documentlo

30
Meningitis Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri

Upload: sartika-safitri

Post on 13-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ghgh

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentLO

Meningitis

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan

dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai

jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan

otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan

jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab

yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta

atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat

berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis

Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet

infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok

penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini.

Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan

dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke

dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan

peradangan pada selaput otak dan otak.

Infectious Agent Meningitis

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan protozoa.

Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri

berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan

dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.

Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur

tertentu, yaitu golongan neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta

hemolitikus dan Listeria monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita)

disebabkan oleh H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20

Page 2: DocumentLO

tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan Streptococcus

Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus,

Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria.

Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis

dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik,

cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering

ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes

simplex , Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis

aseptik(viral).

Patofisiologi Meningitis

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan

tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,

misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan

Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari

peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak,

Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman

bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.

Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia

dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi;

dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke

dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi

pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang

terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan

fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.

Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan

Page 3: DocumentLO

kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal

tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

Gejala Klinis Meningitis

Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi, muntah

dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)

melalui pungsi lumbal.

Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit

penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan oleh

Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh

pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada

meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,

muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam

makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala

yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum,

uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah,

demam, kaku leher, dan nyeri punggung.

Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan

gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala panas

tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi

dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang

dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh

Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi

Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran

pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri

kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur,

keruh atau purulen.

Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium prodromal

selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada

anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah,

Page 4: DocumentLO

nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng,

opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa

terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,

fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan gejala penyakit

lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai

kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai

nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial,

ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau stadium terminal ditandai

dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita

dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan

sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

1. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi

kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada

pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat

disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.

2. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul

kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri.

Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak

dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan

tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah

Page 5: DocumentLO

dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi

involunter pada leher.

4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti

pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi

fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

Pemeriksaan Penunjang Meningitis

1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan

cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis

bakteri.

2. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED),

kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada

Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.

3. Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan

CT Scan.

Page 6: DocumentLO

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

paranasal, gigi geligi) dan foto dada

Epidemilogi Meningitis

1. Distribusi Frekuensi Meningitis

a. Orang/ Manusia

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis. Penyakit ini

lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan distribusi terlihat

lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak

karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi kasus

meningitis karena Haemophilus influenzae di negara berkembang adalah pada anak usia

kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.

Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di

Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5

tahun. usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.

Insidens Rate pada Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Di Uganda (2001-2002) Insidens

Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.

b. Tempat

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah,

lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji), dan

penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang

dibandingkan pada negara maju.

Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang

luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara.

Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000

penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi, Afrika

pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae

20-40 per 100.000 penduduk.

Page 7: DocumentLO

c. Waktu

Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-kasus infeksi

saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara insidensi infeksi

Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi sedangkan di daerah

Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering.

Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama

musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Di

Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000

Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada musim panas.

2. Determinan Meningitis

a. Host/ Pejamu

Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering menyerang bayi di bawah

usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih

besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit putih.

Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi lebih sering

terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia di bawah 6 bulan

kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Diagnosa pada anak-anak

ditandai dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala meningitis setelah beberapa

hari mendapat suntikan BCG.

Penelitian yang dilakukan oleh Nofareni(1997-2000) di RSUP H.Adam Malik

menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk menderita

meningitis Tuberculosis sebesar 0,2.

Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq (2000) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM) mengenai daya lindung vaksin TBC terhadap meningitis Tuberculosis pada anak

menunjukkan penurunan resiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72 kali

bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak pernah diberikan BCG.

Page 8: DocumentLO

Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang anak-anak dan dewasa

muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita campak,

Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering

terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada

perempuan. Penelitian yang dilakukan di Korea (Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-

laki untuk menderita meningitis dua kali lebih besar dibanding perempuan.

b. Agent

Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis purulenta paling

sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan Haemophilus influenza

sedangkan meningitis serosa disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan virus.

Bakteri Pneumococcus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30

% pasien meninggal akibat meningitis hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian

terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia.

Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji dan dapat

menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup A,B,C,X,Y,Z dan

W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita. Di Eropa dan Amerika

Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama sedangkan di Afrika dan Asia penyebabnya

adalah grup A.

Wabah meningitis Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun

2000 menunjukkan bahwa 64% merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal

ini merupakan wabah meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia yang

disebabkan oleh serogroup W135. Secara epidemiologi serogrup A,B,dan C paling

banyak menimbulkan penyakit.

Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit flu biasa

dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB Mumps, virus ini

diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada orang yang tidak

diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33 % kasus meningitis

Page 9: DocumentLO

aseptik, Echovirus dan Enterovirus merupakan penyebab dari 50 % kasus. Resiko untuk

terkena aseptik meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering disbanding perempuan.

c. Lingkungan

Faktor Lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya meningitis bakteri

yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b adalah lingkungan dengan

kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan

penderita infeksi saluran pernafasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus juga

meningkat pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah

haji.

Pada umumnya frekuensi Mycobacterium tuberculosa selalu sebanding dengan frekuensi

infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi dan kesehatan

masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengan keadaan social

ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat imunisasi.

Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama

musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Lebih

sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa. Kebanyakan kasus dijumpai

setelah infeksi saluran pernafasan bagian atas.

Prognosis Meningitis

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang

menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan

lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan

dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat

berat dan kematian.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta,

tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima

puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,

Page 10: DocumentLO

keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita

mengalami kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.

Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi

oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat

meninggal dalam waktu 6-8 minggu.

Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih

ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang

jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan

yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.

Pencegahan Meningitis

a. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi

individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar

dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus

influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal

polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR

(Measles dan Rubella).

Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan

dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.

Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga

97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada

bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2

dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis

imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum

dapat membentuk antibodi.

Page 11: DocumentLO

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis (antibiotik)

kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita. Vaksin yang

dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.

Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara

memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi

syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m ventilasi 10 – 20% dari

luas lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara

mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di

lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.

Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti

mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa

gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit.

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera.

Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga

untuk mengenali gejala awal meningitis.

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan

cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray

(rontgen) paru . Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota

keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan

penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan antibiotik

yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :

1. Meningitis Purulenta

a. Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim, seftriakson.

b. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin, seftriakson.

c. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan seftriakson.

2. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Page 12: DocumentLO

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat dapat

ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa prednison digunakan

sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema

otak.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau

mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan

untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita

untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan

mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya

tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk

mencegah dan mengurangi cacat.

Page 13: DocumentLO

Ensefalitis

Definisi

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti bakteri,virus,parasit,fungus dan riketsia. Secara umum gejala

ensefalitis berupa demam,kejang dan kesadaran menurun.Penyakit ini dapat dijumpai

pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.

Etiologi

Ensefalitis disebabkan oleh :

- Bakteri

- Virus

- Parasit

- Fungus

- Riketsia.

Klasifikasi

1. Ensefalitis Supurative

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus,

E.coli dan M.tuberculosa.

Patogenesis

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media,mastoiditis,sinusitis,atau

dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema,

osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan

tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,

kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah

yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila

kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

Page 14: DocumentLO

Manifestasi klinis

Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ;

1.Demam

2.Kejang

3.Kesadaran menurun

Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda

tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,

muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin

terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist tergantung pada lokasi dan luas

abses.

2. Ensefalitis Syphilis

Patogenesis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya

sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di

sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia.

Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema

pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian bagian lain susunan saraf

pusat.

Manifestasi klinis

Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian :

a. Gejala-gejala neurologist

Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan, afasia, apraksia,

hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering dijumpai pupil Agryll

Robertson, nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul

gangguanan-gangguan motoric yang progresif.

b. Gejala-gejala mental

Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang mundur perlahan-

lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi

mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu.

Page 15: DocumentLO

3. Ensefalitis Virus

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

1. Virus RNA

Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili

Rabdovirus : virus rabies

Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)

Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)

Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria

2. Virus DNA

Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-

barr

Poxvirus : variola, vaksinia

Retrovirus : AIDS

Manifestasi klinis

Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan, nausea, kesadaran menurun,

timbul serangan kejang-kejang, kaku kuduk, hemiparesis dan paralysis bulbaris.

4. Ensefalitis Karena Parasit

a. Malaria serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama

terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang

terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga

menimbulkan penyumbatan penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis

fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.

Gejala-gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun hingga koma.

Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

Page 16: DocumentLO

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala

kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia

parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di

air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.

Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk

dan kesadaran menurun.

d. Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan

masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh

menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk

rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan

akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejaja-gejala neurologik

yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.

5. Ensefalitis Karena Fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus

neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang

ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta.

Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

Page 17: DocumentLO

6. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan

Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel

sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak.

Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin

kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan cairan serobrospinal

- Pemeriksaan darah lengkap

- Pemeriksaan feses

- Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)

- Pemeriksaan titer antibody

- EEG

- Foto thorax

- Foto roentgen kepala

- CT-Scan

- Arteriografi.

Diferensial Diagnosis

Pada kasus ensefalitis supurativa diagnosa bandingnya adalah :

- Neoplasma

- Hematoma subdural kronik

- Tuberkuloma

- Hematoma intraserebri.

Penatalaksanaan

1. Ensefalitis supurativa

- Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

Page 18: DocumentLO

- Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

2. Ensefalitis syphilis

- Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari

- Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral

selama 14 hari.

Bila alergi penicillin :

- Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari

- Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu

- Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

3. Ensefalitis virus

- Pengobatan simptomatis

Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg

Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

- Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-

varicella.

Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam

selama 10 hari.

4. Ensefalitis karena parasit

- Malaria serebral

Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.

- Toxoplasmosis

Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan

Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan

Spiramisin 3 x 500 mg/hari

- Amebiasis

Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

5. Ensefalitis karena fungus

- Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu

Page 19: DocumentLO

- Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

6. Riketsiosis serebri

- Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari

- Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

Prognosis

Ensefalitis supurativa angka kematian dapat mencapai 50%.

Page 20: DocumentLO

Sumber :

1. Chusid,J.G. NEUROANATOMI KORELATIF dan NEUROLOGI

FUNGSIONAL.Gajah Mada University Press.Bagian Dua. 1990.

Hal. 579-583

2. Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian

Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333.

3. Mardjono,Mahar. Sidarta ,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DALAM

PRAKTEK UMUM. Dian Rakyat. 1999. Hal. 36-40

4. Markam,Soemarmo. KAPITA SELEKTA NEUROLOGI. Gajah Madah

University Press. Edisi Ke Dua.2003. Hal.155-162

5. Mansjoer,Arif. Suprohaita. Wardhani,Wahyu Ika. Setiowulan,Wiwiek.

KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media Aesculapius. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga. 2000.