lp bph
DESCRIPTION
askepTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien dengan kasus
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
Pembesaran Prostat Jinak
Di Ruangan F RS Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
I. Tinjauan Teori
A. Definisi
Hiperplasia kelenjer periuretral (sel-sel granduler dan interstisial) dari prostat, dimana
mendesak jeringan prostat yang asli ke perifer sehingga menjadi gepeng yang disebut
dengan kapsul surgical.
Prostat : organ genitilia pria yang terletak di inferior buli-buli dan membungkus
uretra
posterior
Hiperplasia: penambahan jumlah sel, dengan diameter lebih besar atau sama dengan
normal.
Jinak: pembesarannya tidak progresif dan tidak infiltratif
B. Klasifikasi
Internacional Prostate Health Council dan European Study on Oncologi membagi
BPH sebagai berikut:
a. Histologic BPH
b. Clinically Detectable BPH / phsycologis. Secara urodinamik sudah mengganggu
miksi.
c. Clinically symtomatic BPH, secara klinis sudah menyebabkan keluhan prostatimus
Prostatimus merupakan resultan dari factor statik dan dinamik
Factor statik, dari kelenjer prostat sendiri; baik bentuk ukuran konsistensi,dll
Factor dinamik dari serabut otot baik tonus maupun kontraktilitasnya terutama
serabut-serabut otot di dalam leher kandung kencing.
C. Etiologi
Etilogi BPH Belum diketahui secara pasti, namun terdapat faktor resiko umur dan
androgen. Secara umum pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun.
Beberapa hipótesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat
adalah:
a. Hipotesis dehidrotestosteron (DHT)
b. Hipótesis imbalance esterogen daan testosteron (teori hormon)
Esterogen berperan sebagai inisiasi dan maintenance prostat manusia
c. Hipótesis Growth – factor
d. Hipótesis steem cell.
D. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala BPH dikenal juga dengan Lower Urinary Tract Symtoms (LUTS).
LUTS dapat dibedakan menjadi gejala iriatif daan gejala obstruktif
a. Gejala Iriatif
♠ Frekuensi ( sering miksi
♠ Urgensi ( rasa tidak tahan menahan miksi)
♠ Nokturia (terbangun untuk miksi pada malam hari)
♠ Disuria (Nyeri pada saat miksi)
b. Gejala obstruktif
♠ Hesistancy ( menunggu lama pada mau miksi)
♠ weak stream (pancaran miksi yang melemah)
♠ intermittency (miksi yang terputus-putus)
♠ straining (mengejan pada waktu miksi)
♠ Incomplete blazer emptying (rasa tidak habis setelah miksi)
Keluhan dapat disusun dalam bentuk skor symtom, yaitu dengan menggunakan skor
dari Medien-Iversen
Pertanyaan 0 1 2 3 4
pancaran Normal Berubah-ubah lemah menetesMengedan pada saat berkemih
Tidak Ya
Harus menunggu saat akan miksi
Tidak Ya
Miksi terputus-putus Tidak YaMiksi rasa selesai Tidak tahu Berubah Tidak lampias 1 kali
retensi> 1 x
retensiIncontinensia YaMiksi sulit ditunda Tidak ada Ringan Sedang BeratMiksi malam hari 0=1 2 3-4 > 4Miksi siang hari > 3 jam 2-3 jan 1-2 jam 1 jam
Skor symtom dibedakan derajatnya :
1. Ringan = skor medsen = < 10
2. Sedang skor medsen = 10 – 20
3. Berat = skor medsen = .> 20
Skor Medsen > 10 harus diterjemahkan adanya sumbatan dan harus dilakukan intervensi
atau tindakan . 3 faktor penting yang dapat digunakan untuk prakiraan kemungkinan dilakukan
nya pengobatan operatif, yaitu:
1. Weak stream ( pancaran kemih lemah)
2. Incomplete bladder emptying
3. Pembesaran prostat pada peningkatan DR
E. Patafisiologi
Hiperpalsai prostat → penyumbatan lumen uretra posterior → hambat aliran urine dan
tingkatkan tekananan intravesical
Buli-buli kontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan → timbul perubahan anatomis (fase
kompensata) hipertropi otot detrusor, trabekulasi, sakulasi divertikulasi
Lama-lama peningkatan tekanan diteruskan ke atas → terjadi refluks uretersikalis,
hidroureter, hidronefrosis hingga gagal ginjal
F.Diagnosis
Anamnesa
→ Prostatismus
BAK tak lampias ( masih ada residu)
BAK menetes
Nocturna (lebih sering pipis diwaktu malam
→ Usia > 50 tahun
G. Diagnosis Banding
Pembesaran Prostat Jinak, Prostatitis, tuberkulosis prostat, kista Prostat, dan Fibrosis
H. Komplikasi
a. Terjadi retensi urin, apabila buli-buli menjadi dekompensasi
b. Gagal ginjal, jika terjadi infeksi
c. Sistitis
d. Hernia / hemoroid karena mengedan lama
I. Pemeriksaan fisik
→ Palpasi suprapubik (vesika penuh, nyeri)
→ Rectal toucher + bimunual → tentukan besar prostat
Cara menentuka pembesaran prostat
1. Pemeriksaan bimanual
dengan melakukan rectal-toucher dan penekanan pada suprapubik jika teraba pembesaran
prostat maka dapat diperkirakan besar prostat > 30 gram.
