lookism dalam webtoon oemojisangjuui
TRANSCRIPT
LOOKISM DALAM WEBTOON OEMOJISANGJUUI
Najma Nur Annisaa (1306382480)
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini membahas lookism yang ditampilkan dalam webtoon Oemojisangjuui. Pembahasan dalam skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra dan definisi oemojisangjuui. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya kesesuaian antara bentuk bentuk lookism yang ditampilkan dalam webtoon Oemojisangjuui dengan fenomena lookism yang ada di Korea Selatan. Kesesuaian tersebut ditampilkan melalui lima pasang tokoh yang mengalami diskriminasi berdasarkan penampilan, empat tokoh yang karakteristik fisiknya sesuai dengan standar kecantikan perempuan di Korea, dan tiga tokoh yang melakukan perbaikan penampilan dengan menggunakan biaya yang besar.
LOOKISM IN OEMOJISANGJUUI WEBTOON
ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the lookism depicted in webtoon Oemojisangjuui. The study in this undergraduate thesis uses qualitative research with literature study as its method of research. The theory that will be used in this research is sociology in literature and the definition of the word oemojisangjuui. This research concludes that there exists a compatibility between the forms of lookism depicted in webtoon Oemojisangjuui and the phenomenon of oemojisangjuui in South Korea. These compatibilities are shown through five characters that experiences discrimination based on their appearance, four female characters that possesses the standard physical beauty in Korea, and three characters that undergoes improvements to their appearances with substantial cost. Keywords: lookism, manhwa, South Korea Pendahuluan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 718), komik didefinisikan sebagai cerita
bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan
lucu. Sementara itu, Scott McCloud (1994: 9) mendeskripsikan komik sebagai gambar-gambar
atau lambang-lambang yang tersusun dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
dan/atau mencapai tanggapan estetis bagi orang yang membacanya. Dari kedua definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak, yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah cerita. Teknologi
informasi yang terus berkembang membuat komik turut mengalami evolusi. Salah satu bentuk
evolusi dari komik adalah webtoon. Webtoon merupakan singkatan dari kata web dan cartoon
yang merujuk pada ‘kartun yang dibuat untuk dipublikasikan di internet dan disesuaikan dengan
segala atribut yang ada pada internet’ (Lee Eun-koung, Choi Myoung-sik, dan Kim Chee-yong,
2015: 984).
Salah satu webtoon yang cukup terkenal di kalangan pembaca di Korea dan di Indonesia
adalah webtoon dengan genre drama yang berjudul 외모지상주의 (romanisasi1: Oemojisangjuui).
Webtoon tersebut merupakan webtoon yang dibuat oleh Park Tae-jun, seorang ulzzang2 yang kini
berprofesi juga sebagai webtoonist3 dan pengusaha. Webtoon Oemojisangjuui bercerita tentang
seorang anak SMA bernama Park Hyeong-seok yang memiliki tubuh gemuk dan wajah yang
jelek. Karena penampilan fisiknya tersebut, ia kerap dirundung oleh teman-temannya. Suatu hari,
karena tidak kuat lagi akan perundungan yang diterimanya, Hyeong-seok memutuskan untuk
pindah sekolah ke daerah lain. Keajaiban terjadi setelah Hyeong-seok tinggal di kota yang baru.
Saat ia bangun tidur, ia mendapat sebuah tubuh baru yang penampilan fisiknya berbanding
terbalik dengan tubuh lamanya. Tubuh baru itu tampan dan tinggi. Kedua tubuh Hyeong-seok
dipakainya secara bergantian. Setelah mendapatkan tubuh yang baru, Hyeong-seok merasa
seperti melihat dunia dari kacamata yang lain. Ia yang sebelumnya hanya merasakan dinginnya
dihina dan dirundung karena penampilan fisiknya yang jelek, kini merasakan hangatnya diajak
berteman dan dipuji karena penampilan fisiknya yang tampan. Ia menyadari bahwa terdapat
perbedaan yang besar antara kehidupan seorang yang jelek dan seorang yang tampan. Orang yang
jelek akan terus dihina, sementara orang yang tampan akan terus dipuja.
Fenomena sosial yang tergambar dalam penggalan cerita di atas adalah fenomena yang di
Korea disebut dengan Oemojisangjuui. Oemojisangjuui didefinisikan oleh kamus Naver Online
sebagai “외모를 인생을 살아가거나 성공하는 데 제일 주요한 것으로 보는 사고방식”.
1 Penulis menggunakan sistem romanisasi Revised Romanization of Korean. 2 얼짱(eol-jjang), merupakan singkatan dari 얼굴(eol-gul, berarti wajah) dan 짱(jjang, berarti terbaik). Ulzzang merupakan kata dalam bahasa Korea yang berarti wajah terbaik (dapat dipahami sebagai wajah yang sangat cantik atau sangat tampan). Kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang mempunyai wajah yang sangat cantik atau sangat tampan. 3 Sebutan untuk pengarang webtoon.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Artinya, Oemojisangjuui adalah cara pandang yang menganggap bahwa penampilan fisik
seseorang adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam bahasa Inggris, kata
Oemojisangjuui ini berpadanan dengan kata Lookism.
