long case amel
TRANSCRIPT
Long Case
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan Kepada :
dr. Arsanti Pinuji, Sp.KJ
Disusun oleh :
Amelia Carissa Pertiwi
20070310061
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
LONG CASE
SKIZOFRENIA TAK TERINCI
Disusun oleh:
Amelia Carissa Pertiwi
20070310061
Telah dipresentasikan pada:
Tanggal : 16 Januari 2013
Tempat : RS GRHASIA
Menyetujui dan mengesahkan,
Dosen pembimbing
dr. Arsanti Pinuji, Sp.KJ
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 35 tahun
Alamat : Bongsren RT 04, Gilang Harjo Pandak
Status : Sudah Bercerai
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Jawa
Agama : Islam
Datang ke RSG : 9Januari 2013
NRM : 037296
Bangsal : Srikadi
B. ANAMNESIS
a. ALLOANAMNESIS
Dilakukan tanggal 11Januari 2013, yang diperoleh dari ibu kandung pasien
Sumber Anamnesis
Identitas Sumber 1
Nama Ny. W
Alamat Sda
Pendidikan SD
Pekerjaan Wiraswasta
Umur 68 th
Hubungan Ibu Kandung
Lama kenal Sejak Kecil
Sifat Kenal Akrab
1. Keluhan Utama : Mengamuk dan memecah barang-barang.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pada tahun 1998, setelah lulus SMK, pasien mulai bekerja di asuransi
selama satu tahun. Selama itu, os mulai berpacaran dengan seorang laki-laki
yang tinggal dekat dengan rumahnya. Tetapi, ayah pasien tidak menyetujui
hubungan tersebut, karena menurut hitung-hitungan jawa, mereka tidak
cocok. Ayah pasien termasuk orang yang keras dan kaku sehingga tidak mau
mendengarkan pendapat anaknya. Sejak itu, pasien mulai menjadi
pemurung, tidak mau bersosialisasi, tertawa-tawa sendiri dan lama-lama
menjadi mengamuk. Kemudian pasien dibawa ke grashia untuk rawat inap.
Setelah keluar dari grhasia, pasien dibawa omnya untuk bekerja di
sebuah pabrik tekstil di Jakarta. Disana pasien bertemu dengan laki-laki asli
daerahnya dan menikah pada tahun 2004. Dari keterangan ibunya, pasien
tidak benar-benar menyukai laki-laki tersebut dan menikah karena paksaan
dari orang tua. Os dikaruniai seorang putrid yang sekarang sedang duduk di
bangku SD. Karena pasien tidak rutin minum obat, pasien menjadi sering
kambuh. Keadaan ini membuat pasien menjadi bercerai setelah tiga tahun
menikah. Pasien tidak pernah menyesali perceraian tersebut, dan
beranggapan bahwa yang terpenting adalah os sudah pernah merasakan
menikah dan punya anak.
Kurang lebih dalam satu minggu sebelum masuk rumah sakit, terjadi
peningkatan gejala berupa bingung, marah-marah, memecah barang-barang
rumah tangga dan senym-senyum sendiri. Kurang lebih selama delapan
bulan ini, pasien menolak minum obat, setiap orang tua memberikan obat,
pasien marah-marah dan membuang obatnya. Karena berlangsung terus
menerus, orang tua tidak memberikan lagi obatnya dan jika os tidak bias
tidur baru akan memintanya sendiri.
Perubahan perilaku terjadi secara perlahan-lahan.
Riwayat mencelakai diri sendiri (-)
3. Faktor yang mendahului
Faktor Pencetus : tidak minum obat selama 8 bulan
Faktor organik : tidak ditemukan
4. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien terakhir rawat inap pada tanggal 24 januari 2012 dengan perjalanan
penyakit
- kurang lebih dua bulan pasien tidak mau minum obat, tidak mau
control.
- Tiga hari terakhir terjadi peningkatan gejala berupa tertawa-tertawa
sendiri, mondar-mandir, makan banyak, tidak mau bekerja, dan marah-
marah.
Riwayat Alergi (-)
5. Riwayat penyakit keluarga :
Adik dari kakek pasien ada yang menderita penyakit serupa.
Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Skizofrenia
Hipertensi
Sudah Meninggal
Cerai
6. Riwayat Kehidupan Pribadi
a) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Riwayat kehamilan dan persalinan pasien tidak ada kelainan. Riwayat
kehamilan dikehendaki, riwayat persalinan normal, cukup bulan (9
bulan) dengan berat 3 gram dan ditolong oleh bidan. Riwayat
penggunaan alcohol atau substansi lain selama kehamilan (-).
b) Riwayat Masa Kanak Awal
SHT
S
Os diasuh oleh ibu pasien dengan pekerjaan sampingan berjualan di
pasar. Jika ibu bekerja, anak terkadang dititipkan oleh neneknya. Ibu
pasien memberikan ASI eksklusif selama 3 bulan, setelah itu dengan
susu kaleng. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan
teman-teman sebayanya.
c) Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Orang tua kususnya Ayahnya mulai menetapkan peraturan-peraturan
yang harus ditaati pasien. Saat SD tidak pernah tinggal kelas. Anak
termasuk orang yang bersahabat dan dapat mengikuti aturan yang
berlaku.
d) Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Os tidak menggunakan alcohol atau zat-zat lainnya. Mulai mens usia 15
tahun, Os memang orang yang tidak banyak berkomunikasi dengan
orang tuanya, agak pendiam tetapi interaksi dengan teman-temannya
baik. Setalah Lulus SMK, pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena
masalah biaya.
e) Riwayat Masa Dewasa
o Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus kuliah, os bekerja di asuransi selama satu tahun. Tetapi
setelah hubungannya dengan pacarnya tidak disetujui, os menjadi
pendiam dan tidak mau bekerja.
o Riwayat Pernikahan
Os sudah menikah, dikaruniai anak satu, tetapi sekarang sudah
bercerai dan anak ikut suami.
o Riwayat Kehidupan Beragama
Os beragama Islam dan mengatakan jarang dalam beribadah, sholat
masih sering bolong-bolong.
o Riwayat Psikoseksual
Os pernah menukai laki-laki asal kampung halamanya tetapi idak
disetujui oleh ayahnya. Beberapa tahun kemudian os menikah
dengan terpaksa karena diminta oleh orang tuanya dan dan
melahirkan seorang anak perempuan yang duduk di bangku SD kelas
2
o Aktivitas Sosial
Hubungan sosial os dengan tetangga sekitar rumahnya cukup baik
tetapi os jarang mengikuti aktivitas yang bersifat sosial di lingkungan
sekitar rumahnya.
7. Riwayat Keluarga
Os merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayah os bekerja
sebagai tukang becak dan ibunya tidak bekerja. Di keluarga, adik dari
kakeknya ada yang menderita gangguan yang sama.
8. Status Sosial Ekonomi
Os dibesarkan dengan kondisi ekonomi yang kurang.
9. Pola Asuh Keluarga
Os merupakan anak perempuan pertama dikeluarga. Sejak kecil Os
diasuh oleh ibunya tetapi bila ibunya bekerja di pasar, anaknya
dititipkan pada neneknya. Ayahnya mendidik os dengan keras dan
tidak mau menerima pendapat anaknya. Hubungan os dengan anggota
keluarga yang lain baik, tetapi tidak terlalu menyukai ayahnya.
10. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis secara umum dapat dipercaya karena diperoleh dari
ibunya yang sangat mengenal dekat os.
b. AUTOANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengaku dibawa ke RS Grhasia karena sering pusing dan tidak bisa
tidur. Os dibawa oleh bapaknya ke poli karena disuruh doker untuk mondok karena
sakit. Pasien juga mengaku tidak begitu mengingat bagaimana kejadiannya. Pasien
sudah pernah menikah satu kali dan dikaruniai seorang putri yang sekarang duduk
di kelas dua sd. Sejak tiga tahun yang lalu, os sudah bercerai dengan suaminya dan
putrinya tinggal bersama ibu kandung paien.Terkadang, pasien merasa suara
anaknya terdengar ditelinganya dan menyuruhnya untuk beristirahat dan tidur di
rumah. Dirumah os tidak minnum obat teratur, karena os merasa obat yang
diminum membuatnya terlihat bertambah gemuk dan terkadang 2 jam setelah
minum obat perutnya menjadi bergetar. Pasien yakin akan hal tersebut dan
membuatnya tidak mau minum obat. Setiap hari ibunya yang menyiapkan obat
untuk pasien, tetapi jika pasien tidak mau ibunya juga tidak memaksakan. Jika
pasien tidak bias tidur malam pasien akan meminta sendiri obat tersebut.
C. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(Tanggal 11 Januari 2013)
Deskripsi Umum : pasien seorang wanita usia 35 tahun yang berpenampilan
sesuai dengan usianya. Pasien tampak kelebihan berat badan
dibandingkan dengan tinggi badan yang sesuai. Rambut pasien
berombak dan berwarna hitam. Pasien menggunakan baju
seragam pasien RS dengan alas kaki berupa sendal jepit.
Kebersihan dan perawatan tubuh terjaga baik. Selama
wawancara pasien tampak duduk tenang dengan sikap tubuh
tegak dan tidak selalu menatap jika diajak bicara, ramah,
kooperatif, terlihat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan.