2. Rectal Grading
Dengan Recatl toucher
Stage 0 : prostat teraba < 1 cm, berat 10 gram
Stage 1: prostate teraba 1-2 cm, berat 20-25 gram
Stage 2: prostate teraba 2-3 cm, berat 25-60 gram
Stage 3: prostate teraba 3-4 cm, berat 60 – 100 gram
Stage 4: Prostat teraba > 4 cm, berat > 100 gram
3. Clinikal Garding
Pasien disuruh BAK habis. Dengan kateter diukur sisa uri
Normal: tidak ada
Grade 1: sisa urin 0-50 cc
Grade 2: sisa urin 50 – 150 cc
Grade 3: sisa urin > 150 cc
Grade 4: retensio urin total
Grade 1-2 : indikasi konservatif dan grade 3-4 indikasi operatif
4. Ultrasonografi
J. Pemeriksaan penunjang
→ Ultrasonografi transrektal adalah alat yang efectif untuk menegakkan diagnosis
kangker prostat
→ Foto folos perut: batu trabekulasi sakulasi
→IVP/ cystografi: fungsi ginjal, indentasi ( pendesakan VU oleh prostat)
→ PSA ( Prostat Spesific Antigen ) adalah pertanda tumor, nilai normal pada dewasa
muda adalah 0-4 mg / ml. Pada BPH terjadi peningkatan yang sesuai dengan besarnya
zona transisi, dan setiap peningkatan 1 gr akan meningkat PSA 0,3 mg/dl
K. Penatalaksanaan
1. 5 – a reduktase inhibitor
menghambat perubahan testosteron menjadi CHT
2. @ -1 adrenargik bloker
menghambat reseptor @ 1 diotot polos leher dan prostat sehingga terjadi relaxasi
efek samping: penurunan tekanan darah
Terapi operatif
Indikasi operatif:
→ Retensi urin > 50 cc
→ Tanda sumbatan dengan fungsi ginjal menurun
→ Tanda sumbatan dengan infeksi
→ Retensio urin total
→ Retensio urin kronis
→ Perdarahan
Beberapa prosedur yang digunakan
1. Reaksi Trans uretral prostat
2. Prostatektomy suprapubik
3. Prostatektomi perineal
4. Prostatektomi retroputik
Pilihan prosedur bergantung pada
1. Ukuran kelenjer
2. Keparahan obstruktif
3. Usia Pasien
4. Kondisi pasien
5. Adanya penyakiit yang berkaitan
Perbandingan Prosedur Bedah untuk Prostatektomi
No Prosedur pembedahan
Keuntungan Kerugian ImplikasiKeperawatan
1 Reseksi transurectal (TUR atau TURP)menangangkat jaringan prostat dengan instrumen yang dimasukkan melalui uretra
Menhindari insisi abdomenlebih aman bagi pasien yang beresiko bedahHospitalisasi lebih singkatAngka morbiditas menurunMenimbulkan sedikit nyeri
Butuh dokter bedah yang ahliObstuktisi kambuhan, trauma uretral dan dapat terjadi strikturperdarahan lama dapat terjadi
Pantau terhadap perdarahanAmati terhadap gejala striktur uretra ( disuria, mengedan, aliran urin lemah)
2 Pengankatan dengan bedah terbukaSuprapubis
Secara teknis sederhanaArea operasi >> luasMemungkinkan eksploras untuk nodus limfatikusPengangkatan kelenjer obstruksi lebih komplit
Membutuhkan pembedahan melukai kandung kemihKontol perdarahan sulitUrin dapat bocor dan area suprapubisPemulihan mingkin lama dan tidak nyaman
Pantau dengan indikasi hemoragie dan syokLakukan perawatan aseptik yang Sangay cermat pada area disekitar suprapubik
3. Perineal Memberikan pendekatan anatomis langsungmemungkinkan drainase oleh bantuan gravitasEfektif untuk kanker radialMortalitas rendahInsiden syok menurun
Insiden impotensi & incotinensia urinPasca operatif meningkat Kemungkinan kerusakan pada rektum & spingter analBidang operatif terbatasPotensial terjadi infeksi
Hindari menggunakan selang rektal / termometerGunakan bantalan drainaseGunakan urinari karet busaAntisipasi kebocoran urin disekitar luka selama beberapa hari setelah kateter
4 Pendekatan retropubis Menghindari insisi ke dalam kandung kemihMemungkinkan dokter bedah untuk melihat dan mengontrol perdarahanPeriode pemulihan lebih singkatKerusakan Spinter Kandung Kemih sedikit
Tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang berkaitanInsidensi hemoragi akibat fleksus venosa prostat meningkatOstetis pubis
Pantau terhadap perdarahanAntisipasi kebocoran pasca urinari selama beberapa hari setelah mengangkat kateter
L. Pathway
II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin muncul1. Nyeri akut b.d Agent biologis
2. Kerusakan / gangguan elimanasi urin b. Obstuksi anatomi
3. Resiko Infeksi ; prosedur invasif
4. Resiko ketidakseimbangan volume cairan; faktor biologis penyakit
5. Cemas b.d krisis situsional
DAFTAR PUSTAKABruner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC
JakartaHaryani, Ani. 2004. Diagnosis A Guide To Planing Care. Wwwl. Us. Elseverhealth
Johnson, etc.1997. Nursing Outcome Classification. Philadelphia: Mosby
Joane C, etc. 1996. Nursing Intervention Classification. Philadelphia : Mosby
NANDA, 2001. Nursing Diagnosis : Defenition & Classification 2001-2002. Philadelphia: North America Nursing Diagnosis Assosiation
Mansyour, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI
Wasiyastuti, W.2003. Buku Saku Ilmu Bedah. Widia medika: Yogyakarta