Judul webtoon Oemojisangjuui memberikan tanda bahwa isi cerita dari webtoon
Oemojisangjuui menyinggung fenomena Lookism yang ada di Korea. Fenomena Lookism ini
merupakan fenomena yang sebenarnya tidak hanya terjadi dalam webtoon, namun juga dalam
kehidupan nyata di Korea. Pada tahun 2015, hasil survei dari Gallup Korea4 memperlihatkan
bahwa ketika ditanya mengenai pentingnya penampilan dalam kehidupan, 86% responden
menjawab penting dan 14% sisanya menjawab tidak penting. Angka yang tinggi yaitu 86%
menunjukkan bahwa masyarakat Korea menganggap penampilan merupakan sebuah hal yang
penting. Angka tersebut hampir sama dengan penelitian serupa yang diadakan oleh Gallup Korea
sebelumnya pada tahun 1994 yang memperoleh angka 87% untuk responden yang menjawab
bahwa penampilan merupakan hal yang penting dan pada tahun 2004 yang juga memperoleh
angka 87%.
Pengarang webtoon ini, Park Tae-jun, mengatakan bahwa apa yang ia gambarkan dalam
webtoon Oemojisangjuui bukanlah fiksi, melainkan refleksi dari pengalamannya sendiri. Sama
seperti tokoh yang ia ciptakan, Park Tae-jun juga pernah dirundung karena penampilannya yang
tidak menarik. Ia mengatakan bahwa penampilannya yang tidak menarik itu membuatnya tidak
memiliki rasa percaya diri. Ia pun memutuskan untuk mengubah penampilannya dan hal tersebut
membuat orang-orang di sekitarnya memberikan respon yang lebih baik pada dirinya.
Pengalaman Park Tae-jun ini memperlihatkan bahwa fenomena Lookism terjadi dalam
kehidupannya, penampilan menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupannya.
Fakta yang didapat dari hasil survei dan pengalaman dari pengarang webtoon
Oemojisangjuui di atas merupakan alasan penulis memilih webtoon Oemojisangjuui sebagai
korpus utama dalam penelitian ini. Webtoon sebagai sebuah karya sastra menjadi refleksi
masyarakat yang ada di sekitarnya pengarangnya. Melalui webtoon Oemojisangjuui ini, penulis
ingin melihat lebih jauh mengenai Lookism yang digambarkan dalam webtoon dan Lookism yang
terjadi di masyarakat Korea.
Berdasarkan latar belakang di yang telah dituliskan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana lookism digambarkan dalam webtoon Oemojisangjuui sebagai
4 Sebuah perusahaan di Korea Selatan yang bergerak di bidang riset.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
refleksi kondisi sosial budaya masyarakat tempat ia dibuat. Kemudian, berdasarkan rumusan
masalah yang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan lookism yang
digambaran dalam webtoon Oemojisangjuui. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis unsur-
unsur komik yang terdapat dalam webtoon Oemojisangjuui dengan pendekatan sosiologi sastra.
Analisis dilakukan untuk menemukan unsur-unsur webtoon Oemojisangjuui yang merefleksikan
fenomena Lookism. Kemudian, data-data yang didapat akan dikaitkan dengan fenomena Lookism
yang terjadi di Korea yang terlihat dari berita dan beberapa produk budaya populer seperti drama,
film, dan lain sebagainya.
Komik
Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya, komik didefinisikan McCloud
sebagai gambar-gambar atau lambang-lambang yang tersusun dalam urutan tertentu, untuk
menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis bagi orang yang membacanya
(1994: 9). Komik berurusan dengan dua perangkat komunikasi utama, yaitu kata-kata dan gambar
(Eisner, 1985: 13). Format komik menyajikan gabungan dari keterampilan interpretatif dan verbal.
Seni (seperti perspektif, simetri, dan guratan) dan sastra (seperti tata bahasa, plot, dan sintaks)
ditumpangkan satu sama lainnya (Eisner, 1985: 8). Dengan menggabungkan kata-kata dan
gambar, seorang pengarang komik bisa menyampaikan makna yang ingin disampaikannya
dengan lebih ekspresif.
Seorang penggambar komik harus mengetahui bagaimana ia bisa menggambarkan sesuatu
yang dapat dipahami oleh pembacanya. Pemahaman gambar membutuhkan kesamaan
pengalaman antara penggambar dan pembacanya (Eisner, 1985: 13). Oleh karena itu, Eisner
(1985: 148-153) menyatakan bahwa dalam sebuah komik, terdapat beberapa elemen dasar yang
harus diperhatikan oleh seorang penggambar komik untuk membuat komiknya dapat dimengerti
pembaca, yaitu: (1) mekanisme tubuh manusia, (2) perspektif, (3) pencahayaan/bayangan, (4)
objek, (5) alat-alat, (6) gravitasi, (7) kain, (8) cartooning, (9) komposisi, (10) balon, dan (11)
visual.
Sosiologi Sastra Salah satu kaidah yang mengikat sebuah karya sastra adalah sosiologi sastra. Sastra dapat
dikatakan bersinggungan dengan sosiologi karena sastra adalah lembaga sosial yang
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial (Sapardi
Djoko Damono, 1984: 1). Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri
adalah adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan
antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antar-manusia, dan antarperistiwa
yang terjadi dalam batin seseorang. Mengutip Ian Watt, Damono (1984: 2) menuliskan bahwa
sosiologi sastra dapat dikatakan sebagai pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan
segi-segi kemasyarakatan.
Masalah sastra sebagai cermin masyarakat adalah sejauh mana sastra dapat dianggap
sebagai mencerminkan masyarakat. Pengertian ‘cermin’ di sini sangat kabur, dan oleh karenanya
banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Yang terutama mendapat perhatian adalah: (a)
Sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis, sebab
banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada
waktu ia ditulis. (b) Sifat ‘lain dari yang lain’ seorang pengarang sering memengaruhi pemilihan
dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. (c) Genre sastra sering merupakan sikap
sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat. (d) Sastra yang
berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa
dipercaya sebagai cermin masyarakat. Pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila
kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat.
