lp ca ovarium

Download Lp CA Ovarium

If you can't read please download the document

Upload: yuna-tafa

Post on 19-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

OV

TRANSCRIPT

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

KANKER OVARIUM

Pengertian

Onkologi adalah cabang ilmu kedokteran tentang tumor ganas, ilmu kanker. Onkos = tumor, benjolan atau bengkak; Logos = ilmu (Wim de Jong, 2005). Menurut Joanne Frankel Kevin, dan Leslie B. Tyson (2011) kanker adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ratusan penyakit yang berbeda dengan fitur tertentu yang sama. Kanker dimulai degan perubahan dalam struktur dan fungsi sel yang menyebabkan sel membelah dan menggandakan diri tanpa terkontrol. Sel kemudian dapat menyerang dan merusak jaringan sekitar.

Indung telur (Ovarium) adalah kelenjar-kelenjar kecil (2,5 kali 4,5 cm) yang mempunyai sekresi endokrin, artinya produknya, hormon-hormon kelamin wanita, langsung ditampung di dalam peredaran darah.

Menurut Imam Rasjidi (2007) tumor ganas ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua umur.

Faktor predisposisiFaktor genetik

Terdapat riwayat kanker ganas pada anggota keluarga

Paritas

Lebih banyak terjadi pada perempuan tidak menikah dan tidak mempunyai anak.

Status sosio-ekonomi

Lebih sering terjadi pada perempuan dari keluarga golongan menegah dan mampu.

Pengaruh bahan kimia

Sering terjadi pada perempuan yang selalu memakai bedak pada daerah selangkangan. Tetapi belum jelas apakah bedak atau partikel abses yang menjadi penyebab.

Tanda keganasan lain

Penderita tampak pucat (anemia) dan badan kurus (cachexia).

(dr.Faisal Yatim,2005)

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Hipotesis incessant ovulation

Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

Hipotesis androgen

Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

Faktor predisposisi

Perempuan yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker buah dada, kanker ovarium, kanker rahim ataupun kanker postat.Mempunyai riwayat keluarga menderita kanker colon yang tidak berbentuk polip (non polipus noncolorectal cancer).Perempuan mandul yang tidak diketahui penyebabnya.Perempuan yang menggunakan hormon estrogen untuk waktu lama tanpa disertai pemberian hormon progesteron.Tinggal dan mengikuti pola hidup masyarakat industri.Penduduk Amerika Utara atau Eropa Utara, dan atau bangsa Ashken Yahudi

(dr.Faisal Yatim, 2005)

Menurut Imam Rasjidi (2007) faktor risiko kanker ovarium adalah :

Faktor lingkungan, insiden kanker ovarium yang tinggi terjadi di negara industri.Faktor reproduksiMeningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya risiko untuk menderita kanker ovarium karena diperkirakan terjadi perbaikan yang tidak sempurna pada permukaan epitel ovariumInduksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan risiko dua sampai tiga kali.Kondisi yang menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi risiko kanker.Pemakaian pil KB; menurunkan risiko hingga 50%, jika dikonsumsi selama lima tahun atau lebih.Multiparitas, kelahiran multipel, riwayat pemberian ASI.Faktor genetik5-10% adalah herediter.Angka risiko sebesar 5% pada penderita yang memiliki satu saudara yang menderita kanker ovarium.Tiga tipe EOC yang diturunkan

Site-specific: hanya gen pembawa Ca ovarium yang ditransmisikan. Akan tetapi, tipe ini sangat jarang ditemukan.

Breast ovarian cancer syndrome.

Sindroma Lynch tipe II yang melibatkan kanker kolorectal nonpolyposis, kanker endometrium, mammae, ovarium, dan keganasan gastrointestinari serta genitourinary lainnya.

Faktor predisposisi menurut Ida Bagus Gde Manuaba (2010) adalah :

Kista pada anak atau remajaKista usia lanjutKista di atas 45 tahunOvarium masih teraba pada menopause

PatofisiologiKista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.

Kista fungsionalKista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola.Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.Kista neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana strukturstruktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

Manifestasi klinik (tanda dan gejala)

Kebanyakan pasien adalah simptomatis (95%), tetapi gejalanya non spesifik- keluhan atau rasa tidak enak atau rasa tertekan di abdomen, dispareunia, dan bertambahnya berat badan karena asites atau massa (Imam Rasjidi, 2007).