Kesadaran : Tampak Tenang, Compos Mentis, E4V5M6
Orientasi : OWTS baik
Sikap/tingkah laku: Kooperatif/Normoaktif
Roman muka : Hipomimik
Afek : Tumpul
Bentuk pikir : non-realistik
Isi pikir : Waham kebesaran (-), Waham Magic Mistic (-), Waham
Somatic (-), Waham Kejar (-), Waham Curiga (-), Waham
Bersalah (-), Waham Bizzare ( siar pikir (-), kendali pikir (+)
riwayat, sedot pikir (+), sisip pikir (+)), Waham Nihilistik (-)
Progres pikir :
- Kuantitatif : koheren, relevan
- Kualitatif : cukup bicara
Halusinasi : halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+) riwayat,
Halusianasi bau (-), Halusinasi Perabaan (-)
Ilusi : -
Hubungan jiwa : mudah
Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum
Insight : jelek
D. PEMERIKSAAN FISIK
No. Pemeriksaan Hasil
1. Keadaan Umum Baik
2. Kesadaran Compos mentis
3. Vital Sign TD : 120/80mmHg Respirasi : 20 x/mnt
Nadi : 84x/mnt Suhu : afebris
4. Kepala Mesochepal, rambut pendek hitam, tidak mudah dicabut.
5. Mata Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikhterik (-/-)
6. Lidah Hiperemis (-), lidah kotor (-)
7. Gigi Carries dentis (-)
8. Leher Limfonodi teraba (-), nyeri tekan (-), sikatrik(-)
9. Thorax Paru :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak di SIC IV
midclavicularis sinistra, sikatrik (-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising (-)
10. Abdomen Inspeksi : dinding perut tampak datar, bekas luka oprasi (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
11. Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Ektremitas Akral Hangat, udem (-)
13. Sistem
Integumentum
Tak ada Kelainan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum ada hasil
F. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F. 20. 3
Axis II : Kepribadian Skizoid
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Tidak Jelas
Axis V : GAF 80-71
G. PENATALAKSANAAN
Haloperidol 1,5 mg 1 – 0 – 1
Stelazin 5 mg 1 – 0 – 1
Trihexyphenidyl 2mg 1 – 0 – 1
Clozapin 25 mg 0 – 0 - ½
H. Follow Up Pasien
Tanggal 14 Januari 2013
S : pasien bias tidur, terkadang merasa kepalanya pusing, sudah mulai mau ikut
rehabilitasi medic
O : Kooperatif, Koheren, Afek Tumpul, Hipomimik
Waham Siar Pikir (-), w. kendali pikir (-), w. sedot piker (+) pikirannya sering
kosong, w. sisip piker (+) merasa pikiran anaknya masuk ke pikirannya, w.
kebesaran (-), w magic mistik (-), w somatic (-), w. kejar (-), w curiga (-), w.
bersalah (-)
Halusinasi auditorik (+), Halusinasi Visual (-), H. penciuman (-), Hal.
Perabaan (-), Ilusi (-)
A : F20.3
P : Terapi Lanjut
Tanggal 15 January 2013
S : pasien bias tidur, Merasa kepalanya pusing,
O : Kooperatif, Koheren, Afek Tumpul, Hipomimik
Waham Siar Pikir (-), w. kendali pikir (-), w. sedot pikir (-), w. sisip pikir (-),
w. kebesaran (-), w magic mistik (-), w somatic (-), w. kejar (-), w curiga (-),
w. bersalah (-)
Halusinasi auditorik (+) mendengar anaknya berkomunikasi dengan ibunya
dan mendengar suara temannya membisikan sesuatu yang baik saat os
kebingungan, Halusinasi Visual (-), H. penciuman (-), Hal. Perabaan (-), Ilusi
(-)
A : F20.3
P : Terapi Lanjut
I. PENEGAKKAN DIAGNOSA
No Pedoman Diagnostik Gejala pada pasien Kesimpulan
1. Harus ada sedikitnya satu gejala
berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. - Thought echo = isi pikiran
dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal
= isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi
pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
b. - Delusion of control = waham
tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
Terkadang pikiran
anaknya dapat masuk ke
pikirannya dan merasa
pikirannya terkadang
kosong seperti ada yang
mengambil
Pasien memiliki riwayat,
seperti ada yang
mengendalikannya, saat
tidak terpenuhi
Terpenuhi
tidak terpenuhi
terpenuhi
atau
- Delusion of influence = waham
tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
atau
- Delusion of passivity = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar; (tentang dirinya=
secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak
atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).
- Delusion perception =
pengalaman inderawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya , biasanya
bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus
menerus terhadap prilaku pasien
.
- Mendiskusikan perihal pasien
di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang
berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain
yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
os marah-marah.
Pasien merasa ada suara
anaknya yang berbisik
di telinganya agar os
istirahat
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
terpenuhi
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
d. Waham-waham menetap jenis
lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal
keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk
asing atau dunia lain)
tidak terpenuhi
2. Atau paling sedikitnya dua gejala
dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari
panca indera apa saja , apabila
disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break)
atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat
inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti
Halusinasi Visual (+)
riwayat, melihat dirinya
sendiri sedang
melakukan aktivitas
yang sama dengan
aktivitas sebelumnya.