Fungsi sosial sastra kerap kali dipertanyakan dengan pertanyaan seperti “Sampai berapa
jauh nilai sastra berkaitan degan nilai sosial?”. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memahami fungsi sosial sastra. Pertama, anggapan bahwa sastra sama derajatnya dengan
karya pendeta atau nabi, sastra harus berfungsi sebagai pembaharu atau perombak. Kedua,
anggapan bahwa sastra bertugas sebagai hiburan belaka. Terakhir, anggapan bahwa sastra harus
mengajarkan sesuatu dengan cara yang menghibur.
Pendekatan yang dilakukan dalam sosiologi sastra menurut Grebstein (dalam Damono,
1984: 4-5) yaitu: (1) Karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dari
lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang tempatnya dihasilkan. Karya sastra bukanlah
suatu gejala yang tersendiri, (2) Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan
bentuk dan teknik penulisannya. Tak ada karya sastra besar yang diciptakan berdasarkan gagasan
sepele dan dangkal, (3) Karya sastra terlibat dalam kehidupan dan menampilkan tanggapan
evaluatif terhadapnya, (4) Bentuk dan isi karya sastra dapat mencerminkan perkembangan
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural, (5) Kritik
sastra seharusnya lebih dari sekedar perenungan estetis yang tanpa pamrih; ia harus melibatkan
diri dalam suatu tujuan tertentu, dan (6) Kritikus bertanggung jawab baik kepada sastra masa
silam maupun masa datang. Setiap generasi membutuhkan pilihan yang berbeda-beda, sehingga
tugas kritikus untuk menggali masa lalu tidak ada habisnya.
Oemojisangjuui
Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, kata Oemojisangjuui dalam bahasa
Inggris berpadanan dengan kata lookism. Bentuk hangeul 5 dari kata Oemojisangjuui
adalah 외모지상주의. Kata tersebut terdiri dari 외모 (romanisasi: Oemo) yang berarti
penampilan, 지상 (romanisasi: Jisang) yang berarti dasar, dan 주의 (romanisasi: Juui) yang
berarti prinsip. Dari ketiganya, dapat diperoleh suatu definisi dari Oemojisangjuui, yaitu suatu
prinsip yang menjadikan penampilan sebagai dasar atau pangkalnya. Untuk lebih jelas lagi, An
Jin-guk (2005: 10) mendefinisikan Oemojisangjuui sebagai “외모차별주의로 외모가 개인
간의 우열뿐 아니라 인생의 성패까지 좌우한다고 믿어 외모에 지나치게 집착하는 경향
또는 그러한 사회 풍조를 말하는 것이다”. Dari definisi tersebut, Oemojisangjuui dapat
diartikan sebagai kecenderungan pemujaan berlebihan penampilan seseorang dalam membeda-
bedakan baik tidaknya dan sukses tidaknya seseorang, juga merujuk pada kata yang digunakan
untuk menggambarkan tren masyarakat yang menilai seseorang dari penampilannya. An Jin-guk
juga menyatakan bahwa dalam fenomena oemojisangjuui yang terjadi di Korea, terdapat tiga
bentuk perilaku sering terjadi dalam masyarakat, yaitu (1) diskriminasi berdasarkan penampilan,
(2) pergeseran standar kecantikan, dan (3) perbaikan penampilan dengan biaya besar.
Pada dasarnya, diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Diskriminasi adalah perlakuan
yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan terhadap perorangan, atau
kelompok, berdasarkan sesuatu yang biasanya bersifat kategorikal seperti ras, suku bangsa,
agama, atau kelas-kelas sosial (Fulthoni , 2009: 8). Istilah tersebut biasanya digunakan untuk
melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan
minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka bersifat tidak bermoral
dan tidak demokratis. Dalam konteks lookism, yang menjadi faktor munculnya diskriminasi
adalah penampilan fisik seseorang. Hal ini didukung dengan adanya survei dari www.career.co.kr, 5 Alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Korea.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
yang menyatakan bahwa 4 dari 10 orang menyatakan bahwa mereka telah menerima diskriminasi
yang didasarkan pada penampilan pada saat melamar kerja (-------, February 29, 2012). Dari 583
responden, 42.4% percaya bahwa diskriminasi yang didasarkan pada penampilan membuat
mereka kehilangan pekerjaan atau mendapatkan gaji yang rendah. Dari orang-orang tersebut,
35.6% merasa bahwa mereka penampilan mereka dinilai lebih daripada pendidikan, nilai, atau
bakat mereka.
Standar kecantikan merupakan sesuatu yang dinamis dan terus berubah seiring
berjalannya waktu. Standar kecantikan di Korea yang dapat kita lihat sekarang ini merupakan
hasil dari perkembangan zaman. Pada tahun 1980 sampai dengan 1990-an, pengaruh negara-
negara barat, seperti negara-negara di benua Amerika dan Eropa membuat masyarakat Korea
ingin mengikuti standar kecantikan tubuh perempuan yang ada di negara-negara tersebut. Pada
tahun 2000-an, detail-detail fitur wajah mulai diperhatikan. . Wajah yang dianggap cantik adalah
wajah dengan pangkal hidung yang pendek, dagu yang lancip, dahi yang lebar, dan lain
sebagainya. Karakteristik tersebut merujuk pada konsep babyface atau wajah yang seperti anak
kecil. Konsep ini juga bisa disebut dengan Lolita Complex. Perubahan yang muncul di tahun
2010-an adalah penambahan detail tubuh yang sempurna dengan dada yang bervolume dan kaki
yang panjang seperti boneka Barbie (So Eun-jeong, 2011: 28). Perubahan ini muncul karena
obsesi perempuan Korea yang ingin memiliki wajah dan tubuh seperti supermodel negara-negara
Barat.