Menurut Faisal Yatim (2005), gejala kanker ovarium yang sering ditemukan adalah :

Nyeri perutPerut buncitGangguan fungsi saluran cernaBerat badan turun secara nyataPerdarahan pervagina yang tidak normalGangguan saluran kencingRasa tertekan pada rongga panggulNyeri punggungPenderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :

haid tidak teraturketegangan menstrual yang terus meningkatmenoragianyeri tekan pada payudaramenopause dinirasa tidak nyaman pada abdomendispepsiatekanan pada pelvissering berkemihflatulenesrasa begah setelah makan makanan kecillingkar abdomen yang terus meningkat

sering kali kanker ovarium tidak memperlihatkan gejala karena biasanya pasien yang datang untuk berkonsultasi sudah pada stadium agak lanjut.

Gejala yang dirasakan biasanya sudah tidak khas, paling-paling hanya gejala panekanan tumor, yaitu :

Gangguan pencernaan (dyspepsia), bengkak anggota bawah, nafsu makan kurang sekali, sakit punggung, dan perut gemung karena gas.Pada tahap awal sebetulnya ditemukan suatu masa dibagian bawah perut yang padat dan terikat dengan jaringan sekitar. Kadang-kadang karena tumor melintir, penderita mengeluhkan rasa sakit yang sangat kuat.

(dr.Faisal Yatim, 2005)

Stadium klinik

Stadium

Batasan

I

Pertumbuhan tumor terbatas dalam ovarium

IA

Tumor terbatas hanya di satu ovarium :

Simpai utuhSimpai sudah diinfiltrasi tumor atau simpai pecah

IB

Pertumbuhan tumor pada satu ovarium dan tidak ada ascites (busung).

IC

Seperti IA atau IB dengan ascites atau pemeriksaan sitologi cairan peritoneum,positif sel kanker.

II

Tumor tumbuh pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke organ panggul lain.

IIA

Penyebaran tumor ke saluran tuba atau uterus.

IIB

Penyebaran tumor ke organ panggul lain, termasuk ke rongga peritoneum.

IIC

Seperti IIA atau IIB, disertai ascites dan pemeriksaaan cairan peritoneum, positif sel kanker.

III

Tumor terbatas di dalam rongga panggul, dengan penyebaran ke rongga perut, di luar panggul, dan atau kelenjar getah bening di belakang rongga perut positif mengandung sel kanker.

IV

Terjadi penyebaran luas atau ke tempat organ yang jauh dari rongga panggul.

(dr.Faisal Yatim, 2005)

Pemeriksaan penunjangLaparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)

Prosedur penentuan diagnosis dilakukan dengan cara-cara berikut :

Anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik.Penanda tumor untuk kanker epitel (CA-125), germ cell tumors (CEA, hCG, AFP), Sex cord stromal tumor (inhibin untuk sel granulosa).Kimia darah, darah lengkap, tes fungsi ginjal.Toraks x-ray untuk evaluasi efusi pleura, metastase paru.CT-scan abdomen dan pelvis.Jika simptomatis, dapa dilakukan IVP dan/atau barium enema untuk evaluasi keterlibatan kandung kemih dan usus.

(dr.Imam Rasjidi, 2007)

Penatalaksanaan

Pembedahan memegang peran penting dalam penatalaksanaan kanker ovarium, terutama berkaitan dengan penentuan diagnosis prabedah, perluasan penyakit (stadium), di samping pengangkatan tumor. Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik, diperlukan evaluasi stadium dengan cermat saat pembedahan.