Terpenuhi
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing)
atay fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap
apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
i. Suatu perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku perorangan, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, tidak
bertujuan, sikap malas, sikap
berdiam diri dan penarikan diri
secara sosial.
Afek pada pasien
tumpul dan Hipomimik.
Terpenuhi
Tidak Terpenuhi
Kesimpulan :
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid
No. Pedoman Diagnostik Gejala pada pasien Kesimpulan
1. Memenuhi kriteria umum
diagnosis skizofrenia
dan
2. Sebagai tambahan:
- Sebagai tambahan :
* Halusinasi dan/ waham arus
terpenuhi
menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau
memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau
bersifat seksual , atau lain-
lain perasaan tubuh,
halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa
hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan
(delusion of control),
dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity
(delussion of passivity),
dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling
khas;
Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan
pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif
tidak nyata / tidak
menonjol.
Mendengar suara
anaknya yang
menyuruhnya untuk
istirahat.
Memiliki riwayat
pikirannya dikendalikan
orang lain
Terpenuhi, tetapi
tidak menonjol
dan berganti-
ganti tiap harinya
tidak terpenuhi
Terpenuhi, tetapi
tidak menonjol,
karena hanya
muncul pada
awal saja dan os
terkadang tidak
mengakuinya
tidak terpenuhi
Tabel 3. Pedoman Diagnosa Skizofrenia Hebrefenik
No. Pedoman Diagnosis Gejala Pada Pasien Kesimpulan
Memenuhi Kriteria umum
diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenik untuk
pertama kali hanya
ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda
(onset biasanya 15-25
tahun).
- Kepribadian premorbid
menunjukan pemalu dan
senang menyendiri
(solitary), namun tidak
harus demikian untuk
memastikan bahwa
gambaran yang khas
berikut ini
- Untuk meyakinkan umumnya
diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa
gambaran yang khas
berikut ini memang benar
bertahan :perilaku yang
tidak bertanggung jawab
dan tidak dapat
diramalkan, serta
manerisme, ada
kecenderungan untuk
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
menyendiri (solitaris) dan
perilaku menunjukan
hampa tujuan dan hampa
perasaan. Afek pasien yang
dangkal (shallow) tidak
wajar (inaproriate), sering
disertai oleh cekikikan
(gigling) atau perasaan
puas diri (self-satisfied),
senyum-senyum sendiri
(self absorbed smiling)
atau sikap tinggi hati (lofty
manner), tertawa
menyerigai, (grimaces),
manneriwme, mengibuli
secara bersenda gurau
(pranks), keluhan
hipokondriakalI dan
ungkapan dan ungkapan
kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases), dan
proses pikir yang
mengalamu disorganisasi
dan pembicaraan yang tak
menentu (rambling) dan
inkoherens
- Gangguan afektif dan
dorongan kehendak, serta
gangguan proses pikir
biasanya menonjol,
halusinasi dan waham
biasanya ada tapi tidak
menonjol ) fleeting and
fragmentaty delusion and
hallucinations, dorongan
kehendak (drive) dan yang
bertujuan (determnation)
hilang serta sasaran
tidak terpenuhi
ditinggalkan, sehingga
prilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa
maksud (empty of purpose)
Tujuan aimless tdan tampa
maksud (empty of
puspose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal,
dan bersifat dibuat-buar
terhadap agama, filsafat,
dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang
memahami jalan
pikirannya.
Tabel 4. Pedoman Diagnosa Skizofrenia Katatonik (F20.2)
No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan
Memenuhi criteria umum diagnosis
skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut
ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
a. Stupor ( amat
berkurangnya dalam
reaktivitas terhadap
lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas
spontan) atau mutisme
(tidak berbicara)
b. Gaduh-gelisah (tampak
jelas aktivitas motorik yang
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli
eksternal).
c. Menampilkan posisi tubuh
tertentu (secara sukarela
mengambil dan
mempertahankan posisi
tubuh tertentu yang tidak
wajar atau aneh)
tidak terpenuhi
Tabel 5. Pedoman Diagnosis Skizofrenia Tak Terinci
Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan
(1) Memenuhi kriteria umu untuk
diagnosa skizofrenia
(2) Tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia paranoid,
hebefrenik, katatonik.’
(3) Tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia residual atau depresi
pasca skiszofrenia
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Tabel 6. Pedoman Diagnosis Depresi paska skizofrenia (F20.4)
No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan
Apabila pasien tidak lagi
menunjukkan gejala skizofrenia
diagnosis menjadi episode depresi
Pedoman Diagnostik :
Pasien memenuhi kriteria
skizofrenia selama 12 bulan
terakhir ini.