Untuk membentuk tubuh yang sesuai dengan standar kecantikan yang ada di Korea,
masyarakat Korea berlomba-lomba untuk melakukan operasi plastik, membeli berbagai produk
perawatan tubuh dan kosmetik, serta membeli pakaian bermerek. Biaya yang tidak sedikit pun
dikeluarkan demi bisa mendapatkan penampilan yang lebih baik. Contohnya saja, untuk
melakukan operasi plastik, tercatat dari tahun 1999 sampai 2000 saja, masyarakat Korea
mengeluarkan uang sebanyak hampir 170 milyar won untuk melakukan operasi plastik (Woo,
2004: 52). Rata-rata orang yang melakukan operasi plastik memiliki keinginan untuk
memperbaiki bagian dari wajah mereka atau bagian tubuh mereka yang ingin mereka ‘perbaiki’
untuk tampil lebih baik. Dengan tampil lebih cantik atau tampan, mereka akan mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk diterima kerja dan mendapatkan pasangan. Selain operasi
plastik, pergi ke pusat kebugaran dan melakukan diet juga menjadi pilihan dalam memperbaiki
penampilan. Hal ini dikarenakan tubuh yang menjadi standar adalah tubuh yang langsing dengan
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
proporsi ideal. Walaupun kurus, jika tubuh tidak memiliki otot, tidak akan dianggap sebagai
tubuh yang ideal. Tidak hanya perawatan tubuh saja yang perlu dilakukan. Aksesoris dan pakaian
yang bagus akan menunjang penampilan seseorang. Oleh karena itu, masyarakat Korea
cenderung mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli produk-produk yang dapat menunjang
penampilan mereka.
Analisis Lookism dalam Webtoon Oemojisangjuui 1. Sinopsis Webtoon Oemojisangjuui (외모지상주의)
Oemojisangjuui bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Park Hyeong-seok yang
duduk di bangku kelas satu salah satu SMA di Korea Selatan. Hyeong-seok merupakan seorang
anak yang memiliki fisik gemuk dan pendek. Karena fisiknya, Hyeong-seok kerap kali dirundung
oleh teman-temannya. Tidak hanya caci-maki yang ditujukan padanya, Hyeong-seok juga
dijadikan pelayan, diberi perintah dari yang masuk akal sampai tidak masuk akal, serta dipukul
baik ketika melakukan kesalahan maupun tidak.
Hyeong-seok berasal dari keluarga yang sederhana. Ia tinggal berdua dengan Ibunya
dalam kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan. Ibunya tidak memiliki pekerjaan tetap. Untuk
biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah Hyeong-seok, Ibu Hyeong-seok bekerja dengan
mengumpulkan kardus untuk dilipat dan kemudian dijual.
Suatu hari, Hyeong-seok yang sudah tidak kuat dengan rundungan yang diterimanya
memutuskan untuk pindah sekolah ke luar kota. Ia tinggal sendiri di kota tersebut. Di kota yang
baru, Hyeong-seok ingin mengubah penampilannya agar ia bisa merasa lahir kembali menjadi
Hyeong-seok yang baru. Sayangnya, walaupun sudah mengubah penampilannya, di dalamnya ia
tetap Hyeong-seok yang lama.
Di tengah rasa sedih dan frustasinya, ia mendapatkan sebuah keajaiban. Tiba-tiba, ia
memiliki sebuah tubuh baru yang tampan dan tinggi. Tubuh barunya itu akan bangun ketika
tubuh lamanya tertidur, dan begitu pula sebaliknya. Bisa dikatakan, Hyeong-seok memiliki dua
buah tubuh. Dengan kedua tubuhnya tersebut, Hyeong-seok mendapatkan banyak pengalaman
baru yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Dikarenakan Hyeong-seok memiliki dua buah tubuh,
maka seterusnya Hyeong-seok dengan tubuh lama akan diberi nama Hyeong-seok A dan
Hyeong-seok dengan tubuh baru akan diberi nama Hyeong-seok B.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 1. Dua tubuh milik Park Hyeong-seok. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui Episode 22.
Cerita dalam webtoon ini dilanjutkan dengan cerita-cerita pendek terkait dengan kasus-
kasus yang melibatkan Oemojisangjuui di dalamnya. Beberapa cerita memiliki tokoh utamanya
sendiri. Setiap cerita memiliki alurnya tersendiri. Oleh karena itu, cerita webtoon ini termasuk ke
dalam cerita berbingkai.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, menurut Grebstein (dalam
Damono, 1984: 4-5), karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dari
lingkungan atau kebudayaan atau peradaban tempatnya dihasilkan. Pengarang webtoon
Oemojisangjuui, Park Tae-jun, membuat webtoon ini dengan memperhatikan kondisi sosial
budaya yang ada di sekitarnya. Fenomena Lookism yang terjadi dalam masyarakat Korea,
khususnya yang menjadi pengalaman hidupnya sendiri, melatarbelakangi Park Tae-jun untuk
menuangkan fenomena Lookism ini ke dalam webtoon.
2. Diskriminasi Berdasarkan Penampilan dalam Webtoon Oemojisangjuui
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan berdasarkan sesuatu yang bersifat
kategorikal. Dalam fenomena Lookism, dasar dari pembedaan perlakuan tersebut adalah
penampilan luar seseorang. Seseorang yang memiliki penampilan yang dianggap menarik akan
mendapatkan perlakuan yang baik dari orang di sekitarnya. Sebaliknya, orang yang
penampilannya dianggap tidak menarik akan mendapat perlakuan yang lebih buruk.