Agar pembedahan yang dilakukan dapat memenuhi Surgical Staging dan dapat mengangkat tumor seoptimal mungkin, dilakukan Insisi mediana atau paramedian. Ovarium sedapat mungkin diangkat dalam keadaan utuh. Bila hasil potong beku ternyata ganas, pembedahan sesuai prosedur Surgical Staging kanker ovarium harus dilakukan. Sementara itu, bila tumor sudah menyebar ke organ lain, prinsip sitoreduksi harus dikerjakan dengan meninggalkan residu tumor seminimal mungkin. Apabila tumor ovarium dapat diangkat seluruhnya, pembedahan sesuai penahapan prosedur Surgical Staging kanker ovarium dilakukan sebagai berikut :

Pengambilan cairan asites terutama di cavum douglasi.Bila tidak dijumpai asites, dilakukan peritonial washing 5-100 cc dengan normal salin di cavum Douglasi, paracolic gutter dan masing-masing hemidiafragma.Eksplorasi secara sistemik permukaan rongga abdomen dan organ dalam abdomen, dimulai dari caecum ke atas colon asenden, ginjal kanan, hati, kandung empedu, hemidiafragma kanan, masuk ke daerah paraartoa kemudian menuju ke sisi diafragma kiri, turun ke sisi kiri mengikuti colon desenden sampai rektosigmoid, kemudian ke usus kecil dan mesenterium dari Ligamen Treitz sampai kemali ke caecum.Daerah yang dicurigai, terutama daerah perlekatan harus dilakukan biopsi. Bila tidak memungkinkan maka biopsi dilakukan pada beberapa tempat intraperitoneal, seperti kavum Douglas, kedua Paracolic gutter peritoneum di atas kandung kencing dan mesenteri usus halus.Melakukan biopsi pada subdiafragma atau skraping, terutama daerah permukaan yang tidak teratur (tidak rata).Reseksi omentum daricolon transversum, dimulai dari sisi bawah omenrum besar.Rongga retroperitoneal dieksplorasi untuk mengetahui keterlibatan kelenjar pelvik membuka peritoneum di atas m.psoas. deteksi kelenjar pelvik dapat dilakukan satu sisi saja pada pembedahan konservatif.Eksplorasi daerah sekitar kelanjar getah bening paraaorta dengan insisi oblik menyilang posterior peritoneum fossa iliaka kanan ke Ligamentum Treitz. Bila ditemuka yang besar maka harus diangkat.

(dr.Imam Rasjidi, 2007)

Menurut dr.Faisal Yatim (2005), pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan (ajuvant) seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi.

Secara garis besar penatalaksanaan kanker ovarium seperti terlihat pada bagan berikut ini :

Pembedahan

Imunoterapi

Radioterapi

Kemoterapi

Pengamatan lanjut

Tumor (masa) yang jinak di daerah alat kandungan tambahan (adnexa) dapat dikelola dengan melakukan operasi cystektomi, atau histerektomi yang disertai pengangkatan kedua ovarium kanan-kiri, dengan pertimbangan umur dan pertimbangan kehamilan.

Untuk pengobatan dan operasi pada umumya dilakukan :

Histerektomi total (mengangkat rahim dengan organ sekitarnya).Salpingo ooperektomi (mengengkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba falopii).Omentektomi (mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut).

Khusus untuk stadium IA, apabila perempuan yang bersangkutan masih mengharapkan fungsi reproduksi, maka operasi pengangkatan ovarium dapat dilakukan hanya disebelah yang kena kanker (ooporektomi unilateral).

Pengobatan dengan kemoterapi

Sebagai pengobatan ajuvant, bisa secara tunggal atau kombinasi. Pada stadium II, diberikan kemoterapi kombinasi; sedangkan pada stadium III dan IV, diberikan kemoterapi secara rutin.

Pengobatan dengan radio terapi (penyinaran)

Dianjurkan untuk pengobatan kanker ovarium jenis disgerminoma serta stoma goonad yang tidak memerlukan lagi fungsi reproduksi.

Pengobatan dengan imunoterapi

Pada dasarnya adalah kemampuan imunologi tuuh untuk menghancurkan sel kanker. Pengobatan ini terdiri atas :

Imunoterapi spesifik, dilakukan dengan menyuntikkan sel kanker yang telah dilemahkan.Imunoterapi non-spesifik, dengan memberikan vaksinasi sejenis kuman Corynebacteria parvum dan vaksinasi BCG.

Selain itu, prinsip imunologik juga digunakan untuk pengarahan terapi penyinaran dengan radioisotop hingga dapat dicapai sasaran spesifik.