Beberapa gejala skizofren tetap ada
tidak terpenuhi
tetapi tidak lagi mendominasi gam
baran klinisnya.
Gejala gejala depresi menonjol dan
meng ganggu, memenuhi paling
sedi kit cri teria episode depresif
dalam kuru waktu paling sedikit 2
minggu
Tabel 7. Pedoman Diagnosa Skizofrenia residual F20.5
No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan
Untuk suatu diagnostik yang
menyakinkan , persyaratan
berikut harus di penuhi
semua:
(a) Gejala “Negatif” dari
skizofrenia yang menonjol
misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas
menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan
ketidak adaan inisiatif,
kemiskinan dalam
kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi
non verbal yang buruk,
seperti ekspresi muka,
kontak mata, modulasi
suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri, dan kinerja
sosial yang buruk.
(b) Sedikitnya ada riwayat
satu episode psikotik yang
jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
tidak terpenuhi
diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah
melampaui kurun waktu
satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti
waham dan halusinasi
telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul
sindrom negatif dari
skizofrenia
(d) Tidak terdapat dementia,
atau penyakit/gangguan otak
organik lainnya, depresi
kronis atau institusionla
yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.
tidak terpenuhi
Dari data diatas pasien dapat didiagnosis dengan Skizofrenia Tak Terinci.
J. PERMASALAHAN PASIEN
Kekambuhan yang berulang akibat tidak patuh minum obat.
Sindrom Skizofrenia
a. Afek tumpul, Hipomimik
b. Gangguan persepi (Halusinasi auditorik (+), visual (+))
c. Proses pikir (bentuk pikir non realistik)
d. Isi pikir (waham kendali piker, sisip pikir, sedot piker (+))
e. Insight : jelek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. SKIZOFRENIA
II.1.1. Pengertian
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam
perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan,
‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak
acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.
II.1.2. Epidemiologi
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir
sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan
biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki
biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada
perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan
daerah rural.
Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama
ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin.
Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri
merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari
pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.
II.1.3. Etiologi
Teori tentang penyebab skizofrenia yaitu :
1. Diatesis-Stress Model
Teori ini menggabungkan antara factor biologis, psikososial, dan lingkungan yang
secara kusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat menyebabkan
berkembangnya skizofrenia. Diamana ketiga factor tersebut saling berpengaruh
secara dinamis
2. Faktor Biologis
Dari factor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh aktifitas dopaminergik yang berlebihan di bagian
kortikal otak dan berkaitan dengan gejala positf dari skizofrenia. Selain perubahan
yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT scan ternyata ditemukan
perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks atau
atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.
3. Genetika
Factor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat umum
1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8%, dan pada anak 12% jika
salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari
orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua dengan skizofrenia 40%. Pada
kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12%
4. Faktor Psikososial
a. Teori Perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya
perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di tahun-tahun awal
kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah
interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan social
penderita skizofrenia
b. Teori Belajar
Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang menderita skizofrenia
mempelajari reaksi dan cara berpikir irrational orang tua yang mungkin
memiliki masalah emotional yang bermakna. Hubungan interpersonal yang
buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena mempelajari
model yang buruk selama anak-anak.
c. Teori Keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan
skizofrenia. Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dari keluarga
disfungsional.
II.1.4. Klasifikasi Skizofrenia
F20.0 Skizofrenia paranoid
Merupakan jenis Skizofrenia yang paling sering dijumpai di Negara manapun.
Gambaran Klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relative stabil, sering
kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama
pendengaran dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik tidak menonjol.
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas dan secara
umum dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang secara terputus-
putus, perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan. Suasana
perasaan pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai cekikikan (giggling) atau
perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri, atau sikap yang angkuh / agung
(lofty manner) , tertawa menyeringai (grimaces), keluhan hipokondriaka dan
ungkapan kata yng berulang-ulang.
F20.2 Skizofrenia katatonik
Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran esensial dan dominan dan
dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor, atau antara
sifat penurut yang otomatis dan negativism. Sikap dan posisi tubuh yang dipaksakan
(constrained) dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Episode
kegelisahan disertai kekerasan mungkin merupakan gambaran keadaan ini mencolok.
F20.3 Skizofrenia tak terinci
Kondisi-kondisi yang memenuhi criteria diagnose umum untuk skizofenia tetapi tidak
sesuai dengan satupun subtype yang lain, atau memperlihatkan gejala lebih dari satu
subtype tanpa gambaran predominasi yang jelas
F20.4 Depresi pasca-skizofrenia
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah
suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala kizofrenia harus tetap ada, tetapi
tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap ini dapat
positif atau negative, walaupun biasanya yang terakhir itu lebih sering.
F20.5 Skizofrenia residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenik di
mana telah terjadi progesi yang jelas dari stadium awal (terdiri dari satu atau lebih
episode dengan gejala psikotik yang memenuhi criteria umum untuk skizofrenia di
atas), ke stadium lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala negative jangka
panjang, walaupun belum tentu ireversibel.