Salah satu pasang tokoh yang mengalami diskriminasi dalam webtoon Oemojisangjuui
adalah tokoh Park Hyeong-seok A dan Park Hyeong-seok B. Kedua tokoh ini merupakan orang
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
yang sama, tetapi memiliki dua tubuh yang visualnya berbeda. Untuk penggambaran penampilan
fisik Hyeong-seok A, dapat dilihat melalui dua gambar berikut ini.
Gambar 2. Penggambaran fisik Park Hyeong-seok. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 1.
Gambar 3. Hyeong-seok tanpa kacamata. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 1.
Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 1.
Dari segi fisik, visual Park Hyeong-seok A digambarkan sebagai seorang siswa SMA
yang bertubuh gemuk dan pendek. Hal tersebut diperlihatkan melalui panel full figure yang
diperlihatkan pada gambar 2. Terlihat bahwa pada bagian dada dan perut Hyeong-seok A terdapat
gumpalan lemak yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang gemuk. Pada gambar tersebut
juga diperlihatkan ia memiliki kaki yang pendek. Sementara itu, pada gambar 3, kita dapat
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
melihat dengan jelas penggambaran wajah Hyeong-seok A melalui panel medium yang
memperlihatkan bagian kepala dan setengah dari badannya. Pipinya tembam, matanya kecil dan
sipit. Hidung Hyeong-seok A digambarkan besar dan tidak mancung. Selain itu, ia digambarkan
memiliki bibir yang tebal. Gaya rambut Hyeong-seok A dibelah dua di bagian depan dan tidak
dipakaikan gel rambut.
Dari kedua gambar di atas, terlihat bahwa pengarang webtoon Oemojisangjuui ingin
menyampaikan kepada pembaca bahwa Hyeong-seok A merupakan seorang tokoh yang jelek.
Hal ini terlihat dari visual Hyeong-seok A yang tidak memiliki ciri-ciri fisik yang dianggap
tampan dalam masyarakat Korea, yaitu hidung yang mancung serta tubuh tinggi yang
proporsional dan terlihat atletis. Sebaliknya, ia memiliki hidung yang digambarkan tidak
mancung dan tubuh yang gemuk dan pendek.
Berkebalikan dengan Hyeong-seok A, visual Hyeong-seok B digambarkan memiliki ciri-
ciri fisik yang dianggap tampan dalam masyarakat Korea. Visual tersebut juga dibantu dengan
pencahayaan yang mendukung kesan bahwa Hyeong-seok B adalah seorang tokoh yang dianggap
tampan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada dua gambar berikut ini.
Gambar 4. Tubuh Park Hyeong-seok B. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 5.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 5. Wajah baru Park Hyeong-seok. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 2.
Gambar 4 merupakan sebuah panel full figure yang memperlihatkan tubuh Hyeong-seok
B dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pada panel tersebut, diperlihatkan sosok Hyeong-seok B
yang digambarkan tinggi, proporsional, serta memiliki otot yang terlihat pada bagian lengan dan
perutnya. Panel tersebut tidak memiliki garis tepi maupun latar belakang untuk membuat
pembaca fokus melihat kesempurnaan tubuh Hyeong-seok B. Sementara itu, gambar 5 yang
merupakan panel close up memberikan penggambaran wajah Hyeong-seok B dengan jelas. Ia
digambarkan memiliki wajah yang berbentuk huruf V dengan dagu yang lancip serta garis rahang
yang terlihat jelas. Matanya besar, hidungnya mancung, dan bibirnya kecil namun berisi. Gaya
rambutnya berubah menjadi berponi dan terlihat rapi meski tanpa ditata.
Melalui penggambaran karakteristik fisik Hyeong-seok B yang diperlihatkan pada gambar
4 dan 5, pengarang ingin memberi penegasan bahwa Hyeong-seok B merupakan seorang tokoh
yang dianggap tampan. Hal ini terlihat dari penggambarannya yang disesuaikan dengan
karakteristik fisik yang dianggap tampan di Korea. Jika dibandingkan dengan dunia nyata,
karakteristik fisik Hyeong-seok B memiliki kesan yang sama dengan karakteristik seorang aktor
yang dikenal tampan di Korea, yaitu Kim Soo-hyun. Seperti yang dapat dilihat dari gambar
berikut ini, Kim Soo-hyun dianggap tampan oleh masyarakat Korea karena memiliki hidung yang
mancung dan wajah yang kecil.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 6. Kim Soo-hyun. Sumber: bintang.com
Dalam penggambaran seorang tokoh, Herman J. Waluyo (2003: 14-19) menyebutkan
bahwa selain dimensi fisiologis yang menggambarkan ciri-ciri yang dapat terlihat secara kasat
mata, seorang tokoh juga memiliki dimensi psikologis yang merupakan penggambaran seorang
tokoh melalui sifat-sifat, apa yang ia pikirkan, inginkan, dan lain sebagainya. Secara psikologis,
Hyeong-seok A merupakan seorang yang lemah, penakut, dan rendah diri. Ia kerap merendahkan
dirinya sendiri karena ia sering dirundung oleh anak-anak yang lebih kuat darinya. Saat
dirundung salah satu anak di sekolahnya yang bernama Lee Tae-seong, ia tidak bisa melawan dan
pasrah menerima rundungan Tae-seong. Sifat penakut Hyeong-seok A tidak hilang ketika ia
menjadi Hyeong-seok B. Meskipun fisiknya sudah berubah menjadi lebih tampan dan kuat, ia
tetap merendahkan dirinya. Ia tidak berusaha untuk lebih percaya diri dan melawan. Sebaliknya,
ia tetap termakan rasa takutnya akan perundungan. Melalui hal ini, pengarang ingin
menyampaikan bahwa meskipun penampilan fisik seseorang berubah menjadi lebih baik, tidak
ada jaminan bahwa sisi psikologis seperti sifat dan cara berpikirnya ikut berubah. Penampilan
fisik bisa berubah dengan cepat, namun sifat dan cara berpikir tidak. Perubahan sifat seseorang
tidak bisa terjadi dengan spontan, tetapi melalui proses, pengalaman, hasil pengamatan, dan
tekanan sosial budaya.
