebih sering karena serebral palsy. Monoplegia mungkin disebabkan pemisahan kerusakan diantara system saraf pusat atau saraf perifer. Kelemahan atau paralysis hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat mengindikasikan penyakit diemelinisasi.Gejala berfluktuasi dalam membedakan bagian tubuh mungkin disebabkan multiple sclerosis. Kejadian paralysis lebih sering disebabkan injuri atau stroke. Penjalaran paralysis mengindikasikan penyakit degeneratif, penyakit infeski seperti GBS atau CIDP, gangguan metabolisme . Gejala lain yang sering menyertai paralisis termasuk mati rasa dan perasaankesemutan, nyeri, perubahan penglihatan , kesulitan berbicara,atau masalah dengan keseimbangan. Cedera pada batang otak sering menyebabkan menurunnya fungsi kandung kemih, BAB dan organ sex. Injuri diatas batang otak dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.Kelainan pada saraf bisa berupa kelainan pada:1.Korteks Cerebri: cirinya terjadi gangguan fungsi luhur yaitu gangguan dalam berbahasa, gangguan fraksi, dan gangguan genosis.2.Capsula Interna: terdapat nervus VII dan XII yang bersifat kontralateral. bila ada kelainan maka menyebabkan lesi pada otot-otot bicara yang mengakibatkan bicara pelo.3.Medulla Spinalis: bila lesi setinggi cervical terjadi kelumpuhan tangan dan kaki, bila lesi setinggi thorakal terjadi kelumpuhan tungkai, bila lesi setinggi lumbosakral terjadi kelumpuhan hanya tungkai. Perbedaan lesi pada thorakal dan lumbosakral yaitu pada letak lesi motoriknya. kalo pada thorakal di upper motorneuron, sedangkan pada lumbosakral di lower motorneuron.4.Batang otak: Lesi berupa kelumpuhan anggota gerak yang bersifat kontralateral (bila lumpuh pada sebelah kanan maa lesi pada saraf sebelah kiri) Sumber : Fisiologi.fkunisulla.ac.id