F20.6 Skizofrenia simpleks
Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang bersifat
perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan untuk
memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan kinerja secara menyeluruh. Tidak
terdapat waham dan halusinasi, serta gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika
dibandingkan dengan skizofrenia subtype hebrefenik, paranoid dan katatonik. Cirri-
ciri negative yang khas dari skizofrenia residual (misalnya afek tumpul, hilangnya
dorongan kehendak) timbul tanpa didahului gejala psikotik yang overt.
II.1.5. Penegakan Diagnosis
Kriteria Diagnosis Skizofrenia
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
diIndonesia yang ke-III sebagai berikut:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala ataulebih bila gejala-gejala itu kurang jelas) :
a) thought eco=isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalamkepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
sama tapi kualitasnya berbeda.
thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya(withdrawal)
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umummengetahuinya
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatantertentu dari luar
delusion of influence= waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatantertentu dari luar
delusion of passivity= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadapsuatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas
merujuk ke pergerakantubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan
atau penginderaan khusus)
delusion perception= pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangatkhas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat
c) Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara)
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh pasien)
d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, ataukekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa
Pedoman Diagnosis Skizofrenia Tak Terinci
a. Memenuhi Kriteria diagnosis Skizofrenia
b. Tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia paranoid, hebrefenik atau
katatonik
c. Tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depredi pasca
skizofrenia
II.1.6 PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
1) Anti Psikotik
Secara garis besar Obat anti psikotik terdiri dari :
Anti Psikotik Generasi 1
Terdiri atas
Broad Spectrum Neuroleptics
Memiliki efek utama pada blockade system dopaminergik (reseptor
dopamine tipe D2). Tetapi juga memiliki efek yang lain yaitu
- Menghambat neuron histaminergik (reseptor H1) sehingga
berefek sedasi
- Menghambat neuron kolinergik (reseptor muskarinik tipe
M1) sehingga menghambat gerakan psikomotor
- Menghambat neuron adrenergic (reseptor α1) sehingga
menyebabkan hipotensi dan sedasi.
Contoh obat yang sering digunakan
a. Chlorpromazine
Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik turunan phenotiazine.
Mekanisme kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek
farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia juga mempunyai
efek sedatif dan anti-emetik. Chlorpromazine bekerja pada taraf
susunan saraf pusat, terutama pada tingkat subkortikal maupun pada
berbagai sistem organ. Chlorpromazine mempunyai efek anti-
adrenergik kuat dan antikolinergik perifer lemah, serta efek
penghambatan ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai efek
antihistamin dan antiserotonin lemah.
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25
mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
Long Term Neuroleptic
Bekerja lebih spesifik memblokade neuron dopaminergik, utamanya
pada reseptor D2, sehingga efek untuk mengatasi gejala psikotik
lebih besar.
a. Trifluoperazine (Stelazine)
Bekerja secara antagonis terhadap reseptor dopaminergik D2 di
postsinap. Memiliki efek menurunkan pengeluaran hormone pada
hipotalamus dan hipofisis. Waktu paruh yang dimiliki 24 jam
dengan metabolism pada hepar.
Dosis awal dapat diberikan 2-5 mg per hari kemudian dapat
dinaikkan menjadi dosis pemeliharaan 15-20 mg per hari tetapi
tidak boleh lebih dari 40 mg / hari.
b. Haloperidol
Haloperidol merupakan butirofenon pertama dari antipsikotik
utama.Kerja terapeutik obat-obat antipsikotik konvensional adalah
menghambat reseptor D2 khususnya di jalur mesolimbik. Hal ini
menimbulkan efek berkurangnya hiperaktivitas dopamin pada jalur
ini, yang didalilkan sebagai penyebab simtom positif pada psikosis.
Haloperidol adalah salah satu obat yang umumnya digunakan
untuk mengobati pasien agresif dan berbahaya, walaupun mempunyai
efek samping yang berat, termasuk simtom-simtom ekstrapiramidal
dan akatisia.Semua antagonis reseptor dopamin diabsorpsi dengan baik
setelah pemberian oral, sedangkan pada preparat liquid lebih efisien
diabsorpsi dibandingkan dengan tablet atau kapsul.
Untuk gejala yang moderate dosis awalnya 0,5-2 mg per hari
sedangkan skizofrenia berat dapat diberikan 3-5 mg perhari, dengan
dosis maksimal 30 mg perhari.
Anti Psikotik Generasi II
APG II bekerja secara antagonis terhadap serotoninergik (5HT2 reseptor)
dan dopaminergik (D2 reseptor)
Efek Teraputik : mengatasi gejala psikotik seperti gejala positif, gejala
negative, dan terhindar dari efek merugikan obat misalnnya terjadinya
sindrom ekstrapiramidal.
a) Risperidone
Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas
antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)
dan pada reseptor dopamin tipe 2 sertaantihistamin (H1). Menurut
data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif
maupunnegatif.
Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat,
berbeda denganklozapin, sehingga dapat menginduksi gejala
ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yangmenonjol. Meskipun
demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal
secara kuantitatif” karena efek samping neurologis
ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.
Dosis awal yang digunakan 2 mg per hari yang dapat
ditingkatkan pada 24 jam dengan interval 1-2 mg per hari. Dosis
rekomendasi 4-8 mg per hari dengan waktu paruh 12 jam.
b) Clozapin
Afinitasnya terhapap reseptor dopamine D4 dapat mengontrol
efek psikiatrik dan menurunkan efek EPS. Selain itu obat ini juga
menghambat reseptor hiatamin sehingga memiliki efek sedasi.
Waktu paruh obat ini 12 jam yang dimetabolisme di hepar.
Obat ini biasanya digunakan pada skizofrenia yang sudah resisten
dengan obat APG 1 dengan dosis awal 12,5 mg yang terbagi
dalam dua dosis yang dinaikkan dalam 25-50 mg perhari dengan
target dosis 300-450 mg perhari.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral
lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi
penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan
asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf
pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis
toksik.
Pada pemberian oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak
terakumulasi dalam jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam
bentuk metabolitnya. Sehari 1 – 15 mg dibagi dalam 2 – 4 dosis. Dewasa :
awal 2 mg, atau 3 kali sehari dosis dinaikkan sampai diperoleh hasil yang
diharapkan.Untuk reaksi ekstrapiramidal kecuali “tardive” dyskinesia.
Dewasa: awal 1 mg, jika gejala tidak terkontrol dalam beberapa jam dosis
ditingkatkan sehingga hilang gejala. Dosis sehari 5 – 15 mg, dosis 15 –
20 mg jarang dibutuhkan.
b. Psikoterapi
Terhadap Pasien yang belum membaik
Terapi Perilaku: yaitu menggunakan hadiah ekonomi atau pujian
untuk mendorong pasien mau meningkatkan kemampuan social,
kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal
Terapi Kelompok : yaitu dengan beberapa klien berkumpul dan saling
berkomunikasi dan therapist berperan sebagai fasilitator dan pemberi
arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback
tentang pikiran dan perasaan yang dialami dan peserta diposisikan
untuk berkomunikasi.
Terhadap pasien jika sudah membaik :
pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan dan
efek samping pengobatan
memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol
apabila sudah diperbolehkan pulang
menekankan pada pasien bahwa jika pasien tidak minum obat
gejalanya akan muncul kembali dan jika ada efek samping pada obat
segera beritahu dokter.
membantu pasien menerima realita dan menghadapinya
membantu pasien agar dapat kembali melakukan kegiatan sehari-
harinya
menambah kemahiran / keterampilan yang dimiliki
pasien dilatih untuk bagaimana melawan gejala yang timbul kembali
PsikoedukasiTerhadap keluarga :
Memberikan pengertian dan penjelasan pada keluarga
tentangpenyakit yang diderita pasien
Menyarankan pada keluarga pasien agar lebih berpartisipasidalam
pengobatan pasien agar kontrol dan minum obat nya teratur.
Menyarankan pada keluarga untuk membentuk suasana
danlingkungan yang kondusif bagi perkembangan
penyembuhanpasien.
Edukasi masyarakatLingkungan masyarakat pasien masih tabu terhadap penyakit jiwa,
sehingga kemungkinan pasien selalu dilecehkan adalah cukup besar. Itulah
yang menghambat penyembuhan pasien, dan meningkatkan kemungkinan
kambuhnya penyakit pasien.
Penting dilakukan edukasi kepada masyarakat khususnya di sekitar
pasien tinggal, untuk mensosialisasikan pengertian penyakit jiwa yang
sebenarnya. Diharapkan masyarakat akan mengerti sehingga dapat
memperlakukan pasien selayaknya manusia yang berhak untuk dihargai.
II.1.7. Kekambuhan Skizofrenia
Perawatan pasien skizofrenia cenderung berulang ( recurrent ), apapun bentuk
subtipe penyakitnya. Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada pasien skizofrenia yang
hidup bersama anggota keluarga yang penuh ketegangan, permusuhan dan keluarga
yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan. Tingkat kekambuhan dipengaruhi
juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal yang berkaitan dengan keuangan dan
pekerjaan. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien
dengan skizofrenia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat
Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan
yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya,
Sukarnya memperoleh obat di luar rumah sakit,
Mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang
mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat kepada
pasien.
Pasien cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang lama dan
tidak menghasilkan kesembuhan kondisi
Makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan pasien
Frekuensi pemberian obat yang mengganggu jadwal harian pasien
Adanya Efek samping dari obat yang merugikan pasien.