Dalam webtoon Oemojisangjuui, Hyeong-seok A dan Hyeong-seok B digambarkan
mendapat perlakuan yang berbeda dari orang di sekitarnya. Perlakuan yang diterima keduanya
digambarkan dengan sangat kontras oleh pengarang. Berikut ini merupakan salah satu contoh
diskriminasi yang terjadi pada Hyeong-seok A dan Hyeong-seok B.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 7. Tatapan anak-anak perempuan saat melihat Hyeong-seok B
Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 4.
Gambar 8. Tatapan anak-anak perempuan saat melihat Hyeong-seok A. Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 1.
Gambar 7 merupakan panel yang berisi reaksi anak-anak perempuan di kelas Hyeong-
seok B pada saat ia memperkenalkan dirinya. Anak-anak perempuan tersebut memberikan
tatapan kagum pada Hyeong-seok B dengan mulut yang terbuka lebar karena sangat terpana
melihat ketampanan Hyeong-seok B. Anak-anak perempuan tersebut memujinya dengan
berbisik-bisik satu sama lain mengenai ketampanan Hyeong-seok B. Mereka kagum pada wajah
dan proporsi tubuh Hyeong-seok B yang bagus. Tatapan yang berbeda dari anak-anak perempuan
diterima Hyeong-seok A pada saat ia bersekolah di sekolah yang lama. Pada gambar 8, terlihat
bahwa di sekolah tersebut, anak-anak perempuan memberikan tatapan jijik pada Hyeong-seok A.
Dari tatapan tersebut, tersirat ketidaksukaan mereka pada penampilan fisik Hyeong-seok A.
Pencahayaan yang gelap pada gambar 8 memberikan kesan suram pada suasana saat anak-anak
perempuan menatap Hyeong-seok A. Hal ini berbanding terbalik dengan pencahayaan yang
terang pada gambar 7 pada saat anak-anak perempuan menatap Hyeong-seok B. Melalui
penggambaran kontras reaksi anak-anak perempuan pada Hyeong-seok A dan Hyeong-seok B ini,
Park Tae-jun ingin menyampaikan bahwa orang yang tampan akan mendapatkan respon yang
baik pada dari orang-orang di sekitarnya, sementara orang yang jelek akan mendapatkan respon
yang buruk.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
3. Pergeseran Standar Kecantikan dalam Webtoon Oemojisangjuui
Webtoon Oemojisangjuui merupakan webtoon yang menggunakan latar fungsional.
Pengarangnya, Park Tae-jun menunjukkan dengan jelas bahwa webtoon Oemojisangjuui
menggunakan negara Korea Selatan sebagai latar tempatnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan
penggunakan nama kota yang ada di Korea Selatan dalam episode 47, ketika tokoh utamanya,
Hyeong-seok hendak pulang ke rumahnya. Saat itu, ia bertemu dengan Hong Jae-yeol yang
memegang tiket bus yang bertuliskan kota Seoul dan Busan. Keduanya merupakan nama kota-
kota besar di Korea Selatan. Sementara itu, terlihat pula bahwa webtoon Oemojisangjuui
menggunakan tahun 2010-an sebagai latar. Hal ini digambarkan melalui pakaian dan fashion item
yang dikenakan tokoh-tokohnya, serta teknologi informasi yang digunakan oleh para tokoh.
Salah satu tokoh yang dianggap cantik dalam webtoon Oemojisangjuui adalah Choi Su-
jeong B. Choi Su-jeong diceritakan sebagai seorang gadis yang memiliki dua tubuh seperti
Hyeong-seok. Perbedaan Su-jeong dengan Hyeong-seok 6 adalah Su-jeong menggunakan
tubuhnya yang jelek (disebut dengan Su-jeong A) untuk pergi ke sekolah di pagi dan siang hari,
sementara tubuhnya yang cantik (disebut dengan Su-jeong B) ia pakai untuk bekerja di malam
hari. Namun, dalam keadaan terpaksa, beberapa kali Su-jeong B juga muncul di siang hari,
seperti ketika Su-jeong A mendapat masalah karena dirundung oleh anak-anak di SMA Jaewon,
ia datang dengan mengaku sebagai kakak kembar Su-jeong A. Berikut ini adalah gambar yang
menunjukkan karakteristik fisik Su-jeong B.
Gambar 9. Choi Su-jeong B bersiap untuk berangkat kerja.
Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 59.
6 Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Park Hyeong-seok menggunakan tubuh sebagai Hyeong-seok A di malam hari untuk bekerja sambilan sementara menggunakan tubuh sebagai Hyeong-seok B di pagi dan siang hari untuk pergi ke sekolah.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 10. Penggambaran bentuk tubuh Su-jeong B.
Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 60. Dari gambar 9, pengarang menggambarkan Su-jeong B memiliki dahi yang lebar, mata
besar dengan lipatan ganda, hidung mancung, bibir mungil yang merekah, serta dagu yang lancip.