Pengamatan lanjut

Tindakan ini adalah untuk menilai hasil pengobatan yang telah diambil, hingga dapat diputuskan apakah cara pengobatan yang telah diambil akan diteruskan atau dihentikan, terutama pada langkah pengobatan kemoterapi. Tindakan pengamatan lanjut ini adalah dengan melakukan laparotomi atau dengan laparoskopi terutama untuk pengamatan daerah di belakang rongga perut (retroperitoneal).

Pengkajian

Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :

Biodata

Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.Status Obstetrikus, meliputi :Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bauRiwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinanRiwayat persalinanRiwayat KBPengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)Kaji tingkat kesadaranUkur tanda-tanda vitalAuskultasi bunyi nafasKaji turgor kulitPengkajian abdomenInspeksi ukuran dan kontur abdomenAuskultasi bising ususPalpasi terhadap nyeri tekan dan massaTanyakan tentang perubahan pola defekasiKaji status balutanKaji terhadap nyeri atau mualKaji status alat intrusifPalpasi nadi pedalis secara bilateralPeriksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.Kaji status psikologis pasien setelah operasiData penunjangpemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral

Diagnosa keperawatanNyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan).Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama tindakan pembedahan.Kerusakan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan kelemahan fisikDefisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post pembedahan.PK Perdarahan

Rencana Asuhan Keperawatan

No

Diagnosa

Keperawatan

NOC

NIC

1

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan)

NOC :

Pain LevelPain controlComfort level

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeriWajah rileksMenyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangTanda vital dalam rentang normal

Managemen Nyeri

Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiObservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananAjarkan tentang teknik non farmakologi, tehnik relaksasiBerikan analgetik untuk mengurangi nyeriTingkatkan istirahatKolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasilMonitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Managemen lingkungan

Batasi pengunjungSediakan tempat tidur yang nyaman dan bersihPerhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamananAtur posisi pasien yang nyaman

2

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama tindakan pembedahan.

NOC:

Fluid balanceHydrationNutritional Status :

Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normalTekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normalTidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management

Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukanMonitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)Monitor vital signMonitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harianMonitor status nutrisiBerikan cairanBerikan diuretik sesuai interuksiDorong masukan oralDorong keluarga untuk membantu pasien makanKolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

3

Kerusakan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan kelemahan fisik

NOC :

Mobility level

Kriteria Hasil :

Melakukan rentang pergerakan penuh seluruh sendiKlien dapat miring kanan maupun miring kiriBerbalik sendiri di tempat tidurKlien dapat duduk

Tingkat Mobilitas

Kaji tingkat mobilitas klien secara terus menerus

Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi

Latih rentang pergerakan aktif/pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot

Latih tehnik membalik dan memperbaiki kesejajaran tubuh

4

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

NOC :

Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil :

Klien terbebas dari bau badanMenyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLsDapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLs

Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

5

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post pembedahan.

NOC :

Immune StatusKnowledge : Infection controlRisk control

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normalMenunjukkan perilaku hidup sehat

Kontrol infeksi

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lainPertahankan teknik isolasiBatasi pengunjung bila perluInstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasienGunakan sabun antimikrobia untuk cuci tanganCuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatanGunakan sarung tangan sebagai alat pelindungPertahankan lingkungan aseptik selama perawatanTingkatkan intake nutrisiBerikan terapi antibiotik bila perlu

Proteksi terhadap infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokalMonitor kerentanan terhadap infeksiBatasi pengunjungPertahankan teknik isolasi k/pInspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainaseInspeksi kondisi luka / insisi bedahDorong masukkan nutrisi yang cukupDorong istirahatInstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resepAjarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksiAjarkan cara menghindari infeksiLaporkan kecurigaan infeksiLaporkan kultur positif

6

PK Perdarahan

NOC:

Perdarahan berhenti

Kriteria hasil :

Luka sembuh kering, bebas pus, tidak meluasHB tidak kurang dari 10 gr dl

Pencegahan sirkulasi

Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasiLakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutup dengan tehnik aseptikKelola terapi sesuai order

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M (et al.).2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Cet 1. Jakarta : Media Aesculapius

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Jong, Wim de. 2005. Kanker, Apa itu?. Jakarta: Arcan.

Kelvin, Joanne Frankel dan Leslie B.Tyson. 2011. Tanya Jawab mengenai Gejala Kanker Efek samping pengobatan Kanker Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Nanda. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI). 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: FKUI.

Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta: EGC.

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obos.