Rasa obat dan warna yang tidak disukai pasien
A. PROGNOSIS
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.
Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis
spesifik di Tabel dibawah ini
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat / tua Onset muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Onset Akut Onset Tidak jelas
Riwayat seksual, sosial, pekerjaan
premorbid baik
Riwayat seksual, sosial, pekerjaan
premorbid tidak baik
Gejala gangguan mood (terutama
depresi)
Perilaku menarik diri, autistik
Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian
orangyang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi
umum.Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup
dalammasyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab
utama kematiandi negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya,
telahmuncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada
orang dengangangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%,
sekitar 12 kali lebihtinggi dari populasi umum.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada Alloanamnesa pada keluarga Ny M, ditemukan stressor awal yang menyebabkan
terjadinya gangguan adalah tidak disetujuinya hubungan dengan orang yang sangat
disukainya hanya karena dianggap tidak cocok berdasarkan hitungan jawa. Ayah pasien juga
mendidik pasien dengan keras dan tidak mau mendengarkan pendapat anaknya. Kepribadian
pasien sendiri juga pendiam dan jarang bersosialisasi yang cenderung kea rah schizoid.
Selama delapan bulan terakhir pasien tidak mau minum obat dan selalu membuang obat yang
diberikan.
Dari pemeriksaan psikiatri pasien dapat ditemukan gejala-gejala seperti waham
bizarre yaitu waham sisip pikir (merasa pikirannya terkadang disisipi pikiran orang lain yaitu
anaknya), waham kendali piker (merasa pikirannya dikendalikan orang lain sehingga pasien
menjadi marah), dan waham sedot piker (pikirannya sering kosong karena diambil oleh orang
lain. Selain itu juga terdapat gejala halusinasi baik visual (melihat dirinya sendiri sedang
melakukan aktifitas tertentu) maupun auditorik (mendengar temannya atau anaknya
membisikkan sesuatu. Afek pada pasien ini juga termasuk tumpul dan hipomimik.
Dari gejala pasien di atas memenuhi criteria diagnosis sebagai Skizofrenia (F20).
Untuk jenis dari skizofrenia sendiri didapatkan diagnosis skizofrenia tak terinci karena tidak
memenuhi criteria dari Skizofrenia paranoid, hebrefenik, katatonik, residual dan depresi
pasca skizofrenia.
Terapi psikofarmaka yang diberikan adalah antipsikotik dan antiparkinson.
Haloperidol termasuk dalam obat anti-psikosis tipikal (long term), dimana mekanisme kerja
dari obat ini adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ekstra piramidal, sehingga efektif untuk mengatasi
gejala gejala positif. Dalam kasus ini ditemukan gejala gejala positif yang menonjol yaitu
gangguan isi pikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi). Haloperidol sendiri memiliki
efek sedative lemah karena tidak menghambat reseptor histaminergik sehingga digunakan
pada pasien skizofrenia dalam terapi jangka panjang
Stelazine sendiri berisi trifluoperazin, satu golongan dengan haloperidol yaitu anti
psikotik generasi satu yang long term, sehingga memiliki efek sedasi lemah tetapi tetap
berefek pada ekstrapiramidal sindrom. Selain itu juga diberikan cozapin yang termasuk
golongan atypical (APG II) sehingga dapat meminimalisasi efek ekstrapiramidal syndrome
karena bekerja antagonis terhadap reseptor serotoninergik. Biasanya clozapine digunakan
pada gangguan psikotik yang sudah relaps dan tidak berefek pada obat yang sebelumnya.
Trihexyphenidil merupakan antiparkinson yang dapat menghilangkan reaksi ekstrapiramidal
akibat obat. Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat
daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson.
Pada pasien ini, selain terapi farmakologis dapat juga dilakukan psikoterapi, baik
individual, kelompok, maupun keluarga. Pada psikoterapi individual, dapat dilakukan edukasi
tentang apa itu penyakit skizofrenia sampai pentingnya minum obat. Kekambuhan pada
pasien ini disebabkan oleh pasien yang menolak minum obat karena merasa tubuhnya
menjadi bertambah gemuk dan kadang terasa bergetar. Sehingga, perlu dilakukan edukasi ke
pasien tentang efek samping dari obat itu sendiri dan pentingnya minum obat teratur agar
tidak terjadi kekambuhan. Selain itu, edukasi tentang obat juga penting untuk diberitahukan
kepada keluarga mulai dari kegunaan obat, efek samping, dan akibat jika berhenti minum
obat sehingga keluarga senantiasa dapat selalu mengngatkan anaknya apabila pasien menolak
untuk minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
1) Muslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta
2) Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi VII, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara; 2007.
3) Soewadi. 2002. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK UGM.
4) Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1993. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan ke3.
Departemen Kesehatan : Jakarta.