Rambut hitam Su-jeong B dibiarkan tergerai dengan belahan di tengah, membuat ia terlihat
cantik natural. Panel yang terdapat pada gambar 3.56 merupakan panel close up dengan latar
belakang berwarna merah muda terang. Pencahayaan yang terang membuat kecantikan Su-jeong
B terlihat dengan jelas.
Tubuh langsing Choi Su-jeong B dapat terlihat dengan jelas dalam gambar 10. Pada
gambar tersebut, Su-jeong B digambarkan mengenakan atasan dengan kerah tinggi yang
membuat lekuk badannya terlihat jelas. Atasan tersebut menempel ketat di tubuhnya, membuat
dadanya yang besar terlihat dengan jelas. Kemudian, dari gambar 10 juga terlihat bahwa Su-jeong
B memakai celana bahan yang longgar. Meski longgar, celana tersebut tidak menutupi kenyataan
bahwa kaki Su-jeong panjang dan jenjang. Ia juga memiliki pinggul yang berisi sehingga
tubuhnya membentuk jam pasir secara sempurna. Dari keseluruhan penggambaran fisik Choi Su-
jeong B, dapat disimpulkan bahwa ia memiliki karakteristik fisik yang sesuai dengan standar
kecantikan perempuan Korea pada tahun 2010-an.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
4. Perbaikan Penampilan dengan Biaya Besar dalam Webtoon Oemojisangjuui
Ketika ada sebuah standar kecantikan yang berlaku, masyarakat umumnya cenderung
ingin memiliki penampilan fisik yang sesuai dengan standar kecantikan tersebut. Begitu pula
dengan masyarakat Korea. Dalam webtoon Oemojisangjuui, Park Hyeong-seok B digambarkan
sebagai murid yang masuk ke jurusan mode. Oleh karena itu, teman-temannya pun digambarkan
sebagai murid-murid yang modis. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan uang lebih untuk
menggunakan barang-barang bermerek yang sedang menjadi tren. Dengan menggunakan barang-
barang bermerek tersebut, mereka menganggap bahwa penampilan mereka akan menjadi lebih
menarik dan rasa percaya diri mereka akan lebih meningkat.
Penggambaran penggunaan barang-barang bermerek dalam webtoon Oemojisangjuui
terlihat dari pakaian dan sepatu yang dipakai oleh tokoh-tokohnya. Salah satu tokoh yang
dianggap modis adalah anak laki-laki yang bernama Lee Jin-seong. Ia digambarkan beberapa kali
memakai barang-barang bermerek ke sekolah, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 11. Lee Jin-seong memanggil Hyeong-seok B.
Sumber: Webtoon Oemojisangjuui episode 6.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Gambar 12. Sepatu ‘Nike Air More Uptempo Black White’. Sumber: http://www.sneakerfiles.com/nike-air-more-uptempo-black-white-2016/
Gambar 13. Sweter ‘Givenchy Rottweiler Intarsia Knit’. Sumber: http://www.freshnessmag.com/2014/08/07/givenchy-rottweiler-intarsia-sweater/
Dari gambar 11, terlihat bahwa Jin-seong menaikkan kakinya ke atas kursi sambil
memanggil Hyeong-seok B. Pada gambar tersebut, panelnya tidak memiiliki garis tepi maupun
latar belakang sehingga pembaca dapat fokus pada apa yang dipakai dan dilaukan oleh Jin-seong.
Ia sengaja melakukan hal tersebut untuk menunjukkan ‘kekuatan’ dan ‘kekuasaan’nya di
kalangan anak SMA Jaewon, khususnya jurusan mode. Ia memakai sebuah sepatu yang
digambarkan sebagai sepatu dari merek Nike seri ‘Air More Uptempo Black White’. Merek
tersebut merupakan sebuah merek yang sudah sangat terkenal. Dilansir dari situs
solecollector.com, sepatu yang dirilis ulang pada 23 Maret 2016 tersebut dihargai 160 dolar
Amerika. Selain memakai sepatu bermerek, dari gambar tersebut juga terlihat bahwa Jin-seong
memakai pakaian yang bermerek. Ia digambarkan memakai sweter ‘Rottweiler Intarsia Knit’ dari
merek Givenchy. Givenchy merupakan sebuah merek yang berasal dari Prancis yang menjual
barang-barang mode dan parfum mewah.
‘Rottweiler Intarsia Knit’ merupakan sebuah sweter hasil karya desainer Riccardo Tisci
yang dirilis untuk melengkapi koleksi musim gugur dan musim dingin Givenchy. Sweter yang
dibuat di Italia dan berbahan 100 persen benang wol tersebut dihargai 1.125 dolar Amerika. Oleh
karena itu, sweter tersebut digolongkan ke dalam pakaian yang mewah. Pemakaian kedua barang
ini oleh Jin-seong menunjukkan bahwa Jin-seong merupakan seseorang yang peduli pada
penampilan. Harga kedua barang tersebut cukup mahal untuk ukuran barang yang dipakai oleh
siswa SMA. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa dalam webtoon Oemojisangjuui terdapat
tokoh yang memakai barang-barang bermerek untuk memperindah penampilan mereka. Dengan
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
mengenakan barang-barang bermerek, ia merasa lebih percaya diri. Ia juga rela untuk menabung
sekian lama untuk dapat membeli barang-barang bermerek yang telah disebutkan di atas.
Pengorbanan tersebut terbayarkan ketika mereka bisa memiliki penampilan fisik yang lebih baik
setelah mengenakan barang-barang yang bermerek.
