long case impetigo krustosa
DESCRIPTION
LONG CASE IMPETIGO KRUSTOSA. pyoderma.TRANSCRIPT
LONG CASE
IMPETIGO KRUSTOSA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Tidar Magelang
Diajukan Kepada Yth:
dr. Susilowati, Sp.KK
Disusun Oleh :
Niqko Bayu Prakarsa (2007 031 0007)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis) atau
infeksi piogenik superfisialis yang mudah menular yang terdapat di permukaan
kulit dan disebabkan oleh Staphylococcus dan/atau Streptococcus3. Nama
impetigo berasal dari bahasa latin yaitu impetere (menyerang).
Berdasarkan fakta tahun 2005 bahwa S.aureus umumnya patogen
terbanyak antara kedua impetigo bulosa dan nonbulosa pada United States dan
Eropa, meskipun S.pyogenes umumnya terdapat di beberapa negara. Pada
umumnya infeksi berawal sebagai infeksi streptokokal, tetapi setelah itu
stafilokokus selalu menggantikan streptokokus.
Walaupun impetigo dapat merupakan pioderma primer, tapi dapat juga
timbul sebagai infeksi sekunder yang mengikuti penyakit kulit atau trauma kulit
yang telah ada (secondary infection) dan itu dikenal sebagai dermatitis
impetigenisata12. Penyakit kulit yang biasa menyertai adalah pedikulosis, skabies,
infeksi jamur, dan pada insect bites.
Pioderma memiliki banyak bentuk, diantaranya impetigo, folikulitis,
furunkel, eritrasma, erisipelas, selulitis, abses dll. Namun dalam kepustakaan ini
hanya akan dibahas tentang impetigo, karena impetigo merupakan bentuk
pioderma yang paling sering dijumpai disamping folikulitis. Khususnya yang akan
lebih dibahas mendalam adalah impetigo non-bulosa (impetigo krustosa).
Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontagiosa, impetigo
vulgaris, atau impetigo Tillbury Fox. Impetigo krustosa merupakan bentuk
pioderma yang paling sederhana. Menyerang epidermis, dimana gambaran yang
dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti madu yang
berlapis-lapis. Impetigo krustosa terkadang terdapat berbagai ukuran (inch)
diameter, tapi biasanya kecil dan dalam beberapa kasus hanya beberapa bagian
tubuh yang terkena (wajah, telinga, leher, dan kadang tangan). Impetigo krustosa
biasanya tanpa gelembung cairan dengan krusta/keropeng/koreng.
2
Secara umum, penyakit pioderma merupakan penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, oleh karena itu ditatalaksana dengan menggunakan antibiotik.
Antibiotik yang diberikan pada pioderma bisa berupa antibiotik topikal dan atau
sistemik, tergantung dari berat ringannya penyakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Impetigo krustosa adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Sreptococcus B Hemolyticus. Nama lain dari penyakit ini adalah impetigo
kontangiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox.
II. ETIOLOGI
Impetigo krustosa disebabkan oleh Sreptococcus B Hemolyticus.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Higiene yang kurang
2. Daya tahan tubuh yang menurun, misalnya kekurangan gizi, anemia,
penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes mellitus.
3. Telah ada penyakit lain di kulit, misalnya saat ternjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga
memudahkan terjadinya infeksi.
IV. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Dari hasil anamnesis biasanya terjadi pada usia anak-anak, keluhan
berupa adanya kulit kemerahan dengan krusta kekuningan di daerah
muka, yaitu disekitar lubang hidung dan mulut.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Lesi kulit
Kulit eritem dengan vesikel yang mudah pecah sehingga
terdapat krusta berwarna kekuningan seperti madu di daerah
muka, kususnya di dekat lubang hidung dan mulut.
4
Distribusi
Biasanya terjadi pada usia anak-anak, lesi di daerah lubang
hidung dan mulut karena daerah tersebut banyak sumber
infeksi.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada
kemungkinan penyebabnya dari kuman gram negative. Hasil tes
resistensi hanya bersifat menyokong in vivo tidak selalu sesuai dengan
in vitro.
V. DIAGNOSIS BANDING
Ektima. Ektima adalah ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya
yang disebabkan oleh Streptococcus.
VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan Topikal. Bermacam-macam obat topical dapat
digunakan. Obat topical antimicrobial hendaknya tidak dipaki
secara sistemik agar tidak terjadi resistensi dan hipersensivitas,
contohnya basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Penggunaan
teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak
digunakan karena harganya yang murah. Obat-obatan tersebut
tersedia sebagai salep atau krim. Sebagai obat topical adalah
kompres terbuka contohnya, larutan permanganas kalikus
1/5000, larutan rivanol, dan yodium povidon 7,5% yang
dilarutkan 10x.
Pengobatan Sistemik.
o Penicillin G prokain dan semisintetiknya
5
Penicillin G prokain. Dosisnya 1,2 juta per hari.
Tidak praktis karena dosisnya besar dan sering
menyebabkan syok anafilaktik
Ampisilin, dengan dosis 4x500mg sebelum
makan.
Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin.
Golongan obat penicillin resisten-penisilinase.
Contohnya kloksasilin 3x250mg per hari
sebelum makan
o Linkomisin dan klindamisin. Dosis linkomisin
3x500mg sehari, sedangkan klindamisin 4x150mg per
hari. Pada infeksi berat dosisnya 4x300-450mg sehari.
o Eritromisin. Dosisnya 4x500mg sehari. Obat ini sering
menyebabkan cepat resistensi dan rasa tidak nyaman di
lambung.
o Sefalosporin. Pada pioderma yang berat atau tidak
respon pada pengobatan obat di atas bisa memakai
sefalosporin. Contohnya sefadroksil 2x500mg atau
2x1000mg perhari.
VII. PROGNOSIS
Prognosis impetigo krustosa pada umumnya baik jika pengobatan
yang dilakukan sudah sesuai.
6
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. et al.2009. ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 5th ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Hall, J.C. et al. 2006. Sauer’s Manual of Skin Diseases 9th ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Wolff, K. et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed.
New York: McGraw Hill Companies.
7
LAMPIRAN
KASUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat :Tempuran, Magelang.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh gatal di selangkangan dan pantat.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
± sejak 3 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal di selangkangan. Lalu
muncul lesi yang sama pada bagian pantat. Pasien mengoleskan
sesuatu ke bagian yang gatal, tetapi justru semakin luas lesinya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tampak plak hiperpigmentasi berbatas tegas yang luas dengan skuama
di inguinal dan gluteus.
IV. DIAGNOSIS BANDING
- Tinea kruris
8
- Candidiasis intertriginosa
- Eritrasma
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dengan KOH 10%, tampak hifa bersepta.
VI. DIAGNOSIS
Tinea kruris
VIII. TERAPI
R/ Ketokonazol cr 2% 10g no.I
S 2 dd ue
IX. EDUKASI
Oleskan sedikitnya 3 cm di luar lesi.
Jaga tubuh agar selalu tetap kering, terutama pada area lipatan.
9