Kesimpulan
Lookism merupakan padanan kata dari kata dalam bahasa Korea, Oemojisangjuui. Istilah
oemojisangjuui secara harfiah berarti cara pandang yang menganggap bahwa penampilan fisik
seseorang adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kemunculan
oemojisangjuui ini dipicu oleh kondisi ekonomi dan sosial masyarakat Korea yang mulai berubah
setelah industrialisasi dan kudeta militer. Masyarakat Korea memiliki lebih banyak waktu luang
dan uang untuk memperhatikan penampilan fisiknya.
Webtoon Oemojisangjuui adalah sebuah webtoon yang mengangkat tema lookism yang
ada di Korea. Dalam webtoon Oemojisangjuui, lookism ditampilkan melalui isi pikiran, tindakan,
dan penggambaran fisik tokoh-tokohnya. Di Korea, bentuk-bentuk lookism terbagi menjadi
pergeseran standar kecantikan yang pada tahun 2010an menjadi standar yang hampir sempurna
dan sulit dicapai, perbaikan penampilan seperti membeli kosmetik dan barang-barang mewah
atau melakukan operasi plastik dengan biaya yang besar, serta diskriminasi yang dilakukan
kepada orang yang berpenampilan menarik dengan yang tidak.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa lookism yang ada di Korea tercermin
dengan jelas melalui isi pikiran, tindakan-tindakan, dan penggambaran fisik tokoh-tokoh dalam
webtoon Oemijsangjuui. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dengan yang
telah diungkapkan oleh Grebstein, bahwa pemahaman sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan
dari lingkungan tempatnya dibuat. Terlebih, dengan adanya pengalaman nyata pengarang yang
turut digambarkan dalam webtoon Oemojisangjuui, semakin memperkuat bukti bahwa karya
sastra memang lahir dari masyarakat.
Penelitian fenomena sosial dalam webtoon merupakan penelitian yang masih sangat
jarang dijumpai. Oleh karena itu, penulis berharap agar peneliti-peneliti selanjutnya lebih mampu
untuk melihat webtoon sebagai sebuah karya sastra yang dapat diteliti secara ilmiah. Penulis juga
berharap agar ke depannya ada penelitian yang memiliki nafas yang sama degan penelitian ini
untuk melengkapi ketidaksempurnaan penelitian ini.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
Daftar Referensi
Korpus Data
Webtoon
박태준. (2014). 외모지상주의. 서울: Naver 만화. (Park Tae-jun. (2014). Oemojisangjuui.
Seoul: Naver Manhwa). Dilihat pada http://comic.naver.com/webtoon/list.nhn?titleId=641253
terakhir diakses pada 29 November 2016 pukul 12.48 WIB.
Sumber Buku
소은정. (2011). Anti-Lookism을 반영한 아트 웨어 작품연구. (석사학위청구논문).
동덕여자대학교, 서울. (So Eun-jeong. (2011). Anti-Lookism-eul banyeonghan ateu weeo
jakpumyeongu. (Seoksahagwi cheonggu nonmun). Dongdeok Yeoja Daehakkyo, Seoul.)
안진국. (2005). ‘몸’과 루키즘(Lookism)의 사회학적 현상 연구 (Study on the body and the
lookism in Sociology). (석사학위 논문). 홍익대학교 대학원, 서울. (An Jin-guk. (2005).
‘Mom’gwa lukijeum(Lookism)ui sahoehakjeok hyeonsang yeongu (Study on the body and the
lookism in Sociology). (Seoksahagwi nonmun). Hongik Daehakkyo Daehakwon, Seoul.)
Damono, Sapardi Djoko. (1984). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Eisner, Will. (1985). Comics and Sequential Art. Florida: Poorhouse Press.
Fulthoni, et. al. 2009. Memahami Diskriminasi: Buku Saku Kebebasan Beragama. Jakarta: ILRC.
McCloud, Scott. (1994). Understanding Comics: The Invisible Art. New York: Harper Perennial.
Sumber Internet
한국갤럽조사연구소. (2015, 15 April). 외모와 성형수술에 대한 인식 조사 -
1994/2004/2015년 비교. (Hangukgaelleopjosayeonguso. 2015, 15 April. Oemowa
seonghyeongsusure daehan insing josa - 1994/2004/2015nyeon bigyo).
Didapat dari http://www.gallup.co.kr/gallupdb/reportContent.asp?seqNo=656 pada 3 Januari
2017 pukul 11.29 WIB.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016
----------. (2012, 29 Februari). 구직자 42.4% “외모 때문에 차별받았다. (---------. 2012, 29
Februari. Gujikja 42.4% Teoemo Ttaemune Chabyeolbadatda). Didapat dari
http://news.naver.com/main/read.nhn?mode=LSD&mid=shm&sid1=102&oid=001&aid=000
5534034 pada 20 November 2016 pukul 01.33 WIB.
Lee, Eun-koung, Choi, Myoung-sik, dan Kim, Chee-yong. (2015). A Study on Kitschy
Characteristics and Its Consumers of Webtoon. Journal of Korea Multimedia Society, 18(8),
980-987. Diunduh dari http://dx.doi.org/10.9717/kmms.2015.18.8.980 pada 28 Agustus 2016
pukul 07.45 WIB.
Woo, Keong-ja. (2004). The Beauty Complex and the Cosmetic Surgery Industry. Korea
Journal, 44(2), 52-82. Diunduh dari
http://www.ekoreajournal.net/sysLib/down.php?file=..%2FUPLOAD%2FT_articles%2FPDF
4424 pada 20 Oktober 2016 pukul 18.27 WIB.
Lookism dalam ..., Najma Nur Annisaa, FIB UI, 2016